SKRIPSI
Oleh :
ALBERT HANDOKHO
NIM : 070600190
Departemen Ortodonti
Tahun 2011
Albert Handokho
Gambaran klinis dan perawatan anomali ortodonti pada penderita sindroma wajah
Apabila fungsi pernafasan terganggu maka akan berdampak terhadap tumbuh kembang
dentofasial. Salah satu gangguan fungsi pernafasan yang sering ditemui adalah obstruksi
saluran nafas atas karena hipertropi adenoid. Obstruksi saluran nafas atas akan
terutama pada 1/3 wajah bagian bawah. Gejala gejala yang menyertai antara lain
pernafasan mulut kronis, obstruksi apnea saat tidur dengan gejala mendengkur, penurunan
fungsi pendengaran, penciuman dan pengecapan, sinusitis, suara hiponasal dan maloklusi
2
Gambaran klinis umum sindroma wajah adenoid yang spesifik adalah 1/3 wajah
bagian bawah yang tampak panjang, ekspresi dummy face, bentuk wajah dolikosefali, mulut
yang selalu terbuka, kepala yang selalu didongakkan ke atas pada saat bernafas, tubuh yang
kurus dan rentan terhadap penyakit. Gambaran klinis oral sindroma wajah adenoid antara
lain lengkung rahang atas yang sempit dengan palatum yang tinggi, posisi rahang bawah
yang turun dan elongasi, mukosa oral yang kering, gigi geligi yang rentan karies, gigi
anterior rahang atas yang protrusi, gummy smile, kebiasaan menjulurkan lidah, gigitan
silang posterior, maloklusi Klas II Angle divisi 1 dan Klas III Angle dengan atau tanpa
pasien dengan orang tua pasien, pemeriksaan klinis, rongga mulut, analisa fungsional dan
radiografi sefalometri. Tindakan yang terlebih dahulu harus dilakukan sebelum melakukan
perawatan anomali ortodonti pada sindroma wajah adenoid yang disebabkan oleh hipertropi
rahang atas yang sempit dengan pesawat rapid maxillary expansion, dan mengoreksi
3
PERNYATAAN PERSETUJUAN
4
TIM PENGUJI SKRIPSI
TIM PENGUJI
5
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, oleh karena rahmat dan
karuniaNya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bimbingan dan
pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin
Sp.Ort(K) dan Aditya Rachmawati, drg. selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini
yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta meluangkan waktu kepada penulis.
1. Keluarga penulis yang selalu mendukung penulis selama menuntut ilmu di Fakultas
Kedokteran Gigi Sumatera Utara. Khususnya buat kedua orang tua penulis tercinta,
Ayahanda Suarno dan Ibunda Sudardiana serta kepada abang penulis Stefen Widokho
untuk pengorbanan, doa dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
2. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Sp.Ort., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Sumatera Utara.
3. Seluruh staf pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi Sumatera Utara, khususnya
Erliera, drg, Sp.Ort dan Mimi Marina Lubis, drg selaku dosen penguji yang telah bersedia
memberikan petunjuk dan masukan yang membangun dalam menyelesaikan skripsi ini.
Kusnady, Desi Watri, Fransisca Wihary, dan teman-teman lainnya yang tak dapat penulis
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran
yang berguna bagi bidang kedokteran gigi dan dokter gigi secara umum , serta bagi
( ...)
Albert Handokho
NIM: 070600190
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI .. vi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang . 1
1.2 Rumusan Masalah .. 3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan .. .. 4
1.4 Ruang Lingkup . . 4
DAFTAR PUSTAKA . .. 44
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
dolikosefali . 11
Besarnya adenoid dapat diukur dari jarak A1 ke garis B yaitu titik A... 21
adenoid . 23
yang besar, posisi lidah yang rendah, dan kurangnya pertumbuhan ramus.
