Ectodermal Displasia - Harika Ixzarina006
Ectodermal Displasia - Harika Ixzarina006
Oleh:
Pembimbing:
I
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR ii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
BAB II 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Ektodermal Displasia..................................................................................................3
2.1.1 Definisi..................................................................................................................3
2.1.2 Klasifikasi............................................................................................................4
2.1.3 Etiologi …………………………………………………………………………………………………………….6
2.1.4 Manifestasi Klinis………………………..………………………...…….12
2.1.5 Patosisiologis………………………………………………………………………………………………….15
2.2 Dental Anomali………………………………………………………………………………………………………16
2.2.1 Anodontia………………………………………………………………………………………………..…….17
2.2.2 Oligodontia……………………………………………………………….18
2.2.3 Hipodontia…………………………………………………………………………………………………18
BAB III 19
PAPARAN KASUS 19
3.1 Anamnesis dan Pemeriksaan……………………………………………………………………………….19
3.2 Pemeriksaan Ekstra Oral dan Intra Oral………………………………………….19
3.3 Pemeriksaan Peunjang …………………………………………….…………………………………………20
3.4 Rencana perawatan dan Tata Laksana Peawatan..…………………………21
3.5 Diskusi……………………………………………………………………………………………………………………..25
BAB IV 31
SIMPULAN 31
DAFTAR PUSTAKA 32
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. pasien memiliki rambut yang halus dan jarang ..................................................10
Gambar 2.2. Bentuk tubuh sedang dan gizi buruk...................................................................10
Gambar 2.3. Karakteristik wajah yang khas............................................................................11
Gambar 2.4. Manifestasi intraoral............................................................................................11
Gambar 2.5. Anomali jumlah ..................................................................................................13
Gambar 2.6. Anomali bentuk gigi............................................................................................13
Gambar 2.6. Anodontia parsial……………………… ……………………..………………..14
Gambar 2.7 Profil lateral ………………………………………………..…………..………15
Gambar 3.1 Gambaran intra oral sebelum oprasi………….…………………………………20
Gambar 3.2 Radiografi Panoramik …………………………………………………………..21
Gambar 3.3 Cetakan alginate rahang atas rahang bawah ……………………………………22
Gambar 3.4 Tampilan intraoral pasca operasi………………………………………………..24
Gsmbar 3.5 Timeline perawatan ppasien ……………………………………………………25
II
BAB I
PENDAHULUAN
Ektodermal displasia adalah salah satu kelainan genetik yang menarik karena tidak
adanya atau hampir tidak adanya keringat, adanya kerusakan gigi, dan ciri yang khas pada wajah.
Ektodermal displasia mewakili kelompok penyakit bawaan nosologis yang besar dan kompleks
yang pertama kali dijelaskan oleh Thurnam pada tahun 1848 dan pada abad ke-19 oleh Darwin.
Pada tahun 1921, Thadani menetapkan DEH (hypohidrotic ectodermal dysplasia) sebagai suatu
kelainan x-linked dan kemudian melaporkan bahwa perempuan pembawa gen mutan
menampakkan gejala yang bervariasi dari kondisi tersebut. 1 Insidennya relatif jarang (1/100.000
kelahiran) dan ditandai dengan perkembangan abnormal turunan ektodermal. Sebagian besar
kasus sindrom ini terjadi pada laki-laki (90%) dan pada perempuan hanya sebagai pembawa
penyakit. Sindrom lengkap tidak terjadi pada perempuan; namun, bentuk displasia ektodermal
yang diturunkan sebagai resesif autosomal yang jauh lebih jarang dijumpai ketika wanita
Salah satu tipe ED yang sering ditemukan adalah tipe resesif X-linked hipohidrosis.
Ektodermal displasia hipohidrotik ditandai dengan hipohidrosis karena tidak adanya atau
berkurangnya jumlah kelenjar keringat, hipotrikosis (kulit kepala dan rambut tumbuh jarang,
berwarna terang), dan hipodonsia. Ciri menonjol lainnya termasuk dahi yang menonjol, batang
2
hidung yang rata, dan hiperpigmentasi periorbital. Manifestasi oral meliputi, Sebagian atau
semua mengalami anodontia, bentuk gigi yang tidak normal, hipoplasia enamel, penurunan
tinggi alveolar ridge yang asimetris, retrusi rahang atas, dan lengkungan palatal yang tinggi.
1
Tidak adanya gigi dapat menyebabkan kesulitan mengunyah, kekurangan nutrisi, masalah bicara,
Rehabilitasi prostetik pada pasien ini sangat penting untuk mencapai tujuan fungsional,
estetika, dan psikologis yang diinginkan. Dibandingkan dengan peralatan lepasanan yang
tradisional, prostesa cekat lebih nyaman dipakai pasien dan memberikan hasil higienis dan
estetika yang lebih stabil dan lebih baik. Prostesa cekat meningkatkan fungsi bicara dan
pengunyahan serta memiliki lebih sedikit dampak negatif dibandingkan prostetik pengganti
lainnya, sehingga menjadikannya pilihan yang ideal untuk pasien yang masih muda dengan
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 DEFINISI
Ektodermal adalah salah satu komponen embrionik primitif. Pada sekitar minggu ketiga
saraf, dan ektoderm, yang akan melapisi seluruh permukaan embrio dan membentuk epidermis,
pelengkap epidermis, dan email gigi. Oleh karena itu, ektodermal tidak hanya membenuk
rambut, gigi, kuku, dan kelenjar keringat, tetapi juga sistem saraf pusat, sistem saraf tepi, mata,
telinga, dan hidung, serta kelenjar ekrin, kelenjar susu, dan hipofisis. Selama perkembangannya,
ektoderm mengalami interaksi yang kompleks dengan mesoderm, sehingga kelainan ektodermal
dapat menyebabkan kelainan pada struktur mesodermal seperti sistem muskuloskeletal dan
genitourinari. 1
Ektodermal displasia (ED) adalah kelompok kelainan herediter heterogen yang ditandai
dengan kelainan tertentu. kelainan struktural dan fungsional bersama pada jaringan yang berasal
dari ektoderm. Sebagian besar penyakit ini juga berhubungan dengan perkembangan struktur
abnormal yang berasal dari mesoderm dan terkadang juga disertai keterbelakangan mental.
