Anda di halaman 1dari 38

Laporan Kasus Penatalaksanaan Frenektomi dengan Elektrosurgery pada

Anak

Disusun sebagai tugas makalah laporan kasus jaringan keras dan lunak

Oleh:
Amila Yashni M.A. 160421190008

Pembimbing:
Prof. Dr. Arlette Suzy Puspa Pertiwi, drg., Sp.KGA, M.Si (K)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS


ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2021
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................


2.1 Definisi Frenektomi .............................................................
2.2 Epidemiologi .......................................................................
2.3 Klasifikasi ............................................................................
2.4 Pemeriksaan Frenulum ........................................................
2.5 Indikasi Frenektomi .............................................................
2.6 Teknik Frenektomi ..............................................................
2.7 Eelektrokauter .....................................................................
2.7.1 Alat bedah listrik (Electrosurgical Unit = ESU) .......
2.7.2 Elektroda aktif ............................................................

BAB III LAPORAN KASUS ....................................................................


3.1 Pemeriksaan Klinis Ekstraoral dan Intraoral .......................
3.2 Penatalaksanaan Kasus ........................................................

BAB IV PEMBAHASAN ..........................................................................

BAB V SIMPULAN .................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

i
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Hasil Laboratorium (12 September 2021) ....................................

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Klasifikasi Frenulum berdasarkan ekstensi attachment .........


Gambar 2.2. Blanch Test ............................................................................
Gambar 2.3. Alat electrosurgery dengan beberapa tipe elektroda ..............
Gambar 2.4. Pinsil pegangan ......................................................................
Gambar 2.5. Ujung elektroda bentuk bola ..................................................
Gambar 2.6. Ujung elektoda bentuk pisau .................................................
Gambar 2.7. Ujung elektroda bentuk jarum ..............................................
Gambar 2.8.a. Ujung elektroda bentuk loop .................................................
Gambar 2.8.b. Ujung elektroda bentuk jarum tumpul ...................................
Gambar 2.8.c. Ujung elektroda bentuk jarum bayonet ..................................
Gambar 3.1. Foto Profil Pasien ..................................................................
Gambar 3.2. Foto Postur Pasien .................................................................
Gambar 3.3. Ronsen Panoramik .................................................................
Gambar 3.4. Odontogram Pasien ................................................................
Gambar 3.5. Foto Intra Oral Pasien ............................................................
Gambar 3.6. Frenulum Labialis ..................................................................
Gambar 3.7. Palatum dan frenulum setelah anestesi ..................................
Gambar 3.8. Insisi Frenulum menggunakan BonArt dengan mode cut .....
Gambar 3.9. Koagulasi perdarahan dari Frenulum yang sudah di insisi
menggunakan BonArt dengan tip bulat mode coag ...............
Gambar 3.10. Luka post frenektomi tanggal 15 September 2021 ................
Gambar 3.11. Luka diberikan periodontal pack ...........................................
Gambar 3.12. Frenulum labialis post operasi 22 September 2021 ...............
Gambar 3.13. Daerah palatum post frenektomi tanggal 22 September 2021

Gambar 3.14. Daerah palatum post frenektomi tanggal 9 November 2021 28


Gambar 4.1. BONART electrosurgery .......................................................
Gambar 4.2. Mode cut dan coag .................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Frenulum merupakan lipatan membran mukosa yang dikelilingi otot dan

berfungsi untuk menghubungkan mukosa bibir, pipi, dan lidah dengan jaringan

gingiva.1 Frenulum di rongga mulut terdiri dari 3 jenis, yaitu frenulum labialis,

lingualis dan bukalis. Secara normal, frenulum melekat pada free gingiva margin

dan mucogingiva junction.2

Berdasarkan ekstensi perlekatan seratnya, frenulum diklasifikasikan

sebagai berikut: (1) mukosa, ketika serat frenulum melekat pada mucogingival

junction; (2) Gingiva, ketika serat frenulum melekat pada gingiva cekat; (3)

Papilla, ketika serat frenulum perlekatannya meluas ke papilla interdental; (4)