21. Pasien usia 5 tahun 10 bulan dengan sindroma wajah adenoid ... 26
25. Foto pasien setelah perawatan 19 bulan, tampak pertumbuhan rahang atas
perawatan . ... 29
dipasang pada rahang atas dan bite block dipasang pada gigi posterior
rahang bawah .. . 33
34. Pesawat cekat dengan lip bumper dan elastik pada pasien ... 33
40. Foto intra oral sebelum perawatan ; tampak gigitan terbuka anterior
Departemen Ortodonti
Tahun 2011
Albert Handokho
Gambaran klinis dan perawatan anomali ortodonti pada penderita sindroma wajah
Apabila fungsi pernafasan terganggu maka akan berdampak terhadap tumbuh kembang
dentofasial. Salah satu gangguan fungsi pernafasan yang sering ditemui adalah obstruksi
saluran nafas atas karena hipertropi adenoid. Obstruksi saluran nafas atas akan
terutama pada 1/3 wajah bagian bawah. Gejala gejala yang menyertai antara lain
pernafasan mulut kronis, obstruksi apnea saat tidur dengan gejala mendengkur, penurunan
fungsi pendengaran, penciuman dan pengecapan, sinusitis, suara hiponasal dan maloklusi
2
Gambaran klinis umum sindroma wajah adenoid yang spesifik adalah 1/3 wajah
bagian bawah yang tampak panjang, ekspresi dummy face, bentuk wajah dolikosefali, mulut
yang selalu terbuka, kepala yang selalu didongakkan ke atas pada saat bernafas, tubuh yang
kurus dan rentan terhadap penyakit. Gambaran klinis oral sindroma wajah adenoid antara
lain lengkung rahang atas yang sempit dengan palatum yang tinggi, posisi rahang bawah
yang turun dan elongasi, mukosa oral yang kering, gigi geligi yang rentan karies, gigi
anterior rahang atas yang protrusi, gummy smile, kebiasaan menjulurkan lidah, gigitan
silang posterior, maloklusi Klas II Angle divisi 1 dan Klas III Angle dengan atau tanpa
pasien dengan orang tua pasien, pemeriksaan klinis, rongga mulut, analisa fungsional dan
radiografi sefalometri. Tindakan yang terlebih dahulu harus dilakukan sebelum melakukan
perawatan anomali ortodonti pada sindroma wajah adenoid yang disebabkan oleh hipertropi
rahang atas yang sempit dengan pesawat rapid maxillary expansion, dan mengoreksi
3
BAB I
PENDAHULUAN
yang secara biologis tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Rangkaian ini berkaitan
dengan letak gigi-geligi di dalam rongga mulut, pertumbuhan dan perkembangan tulang
rahang dan tulang wajah. Kinerja dari rangkaian ini melibatkan rongga hidung dan rongga
mulut. Rongga hidung bagian bawah dibentuk oleh tulang-tulang maksila kanan dan kiri
yang merupakan tulang basal dari gigi-geligi rahang atas, oleh karena itu batas bawah
rongga hidung juga merupakan batas atas dari rongga mulut, kedua rongga tersebut saling
Pada proses pernafasan normal melalui rongga hidung, terjadi pergerakan otot otot
tulang wajah serta oklusi secara normal. Apabila terjadi gangguan pada proses pernafasan,
maka pergerakan otot - otot wajah menjadi tidak seimbang sehingga menganggu
Salah satu jenis gangguan pernafasan yang sering ditemui dan menyebabkan
permasalahan pada bidang ortodonti adalah obstruksi saluran nafas atas yang disebabkan
oleh hipertropi dari jaringan adenoid. Jaringan adenoid atau tonsil faringeal merupakan
massa yang terdiri dari jaringan limfoid yang terletak pada dinding posterior nasofaring di
atas palatum molle dan termasuk dalam cincin Waldeyer. Jaringan adenoid berperan dalam
tumbuh dan membesar mengisi ruang nasofaringeal pada usia 3-5 tahun, sehingga
mengurangi ukuran saluran napas nasofaringeal dan mencapai puncak hipertropi pada usia
5 dan 10-11 tahun. Pada keadaan normal adenoid mengecil pada masa pubertas, tetapi pada
beberapa anak adenoid tidak mengecil sehingga menutup saluran pernafasan atas. Penyebab
utamanya adalah infeksi saluran pernafasan atas yang berulang. Upaya adaptasi fisiologis
karena terhambatnya saluran pernafasan atas adalah dengan bernafas melalui mulut. 2,3,6
dan tulang dentofasial, seperti menurunnya posisi rahang bawah, dimensi vertikal yang
tinggi, posisi tulang hyoid yang rendah dan perubahan dentofasial lainnya. Menurut Paul
dan Nanda (1973), apabila hal tersebut tidak segera ditangani, dalam jangka panjang akan
Karakteristik oral yang paling sering dijumpai pada sindroma wajah adenoid adalah
maloklusi Klas II Angle divisi 1 dengan atau tanpa gigitan terbuka anterior, sedangkan
maloklusi Klas III Angle dengan atau tanpa gigitan terbuka anterior jarang dijumpai.
Gambaran spesifik lainnya adalah mukosa oral yang kering dan mudah teriritasi karena
bernafas melalui rongga mulut, lengkung rahang atas yang sempit dan palatum yang
tinggi.3
pemeriksaan klinis, rongga mulut, fungsional dan analisa radiografi. Sebelum dilakukan
perawatan anomali ortodonti dengan pesawat cekat, terlebih dahulu dilakukan tindakan
khususnya bidang ortodonti, maka penulis merasa perlu untuk mengangkat masalah
gambaran klinis dan perawatan anomali ortodonti pada sindroma wajah adenoid sebagai
bahan penulisan skripsi. Diharapkan tulisan ini dapat memebrikan masukan dalam
penegakan diagnosa dan rencana perawatan ortodonti penderita sindroma wajah adenoid.
adenoid?
adenoid.
predisposisi, gambaran klinis umum, gambaran klinis oral, gambaran radiografi, dampak
anomali ortodonti dan laporan kasus pada penderita sindroma wajah adenoid.