Sindrom ini termasuk kondisi yang jarang terjadi, dengan perkiraan kejadian 7 kasus per
10.000 kelahiran. Sindrom ini dapat ditularkan melalui salah satu pola pewarisan Mendel, dan
meskipun banyak dari mereka memiliki karakteristik klinis tertentu, beberapa sindrom memiliki
temuan klinis yang spesifik. Sampai saat ini, sekitar 200 kondisi seperti itu telah diketahui, dan
3
mutasi gen penyebab telah diidentifikasi pada sekitar 30 kasus dengan kondisi tersebut. Mutasi
hanya pada 4 gen (EDA1, EDAR, EDARADD, dan WNT10A) bertanggung jawab atas
2.1.2 KLASIFIKASI
Strategi saat ini untuk mengklasifikasikan berbagai jenis ED dengan manifestasi berbeda
sistematis, ada atau tidaknya empat “cacat ektodermal” utama dalam subkelompok yang
• ED1: trikodisplasia atau hipotrikosis (displasia rambut) berhubungan dengan rambut yang
jarang dan rapuh, biasanya dengan tingkat pigmentasi yang sangat rendah. Distribusi rambut
tubuh dapat bervariasi, namun rambut kulit kepala, kemaluan, dan ketiak biasanya jarang,
Alis dan bulu mata bisa hilang sama sekali. Kulit biasanya pucat, kering, dan eksfoliatif.
• ED2: Displasia gigi, dalam bentuk anodontia atau hipodonsia yang menyebabkan buruknya
• ED3: Onychodysplasia (displasia kuku) didasarkan pada penampilan kuku yang berbentuk
sendok.
• ED4: Dishidrosis (displasia kelenjar keringat) adalah displasia kelenjar keringat yang
keringat. Akibatnya, pasien rentan terhadap hipertermia, terutama pada bulan – bulan
dengan cuaca yang hangat; hal ini juga dikaitkan dengan kematian anak usia dini.
Bentuk yang paling umum diamati adalah pada subkelompok ED1-ED2-ED3-ED4 (misalnya,
4
hipohidrotik atau anhidrotik, masing-masing HED dan AED) dan subkelompok ED1-ED2-ED3
(misalnya, ED hidrotik), dengan bentuk monosimtomatik yang jarang terjadi [Clauss et al.,
2014].3
Dari sudut pandang kedokteran gigi, gigi yang ada ditandai dengan adanya gangguan
pada morfologi mahkota, yaitu berbentuk lebih kecil atau kerucut (terutama gigi depan), cacat
mineralisasi, taurodontisme, dan fusi akar [Reyes-Reali et al., 2018]. Gigi yang sering terkena
dampak termasuk gigi taring rahang atas dan mandibula, gigi geraham pertama, dan gigi seri
sentralis mandibula [Wright et al., 2017; Lexner dkk., 2008]. Waktu dan urutan erupsi gigi yang
salah serta jarak yang tidak tepat atau jarak lebar juga terjadi. Selain itu, juga dapat terjadi gigi
sulung, tanpa penggantinya. Pertumbuhan mandibula yang tidak memadai dan tidak adanya
prosesus alveolar pada lokasi agenesis gigi menyebabkan panjang rahang bawah menjadi lebih
kecil, sehingga menyebabkan overjet negatif (yaitu underbite). Selain itu, dimensi wajah dan
ketertinggalan sekitar dua tahun dibandingkan rekan-rekan mereka yang sebagian besar
dikaitkan dengan pengukuran biometrik wajah. Ciri ini paling sering terlihat pada masa kanak-
kanak, yaitu sebelum perawatan gigi dimulai. Kemudian, setelah perawatan prostetik, fitur
Ciri-ciri dismorfik lainnya, seperti dahi yang menonjol atau bagian depan yang menonjol,
orbital yang tinggi, hipertelorisme, serta dijumpai juga hidung dan telinga yang lebih kecil
[Reyes-Reali et al., 2018; Memangsa, 2012]; pada wanita, kelenjar susu bisa menjadi
hipoaplastik [Prashanth dan Deshmukh, 2012]. Masalah yang berkaitan dengan hiposalivasi dan
hiposekresi kelenjar juga dapat menyebabkan masalah mata, telinga, dan pernapasan.
Hiposalivasi dapat disebabkan oleh produksi air liur yang tidak mencukupi atau tidak adanya
5
kelenjar ludah sama sekali [Bergendal, 2014]. Kekeringan pada mulut dan tenggorokan dapat
menyebabkan suara serak atau cadel dan selanjutnya mengganggu retensi prostesis gigi.