Penetrasi papilla, ketika serat frenulum melewati alveolar dan meluas hingga ke

papilla palatina.2

Perlekatan frenulum yang tidak normal maupun keadaan frenulum yang

hipertrofi seringkali menimbulkan masalah bagi penderitanya. 3 Kelainan ini

menimbulkan gangguan estetika, membatasi pergerakan bibir maupun lidah,

mengganggu susunan gigi serta menarik gingiva menjauh dari gigi sehingga

terjadi resesi.4

Pemeriksaan abnormalitas perlekatan frenulum secara visual biasanya

dilakukan dengan memberikan tensi/tegangan saat menarik frenulum dan

mengamati daerah iskemi (pucat).3 Apabila kondisi ini terjadi pada frenulum

labialis superior, akan menyebabkan diastema sentralis dan mengurangi aspek

1
2

estetis pasien, serta menjadi hambatan dalam perawatan ortodontik.2 Dalam

mengatasi hal-hal tersebut diperlukan suatu tindakan bedah yang disebut dengan

frenektomi, sehingga perlekatan yang tidak menguntungkan tersebut dapat

diminimalisir.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Frenulum

Frenulum merupakan suatu jaringan atau lipatan mukosa yang

menghubungkan bagian dari tubuh, seperti lidah, bibir atau pipi dengan jaringan

lunak pada rahang daerah mulut. Jaringan yang menghubungkan lidah dengan

dasar mulut disebut frenulum lingual, sedangkan jaringan yang menghubungkan

bibir dengan gusi pada gigi depan disebut frenulum labial. Frenulum/frenum yang

berupa lipatan mukosa tersusun dari epitel, jaringan ikat dan otot yang berfungsi

sebagai perlekatan antara pipi, bibir, lidah dengan prosessus alveolaris yang

berperan untuk membatasi pergerakan lidah, bibir dan pipi.5 Frenulum di dalam

rongga mulut terdiri dari 3 macam yaitu frenulum labialis, lingualis, dan bukalis.

Menurut letaknya, frenulum labialis terdiri dari frenulum labialis superior dan

inferior. Frenulum ada diantara gigi incisivus sentral, di antara gigi caninus dan

premolar pada maksila dan mandibular serta dibawah lidah.5

Frenulum labialis dibagi menjadi dua yaitu frenulum labialis superior pada

bibir atas dan frenulum labialis inferior pada bibir bawah. Frenulum bucalis

terletak pada sisi bukal kiri dan kanan yang terhubung mukosa pipi dengan

procesus alveolaris pada areacaninus dan premolar baik pada rahang atas maupun

rahang bawah. Frenulum lingualis berada di lingual rahang bawah yang saling

berhubungan dengan tulang procesus alveolaris daerah incisivus sentral rahang

bawah.5

3
4

Frenectomy adalah prosedur sederhana dimana sebagian atau seluruh

frenum yang bermasalah dibuang secara bedah dengan tujuan untuk

mengembalikan keseimbangan kesehatan mulut. Umumnya dilakukan dengan

lokal anestesi.

2.2 Epidemiologi

Laporan paling awal tentang epidemiologi attachment frenulum labial

maxillary pada anak-anak diterbitkan oleh Bergese. Dalam sampel dari 428 anak

Italia berusia 9–12 tahun, frenulum ditemukan paling umum di attached gingiva

(58,2%). Frenulum juga diklasifikasikan melekat pada alveolar mukosa (5,5%),

persimpangan mucogingival (12,6%), sulkus gingiva bebas (10,5%), gingiva

gratis (7,1%), dan palatal papilla (4,8%).6

Untuk seluruh kelompok, mereka menemukan jenis mukosa attachment

frenulum maxillary menjadi yang paling umum terjadi (46,5%), dengan tipe

gingival kedua paling sering (34,3%). Mereka melaporkan tidak ada perbedaan

usia atau jenis kelamin dalam prevalensi berbagai jenis attachment frenulum.6

Bukti keseluruhan menunjukkan bahwa attachment frenulum pada anak-

anak akan bergeser ke posisi yang lebih apical dengan meningkatnya Umur. Oleh

karena itu, seorang dokter menilai anatomi frenulum labial maxillary harus

mempertimbangkan usia anak di bawah pemeriksaan dan kemungkinan bahwa

morfologi attachment frenulum dapat berubah seiring bertambahnya usia anak.6


5

2.3 Klasifikasi

Frenulum di rongga mulut terdiri dari 3 jenis, yaitu frenulum labialis,

lingualis dan bukalis. Frenulum labialis menurut letaknya dibagi menjadi

frenulum labialis superior dan inferior. Secara normal, frenulum labialis terdapat

di antara gigi insisivus. Berdasarkan ekstensi perlekatan seratnya, placek

mengklasifikasikan frenulum diklasifikasikan sebagai berikut: 7,8,9

1. Mukosa, ketika serat frenulum melekat pada mucogingival junction;

2. Gingiva, ketika serat frenulum melekat pada attached gingiva;

3. Papilla, ketika serat frenulum perlekatannya meluas ke papilla interdental;

4. Penetrasi papilla, ketika serat frenulum melewati alveolar dan meluas hingga

ke papilla palatina.
6

Gambar 2.1. Klasifikasi Frenulum berdasarkan ekstensi attachment9

Klasifikasi perlekatan frenulum labialis superior dapat dibagi menjadi 3

macam yaitu:9

1. Frenulum rendah adalah seluruh frenulum melekat pada mukosa alveolar


7

2. Frenulum sedang adalah seluruh frenulum melekat pada mukosa alveolar

sampai dengan gingiva cekat.

3. Frenulum tinggi adalah seluruh frenulum melekat pada mukosa alveolar

sampai dengan gingiva cekat dan gingiva tepi.