BAB 2
2.1. Pengertian
Sindroma wajah adenoid pertama kali diperkenalkan oleh Wilhelm Meyer (1868) di
Copenhagen sebagai suatu kelainan dentofasial yang disebabkan oleh obstruksi saluran
nafas atas jangka panjang karena hipertropi dari jaringan adenoid. Nama lain dari sindroma
wajah adenoid adalah microrhinodysplasia, sindroma wajah panjang atau dummy face
syndrome.7,10 Gejala gejala yang menyertai antara lain pernafasan mulut kronis, obstruksi
apnea saat tidur dengan gejala mendengkur, penurunan fungsi pendengaran, penciuman dan
pengecapan, sinusitis, suara hiponasal dan maloklusi Klas II Angle divisi 1 dan Klas III
Angle. Wilhelm Meyer juga yang pertama kali menyarankan untuk membuang adenoid
penyumbatan saluran nafas atas kronis oleh karena hipertropi jaringan adenoid.
Penyumbatan saluran nafas atas kronis menyebabkan kuantitas pernafasan atas menjadi
menurun, sebagai penyesuaian fisiologis penderita akan bernafas melalui mulut. Pernafasan
maloklusi, yaitu posisi rahang bawah yang turun dan elongasi, posisi tulang hyoid yang
turun sehingga lidah akan cenderung ke bawah dan ke depan, serta meningginya dimensi
vertikal.2,5,12,13 Gambaran penderita sindroma wajah adenoid dapat terlihat seperti gambar
Penelitian yang dilakukan oleh Quinn dan Ryan menunjukkan prevalansi sindroma
wajah adenoid dapat diperkirakan jumlahnya dari tindakan adenoidektomi yang dilakukan
sejak awal tahun 1960 sampai tahun 1970-an. Setiap tahunnya di Amerika Serikat terdapat
1 sampai 2 juta kasus tonsilektomi, adenoidektomi atau gabungan keduanya yang terjadi
pada anak-anak di bawah usia 15 tahun. Angka ini menunjukkan penurunan dari waktu ke
waktu, dimana pada tahun 1996 diperkirakan 248.000 anak (86,4%) menjalani
tonsiloadenoidektomi dan 39.000 lainnya (13,6%) menjalani tonsilektomi saja. Kasus yang
serupa juga terjadi di Skotlandia pada anak anak dibawah usia 15 tahun. Sedangkan pada
usia remaja sampai dewasa terjadi peningkatan angka tonsilektomi dari 2.919 operasi
Di Indonesia belum ada data nasional mengenai jumlah operasi adenoidektomi atau
tonsiloadenoidektomi, akan tetapi berdasarkan data yang didapat dari Rumah Sakit Umum
Dr. Sardjito Yogyakarta dan dari Rumah Sakit Fatmawati Jakarta. Data dari Rumah Sakit
Umum Dr. Sardjito diperoleh bahwa jumlah kasus selama 5 tahun (1999-2003)
kenaikan yaitu 275 kasus pada tahun 2000 dan terus menurun sampai 152 kasus pada tahun
2003. Demikian pula dari data Rumah Sakit Fatmawati dalam 3 tahun (2002-2004)
setiap tahunnya.14,15
Faktor etiologi utama sindroma wajah adenoid adalah obstruksi saluran pernafasan
atas. Batas saluran pernafasan atas adalah dari rongga hidung hingga dinding posterior
hipofaring. Penyebab utama obstruksi saluran nafas atas adalah hipertropi jaringan adenoid
oleh karena infeksi saluran nafas atas yang berulang (Gambar 2). Infeksi dari bakteri -
inflamasi dan hipertropi. Jaringan adenoid yang seharusnya mengecil secara fisiologis
sejalan dengan pertambahan usia menjadi membesar dan pada akhirnya menutupi saluran
pernafasan atas. Hambatan pada saluran pernafasan atas akan mengakibatkan pernafasan
Faktor etiologi lainnya dari sindroma wajah adenoid adalah inflamasi mukosa
hidung, deviasi septum nasalis, anomali kogenital, penyempitan lengkung maksila dan
Faktor predisposisi sindroma wajah adenoid terbagi menjadi dua, yaitu faktor
predisposisi umum dan lokal. Faktor predisposisi umum antara lain polusi lingkungan,
alergi, kebersihan yang buruk dan pola hidup yang tidak sehat. Faktor predisposisi lokal
Penderita sindroma wajah adenoid memiliki gambaran klinis yang spesifik, meliputi
gambaran klinis umum dan oral. Pengenalan terhadap gambaran klinis sindroma wajah
adenoid ini sangat penting di dalam menegakkan diagnosa dan perawatan yang adekuat.