Xerophthalmia juga sering muncul dan berkontribusi terhadap gangguan penglihatan yang
yang bermanifestasi sebagai kelainan pada setidaknya dua dari empat struktur ektodermal klasik
seperti yang didefinisikan di atas, dengan atau tanpa kelainan lain, dan kelainan kelompok B,
yang bermanifestasi sebagai kelainan dalam satu struktur ektodermal klasik (1-4 dari atas)
dalam kombinasi dengan (5), suatu cacat pada satu struktur ektodermal lainnya (yaitu telinga,
berbeda dari dua atau lebih cacat ektodermal (misalnya 2–4, 1–3, 1–4 dari atas). Gangguan
kelompok B diindikasikan sebagai 1–5, 2–5, 3–5 atau 4–5 (dari atas).1
2.1.3 ETIOLOGI
masa embrio. Diidentifikasi adanya cacat genetik yang menyebabkan sekitar 30 kasus
ektodermal displasia. Namun, pemahaman rinci tentang patofisiologi yang mendasari sebagian
6
besar bentuk ektodermal displasia sehubungan dengan mekanisme dasar terjadinya cacat
genetik pada pertumbuhan dan perkembangan struktur ektodermal masih belum diketahui.5
Siemens-Touraine) disebabkan oleh mutasi pada EDA, yang mengkode protein ektodisplasin,
ligan larut yang mengaktifkan sinyal pada jalur NF-kappaB dan JNK/c-fos/c-jun. Ectodysplasin
penting dalam meningkatkan kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan diferensiasi sel. Dengan
pilocarpineiontophoresis, tidak ditemukan adanya saluran ekrin, penurunan unit folikel rambut
dan kepadatan folikel rambut, serta penurunan laju pertumbuhan rambut terminal telah
oleh mutasi pada gen DL, yang mengkode reseptor EDA (ectodysplasin). Displasia ektodermal
hipohidrotik resesif autosomal juga dapat disebabkan oleh mutasi pada gen EDARADD, yang
mengkode protein yang berinteraksi dengan reseptor EDA. Mutasi heterozigot pada gen TRAF6
Gen EDA, EDAR, dan EDARADD memberikan instruksi untuk membuat protein yang
bekerja sama selama perkembangan embrio. Protein ini membentuk bagian dari jalur sinyal
yang penting untuk interaksi antara dua lapisan sel, ektoderm dan mesoderm. Pada embrio awal,
lapisan sel ini membentuk dasar bagi banyak organ dan jaringan tubuh. Interaksi ektoderm-
mesoderm sangat penting untuk pembentukan beberapa struktur yang muncul dari ektoderm,
Mutasi pada gen EDA, EDAR, atau EDARADD mencegah interaksi normal antara
ektoderm dan mesoderm, yang mengganggu perkembangan normal kulit, rambut, kuku, gigi,
7
dan kelenjar keringat. Mutasi pada salah satu dari ketiga gen ini menyebabkan tanda dan gejala
Gen WNT10A memberikan instruksi untuk membuat protein yang merupakan bagian dari
jalur pensinyalan berbeda yang dikenal sebagai pensinyalan Wnt. Pensinyalan Wnt mengontrol
aktivitas gen tertentu dan mengatur interaksi antar sel selama perkembangan embrionik.
Pemberian sinyal yang melibatkan protein WNT10A sangat penting untuk perkembangan
struktur ektodermal, terutama gigi. Mutasi gen WNT10A yang menyebabkan displasia
ektodermal hipohidrotik merusak fungsi protein, yang mengganggu perkembangan gigi dan
Ketika displasia ektodermal hipohidrotik hasil dari mutasi gen WNT10A, fitur-fiturnya lebih
bervariasi daripada ketika kondisinya disebabkan oleh mutasi pada gen EDA, EDAR, atau
EDARADD. Tanda dan gejala berkisar dari ringan hingga berat, dan mutasi pada gen WNT10A
diantaranya :1
1. HED resesif X-Liked atau displasia ektodermal anhidrotik dan imunodefisiensi (EDA
ID), disebabkan oleh mutasi pada gen yang mengkode protein ektodisplasin, yang
menghasilkan gigi berbentuk kerucut, rambut jarang, anhidrosis atau hipohidrosis, dan
2. HED autosomal dominan disebabkan oleh mutasi pada gen DL, yang mengkode
8
3. HED resesif autosomal juga dapat disebabkan oleh mutasi pada gen EDARADD, yang
autosomal dominan, disebabkan oleh mutasi pada GJB6, yang mengkode connexin 30,
mutasi pada gen TP73L (p63), yang menunjukkan kelainan bawaan pada kulit, rambut,
Diketahui juga Cacat genetik yang mendasari beberapa ektodermal displasia lainnya: 1
1. Keratoderma palmoplantar dengan tuli disebabkan oleh mutasi pada gen GJB26 yang
2. ektodermal displasia Pulau Margarita disebabkan oleh mutasi pada gen PVRL1, yang
mengkode nectin-1.
3. Ektodermal displasia dengan kerapuhan kulit disebabkan oleh mutasi pada gen PKP1
4. Hipotrikosis dengan distrofi makula remaja disebabkan oleh mutasi pada gen CDH3,
6. Sindrom malformasi tangan-kaki terbelah disebabkan oleh mutasi pada gen TP63.
Secara klinis, displasia ektodermal herediter dapat dibagi menjadi dua kategori besar:
9
1. Bentuk hipohidrotik X- Linked (sindrom Christ-SiemensTouraine), ditandai dengan ciri
khas yang klasik berupa hipodonsia, hipohidrosis, dan hipotrikosis serta ciri-ciri wajah
Kebanyakan pasien menunjukkan rambut halus, jarang, tidak berkilau, dan pirang;
oleh karena itu, sedikit pigmentasi pada batang rambut yang diamati secara
Gambar 2.1 Pasien memiliki rambut yang halus,jarang, tidak berkilau dan berwarna terang
yang memberikan tampilan barcode dan penskalaan yang luas 1
Gamabr 2.2 bentuk tubuh sedang dan gizi buruk serta kelainan rambut 1
10
Karakteristik wajah yang khas ditandai dengan atasan frontal, telinga bagian
bawah besar kulit periorbital hiperpigmentasi, keriput, bibir tebal terbalik, hidung
pelana, dan pipi cekung. Ciri-ciri ini tidak dijumpai sampai masa bayi
Gambar : 2.3 karakteristik wajah yang khas yang ditandai dengan atasan frontal, pipi cekung
hidung saddle, bibir tebal dan terbalik, kulit periorbital keriput dan hiperpigmentasi serta
telinga besar dan terletak dibawah1
Dental manifestasi meliputi: gigi berbentuk kerucut atau gigi pasak, hipodonsia
11
Gambar 2.4 : F: Manifestasi intraoral—penyimpangan dalam jumlah dan bentuk, gigi seri sentral dan
lateral berbentuk kerucut, mukosa lengket kering dan tonjolan alveolar seperti pisau 1
Pengikisan kulit yang luas dan demam yang tidak diketahui penyebabnya akibat
2. Bentuk hidrotik (sindrom Clouston) yang biasanya tidak mengenai kelenjar keringat
tetapi mempengaruhi gigi dan rambut dan kuku. Sebagian besar gambaran klinis lainnya
mirip dengan yang terlihat pada bentuk hipohidrotik. Penyakit ini diturunkan secara
Pigmentasi wajah
Kelainan rambut yang mencakup rambut tipis dan halus di kulit kepala, rambut
Wajah khas pasien ektodermal displasia dengan ciri-ciri seperti: frontal bossing,
12
Perawakan sedang dan gizi buruk.