2.4 Pemeriksaan Frenulum

Perlekatan frenulum yang abnormal dapat dideteksi secara visual dengan

menarik bibir atas untuk mengamati pergerakan tepi papilla atau dengan

melakukan Blanch Test yaitu dengan menarik bibir atas ke arah superior dimana

akan didapatkan gambaran putih sepanjang frenulum, apabila gambaran putih

tersebut sampai ke batas papila insisifus maka indikasi untuk dilakukan

frenektomi (Gambar 2.5), juga apabila pada foto dental tidak terdapat gigi

mesiodent sedangkan tetap terdapat diastema maka indikasi untuk melakukan

frenektomi.10,8
8

Gambar 2.2. Blanch Test 10

2.5 Indikasi Frenektomi

Frenektomi perlu dilakukan pada kondisi-kondisi berikut ini:11 Bila

perlekatan frenulum sangat dekat dengan margin gusi sehingga mengganggu

pembuangan plak dan menyebabkan inflamasi gusi yang persisten dan tidak

hilang dengan perawatan root planing. Masalah ini biasanya terjadi pada frenulum

labialis.

2.6 Teknik Frenektomi

Frenektomi adalah pengangkatan total frenulum, termasuk jaringan yang

melekat pada tulang di bawahnya, dan mungkin diperlukan dalam koreksi

diastema sentral. Frenektomi dapat dilakukan dengan menggunakan pisau skalpel,

electrosurgery, atau pun dengan laser.


9

Electrosurgery telah digambarkan sebagai frekuensi tinggi arus listrik

melewati jaringan untuk membuat efek klinis diinginkan. Saat arus dikirim, listrik

ini akan memanaskan jaringan. Modus kontinu keluaran arus listrik disebut

sebagai mode "potong" dan memberikan energi elektrosurgical membentuk

gelombang sinusoidal kontinu. Modus terputus dari proses ini disebut sebagai

mode koagulasi.

Frenektomi dapat dilakukan dengan teknik scalpel konvensional, bedah

listrik, atau laser jaringan lunak. Namun, masing-masing teknik berbeda dari

karakteristik berikut: kebutuhan anestesi, karakteristik pemotongan, hemostasis,

waktu penyembuhan, efek lainnya dan biaya yang terlibat. Secara tradisional, alat

pilihan untuk pembedahan sayatan telah menjadi pisau bedah karena keuntungan

dari keramahan pengguna, efektivitas biaya, presisi, integritas jaringan dan

penyembuhan luka terkait yang superior. Kerugian dari pisau bedah ialah

kebutuhan yang besar dari: anestesi, perlunya penjahitan, hemostasis yang buruk

yang mengaburkan bidang operasi, gejala sisa pasca operasi yang merugikan

seperti nyeri, pembengkakan dan ketidaknyamanan. 12

Bedah listrik telah digunakan sejak tahun 1928 dalam kedokteran gigi

untuk berbagai prosedur jaringan lunak. Efek koagulasi mereka memastikan area

tanpa darah dan pandangan yang jelas dari bidang operasi. Namun, cedera termal

akibat pembuangan panas dapat mengakibatkan penundaan penyembuhan dan

meningkatkan risiko dehiscence luka. Laser dengan cepat menggantikan modalitas

pengobatan tradisional karena keuntungan mereka dari peningkatan presisi dan

visualisasi minimal atau tidak sama sekali perdarahan, ketidaknyamanan pasien


10

berkurang, waktu penyembuhan lebih pendek dan tidak ada gejala sisa pasca

operasi yang tidak menguntungkan. Dalam penelitian, 80% pasien dalam

kelompok laser dan elektrokauter menunjukkan penyembuhan yang sangat baik

bila dibandingkan dengan 60% di kelompok pisau bedah menunjukkan

keunggulan dari dua teknik ini dalam melakukan frenektomi.13

Kelompok elektrokauter karena hemostatisnya konsisten menyebabkan

penurunan cedera jaringan secara segera. Hemostasis ini diyakini menyebabkan

cairan minimal ekstravasasi dan respon inflamasi minimal sekitar jaringan.

Kemampuan laser dan elektrokauter untuk menutup ujung saraf dan saluran

limfatik lebih lanjut menjelaskan adanya minimal pasca operasi edema pada

kelompok ini. Dalam kelompok pisau bedah, ukuran luka relatif lebih besar dan

lebih meradang, pembengkakan pasca operasi dan lebih besar rasa tidak nyaman.