Gambaran klinis umum sindroma wajah adenoid yang spesifik adalah 1/3 wajah
bagian bawah yang terlihat lebih panjang dari normal karena posisi rahang bawah yang
turun dan elongasi, ekspresi dummy face, bentuk wajah dolikosefali (Gambar 4), mulut
yang selalu terbuka karena kebiasaan bernafas melalui mulut dan kepala yang didongakkan
ke atas pada saat bernafas melalui mulut. Gambaran klinis lainnya berupa lebam pada
kantung mata (Gambar 5) oleh karena gangguan tidur dan tubuh penderita yang kurus
karena bernafas melalui mulut tidak memiliki proses penyaringan udara, sehingga apabila
terdapat bakteri atau virus yang terhirup akan langsung masuk ke paru paru dan tubuh
Sepertiga wajah bagian atas penderita terlihat dalam kondisi yang normal, tetapi
pada wajah bagian tengah ke bawah menunjukkan beberapa anomali. Anomali pada 1/3
wajah bagian tengah antara lain rongga hidung yang sempit (Gambar 6) dan daerah
nasolabial yang cekung. Sedangkan anomali pada 1/3 wajah bagian bawah antara lain bibir
atas yang pendek, bibir yang inkompeten yaitu pada keadaan istirahat bibir atas dan bawah
tidak bertemu karena dimensi vertikal yang tinggi, dan posisi dagu yang retrusi karena
3.2.1. Palatum
fungsi saluran nafas atas menjadi tidak aktif. Kebiasaan tersebut mempengaruhi stimulasi
muskular dari otot otot fasial terhadap tumbuh kembang rahang atas, terutama stimulus
dari lidah. Dampaknya adalah kurangnya pertumbuhan rahang atas sehingga lengkung
rahang atas menjadi sempit dengan palatum yang tinggi dan berbentuk huruf V (Gambar
8).1,7,18,19,23
Gambar 8. Palatum yang tinggi dengan bentuk huruf V.23
menyebabkan kuantitas saliva sebagai cairan rongga mulut menjadi sedikit. Kondisi
tersebut menyebabkan mukosa oral menjadi kering, mudah teriritasi dan terinflamasi,
sehingga pada mukosa oral penderita sering dijumpai ulserasi, pembengkakan interdental
Gambaran gigi-geligi pada penderita sindroma wajah adenoid antara lain gigi geligi
yang rentan karies karena pernafasan mulut yang menyebabkan kebersihan rongga mulut
yang buruk, gigi anterior rahang atas cenderung protrusi (Gambar 10), gigi berjejal anterior,
overjet yang besar, maloklusi gigitan terbuka anterior disertai dengan kebiasaan
menjulurkan lidah saat menelan (Gambar 11), dan gigitan silang posterior.2-7,12,24
Gambaran kondisi rahang yang dijumpai pada penderita sindroma wajah adenoid
antara lain lengkung rahang atas yang sempit, rahang bawah yang mengalami elongasi
karena rotasi posterior dari rahang bawah dan menurunnya posisi tulang hyoid yang disertai
Salah satu gambaran yang khas pada penderita adalah gummy smile (Gambar 12),
yaitu gingiva rahang atas yang tampak pada saat tersenyum. Hal ini disebabkan oleh bibir
atas yang pendek, rahang atas yang retrognatik, dan gigi anterior atas yang protrusi. 13,23
Gambaran klinis anomali ortodonti yang paling sering dijumpai adalah maloklusi
Klas II Angle dengan atau tanpa gigitan terbuka anterior disertai dengan gigitan terbalik
posterior dimana salah satu kondilus rahang bisa saja maju ke depan, sehingga rahang
bawahnya miring dan gigi anterior hanya kontak pada gigi kaninus saja atau terkadang bisa
bilateral sehingga terlihat seperti "pseudo Klas I . Maloklusi Klas III Angle dengan atau
tanpa gigitan terbuka anterior juga dapat dijumpai namun sangat jarang.3-7,13,18,22
Gambar 10. Gigi anterior atas penderita yang protrusi.18
Sindroma wajah adenoid umumnya terjadi akibat obstruksi saluran pernafasan yang
disebabkan oleh hipertropi adenoid. Infeksi saluran pernafasan atas yang berulang
saluran pernafasan atas. Fungsi saluran pernafasan atas yang tidak aktif mengakibatkan