MANIFESTASI ORAL
Bentuk gigi yang salah, yaitu gigi insisivus sentralis dan lateral yang berbentuk
kerucut
Karies dini
Gingivitis
13
Alveolar ridge berbentuk knife edge
Anodontia/hipodontia parsial
GAMBARAN RADIOLOGI
Aplasia mandibula
14
Gambar 2.7: Profil lateral menunjukkan penurunan tinggi wajah sepertiga bagian bawah
2.1.5 Patofisiologi
oleh mesoderm melalui serangkaian jalur sinyal antar sel dan intraseluler yang kompleks antara
lapisan ectoderm dan mesoderm. Mesoderm berfungsi sebagai pemrakarsa diferensiasi adneksa
selama perkembangan embrionik, yaitu ketika ektoderm secara bertahap bertransisi ke dalam
epidermis. Asal usul benih gigi (embrio gigi) juga merupakan produk interaksi antara lapisan
mesoderm dan ektoderm [Reyes-Reali et al., 2018]. Gen EDA, EDAR, dan EDARADD
15
bertanggung jawab untuk menciptakan protein ectodysplasin A (MIM: 300451). Protein
transmembran ini adalah bagian dari jalur pensinyalan TNFα dan sangat penting untuk interaksi
antara lapisan ektoderm dan mesoderm [Trzeciak dan Koczorowski, 2016]. Interaksi
perkembangan yang terganggu antara kedua lapisan tersebut menyebabkan gangguan pada
pembentukan dan fungsi gigi, rambut, kuku, kulit, dan kelenjar keringat, dengan masing-masing
jaringan dipengaruhi oleh tingkat malformasi atau malfungsi yang berbeda-beda. Pengujian
duplikasi. Selain itu, pola pewarisan yang berbeda telah dijelaskan [GHR, 2019]. EDA adalah
satu-satunya gen yang bertanggung jawab terhadap sindrom HED X-Linked, dan pengurutan
langsung gen ini dapat mengidentifikasi hingga 95% varian penyebab pada pria. Untuk gen
EDAR dan EDARADD, analisis urutan gen yang mengkode dan daerah intron yang mengapit
juga tersedia tetapi memberikan hasil yang lebih rendah. Analisis sekuens tidak kuat karena
memerlukan analisis dosis dan metode khusus untuk mendeteksi varian nomor salinan (CNV)
[Prashanth dan Deshmukh, 2012]. Urutan paralel besar besaran memungkinkan analisis
beberapa panel gen kandidat dan sering kali mencakup deteksi CNV, yang secara signifikan
Perkembangan gigi adalah proses yang kompleks namun telah ditentukan sebelumnya.
Setiap penyimpangan dari kejadian mikroskopis normal, standar atau yang diharapkan dalam
Bentuk gigi desidui sudah mulai berkembang pada usia 4 bulan dalam kandungan.
Pertumbuhan dan perkembangan gigi melalui beberapa tahap, yaitu tahap inisiasi, proliferasi,
16
dapat terjadi anomali yang menyebabkan anomali dalam jumlah gigi, ukuran gigi, bentuk gigi,
struktur gigi, warna gigi dan gangguan erupsi gigi. Jumlah gigi manusia yang normal adalah 20
gigi sulung dan 32 gigi tetap, tetapi dapat dijumpai jumlah yang lebih atau kurang dari jumlah
Anomali perkembangan gigi ditandai penyimpangan dari warna normal, kontur, ukuran,
jumlah, dan tingkat perkembangan gigi. Faktor lokal serta sistemik mungkin bertanggung jawab
atas gangguan perkembangan ini. Meskipun asimtomatik, anomali ini dapat menyebabkan
masalah klinis, termasuk tertunda atau tidaknya erupsi gigi seri normal; erosi; masalah
menyusui; estetika yang dikompromikan; gangguan oklusal; fraktur cusp yang tidak disengaja;
gangguan pada ruang lidah, menyebabkan kesulitan dalam berbicara dan pengunyahan; nyeri dan
yang berlebihan; kerusakan gigi pasca-erupsi; dan peningkatan kerentanan terhadap karies.4
2.7.1 ANADONTIA
Anodontia adalah kelainan genetik yang ditandai dengan tidak adanya semua gigi sulung
atau permanen. Anodonsia yang merupakan suatu keadaan dimana benih gigi tidak terbentuk
sama sekali disebabkan oleh gen resesif pada kromosom X. Meskipun semua gigi sulung
terbentuk dalam jumlah yang tepat, anodontia dapat terjadi pada periode gigi tetap/ permanen.
Namun sebenarnya kondisi ini sangat jarang terjadi. Biasanya anodontia melibatkan baik gigi
susu maupun gigi tetap. Hal ini dapat terjadi pada beberapa gigi atau semua gigi. Anodontia
parsial juga disebut sebagai anodontia melibatkan dua gigi atau hanya gigi gigi permanen.
