ATRESIA ANI
Disusun Oleh:
Pembimbing:
ATRESIA ANI
REFERAT
Diajukan sebagai salah satu syarat mengikuti Ujian Akhir di SMF Ilmu Bedah Dan
ATLS
2021
Dr. Endang Sri W., Sp. B
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... ii
DAFTAR TABEL................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. v
DAFTAR SINGKATAN....................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Embriologi............................................................................................ 3
2.2 Definisi dan Epidemiologi.................................................................... 4
2.3 Anomali Terkait.................................................................................... 5
2.4 Etiopatogenesis..................................................................................... 6
2.5 Klasifikasi............................................................................................. 6
2.6 Diagnosis............................................................................................... 16
2.7 Tatalaksana........................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 24
iii
DAFTAR TABEL
pada laki-laki.......................................................................................... 8
pada perempuan...................................................................................... 9
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan
NGT : Nasogastric tube
PSARP : Posterior sagittal anorectoplasty
USG : Ultrasonografi
VACTREL : Verterbral, Anorectal, Cardiac, Tracheo-Esophageal,
Renal, dan Limb
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
Penulisan ini bertujuan untuk memberi gambaran secara singkat mengenai
atresia ani meliputi definisi, etiologi, embriologi, klasifikasi, penegakan diagnosis,
dan penatalaksanaan pada atresia ani.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Embriologi
Saluran pencernaan terbentuk dari foregut, midgut, dan hindgut selama masa
perkembangan embrional. Foregut berdiferensiasi menjadi esofagus, gaster,
duodenum, liver, gall bladder, pankreas, dan lien. Midgut berdiferensiasi menjadi
duodenum, jejunum, ileum, caecum dengan appendix, kolon ascending dan
transversum. Hindgut berdiferensiasi menjadi sepertiga distal kolon transversum,
kolon descending dan sigmoid, rektum, dan anus.6 Bagian endodermal hindgut juga
membentuk kandung kemih dan uretra.7
3
4
menciptakan pembukaan anal untuk hindgut dan pembukaan ventral untuk sinus
urogenital.7
Rektum terbentuk melalui pemisahan primer membran kloaka atau dengan
migrasi rektum yang terjadi pada minggu 8-12 usia kehamilan. 5Bagian atas anus atau
2/3 bagian anus berasal dari lapisan endoderm hindgut, bagian bawah atau 1/3 bagian
anus berasal dari lapisan ektoderm disekitar proktodeum, bagian ektoderm di regio
proktodeum pada permukaan membran kloaka akan berinvaginasi membentuk lubang
anus seperti pada gambar 2.1.c.7 Sfingter terbentuk pada usia 12 minggu kehamilan
dan berkembang secara perlahan pada minggu 14-19 kehamilan. 5
Bagian dorsal kloaka dan dorsal membran kloaka diketahui menghilang pada
perkembangan abnormal seperti pada persisten kloaka. Akibatnya membran kloaka
tidak dapat meluas sampai bagian kaudal dan ketika anorektal fold berkembang yang
seharusnya memisahkan kloaka menjadi sinus urogenital dan saluran anorektal terjadi
anomali seperti terlihat pada gambar 2.2.6
per 2.000 kelahiran hidup sampai 1 per 5.000 kelahiran hidup. 2 Laki-laki lebih sering
mengalami atresia ani dibanding dengan perempuan dengan perbandingan angka
kejadian 1,5:1 antara laki-laki dan perempuan.6
2.3 Anomali Terkait
Atresia ani mungkin terjadi bersamaan dengan kelainan kongenital lainnya,