tekanan otot genioglossus, hyoid dan eksternal pterigoideus yang akan menekan prosessus
alveolaris di daerah premolar dan molar ke arah medial, sehingga rahang bawah akan
menggantung ke bawah (rotasi posterior). Turunnya posisi rahang bawah ke posterior akan
memyebabkan posisi rahang atas lebih prognatik terhadap rahang bawah. Turunnya posisi
rahang bawah juga diikuti dengan turunnya posisi tulang hyoid yang mengakibatkan postur
lidah menjadi turun dan lebih ke anterior karena otot otot posterior lidah melekat pada
Posisi lidah yang turun dan lebih ke anterior dari normal menyebabkan posisi lidah
tertahan pada gigi geligi anterior pada saat menelan yang disebut dengan kebiasaan
menjulurkan lidah. Apabila kebiasaan ini tidak segera dikoreksi, maka dalam jangka waktu
tertentu kebiasaan ini akan menyebabkan gigi anterior menjadi protrusi karena tekanan dari
dorongan lidah pada saat menelan dan maloklusi gigitan terbuka anterior. 3-6,24
Posisi lidah yang turun akan mempengaruhi pertumbuhan rahang atas, karena lidah
berperan penting dalam tumbuh kembang rahang atas. Tekanan lateral lidah ke palatum
berfungsi sebagai penyeimbang stimulasi ke dalam dari muskulus buccinator. Hal ini akan
menstimulasi tumbuh kembang rahang atas yang normal. Apabila posisi lidah turun, maka
lengkung rahang atas menjadi kurang berkembang dan sempit dengan palatum yang tinggi
(Gambar 13).3,7,23,24
Rahang atas yang kurang berkembang berdampak buruk pada tumbuh kembang
struktur dentokraniofasial, yaitu lengkung rahang atas baik dari ukuran maupun bentuknya
menjadi tidak harmonis dengan ukuran gigi-geligi permanen, sehingga mengakibatkan gigi-
geligi permanen kekurangan tempat untuk erupsi pada rahang atas. Kurangnya Leeway
space mengakibatkan erupsi gigi berjejal pada regio anterior dan gigitan terbalik pada regio
posterior.1,3,5,7,24
antara lain anamnesa, pemeriksaan klinis, rongga mulut, analisa fungsional dan radiografi.
ditegakkan.3,8,12
Anamnesa yaitu wawancara kepada pasien dan orang tua pasien mengenai riwayat
penyakit dan gejala gejala yang menyertai. Melalui anamnesa, riwayat penyakit dan
gejala- gejala yang biasanya didapati antara lain penurunan fungsi pendengaran, penciuman
dan pengecapan, sinusitis, mendengkur pada saat tidur, tubuh yang rentan terhadap
penyakit, ketidakmampuan dalam berkonsentrasi dan tubuh yang mudah lelah. 8,15
Pemeriksaan klinis pasien terdiri dari pemeriksaan wajah secara menyeluruh dan
palpasi. Gambaran wajah pada sindroma wajah adenoid antara lain 1/3 wajah bagian bawah
yang tampak panjang, bentuk wajah dolikofasial, ekspresi dummy face, bibir yang tidak
kompeten dan posisi dagu yang retrusi. Pada pemeriksaan palpasi dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan terhadap rongga mulut pasien dilakukan untuk melihat apakah terdapat
gambaran klinis oral sindroma wajah adenoid, antara lain lengkung rahang atas yang sempit
dengan palatum yang tinggi, mukosa oral yang kering, maloklusi Klas II Angle divisi 1,
maloklusi Klas III Angle, gigitan terbuka anterior dan gigitan terbalik posterior. 1,7,22-24
Analisa fungsional terdiri dari pemeriksaan pola bernafas, pola penelanan dan pola
bicara pasien. Terdapat dua cara pemeriksaan pola bernafas pasien yaitu pemeriksaan
secara langsung dan pemeriksaan dengan kaca mulut. Pada pemeriksaan secara langsung
pasien diinstruksikan untuk menarik napas dalam-dalam. Pada pasien yang normal,
bibirnya akan terkatup dan lubang hidungnya akan bertambah besar, sedangkan pada
penderita sindroma wajah adenoid, mulutnya akan terbuka, bibir atas dan bawah tidak
terkatup, lubang hidungnya tidak membesar dan kepalanya akan mendongak ke atas.