Laser dan elektrokauter membuat area tidak berdarah, sehingga meningkatkan

visualisasi daerah operasi. Karena berkurangnya perdarahan dan hemostasis yang

cepat, operasi laser dan elektrokauter berdurasi lebih pendek.13


11

2.7 Eelektrosurgery

Electrosurgery didefinisikan sebagai arus listrik frekuensi tinggi yang

melewati jaringan untuk menciptakan efek klinis yang diinginkan. Alat ini

membutuhkan keberadaan sirkuit agar arus mengalir. Teknik bedah listrik telah

digunakan secara rutin dalam berbagai bidang Kedokteran Gigi dan Kedokteran

sejak 1914 dan William T Bovie dinobatkan sebagai bapak bedah listrik.14

Electrosurgery berbeda dari electrocautery. Alat electrocautery adalah

listrik yang digunakan untuk memanaskan objek dan membakar daerah tertentu

sedangkan arus listrik dalam electrosurgery dapat memanaskan jaringan.

Pemotongan jaringan lunak umumnya dilakukan dengan pisau bedah dapat

menyebabkan perdarahan berlebihan di lokasi operasi, visibilitas yang tidak

memadai jika dibandingkan dengan electrosurgery. Prosedur electrosurgery dapat

berguna dalam mencapai operasi tanpa perdarahan. Operasi electrosurgery

menguntungkan karena memiliki sedikit rasa sakit paska operasi, perdarahan

minimal, minimalisasi waktu kerja, kepuasan pasien dan hasil yang baik serta

dapat digunakan untuk mengkoreksi kontur gingiva serta untuk berbagai

keperluan lainnya.14

Empat tipe dasar teknik electrosurgary yang digunakan adalah koagulasi,

desiccation, fulguration, dan pemotongan. Desiccation (pengeringan) adalah

aplikasi energi langsung yang perlahan-lahan mengusir air keluar dari sel-sel

menciptakan pengeringan sel. Pengeringan dapat dicapai baik dengan pemotongan

atau arus koagulasi melalui kontak perangkat bedah mikro dengan jaringan.

Fulguration merupakan suatu bentuk koagulasi melalui percikan energi di atas


12

jaringan untuk membuat permukaan gosong. Pemotongan berbentuk gelombang

menguapkan cairan seluler yang menyebabkan ledakan seluler, yang

menghasilkan diseksi seperti pisau bedah.

Unit electrosurgery terdiri dari kontrol kaki, pengaturan daya listrik,

elektroda pasif, pegangan elektroda aktif, dan attachment. Berbagai jenis ujung

elektroda yang digunakan untuk tujuan yang berbeda adalah ujung bola (untuk

pembekuan, untuk menghentikan titik perdarahan), ujung pisau, tipe jarum (untuk

sayatan atau eksisi) dan jenis loop (untuk menurunkan papila interdental).

Sebelum memulai prosedur, periksa pemasangan komponen yang benar dan

gunakan intensitas daya yang sesuai. Unit electrosurgery beroperasi pada satu

frekuensi tetap yang ditentukan oleh operator. Saat mengganti ujung elektroda,

kaki harus dilepas dari pedal. Hindari pengoperasian peralatan di ruangan dengan

bahan yang mudah terbakar atau meledak. Unit ini harus digunakan dengan

gerakan yang cepat dan terencana dengan baik, tanpa tekanan dan harus seperti

sapuan kuas, jaga gerakan elektroda sepanjang waktu, dan gunakan arus yang

cukup tinggi. Teknik pemotongan halus dapat memaksimalkan manfaat dari alat

ini. Jaringan diraba secara periodik untuk menghilangkan panas.14

Hal-hal yang harus diperhatikan saat menggunakan electrosurgery agar

mendapatkan hasil yang lebih baik adalah pilih elektroda sekecil mungkin,

sayatan harus dibuat pada kecepatan 7 mm/s, periode pendinginan 8 detik antara

sayatan, hindari kontak dengan restorasi logam dan gunakan daya listrik yang

sesuai. Pengaturan generator digunakan serendah mungkin, sering membersihkan

ujung elektroda menggunakan spons, operator tidak boleh menyentuh pasien


13

dengan tangan tanpa pelindung, hindari sirkuit terbuka, penggunaan beberapa

kabel tidak boleh digabungkan menjadi satu dan ketika elektroda dalam kondisi

tidak digunakan, harus ditempatkan dalam tutup isolasi.

Gambar 2.3. Alat electrosurgery dengan beberapa tipe elektroda.

Indikasi pembedahan dengan electrosurgery adalah crown lengthing,

gingivektomi dan gingivoplasti, frenektomi, operculectomy, insisi dan drainase

abses, hemostasis, pengurangan tuberositas, biopsi (insisi dan eksisi),

pengurangan poket periodontal. Kontraindikasi dengan electrosugery adalah

pasien yang menggunakan pace maker tidak dapat dirawat dengan monopolar

electrosurgery, dan prosedur bedah pada kasus yang melibatkan tulang.