yang mungkin merupakan bagian dari trisomi 13, 18, atau 21. 6 Anak dengan trisomi
21 sekitar 2,2% diantaranya mengalami atresia ani, angka kejadian ini 15 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan populasi umum. 9 Namun, hal ini tidak serta merta
menjadikan kelainan genetik sebagai etiologi atresia ani atau mewajibkan atresia ani
sebagai bagian dari kelainan genetik, karena etiologi atresia ani merupakan
multifaktorial yang melibatkan faktor risiko geneteik dan non genetik.6
Jenis anomali yang paling umum terkait dengan atresia ani adalah anomali
urogenital. Anomali urogenital muncul lebih dari setengah kasus atresia ani, pada
kasus ini perawatan khusus harus diberikan demi mempertahankan fungsi ginjal
pasien. Sekitar 10% kasus lainnya setidaknya memiliki 3 atau lebih dari komponon
asosiasi anomali Verterbral, Anorectal, Cardiac, Tracheo-Esophageal, Renal, dan
Limb (VACTREL).6 Etiologi asosiasi anomali VACTREL masih belum diketahui
dengan jelas. Asosiasi anomali VACTREL lebih sering terjadi pada laki-laki
dibanding perempuan.8
Anomali vertebra seperti defek vertebra, korda spinalis tertambat, atau
diastematomyelia dapat terjadi namun anomali tersering adalah defek sakralis dengan
gambaran tidak adanya satu atau lebih vertebra sakralis. Defek gastrointestinal yang
paling sering adalah fistula tracheoesophageal dan atresia duodenum. Anomali
kardiak yang paling sering terjadi adalah tetralogy of fallot yang memiliki angka
kejadian yang sama baik ada lesi letak rendah atau lesi letak tinggi. 8 Semua pasien
dengan atresia ani harus dilakukan skrining untuk asosiasi anomali VACTREL,
protokol skrining dengan menggunakan ronsen toraks dan tulang belakang, serta
ultrasonografi (USG) jantung dan abdomen.6
6
2.4 Etiopatogenesis
Etiologi atresi ani masih belum diketahui dengan jelas, seperti pada
malformasi lainnya kombinasi faktor genetik dan faktor lingkungan diketahui
memiliki hubungan dengan atresia ani.2 Faktor genetik merupakan faktor penting
yang berkontribusi terhadap patogenesis atresia ani, diantaranya adalah anggota
keluarga derajat satu dengan malformasi anorektal, kelainan kromosom seperti pada
trisomi 13,18, atau 21, atau mutasi genetik. Faktor lingkungan yang berpengaruh
dengan kejadian atresia ani diantaranya paternal merokok, kelebihan berat badan ibu,
dan ibu diabetes.5
Sindrom kongenital beberapa memiliki atresia ani sebagai salah satu
komponen klinisnya. Mereka termasuk sindrom Down, sindrom Curraino, sindrom
Townes-Brocks, asosiasi anomali Verterbral, Anorectal, Cardiac, Tracheo-
Esophageal, Renal, dan Limb (VACTREL), dll. 6 Kelainan kromosom yang terlibat
dicurigai bertanggung jawab terhadap perkembangan hindgut. Kromosom 7q39
memiliki tiga lokus penting, yang berhubungan dengan terjadinya atresia ani,
termasuk gen: SHH, EN2, dan HLXB9.10
2.5 Klasifikasi
Penentuan klasifikasi atresia ani penting dilakukan, tidak hanya berguna
sebagai penuntun tatalaksana hal ini juga membantu membandingkan hasil klinis satu
teknik dengan teknik lainnya.11 Klasifikasi atresia ani berdasarkan anatominya dibagi
menjadi letak tinggi atau rendah bergantung pada letak berakhirnya rektum apakah
berada di depan kompleks levator ani muscle atau sebagian turun melewati otot ini.12
Klasifikasi modern pertama yang membagi berdasarkan anatominya disusun oleh
Ladd dan Gross tahun 1934, 11 sejalan dengan kemajuan pengetahuan tentang anomali
ini para ahli bedah merasa perlu mendefinisikan anomali ini menjadi lebih tepat
sehingga pada tahun 1970 klasifikasi internasional diusulkan menggunakan konsep
levator ani yang membagi anomali diatas levator ani sebagai letak tinggi tinggi, dan
7