Pemeriksaan dengan kaca mulut pada pasien normal, jika diletakkan kaca di antara lubang
hidung dan mulut, maka permukaan atasnya akan berembun karena bernafas melalui
hidung, sedangkan pada penderita sindroma wajah adenoid permukaan bawahnya yang
Pada pemeriksaan pola penelanan, yang diperhatikan adalah bibir dan lidah pasien
pada saat menelan. Pada pasien yang normal, bibirnya terkatup dan lidahnya tidak menjulur
ke depan, sedangkan pada penderita sindroma wajah adenoid bibirnya terbuka dan lidahnya
menjulur ke depan. Pemeriksaan pola bicara yaitu penderita biasanya sulit untuk
terbuka anterior. Fonasi penderita cenderung hiponasal atau bersuara sengau karena
(Gambar 14). Analisa ini bertujuan untuk melihat hipertropi adenoid pada ruang
nasofaringeal pada foto sefalometri ditunjukkan pada gambar berikut (Gambar 15). 3,8,12,15,16
Gambar 15. Fujioka :Titik A1 adalah konveksitas maksimal dari bagian inferior adenoid.
Garis B digambarkan segaris lurus dengan bagian anterior basioocciput.
Besarnya adenoid dapat diukur dari jarak A1 ke garis B yaitu titik A.16
BAB 4
4.1 Perawatan
baik antara bidang ortodonti dengan bidang otolaringologi. Tindakan yang terlebih dahulu
tindakan bedah untuk membuang jaringan adenoid yang menghambat saluran pernafasan
kebiasaan buruk seperti berbicara dengan suara hiponasal dan bernafas melalui mulut.
Koreksi suara hiponasal dilakukan dengan terapi bicara, sedangkan koreksi kebiasaan
bernafas melalui mulut dilakukan dengan pemakaian oral screen atau pre-orthodontic
trainer (Gambar 18) dibantu dengan terapi bernafas. Kedua alat ini berfungsi untuk
menutup jalur masuk udara ke rongga mulut sehingga penderita akan beradaptasi dengan
rahang atas yang sempit dengan palatum yang tinggi dengan menggunakan pesawat rapid
maxillary expansion (Gambar 19). Perawatan fase ini bertujuan untuk mengoreksi
pertumbuhan bentuk rahang atas yang sempit dan pertumbuhan ruang nasal yang kurang
berkembang. Pada kasus maloklusi Klas II Angle divisi 1 selain dipasangkan pesawat rapid
maxillary expansion pada rahang atas, pesawat bite block dipasangkan pada rahang bawah
untuk mempertahankan hubungan vertikal selama rahang atas mengalami ekspansi. Pada
kasus maloklusi Klas III Angle, pada ekstraoral digunakan pesawat fungsional chin cap
untuk membatasi pertumbuhan rahang bawah ke arah vertikal dan merangsang rotasi
yang bertujuan untuk mengoreksi maloklusi gigi geligi. Pada tahap ini dilakukan analisa
ruang untuk mengetahui apakah ruang yang tersedia cukup untuk pergerakan gigi geligi.
Apabila terdapat kekurangan ruang, salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah
ekstraksi gigi premolar pertama. Pada kasus maloklusi Klas II Angle divisi 1, pada rahang
bawah digunakan pesawat cekat dengan lip bumper untuk membatasi tekanan bibir
KURET
ADENOID
Berikut ini beberapa laporan kasus perawatan anomali ortodonti pada penderita
Seorang pasien anak laki laki usia 5 tahun mempunyai karakteristik dan gambaran
skeletal sindroma wajah adenoid dan telah dilakukan tindakan adenoidektomi (Gambar 20).
Berdasarkan anamnesa dengan orangtua pasien, diketahui bahwa anak selalu tidur dengan
mulut terbuka, mudah lelah ketika beraktifitas, dan memiliki beberapa masalah di sekolah
seperti emosi yang labil, sulit untuk berkonsentrasi belajar dan prestasi belajar disekolah
yang rendah.
Gambar 20. Pasien usia 5 tahun 10 bulan dengan sindroma wajah adenoid.26
dummy face, wajah yang terlalu panjang untuk anak seusianya, berat badan dan tinggi
Pada pemeriksaan rongga mulut didapati kondisi gigi geligi yang berjejal ringan,
klasifikasi skeletal Klas II dengan rahang bawah retrognatik, maloklusi Klas II Angle divisi
1 (Gambar 21), lengkung rahang atas yang sempit dengan palatum yang tinggi (Gambar 22)
Tujuan perawatan adalah untuk mencapai hubungan molar Klas I Angle dan
mencapai overjet yang ideal. Perawatan terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase pertama dengan
dengan pesawat ortodonti rapid maxillary expansion Schwarz pada kedua rahang (Gambar
Hasil perawatan
terdapat diastema pada anterior rahang atas karena ekspansi rahang atas. Diastema pada
rahang atas nantinya akan dikoreksi pada fase kedua yaitu dengan pesawat cekat.
Berdasarkan anamnesa dengan orang tua pasien, pasien mengalami peningkatan yang
signifikan seperti dapat tidur lebih nyenyak, emosi lebih stabil, lebih energik dan aktif,
nafsu makan yang membaik dan kemampuan fonetik yang membaik (Gambar 24 - 26).