Keuntungan prosedur electrosurgery adalah penampakan yang jelas dari

daerah operasi, separasi jaringan dengan sedikit atau tanpa perdarahan, teknik

tanpa tekanan dan tepat, memungkinkan untuk dilakukan perencanaan jaringan

lunak, meminimalisir ketidaknyamanan dan pembentukan bekas luka,

peningkatan akses ke daerah-daerah yang sulit dijangkau, mengurangi waktu kerja

dan kelelahan operator. Kekurangan penggunaan prosedur electrosurgery

diantaranya tidak dapat digunakan pada pasien dengan alat pacu jantung, unit
14

tidak dapat digunakan didekat gas yang mudah terbakar, bau jaringan terbakar

ada jika penyedot gas volume tinggi tidak digunakan, biaya alat jauh lebih besar

daripada biaya pisau bedah.14

2.7.1 Alat bedah listrik (Electrosurgical Unit = ESU)

Alat bedah listrik terdiri dari 3 bagian :

1. Sumber tenaga (mengandung satu atau lebih transformator)

Sebuah transformator terdiri dari dua atau lebih koil lilitan yang berdekatan

satu sama lain. Arus listrik yang mengalir melalui koil lilitan pertama akan

menginduksi aliran arus koil lilitan yang kedua. Voltase (tenaga) arus yang

diinduksi melalui koil lilitan yang kedua tergantung pada jumlah loop pada

lilitan. Apabila jumlah lilitan pertama lebih sedikit dari lilitan kedua, voltase

akan dinaikkan atau disebut dengan transformator step- up dan apabila jumlah

lilitan pertama lebih banyak dari lilitan kedua maka voltase diturunkan atau

disebut dengan transformator step-down.

2. Sirkuit osilasi (mengatur frekuensi)

Apabila voltase telah dinaikkan pada level yang sesuai untuk bedah listrik,

maka diperlukan sirkuit osilasi untuk meningkatkan frekuensi.

Terdapat beberapa bentuk, yaitu :

a. Spark gap

Spark gap terdiri dari kondensator (area tempat penyimpanan energi

listrik), sebuah air gap yang kecil (spark gap), dan sebuah transformator
15

(induktor). Kondensator akan bermuatan voltase tinggi yang dihasilkan

oleh lilitan sekunder pada transformator yang bervoltase tinggi. Setelah

energi penuh, kondensator akan melepaskan energi melalui udara.

Akibatnya menimbulkan efek pada arus dan menghasilkan osilasi. Arus

yang kemudian mengalir melalui transformator yang menopang osilasi

dihubungkan dengan sirkuit pasien.

b. Sirkuit tabung hampa udara

Sirkuit tabung hampa udara menggunakan tabung hampa udara termionik

sebagai pengganti spark gap. Arus listrik yang dihasilkan berbentuk

gelombang tanpa hambatan (undamped). Sirkuit tabung hampa udara

digunakan untuk elektrokoagulasi dan elektroseksi atau kombinasi

keduanya.

3. Sirkuit pasien

Terdapat sebuah kapasitor penghambat pada sirkuit pasien untuk mencegah

lewatnya cadangan voltase dengan frekuensi rendah yang dapat menimbulkan

syok atau terbakar karena kesalahan pemakaian alat. Mempunyai elektroda

pegangan (elektoda aktif) dan elektroda dispersif.15

2.7.2 Elektroda aktif

Elektroda aktif mengantarkan radiofrekuensi dari generator ke tempat

aplikasi bedah.

Elektroda aktif terdiri dari :

- Pinsil pegangan

Pinsil pegangan dapat dikendalikan langsung dengan menekan tombol


16

yang diinginkan atau mengaktifkan pedal kaki.

Gambar 2.4. Pinsil pegangan

- Ujung elektroda aktif

Macam-macam bentuk ujung elektroda aktif :

o Ujung elektroda bentuk bola

Gambar 2.5. Ujung elektroda bentuk bola

o Ujung elektroda bentuk pisau

Gambar 2.6. Ujung elektoda bentuk pisau


17

o Ujung elektroda bentuk jarum

Gambar 2.7. Ujung elektroda bentuk jarum

o Ujung elektroda aktif bentuk khusus :

Gambar 2.8.a. Ujung elektroda bentuk loop

Gambar 2.8.b. Ujung elektroda bentuk jarum tumpul

Gambar 2.8.c. Ujung elektroda bentuk jarum bayonet

- Lapisan ujung elektroda aktif

Polytetrafluoroethylene (PTFE) merupakan lapisan pada stainless steel yang


18

akan membuat kerak menjadi resisten dan mudah dibersihkan selama aplikasi

bedah. Silikon juga dapat digunakan untuk pelapis ujung elektroda aktif

tetapi kurang baik karena tidak toleransi pada temperatur tinggi.15


BAB III

LAPORAN KASUS

Pasien perempuan berusia 8 tahun datang bersama ibunya ke RSGM

UNPAD pada tanggal 16 Agustus 2019 dengan keluhan terdapat celah antara gigi

depan. Saat diperiksa secara klinis, dilakukan blanch test terlihat perlekatan

frenulum yang rendah hingga papilla palatum. Riwayat keluarganyaa ternyata

ayah pasien mempunyai kasus yang sama. Keadaan umum pasien baik. Tidak

terdapat riwayat penyakit, kelainan perdarahan, kelainan kongenital dan riwayat

operasi. Pada pemeriksaan awal pasien kooperatif dan tidak memperlihatkan

adanya penolakan perawatan. Dilakukan pemeriksaan ekstraoral dan intraoral.