dibawah levator ani menjadi letak rendah, serta memperkenalkan anomali intermedia
yang dikenal sebagai anomali translevator. 4
Klasifikasi Wingspread tahun 1984 adalah versi sederhana yang
menggabungkan detail anatomi dengan embriologi seperti pada tabel 2.1.11
Intermediet Intermediet
1. Rectovestibular fistula 1. Rectobulbar urethral fistula
2. Rectovaginal fistula 2. Anal agenesis without fistula
3. Anal agenesis without fistula
Low Low
1. Anovestibular fistula 1. Anocutaneous fistu;a
2. Anocutaneous fistul 2. Anal stenosis
3. Anal stenosis
Cloacal malformation
Rare anomalies Rare anomalies
Tabel 2.3 Perbandingan Klasifikasi Wingspread (1984) dan Krikenbeck (2005) pada
laki-laki
Tipe Wingspread (1984) Krikenbeck (2005)
Low Anal stenosis Anal stenosis
Anocutaneous fistula Imperforate anus without fistula
Retroperitoneal fistula
Intermedie Anal agenesis without fistula Anal or anorectal agenesis without
t Anal agenesis with rectourethral fistula
bulbar fistula Anorectal genesis with retrourethral
High Rectal Atresia bulbar fistula
Anorectal agenesis without Anorectal agenesis with rectourethral
fistula prostatic fistula
Anorectal agenesis with Anorectal agenesis with rectovesical
retrourethral prostatic fistula fistula
Rare forms
9
Tabel 2.4 Perbandingan Klasifikasi Wingspread (1984) dan Krikenbeck (2005) pada
perempuan
Tipe Wingspread (1984) Krikenbeck (2005)
Low Anal stenosis Anal stenosis
Anal agenesis without fistula Imperforate anus without fistula
Anal agenesis with external fistula
Anal agenesis with rectoperineal
fistula
Anal agenesis with rectovestibular
fistula
Intermedie Anal agenesis without fistula Anal or anorectal agenesis without
t Anal agenesis with rectovestibular fistula
fistula Rectal atresia
Anal agenesis with rectovaginal Cloacal malformations with short
fistula (<3 cm) or long (>3 cm) common
High Rectal atresia canal
Anorectal agenesis without fistula
Anorectal agenesis with
rectovaginal fistula
Cloacal malformation
Rare forms
b. Rectourethral Fistula
Rectourethral fistula merupakan kelainan tipe atresia ani yang paling sering
terjadi pada laki-laki. Rektum membuka ke uretra posterior pada defek ini, fistula
mungkin terletak di uretra bagian bawah (bulbar) atau bagian atas (prostat), dan yang
tersering adalah bagian bulbar seperti terlihat pada gambar 2.5.12 Fistula uretra bagian
bawah biasanya dikaitkan dengan kualitas otot yang baik, perkembangan sakrum yan
baik, midline groove yang menonjol, dan anal dimple menonjol. Fistula uretra bagian
atas lebih sering dikaitkan dengan kualitas otot yang buruk, perineum datar, midline
groove yang buruk, dan anal dimple yang hampir tidak terlihat.13
c. Retrobladderneck Fistula
Rektum terbuka ke leher kandung kemih pada defek ini, jauh diatas
mekanisme sfinger, terletak pada atau diatas peritoneal reflection seperti pada
gambar 2.6.13Prognosis pengendalian usus pada pasien biasanya buruk, hal ini
disebabkan otot levator, kompleks otot lurik, dan sfingter eksternal biasanya tidak
berkembang dengan baik.12 Sakrum sering cacat dan pendek, menunjukkan tanda-
tanda hipoplasia parah dan/atau dysmorphism. Panggul tampaknya kurang
berkembang dan perineum tampak datar, perineum yang datar menjadi tanda
perkembangan otot yang buruk. Defek ini terjadi sekitar 10% pada laki-laki dengan
atresia ani, dan kejadian adanya anomali terkait sangatlah tinggi. 13, 12
e. Atresia/Stenosis Rektum
Tipe defek ini merupakan yang paling unik dan jarang terjadi pada laki-
laki, angka kejadiannya hanya sekitar 1% dari seluruh kelompok malformasi. 12
Penderita defek yang sangat unik ini merupakan satu-satunya yang terlahir dengan
kanalis anus normal, karenanya perineum pada pasien tampak normal. 13