Gambar 24. Foto pasien setelah perawatan 19 bulan, tampak pertumbuhan rahang
atas dan ekspresi wajah pasien telah terkoreksi. 26
Gambar 25. Foto intraoral pasien ; rahang atas yang mengalami
ekspansi dan terdapat diastema.26
mengoreksi anomali dentalnya. Dari anamnesa dengan orangtua pasien diketahui bahwa
anak memiliki kebiasaan bernafas dari rongga mulut dan telah menjalani adenoidektomi
Karakteristik umum pasien yaitu bentuk wajah yang panjang dan rongga hidung
yang sempit. Pada pemeriksaan rongga mulut, dijumpai lengkung rahang atas yang sempit
disertai palatum yang tinggi berbentuk huruf V dan rahang atas yang retrognatik sehingga
mengakibatkan kurangnya leeway space untuk erupsi gigi kaninus permanen rahang
atas.Dari foto sefalometri dapat ditentukan diagnosa ortodonti pasien yaitu maloklusi Klas
II Angle divisi 1 dengan gigitan terbuka anterior dengan overjet 10 mm. (Gambar 27 30).
memperlebar lengkung rahang atas yang sempit agar tercapai hubungan yang baik antar
kedua rahang. Bite block rahang bawah digunakan selama 9 minggu dan ditempatkan pada
gigi posterior rahang bawah untuk menjaga hubungan vertikal selama ekspansi rahang atas
pesawat cekat dengan kawat ortodonti Ni-Ti 0,014 inci dan dengan bantuan elastik Klas II
0,18 x 0,22 inci untuk memperbaiki hubungan molar pertama. Lip bumper digunakan
selama 14 jam sehari pada rahang bawah (Gambar 33). Perawatan dilakukan hanya dalam
29 bulan dikarenakan pasien sangat kooperatif dan hasil yang diinginkan telah tercapai.
Hasil perawatan
Hasil perawatan yang baik tercapai dengan terkoreksinya relasi oklusal dan skeletal.
Setelah perawatan, terlihat keseimbangan estetis pada wajah pasien dimana hubungan bibir
atas dan bawah kompeten., tercapainya hubungan molar pertama dan kaninus Klas 1, dan
overjet yang berhasil dikoreksi dari 10 mm hingga 1 mm. Koreksi lengkung rahang atas
yang sempit juga berhasil dilakukan sehingga palatum telah mencapai ukuran normal dan
Gambar 32. Foto oklusal pasien ketika dipasangkan rapid maxillary expansion pada
rahang atas dan bite block pada gigi posterior rahang bawah. 27
Gambar 33. Pesawat cekat dengan lip bumper dan elastik pada pasien.27
Gambar 34. Foto ekstra oral pasien setelah 29 bulan perawatan.27
Pasien laki - laki usia 7 tahun (Gambar 38) menginginkan perawatan ortodonti. Dari
anamnesa diketahui bahwa pada saat anak berusia 4 tahun telah dilakukan bedah
adenoidektomi dan tonsilektomi, dan pasien sulit untuk berbicara dengan baik.
yang parah sampai dengan regio molar desidui (Gambar 39), hubungan molar Klas 1, dan
klasifikasi skeletal Klas III, gigitan terbuka anterior sebesar 9 mm, peningkatan panjang
wajah bagian bawah, dan gigi insisivus rahang bawah yang protrusi.
Gambar 39. Foto intra oral sebelum perawatan ; tampak gigitan terbuka anterior yang
sampai ke regio molar desidui.28
Tujuan perawatan pada pasien ini adalah untuk mengoreksi gigitan terbuka anterior,
mendapatkan overbite, overjet, hubungan kaninus dan molar pertama yang ideal. Perawatan
ini meliputi koreksi dari inklinasi aksial gigi-gigi anterior rahang atas dan rahang bawah,
mendapatkan oklusi fungsional yang baik, membatasi ekstruksi molar rahang atas,
merangsang rotasi rahang bawah ke anterior, dan memperbaiki profil wajah pasien.
Perawatan
Terdapat dua fase perawatan yang akan dilakukan pada pasien. Fase pertama
menggunakan pesawat ekstra oral chin cap dan pesawat lepasan rapid maxillary expansion.
Pesawat chin cap berfungsi untuk membatasi pertumbuhan rahang bawah ke arah vertikal
dan merangsang rotasi rahang bawah ke anterior untuk mengoreksi bentuk skeletal wajah
pasien yang tampak panjang, sedangkan pesawat Rapid maxillary expansion berfungsi
untuk memperlebar lengkung rahang atas. Pada perawatan fase ini kebiasaan menjulurkan
lidah telah terkoreksi. Hasil perawatan dari fase ini adalah gigitan terbuka anterior
berkurang hingga 4 mm. Fase pertama ini berakhir hingga masa gigi bercampur.