3.1 Pemeriksaan Klinis Ekstraoral dan Intraoral

Pemeriksaan klinis ekstraoral meliputi tipe wajah, profil, relasi bibir, TMJ

dan postur tubuh. Pasien memiliki tipe wajah normal, profil normal, relasi bibir

normal, TMJ tidak ada kelainan serta postur tubuh seimbang.

Gambar 3.1. Foto Profil Pasien

19
20

Gambar 3.2. Foto Postur Pasien

Gambar 3.3. Ronsen Panoramik


21

Pemeriksaan klinis intraoral menunjukkan pasien dalam tahap geligi

campuran akhir. Terdapat karies di gigi 85. Kalkulus pada gigi 31, 32, 41, 42.

Jaringan periodontal, frenulum lingualis, lidah dan tonsil dalam batas normal.

Terdapat frenulum labial berakhir di papilla palatum dan menyebabkan adanya

diastema gigi, warna jaringan sewarna dengan jaringan sekitar, dapat digerakkan

dan berbatas jelas.

Gambar 3.4. Odontogram Pasien


22

Gambar 3.5. Foto Intra Oral Pasien


23

Gambar 3.6. Frenulum Labialis

3.2 Penatalaksanaan Kasus

Pada kunjungan pertama (13 Juni 2021) dilakukan anamnesis,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan klinis ekstra dan intraoral, pemeriksaan

laboratorium darah lengkap, masa perdarahan dan masa pembekuan darah. Ibu

pasien diberikan penjelasan lengkap mengenai kondisi rongga mulut dan rencana

perawatan yang akan dilakukan. Pasien dijadwalkan untuk dilakukan frenektomi

pada bibir atas pada tanggal 15 September 2021 dengan anestesi local teknik

infiltrasi dan blok incisive nerve menggunakan tuberculine syringe 1 cc.


24

Tabel 3.1. Hasil Laboratorium (12 September 2021)

Nama Pemeriksaan Nilai normal Hasil Ket


Masa Perdarahan (BT) 1-3 menit 2.5 OK
Masa Pembekuan (CT) 9-15 menit 8 OK
Glukosa Darah Puasa 84 OK
Glukosa Darah 2 jam PP <140 114 OK
LED 4.5 – 14.5 7.40 OK
Haemoglobin 10.7-14.7 gr/dl 13.2 OK
Hematokrit 31-43 Vol% 37 OK
Eritrosit 4.0-5.0 juta/mm3 4.8 OK
Leukosit 4.500-14.500 sel/mm3 7.400 OK
Trombosit 150.000-450.000 sel/mm3 339.000 OK

Pasien diinstruksikan untuk datang ke rumah sakit tanggal 15 September

2021 pukul 13.00 ke Poli Residen Pedodontia RSGM Universitas Padjadjaran.

Berat badan 35 kg, ttinggi badan 138 cm. Tidak ada alergi. Frenektomi

dengan anestesi local dilakukan pukul 13.30 WIB. Sebelum tindakan diberikan

informed consent atas tindakan yang akan dilakukan.

Tindakan asepsis dilakukan dengan mengaplikasikan povidone iodine di

sekitar frenulum, dan dilakukan penutupan area operasi dengan duk bolong.

Anestesi dilakukan dengan teknik infiltrasi pehacain di sekitar frenulum. Daerah

frenulum diinfiltrasi secara lokal menggunakan lidokain 2% dengan 1:80.000

adrenalin. Unit bedah listrik BONART (Model: ART E1, Taiwan) digunakan

untuk prosedur ini. Unit dihidupkan ke mode pemotongan (CUT) dan intensitas

diatur pada 6 RF/2MHz. Menggunakan kawat halus elektroda (T4), frenulum

dipotong hingga kedalaman yang diinginkan. Dalam urutan untuk mencegah


25

penumpukan panas dan kerusakan jaringan yang tidak diinginkan pada elektroda

ujungnya digunakan sebentar-sebentar dalam gerakan 'CUT’ dan terus bergerak

disertai dengan irigasi dengan salin normal untuk memungkinkan jaringan yang

memadai pendinginan. Setelah elektroseksi, unit dinyalakan ke mode koagulasi

(COAG 1) dan elektroda bola (T9) digunakan untuk menghentikan perdarahan

kecil dan mencapai hemostasis optimal. Kemudian luka ditutup dengan

periodontal dressing. Tidak ada jahitan ditempatkan dan luka dibiarkan sembuh

sendirinya. Kontrol dijadwalkan pada hari ke 7 dan 30.