Defek ini bisanya dikenali ketika mencoba memasukkan termoteter ke
rektum, pada kanalis analis dan rektum junction (1-2 cm diatas perineum) dapat
ditemukan lumen rektum terputus total (atresia) atau sebagian (stenosis) seperti pada
gambar 2.8.12Rektum dan kanalis analis dapat dipisahkan oleh membran tipis atau
jaringan fibrosa yang padat, perbaikan defek ini melibatkan anastomosis primer
diantara kantong atas dengan kanalis analis. Penderita defek ini memiliki semua
elemen tercapainya prognosis fungsional yang sangat baik, perkembangan saluran
anus yang baik memberikan penderita defek ini sensasi normal pada anorektum,
sfingter yang hampir normal, yang perlu diingat pada penderita defek ini adalah harus
dilakukan skrining massa presakral pada defek atresia. 13
13
pada gambar 2.10.12 Fistula umumnya sempit dengan panjang bervariasi mulai
beberapa mm hinga 2-3 cm. Gambaran anatomi pentingnya adalah bahwa rektum dan
vagina berbagi dinding yang sama, sayangnya masih banyak yang keliru dan
diagnosis penderita dibuat menjadi rectovaginal fistula, perbedaan antara rectovaginal
fistula dan rectovestibular fistula dapat dilihat pada gambar 2.11. Kesalahan diagnosis
ini membuahkan tatalaksana yang salah dan berujung memberi prognosis yang
berdampak negatif.13
Gambar 2.11 Perbedaan rectovaginal fistula (a), dengan rectovestibular fistula (b).
c. Imperforate Anus tanpa Fistula
Defek pada pasien perempuan memiliki implikasi terapeutik dan prognostik
yang sama dengan pasien laki-laki.13 Rektum terletak 2 cm diatas kulit perineum,
uretra dan rektum tidak bersatu namun hanya dipisahkan oleh dinding tipis. Hampir
separuh penderita tanpa fistula adalah seorang dengan sindrom Down, dan 90%
sindrom Down menderita atresia ani tanpa fistula. Sindrom Down tidak menjadi
pengganggu prognosis kontrol usus.12
segera dengan operasi sagital posterior tanpa membuka perut, titik baliknya sekitar 3
cm. Gambaran kloaka letak tinggi dan rendah dapat dilihat pada gambar 2.13.13
Gambar 2. 13 Kloaka persisten pada perempuan (a) kanal saluran pajang >3cm, (b) kanal
saluran yang lebih pendek <3cm13
2.6 Diagnosis
1. Diagnosis Antenatal
Diagnosis antenatal atresia ani masih jarang dilakukan, hanya sekitar 16%
kasus yang diagnosis pada masa antenatal. Atresia ani yang paling kompleks
(rectobladder neck fistula pada laki-laki dan kloaka pada perempuan) merupakan
diagnosis yang paling banyak pada masa antenatal, semakin tinggi letak defek atresia
ani maka semakin tinggi kemungkinan adanya anomali terkait yang dapat dilihat
dalam rahim.4
Kanalis analis normal janin pada USG akan memberikan gambaran jaringan
hipoekogenik dengan tepi melingkar di perineum dengan garis ekogenik linier
sentral. Bukti USG pada atresia ani bersifat tidak spesifik berupa dilatasi usus dan
gambaran abnormal yang mengarahkan kecurigaan namun tidak mendiagnosis atresia
ani.11 Kecurigaan adanya atresia ani meningkat apabila semakin banyak kelainan
sistem yang ditemukan melalui USG seperti dilatasi dan kalsifikasi usus, kurangnya
mekonium, hidronefrosis, ginjal tidak ada, tali pusat tertambat, ruas tulang belakang
abnormal, omfalokel, dll. Keuntungan diagnosis antenatal termasuk memberikan
17
informasi kepada orang tua jenis anomali pasien dan memberika mereka kesempatan
untuk mengatur persalinan di fasilitas kesehatan yang memadai. 4
2. Pemeriksaan Neonatal (tanda dan gejala) 11
Diagnosis atresia ani dapat dibuat secara langsung dimana tidak
ditemukannya lubang anus ketika bayi lahir, mengejutkannya tidak jarang anomali
yang sangat jelas ini terlewatkan. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama
kehidupan, perut seperti kembung merupakan keluhan utama yang dapat digali pada
anamnesis.