Anodontia parsial, hypodontia, oligodontia, aplasia bilateral, congenital absence adalah berbagai
terminologi hal yang sama. Congenital absence dari setidaknya satu gigi permanen adalah
17
anomali gigi yang paling umum yang mempengaruhi estetika, pengunyahan, bicara dan
Anodontia disebabkan oleh kelainan secara genetik yang umumnya diturunkan dari orang
tua lewat gen dominan. Selain itu, mutasi genetik juga dapat terjadi bila seseorang menderita
displasia ektodermal, downsindrom, sindrom rieger, sindrom book, sindrom robinson, dan
sindrom lainnya. Faktor lain yang jarang terjadi namun dapat menyebabkan anodontia adalah
radiasi x-ray pada bagian wajah anak-anak. Radiasi sinar x-ray berpotensi merusak calon gigi
atau menghentikan pertumbuhan gigi yang baru terjadi (Yunus & Iman, 2020).
Anodontia biasanya didiagnosis jika bayi tidak mulai mengembangkan gigi pada saat
mereka berusia sekitar 13 bulan. Atau mungkin didiagnosis jika seorang anak tidak mulai
2.7.2 OLIGODONSIA
Oligodonsia adalah suatu kondisi di mana pasien memiliki lebih dari enam agenesis, tidak
termasuk gigi geraham ketiga. Oligodonsia merupakan kondisi bawaan langka yang dapat terjadi
oleh faktor genetik atau tanpa sindrom. Kondisi tersebut terjadi karena adanya gangguan selama
melibatkan perawatan prostetik, restoratif, dan ortodontik untuk mendukung fungsi mulut dan
2.7.3 HIPODONSIA
Hipodonsia adalah kehilangan satu atau beberapa gigi secara kongenital. Gigi yang paling
sering hilang adalah premolar maksila diikuti insisif lateral mandibula dan maksila Hipodonsia
dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan tingkat keparahan atau jumlah
18
kehilangan gigi, hipodonsia dibedakan berdasarkan, hipodonsia ringan yaitu kehilangan 1–2 gigi,
hipodonsia sedang yaitu kehilangan 3-5 gigi dan hipodonsia parah yaitu kehilangan 6 gigi atau
BAB III
PAPARAN KASUS
Seorang anak laki-laki Timur Tengah berusia 5 tahun datang ke departemen kedokteran
gigi anak di Otoritas Kesehatan Dubai Bersama orang tuanya dengan keluhan utama banyaknya
gigi yang tanggal. Anak tersebut telah didiagnosis menderita ED hipohidrotik sejak bayi oleh
dokter anak yang merawatnya, namun tidak ada kondisi medis lain yang disebutkan. Ibunya
menyampaikan bahwa anak tersebut mengalami intoleransi terhadap panas karena berkurangnya
kemampuan berkeringat.2
Riwayat keluarga anak laki-laki tersebut mengungkapkan bahwa dia adalah anak ketiga
dari lima bersaudara; tidak ada saudara kandung lainnya yang memiliki kondisi medis apa pun.
Anak laki-laki tersebut memiliki perawakan sedang dengan indeks massa tubuh 13,8 kg/m2.
hipohidrotik: rambut kulit kepala tipis dan jarang; perubahan warna di sekitar mata; rambut alis
dan bulu mata lebih sedikit ; batang hidung rata; rahang atas retrognatik; bibir kering dan tebal;
dagu menonjol; profil wajah cekung; dan mengurangi tinggi wajah bagian bawah.
19
Pemeriksaan intraoral pasien menunjukkan bahwa hanya terdapat delapan gigi (molar
kedua sulung atas, gigi taring permanen atas, gigi taring sulung atas, dan gigi taring permanen
bawah). Gigi taring sulung atasnya memiliki riwayat perawatan gigi dengan mahkota strip agar
terlihat seperti gigi seri lateral karena alasan estetika. Pasien menunjukkan overbite yang dalam
dan ridge alveolar yang tipis dan atrofi dengan hilangnya ketinggian vestibular, terutama pada
lengkung mandibula.2
Kontak oklusal satu-satunya adalah antara gigi kaninus permanen atas dan bawah, dengan
gigi taring berada pada kelas II. Mukosa mulut pasien agak kering, dan lidahnya membesar.
Kemampuan memproduksi saliva juga mengalami penurunan, dan saliva bersifat kental.
Terdapat beberapa sisa makanan dan akumulasi plak, yang disebabkan oleh buruknya
kebersihan mulut yang diperburuk dengan berkurangnya kemampuan pembersihan oleh saliva.2
Gambar 3.1 Gambaran intraoral sebelum operasi menunjukkan anodontia parsial dan alveola ridges yang tipis dan
atrofi. tampilan depan. b Pandangan oklusal atas. c Tampilan oklusal bawah 2
benih gigi permanen yang belum erupsi (molar pertama kanan atas, gigi seri lateral kanan atas,
molar pertama kiri atas, dan molar pertama kiri bawah). Gigi taring permanen atas dan bawah
telah erupsi sebelum waktu erupsi normal. Selain itu, radiografi menunjukkan berkurangnya
tinggi mandibula, merupakan temuan yang diharapkan pada pasien dengan ED (Gambar 3.2).