Pada fase kedua perawatan digunakan pesawat cekat dengan kawat ortodonti Ni-Ti
0,016 x 0,022 inci dan elastik 4oz yang dipasangkan pada gigi kaninus rahang atas dan
lepasan Hawley retainer dan chin cap pada saat tidur. Kombinasi kedua pesawat ini
berfungsi untuk mengontrol pertumbuhan skeletal pasien selama masa pertumbuhan pasien.
Hasil perawatan yang signifikan antara lain tercapainya klasifikasi skeletal dan dental Klas
I, garis senyum yang baik, estetis wajah yang memuaskan, terkoreksinya inklinasi aksial
gigi geligi posterior, gigitan terbuka anterior yang berkurang dari 9 mm menjadi 3 mm, dan
5.1 Kesimpulan
Obstruksi tersebut dapat terjadi karena jaringan adenoid yang mengalami hipertrofi
menutupi saluran pernafasan atas. Gejala gejala yang menyertai yaitu kebiasaan bernafas
melalui mulut, obstruksi apnea saat tidur, sinusitis, suara hiponasal, penurunan fungsi
Gambaran klinis umum sindroma wajah adenoid yang spesifik adalah 1/3 wajah
bagian bawah yang tampak panjang, ekspresi dummy face, bentuk wajah dolikosefali, mulut
yang selalu terbuka, kepala yang selalu didongakkan ke atas pada saat bernafas, tubuh yang
kurus dan rentan terhadap penyakit. Gambaran klinis oral sindroma wajah adenoid antara
lain lengkung rahang atas yang sempit dengan palatum yang tinggi, posisi rahang bawah
yang turun dan elongasi, mukosa oral yang kering, gigi geligi yang rentan karies, gigi
anterior rahang atas yang protrusi, gummy smile, kebiasaan menjulurkan lidah, gigitan
silang posterior, maloklusi Klas II Angle divisi 1 dan Klas III dengan atau tanpa gigitan
terbuka anterior.1,9-17,22-24
Penegakan diagnosa sindroma wajah adenoid yaitu dengan anamnesa terhadap
pasien dengan orang tua pasien, pemeriksaan klinis, rongga mulut, analisa fungsional dan
radiografi sefalometri. Tindakan yang terlebih dahulu harus dilakukan sebelum melakukan
perawatan anomali ortodonti pada sindroma wajah adenoid yang disebabkan oleh hipertropi
rahang atas yang sempit dengan pesawat rapid maxillary expansion, dan mengoreksi
5.2 Saran
mungkin untuk mencegah terjadinya anomali ortodonti yang lebih berat, kebiasaan bernafas
melalui mulut dan menjulurkan lidah. Anomali yang dijumpai pada penderita sindroma
wajah adenoid sangat kompleks, oleh karena itu diperlukan kerja sama yang baik dari
beberapa disiplin ilmu, yaitu bidang otolaringologi dan ortodonti dalam menegakkan
diagnosa dan merencanakan perawatan, sehingga dapat diperoleh hasil perawatan yang
optimal.
DAFTAR PUSTAKA
4. Flutter J. The negative effect of mouth breathing on the body and development
<http://www.buteyko.iemouth%20breathing%20and%20crooked%20teeth.pdf
> (24/08/2010)
online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=764&Itemid=1
> (24/08/2010)
<http://www.alexorl.com/alexorlfiles/DownLoad%20Lectures/Pharynx/ADEN
OIDS.pdf> (24/08/2010)
<http://en.wikipedia.org/wiki/Adenoid_hypertrophy> (24/08/2010)
2006; 7-55.
Yogyakarta.2010.
<http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=presus+THT+"TONSILEK
TOMI"+Moch.Nizam+Fahmi+20040310109> (24/08/2010)
17. Ngan P, Fields HW. Open bite: a review of etiology and management.
malocclusion.<www.russiandoctors.org>. (24/08/2010)
19. Erliera. Hubungan postur kepala dengan tumbuh kembang mandibula pda
penderita obstruksi saluran nafas atas dengan kebiasaan buruk nafas mulut
20. Soxman JA. Upper airway obstruction in the pediatric dental patient. General
21. Vig KWL. Nasal obstruction and facial growth : the strength of evidence for
<http://www.jeffersondental.com/assets/docs/mouthBreathing.pdf>
(24/08/2010).
23. Page KC, Mahony D. The airway, breathing and orthodontics. Today's FD,
28. Hamachi N, Ozer T, Basaran G et al. Early treatment of excessive open bite
and follow up: Case Report. Journal Of International Dental And Medical