Orang tua bayi mungkin akan melaporkan keluarnya mekonium dari uretra
atau pasien buang angin melalui uretra atau bahkan ditemukan mekonium di pakaian
bayi dari lubang yang tidak diketahui pada bayi laki-laki. Ibu bayi perempuan
kebanyakan mengeluhkan adanya feses yang keluar dari lubang genitalia tanpa
adanya pembukaan anus. Pertanyaan mengenai anomali menjadi pertanyaan penting
yang akan membantu penatalaksanaan atresia ani.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan invertogram sebaiknya dilakukan ketika bayi sudah berusia 18
jam, hal ini berkaitan dengan lamanya waktu yang dibutuhkan udara untuk sampai di
rektum.14 Sesaat setelah bayi lahir, bayi akan berusaha untuk menghirup udara melalui
traktus gastrointestinal bayi akan mencapai rektum pada 4-12 jam dan pada 18 jam
setelah lahir rektum sudah mengembang. 11 Invertogram lebih baik dihindari untuk
14
mengurangi risiko aspirasi pada anomali terkait fistula trakeo-esofageal, teknik
pemeriksaan ini mengharuskan bayi untuk digendong terbalik selama 3 menit dengan
sedikit fleksi di sendi panggul, hasil gambaran invertogram akan menunjukkan letak
anomali rendah atau tinggi seperti gambar 2.14.12
18
sebagai evaluasi hemivertebra dan anomali sakral,4 USG pada tulang belakang
membantu skrining tali pusat yang tertambat atau anomali tulang belakang lainnya.8
Gambar 2.15 Gambaran foto x-ray cross-table lateral a. atresia ani letak rendah, b. atresia
ani letak tinggi
2.7 Tatalaksana
Cairan intravena, antibiotik, pemasangan pipa NGT untuk dekompresi dan
mencegah aspirasi harus dilakukan dalam 24 jam pertama kehidupan. 13 Sangat
penting untuk tidak membuat keputusan pembuatan kolostomi atau operasi primer
dalam waktu 20-24 jam pertama kehidupan. Alasan kenapa kita harus menunggu
adalah dibutuhkan tekanan intralumen yang signifikan untuk memaksa mekonium
keluar melalui fistula, hal ini merupakan tanda penting untuk memvisualisasikan
lokasi rektum.8
Keluarnya mekonium dari perineum merupakan bukti fistula retroperineal, jika
ditemukan mekonium di urin diagnosis fistula retrourinasi jelas. 8 Bayi dengan fistula
perineum direkomendasikan tindakan anoplasti tanpa pelindung kolostomi pada 48
jam pertama kehidupan.12 Keadaan bayi yang sedang sakit akibat anomali terkait,
sangat prematur, atau jika dokter memilih untuk menunggu hingga usia bayi sedikit
bertambah, maka fistula dapat didilatasi dengan lembut, perbaikan pada kasus-kasus
seperti ini tidak dapt ditunda hingga lebih dari beberapa bulan. Algoritma manajemen
20
atresia ani pada laki-laki dapat dilihat pada gambar 2.16 dan pada perempuan pada
gambar 2.17.8
cepat penempatan kembali anus pada tempatnya lebih berpotensi mendapat sensasi
lokal. 12
22
23
foto cross-table lateral untuk diagnosis lokasi sebelum 24 jam, dan juga untuk tidak
membuat keputusan kolostomi atau operasi primer pada rentang waktu tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
24
12. George W. Holcomb I, Murphy JP. Imperforate Anus and Cloacal
Malformation
in Ashcraft’s Pediatric Surgery. 5th ed. Philadelpia: Saunders Elsevier; 2010.
p. 468–90.
13. Ziegler MM, Azizkhan RG, Allmen D von, Weber TR. Anorectal
Malformations in Operative Pediatric Surgery. 2nd ed. New York: McGraw-
Hill Education; 2014. p. 667–93.
14. Choudhury SR. Anorectal Malformation in Pediatric Surgery. Singapore;
Springer Nature Singapore. 2018. p. 217–27.
25
26