20
Gambar 3.2 Radiografi panoramik menunjukkan adanya empat benih gigi permanen yang belum erupsi 2
Pilihan pengobatannya meliputi gigi tiruan sebagian lepasan, gigi tiruan penuh, dan gigi
tiruan sebagian cekat (FPD). Gigi tiruan sebagian lepasan adalah modalitas perawatan yang
paling umum pada anak-anak dengan oligodontia, namun penggunaan protesa ini bisa jadi
kurang retentif dan memerlukan penyesuaian yang sering. Untuk pasien ini, retensi secara
signifikan terganggu oleh sifat atrofi yang tipis dari alveolar ridges; oleh karena itu, gigi tiruan
sebagian lepasan tidak direkomendasikan. Gigi tiruan penuh lebih retentif dibandingkan gigi
tiruan sebagian lepasan, namun gigi palsu ini memerlukan terapi pulpa elektif pada gigi
penyangga yang sehat. Pilihan ini juga dikecualikan karena permintaan orang tua untuk memilih
opsi yang lebih konservatif. Pilihan pengobatan terakhir yang didiskusikan dengan keluarga
21
adalah FPD, dengan keuntungan lebih retentif dan tidak terlalu merugikan pasien. Orang tua
Desain yang diusulkan untuk lengkung atas adalah Nance space maintainer dengan
saddle untuk menggantikan gigi geraham pertama sulung atas. Gigi insisivus pertama
dimasukkan juga untuk mengisi celah besar di antara gigi anterior yang ada untuk meningkatkan
estetika dan garis senyuman. Direncanakan alat ini akan digunakan untuk sementara sampai gigi
insisivus lateral permanen kanan atas erupsi. Lengkung bawah direncanakan untuk dibuatkan 8
unit ceramic bridge dengan mahkota logam-keramik pada dua gigi penyangga (gigi taring
permanen bawah) menggantikan gigi insisivus dan gigi geraham pertama sulung yang hilang.
Alat dirahang bawah diperluas hingga molar pertama sulung tanpa menyertakan molar kedua
sulung untuk mengurangi beban pada gigi penyangga. Desain pontik dipilih dari tipe ridge lap
yang dimodifikasi, yang memiliki sebagian permukaan cekung dan sebagiannya cembung,
sehingga memungkinkannya berkontak dengan ridge hanya pada bagian fasial. Desain pontik
seperti itu mencegah penumpukan makanan, sehingga menyebabkan alat lebih higienis. Hal ini
juga memberikan hasil estetika yang lebih baik dan dapat ditoleransi dengan baik oleh ridge. 2
Cetakan menggunakan alginat pada rahang atas dan bawah (menggunakan sendok cetak
logam berlubang, alginat; 3M, St. Paul, MN, USA) (Gbr. 3) dan membuat gigitan dengan lilin
dan dikirim ke laboratorium. Cetakan dituangkan dan dianalisis untuk menyelesaikan rencana
perawatan. Oklusi diperiksa, dan dicatat pada bagian gigitan yang dalam antara bagian atas dan
bawah gigi taring permanen mencegah penempatan gigi akrilik, jadi pengurangan oklusal gigi
22
Gambar 3.3 Cetakan alginat rahang atas dan bawah digunakan untuk fabrikasi peralatan
Pada kunjungan pasien berikutnya, orang tua diberitahukan tentang prosedurnya. Gigi
caninus bawah pasien dikurangi dengan hati-hati menggunakan bur fissure diamond
berkecepatan tinggi untuk membuat ruang kosong 2–3 mm di antara caninus permanen rahang
atas dan caninus permanen rahang bawah. Kemudian dihaluskan dengan bur yellow stone,
diaplikasikan topical flour varnish (5% natrium fluorida, White Vanish; 3M) diaplikasikan. 2
Molar band atas dipasang pada gigi molar dua sulung (ukuran 27 Unitek orthodontic
bands; 3M), dan cetakan alginat diambil untuk membuat Nance space maintainer degan saddle
pada rahang atas, dan FPD untuk rahang bawah. Pemilihan warna gigi dilakukan dengan
menggunakan VITA classical shade guide (VITA Amerika Utara, Yorba Linda, CA,USA), dan
Pada kunjungan pasien berikutnya, alat Nance rahang atas dengan gigi akrilik dicoba di
mulut pasien dan disemen dengan semen ketac (3M ESPE Ketac-Cem; 3M) (Gbr. 4b). Kami
memilih untuk memasangkan setiap peralatan satu per satu untuk membuka gigitan secara
bertahap dan melatih pasien dalam oklusi baru. Diinstruksikan untuk menghindari konsumsi
makanan yang lengket, dan diinstruksikan juga menjaga kebersihan mulut. Orang tua pasien
23
Setelah 2 minggu, anak laki-laki tersebut datang kembali untuk pemeriksaan lanjutan
terkait pemasangan alat pada rahang atas dan pemasangan alat pada rahang bawah. Sang ibu
memperhatikan bahwa anak tersebut merasa nyaman dengan alat itu dan sangat ingin
menggantikan gigi bawahnya yang hilang. Pada pemeriksaan intraoral, diketahui bahwa
remodeling gingiva telah terjadi di sekitar bagian atas gigi insisivus akrilik dengan pembentukan
papilla interdental antara tersebut dan gigi asli yang berdekatan, sehingga menyebabkan anak
mendapatkan tampilan estetis yang lebih natural. FPD utuk rahang bawah sudah dicobakan.
Dibuat Dua groove retensi pada permukaan serviks gigi caninus bawah. Retensi, ketahanan,
estetika, fonetik, dan oklusi diperiksa, dan alat tersebut disemen dengan semen ketac (Gbr. 4c).
Gambar 3.4 Tampilan intraoral pasca operasi. tampilan depan, b Tampilan oklusal atas alat Nance bagian atas
dengan gigi akrilik c Tampilan oklusal bawah dari gigi tiruan sebagian cekat bawah. 2
Instruksi diet dan kebersihan mulut diperkuat. Penetapan kembali oklusi menyebabkan
sepertiga bagian bawah wajah. Orang tua anak diinstruksikan untuk memotivasi anak untuk
tentang kemungkinan rasa tidak nyaman, kesulitan makan, dan pengucapan yang tidak jelas
Setelah 1 bulan pasien difollow up, ibu pasien melaporkan bahwa anaknya mengalami
sedikit kesulitan dalam mengucapkan beberapa kata, selain penumpukan makanan di sekitar
24
bagian alat rahang bawah. Orang tua diyakinkan dan diberikan latihan berbicara untuk anak
mengakomodasikan peralatan baru. Instruksi kebersihan mulut diperkuat, dan penggunaan sikat
interdental dan superfloss untuk membantu membersihkan di sekitar gigi akrilik. Peralatannya
tetap stabil tanpa kehilangan tulang yang berarti atau iritasi gingiva. Orang tua melaporkan
bahwa anaknya mengalami peningkatan yang signifikan dalam fungsi bicara dan pengunyahan.