Gambar 3.7. Palatum dan frenulum setelah anestesi

Gambar 3.8. Insisi Frenulum menggunakan BonArt dengan mode cut


26

Gambar 3.9. Koagulasi perdarahan dari Frenulum yang sudah di insisi


menggunakan BonArt dengan tip bulat mode coag

Gambar 3.10. Luka post frenektomi tanggal 15 September 2021

Pasien diberikan antibiotik Amoxycillin syrup, Paracetamol syrup dan

instruksi aplikasikan di rumah Alloclair spray. Lalu pasien pulang ke rumah serta

dijadwalkan untuk dilakukan kontrol pada tanggal 22 September 2021.


27

Gambar 3.11. Luka diberikan periodontal pack

Saat kontrol tanggal 22 September 2021 tidak ada keluhan dari pasien.

Luka jaringan sudah menyembuh. Pasien diinstruksikan untuk terus menjaga

kebersihan rongga mulut dan luka.

Gambar 3.12. Frenulum labialis post operasi 22 September 2021


28

Gambar 3.13. Daerah palatum post frenektomi tanggal 22 September 2021

Pasien datang kembali pada tanggal 9 November 2021, terlihat bekas luka

frenektomi sudah membaik, tidak ada keluhan dan diastema pada pasien

berangsur – angsur mengecil.

Gambar 3.13. Daerah palatum post frenektomi tanggal 9 November 2021


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus diastema sentral maksila yang disebabkan oleh perlekatan

frenulum labialis superior yang tinggi dapat dirawat dengan reseksi frenulum yang

dikenal juga dengan istilah frenektomi. Frenektomi pada kondisi seperti ini diikuti

dengan perawatan ortodontik untuk menutup celah diantara gigi insisivus sentral.

Pada beberapa kasus, penutupan celah yang spontan dapat terjadi setelah

frenektomi, biasanya hal ini terjadi bila jarak diastema sentral sangat kecil.

Frenulum labialis superior merupakan sisa struktur embrio yang

menghubungkan tuberkula bibir atas ke papilla palatinus. 16


Pada periode gigi

desidui, frenulum labialis superior seringkali terlihat melekat pada prosesus

alveolaris diantara gigi insisivus sentral rahang atas.

Pada kondisi normal, bersamaan dengan pertumbuhan dentoalveolar,

prosesus alveolaris akan tumbuh ke oklusal dan daerah perlekatan frenulum

labialis superior akan lebih ke arah apikal atau mendekati vestibulum. Kegagalan

perlekatan frenulum berpindah ke arah apikal inilah yang menyebabkan terjadinya

diastema sentral.16

Seperti halnya pada kasus, diduga hal inilah yang menyebabkan diastema

sentral pada pasien. Perlekatan frenulum tinggi lebih sering ditemukan pada

rahang atas. Pemilihan metode frenektomi dengan menggunakan electrosurgery

pada kasus ini dilakukan karena teknik ini sederhana dan mudah.

29
30

Gambar 4.1. BONART electrosurgery

Gambar 4.2. Mode cut dan coag

Elektrosurgery digambarkan sebagai frekuensi tinggi arus listrik yang

melewati jaringan untuk efek yang diinginkan. Saat arus dikirim, listrik akan

memanaskan jaringan, model kontinyu pada arus listrik akan menyebabkan

adanya mode potong. Mode terputus akan menyebabkan adanya mode koagulasi.
12
Eleketrosurgery mempunyai efek koagulasi sehingga dapat memastikan area
31

tanpa darah dan pandangan yang jelas dari bidang operasi. Karena berkurangnya

perdarahan dan hemostasis yang cepat, operasi elektrosurgery berdurasi lebih

pendek. Keuntungan lainnnya ialah peningkatan presisi, ketidaknyamanan pasien

berkurang, waktu penyembuhan lebih pendek dan tidak ada gejala sisa pasca

operasi yang tidak menguntungkan17 kelompok elektrosurgery karena

hemostatisnya konsisten menyebabkan penurunan cedera jaringan secara cepat.18

Hemostasis ini diyakini menyebabkan minimalnya cairan ekstravasasi dan

minimalnya respon inflamasi sekitar jaringan. Kemampuan elektrosugery untuk

menutup ujung saraf dan saluran limfatik lebih lanjut menjelaskan adanya

minimal edema pasca operasi.

Frenektomi dapat dilakukan ketika diindikasikan, dianjurkan melakukan

diet lunak dan menjaga kebersihan rongga mulut serta pemberian analgesic. 19

Kunjungan pada hari ke-7 paska frenektomi memperlihatkan penyembuhan

jaringan lunak yang baik. Penggunaan elektrosurgery tidak memerlukan

penjahitan setelahnya dan dapat diterima oleh pasien anak.19


BAB V

SIMPULAN

Kelainan frenulum tidak hanya menyebabkan gangguan estetik, diastema

gigi dan stabilisasi serta retensi gigi tiruan, tetapi juga menyebabkan menurunnya

kesehatan gingiva dan gangguan fisiologis seperti bicara.