Janji untuk kontrol ulang dijadwalkan setelah 3 dan 6 bulan. (Timeline perawatan pasien
25
Gambar 3.5 Timeline perawatan pasien 2
3.4 Diskusi
yang memerlukan kolaborasi tim dokter gigi untuk mencegah, memelihara, dan memulihkan gigi
pasien, sehingga meningkatkan estetika, fonetik, oklusi, fungsi pengunyahan, dan secara kualitas
hidup keseluruhan. Seperti yang dinyatakan Nowak, “Merawat pasien anak dengan ED
memerlukan dokter yang memiliki pengetahuan dalam bidang pertumbuhan dan perkembangan,
manajemen perilaku, teknik pembuatan prostesis, modifikasi gigi yang ada menggunakan
berbagai teknik restorasi, kemampuan memotivasi pasien dan orang tua dalam penggunaan
prostesa, dan tindak lanjut jangka panjang untuk modifikasi dan/atau penggantian prostesa”.
Kunjungan pertama perawatan gigi pada pasien ED harus dilakukan segera setelah gigi
pertama tumbuh, untuk membentuk dental home dan untuk menjelaskan kepada orang tua tahap
penggunaan protesa gigi sebelum anak bersekolah pada usia sekitar 3–4 tahun, hal ini sesuai
dengan systematic review oleh Schnabl et al., yang menemukan bahwa usia rata-rata rehabilitasi
prostetik pada pasien dengan ED adalah 4 tahun. Rehabilitasi prostodontik dini pasien ED
membantu memulihkan dan menormalkan fungsi otot pengunyahan dan pola pertumbuhan
tulang. Selain itu, membantu mengurangi efek samping yang tidak diinginkan yang disebabkan
oleh tidak adanya gigi, seperti resorpsi alveolar ridge, hilangnya dimensi vertikal, dan
kecenderungan maloklusi kelas III. Hal ini juga membantu meningkatkan kepercayaan diri anak
dan mencegah trauma psikologis apa pun yang mungkin disebabkan oleh kurangnya jumlah
gigi.2
26
Rehabilitasi prostetik pasien ED memerlukan perencanaan dan pengetahuan yang matang
untuk dapat merancang prostesis yang mengakomodasi kebutuhan mereka tanpa menimbulkan
efek negatif pada kualitas hidup mereka. Modalitas perawatan yang paling umum digunakan
untuk anak-anak dengan anodontia/hipodontia adalah gigi tiruan penuh atau sebagian lepasan,
karena kemudahan pembuatan dan modifikasi pada anak yang sedang tumbuh. Namun, retensi
dan stabilitas dapat terganggu karena keterbelakangan pertumbuhan alveolar dan kekeringan
mukosa mulut, yang memerlukan pelepasan atau penggantian secara berkala, terutama ketika
dimensi oklusi vertikal menurun atau terdapat postur mandibula yang abnormal.2
Overdenture memberikan pilihan yang lebih retentif dan digunakan ketika adanya gigi
sebagai penyangga. Gigi tiruan ini membantu mempertahankan tulang alveolar dibandingkan
dengan gigi tiruan penuh, seperti yang ditunjukkan oleh Van Wass et al., yang menemukan
bahwa terdapat penurunan signifikan pada kehilangan tulang alveolar pada kelompok pasien
preparasi gigi yang agresif dan perawatan endodontik elektif dari gigi yang sehat.2
FPD pada anak-anak semakin populer karena lebih estetik , serta peningkatan retensi dan
stabilitas. Ou-Yang dkk. menggunakan FPD dengan stainlesssteel bands yang disemen pada gigi
molar sulung untuk merestorasi beberapa gigi yang hilang pada dua anak perempuan kembar
berusia 3 tahun dengan ED. Alasan mereka di balik desain alat ini adalah kurangnya gigi
penyangga anterior dan alveolar ridge yang rata. Mereka melaporkan peningkatan yang
menguntungkan pada dimensi vertikal oklusal dan dukungan bibir yang menghasilkan hasil
estetika yang lebih baik. Selain itu, gigi tiruan sebagian dengan band retainer dapat ditoleransi
dengan baik oleh pasien, dan terdapat peningkatan yang positif dalam kemampuan bicara seiring
dengan peningkatan fungsi pengunyahan yang efisien, yang menyebabkan lebih mudah untuk
27
memasukkan makanan padat ke dalam makanan mereka. Gigi palsu dilepas setiap bulan yang
bertujuan untuk pembersihan dan direline kembali setelah 2 tahun setelah perkembangan
lengkung gigi. 2
FPD dengan konektor rigid biasanya dihindari pada pasien anak dan sedang dalam masa
pertumbuhan karena dapat mencegah pertumbuhan rahang, terutama jika protesa melewati
midline. Namun, perubahan skeletal dalam arah transversal dan alveolodental kurang terlihat
pada mandibula dibandingkan pada maksila, dan diketahui secara luas bahwa pertumbuhan
Menurut Barrow dan White, lebar interkaninus terbentuk antara usia 5 dan 8 tahun. Hal
ini disebabkan oleh migrasi gigi taring sulung ke bagian distal ke primary space untuk
mengakmodasikan gigi insisivus permanen yang sedang erupsi. Karena gigi insisivus permanen
bawah tidak ada pada pasien kami dan gigi caninus permanen sudah erupsi di rongga mulut,
maka diharapkan pertumbuhan gigi interkaninus. Sebagian besar pertumbuhan akan terjadi di
bagian distal lengkung gigi sulung untuk mengakomodasi pertumbuhan gigi permanen pada
Mengenai alat pada rahang atas, Nance space mantainer sementara dengan gigi akrilik
untuk menggantikan gigi molar pertama sulung (D) yang hilang dan menutup celah besar antara
gigi anterior atas. Pilihan penggantiian gigi anterior yang hilang pada rahang atas kedepannya
dapat mencakup konvensional bridge yang memanjang dari gigi kaninus ke gigi kaninus, fiber
reinforced composite resin bridge, atau modifikasi desain alat Nance yang sudah ada.