Frenektomi adalah pengangkatan total frenulum, termasuk jaringan yang

melekat pada tulang di bawahnya, dan mungkin diperlukan dalam koreksi

diastema sentral. Frenektomi dapat dilakukan dengan menggunakan pisau skalpel,

electrosurgery, atau pun dengan laser.

Electrosurgery dengan cepat menggantikan modalitas pengobatan

tradisional karena keuntungan mereka dari peningkatan presisi dan visualisasi,

minimal atau tidak sama sekali perdarahan, ketidaknyamanan pasien berkurang,

waktu penyembuhan lebih pendek dan tidak ada gejala sisa pasca operasi yang

tidak menguntungkan.

32
DAFTAR PUSTAKA

1 Dias CP, Kamat SV. Frenectomy: Management By Electrosurgery - A


Report Of Two Cases. Med Res Chronicles 2020; 7: 312–321.

2 Wendy S, Irawaty Djais A, Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Periodonsia


P. Incision below the clamp: frenektomi dengan perdarahan yang minim
Incision below the clamp: frenectomies with minimal bleeding. 2018.

3 Anitasari W, Krismariono A. The 2 nd periodontic Seminar (PERIOS 2)


How to Deal with Periodontal Disease Patient FRENEKTOMI DENGAN
TEKNIK v-PLasty (LAPORAN KASUS).
http://www.ncbi.nlm.gov/pmc/articles/.

4 Pedlar J., Frame J. Oral and maxillofacial surgery. Churchill Livingstone:


London, 2001.

5 Suryono. Bedah dasar periodonsia. 2014.

6 Boutsi EA, Tatakis DN. Maxillary labial frenum attachment in children. Int
J Paediatr Dent 2011; 21: 284–288.

7 Kandou MS, Kurnia S. Management of High Maxillary Labialis Frenulum


in Interdental Papil with Frenectomy Procedure. ; : 146–151.

8 Ratnawati ID, Kurnia S. Management of Maxillary Labial Aberrant


Frenum and Gingival Enlargement during Orthodontics Therapy : A Case
Report. 2017; : 123–126.

9 Sari DR, Kurnia S. Manajemen Frenektomi dan Depigmentasi Gingiva di


Regio Anterior Atas sebelum Perawatan Ortodontik. ; : 85–88.

10 Dds MGN. Newman and Carranza’s Clinical Periodontology - Produkt. .

11 McDonald, Avery’s. Dentistry For The Child and Adolescent. Ninth


Edition. Elsevier, 2011.

12 Massarweh NN, Cosgriff N, Slakey DP. Electrosurgery: History,


principles, and current and future uses. J. Am. Coll. Surg. 2006; 202: 520–
530.

13 Ramachandra VK. EVALUATION OF HEALING FOLLOWING


LABIAL FRENECTOMY : A COMPARISON OF SCALPEL ,
ELECTROSURGERY AND DIODE LASER EVALUATION OF
HEALING FOLLOWING LABIAL FRENECTOMY : A COMPARISON
OF SCALPEL , ELECTROSURGERY AND DIODE LASER Dr . Vinaya.
Int J Sci Res 2018; 7: 215–218.

33
34

14 Babaji P, Singh V, Chawrasia V, Jawale M. Electro surgery in dentistry:


Report of cases. J Pediatr Dent 2014; 2: 20.

15 khairina. Bedah listrik. 2013.

16 Hendiani I, Periodonsia B, Studi Kedokteran Gigi Universitas Sriwijaya P,


Periodonsia R, Kedokteran Gigi F, Padjadjaran U. STUDI KASUS:
‘FRENEKTOMI SEBAGAI TERAPI PENDAHULUAN SEBELUM
PERAWATAN ORTODONTIK’ Laporan Kasus A CASE REPORT:
‘ESTHETIC FRENECTOMY BEFORE ORTHODONTIC TREATMENT’
Case Report. Cakradonya Dent J; 11: 63–66.

17 Ramachandra VK, Kotha M, Bm R, Kumar V. EVALUATION OF


HEALING FOLLOWING LABIAL FRENECTOMY: A COMPARISON
OF SCALPEL, ELECTROSURGERY AND DIODE LASER
TECHNIQUES. 2019https://www.researchgate.net/publication/331732195.

18 Shah M, Shah S, Rathwa V, Dave D. Advances in Human Biology Case


Report Frenectomy Using Electrocautery: A Case Series. Adv Hum Biol
2013; 3: 26–30.

19 THE REFERENCE MANUAL OF PEDIATRIC DENTISTRY 433. .

Anda mungkin juga menyukai