mahkota logam keramik pada dua gigi penyangga (gigi kaninus permanen bawah) untuk
menggantikan gigi insisivus dan molar pertama sulung yang hilang. Menurut hukum Ante, total
28
luas membran periodontal gigi penyangga harus sama atau melebihi luas gigi yang akan diganti.
Penggunaan gigi kaninus bawah permanen sebagai penyangga untuk menggantikan keempat gigi
insisivus bawah yang hilang merupakan hal yang beralasan karena akar gigi kaninus yang
panjang dan lebar serta dimensi gigi permanen mandibula yang kecil, namun penambahan dua
pontik lagi akan menambah beban. pada gigi penyangga. Upaya yang dilakukan untuk
1. Bridge dibuat sedatar mungkin pada aspek mesiodistal dengan kelengkungan minimum
agar gaya dapat disalurkan dengan baik sepanjang sumbu panjang gigi penyangga.
2. Gigi premolar dengan ukuran yang kecil dipilih untuk menggantikan gigi molar satu
3. Gigi molar satu sulung bawah dibuat setentang molar satu sulung atas, yang memberikan
gigi.
Pemasangan implan gigi pada anak semakin populer saat ini, terutama pada anterior
mandibula, karena peningkatan lebar interkaninus mandibula berhenti pada usia yang sangat
muda. Hal ini memberikan peluang untuk penempatan implan gigi tanpa pengaruh negatif
merekomendasikan penggunaan implan gigi di anterior mandibula pada anak-anak yang lebih tua
dari usia sekolah (7 tahun ke atas). Namun, pertumbuhan transversal rahang atas berlanjut hingga
usia 17 tahun pada anak laki-laki ketika sutura midpalatine menyatu, yang merupakan
kontraindikasi penggunaan implan gigi rahang atas pada pasien muda. Pemasangan implan gigi
29
pada pasien yang sedang tumbuh memiliki risiko terhentinya pertumbuhan, terendamnya implan,
atau ankilosis. Selanjutnya penempatan implan gigi pada pasien dengan ED merupakan
tantangan karena kualitas tulang yang terganggu, jumlah tulang yang tidak mencukupi, dan
penyesuaian prostesa yang terus menerus. Untuk alasan tersebut, Cronin dkk. menyimpulkan
bahwa terapi implan harus dimulai setelah usia 15 tahun untuk anak perempuan dan setelah usia
18 tahun untuk anak laki-laki untuk memberikan prognosis jangka panjang terbaik dengan
kemungkinan komplikasi yang minimal. Periodik dental recall pada pasien ED harus
dilakukan secara berkala untuk dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan pasien dan
efek penyesuaian atau memasang kembali prostesis yang sesuai. Vergo merekomendasikan
pelapisan ulang/rebasing prostesis intraoral pada pasien yang sedang berkemabang setiap 2-4
tahun dan pembuatan ulang prostesa baru setiap 4-6 tahun. Kebersihan mulut harus dijaga
dengan menggunakan pasta gigi berfluoride dua kali sehari; mikrobrush atau supergloss harus
digunakan untuk membersihkan sekitar gigi tiruan; dan topikal fluorid varnish harus diterapkan
di klinik gigi. 2
30
BAB IV
KESIMPULAN
Kelainan herediter atau faktor genetik bawaan merupakan karakteristik bawaan yang
diwariskan orang tua ke dalam diri anak sejak masa pembuahan dan dipandang sebagai faktor
bawaan yang diturunkan dari orang tua pada anak baik fisik maupun psikis sejak masa konsepsi
melalui gen-gen. Faktor kelainan inilah yang bisa menyebabkan kelainan pada anak yang
dilahirkan seperti kelainan pada jumlah gigi. Anodonsia atau hilangnya seluruh gigi permanen
maupun sulung pada rongga mulut, Oligodonsia adalah suatu kondisi di mana pasien memiliki
lebih dari enam agenesis, tidak termasuk gigi geraham ketiga dan Hipodonsia yang merupakan
Sindrom ED merupakan kelainan genetik yang jarang terjadi dengan kelainan pada
struktur ektodermal berupa kelainan di kulit, kuku, kelenjar keringat, dan kuku. Kelainan ini
lebih sering didapatkan pada laki-laki. Berbagai variasi dapat terjadi sebagai gambaran ED maka
dokter gigi harus memikirkan ED sebagai salah satu etiologi pada setiap pasien dengan kelainan
31
Perawatan prostetik pada pasien muda dengan oligodontia akibat ED harus dilakukan
dengan pendekatan multidisiplin dan disesuaikan dengan kebutuhan setiap pasien. Penggantian
gigi yang hilang secara dini mempunyai efek positif terhadap pertumbuhan dan membantu
kepercayaan diri pasien, sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gupta P. Pediatric Dentistry for Special Child. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publishers;2016.
year-old child with Hypohidrotic Ectodermal Dysplasia and Oligodontia: a case report;
2268-4
23/2-2022
4. Eko Sri Yuni Astuti; Kelainan Jumlah Gigi (Anodonsia, Oligodonsia, Hipodonsia) Pada
Anak-Anak; https://eprints.unmas.ac.id/id/eprint/2923/1/KK-FKG-04-23-AST.pdf
https://emedicine.medscape.com/article/1110595-overview?form=fpf
32