RADIOLOGI DENTAL 2
Disusun Oleh:
Nicholas Limanda
2014-11-123
Kelas C
Pembimbing:
Diah Indriastuti, drg., Sp.RKG(K)
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Beberapa struktur gigi akan terlihat pada hasil radiografi gigi, terlepas dari area
spesifik yang terkena. Struktur gigi geligi dapat terlihat tanpa terkecuali pada pasien
edentulous. Seperti yang terlihat pada sebuah radiografi gigi normal memiliki lapisan luar,
berwarna putih yang mengelilingi mahkota. Ini merupakan enamel yang menutupi mahkota
gigi. Di bawah enamel terdapat dentin, lapisan tengah pada gigi ini meluas dari mahkota
sampai akar gigi. Akar gigi ditutupi oleh lapisan yang sangat tipis yaitu sementum, kurang
padat dari dentin dan karena itu biasanya tidak terlihat. Bagian terdalam adalah ruang pulpa,
yang di dalamnya terdapat saraf dan pembuluh darah. Terlihat radiolusen dan tampak gelap
pada radiografi karena merupakan jaringan lunak, dimana sinar x-ray mudah menembus film.
Ruang pulpa meluas dari mahkota gigi hingga akar sampai ujung akar.
Struktur pendukung dari gigi juga terlihat jelas pada radiografi. Maksila pada
lengkung rahang atas, mandibula pada lengkung rahang bawah merupakan tulang pendukung
gigi geligi. Keduanya terdiri dari dua jenis tulang. Tulang kortikal seperti lamina dura,
berwarna putih atau radioopak karena merupakan jaringan keras. Lamina dura merupakan
tulang yang langsung mengelilingi dan menunjang gigi. Tulang cancellous berbentuk spons
dan terlihat kurang radioopak dari pada tulang kortikal.
3
1.2 Rumusan Masalah
Belum diketahuinya tanda-tanda anatomis normal gigi dan sekitarnya, baik rahang
atas maupun rahang bawah
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Email
2. Dentin
3. Ruang Pulpa
4. Saluran Akar
5. Lamina Dura
6. Periodontal membrane
7. Alveolar crest
1. Socket gigi
2. Socket gigi
3. Lamina dura
4. Canalis mandibularis
5. Tulang Kortikal
Sementum: Radioopak permukaan luar akar gigi (Hampir sama dengan Dentin)
5
Dentin: Radioopak dibawah lapisan email pada mahkota dan permukaan luar akar gigi
Pulpa: Radiolusen pada bagian dalam gigi, Ruang pulpa meluas dari mahkota hingga
ujung akar gigi.
Periodontal Membran: Radiolusen tipis kontinyu mengelilingi akar gigi, antara akar
gigi dan lamina dura
Lamina Dura: Perkembangan lamina dura merupakan perpanjangan dari lapisan tipis
tulang kripta yang mengelilingi setiap gigi selama pengembangan. Radioopak tipis
kontinyu pada permukaan terluar soket gigi, berbatasan dengan membrane
periodonsium. Variasi kecil dan gangguan dalam kelangsungan di lamina dura dapat
terjadi karena superimposisi dengan pola trabekular dan nutrient canal yang lewat
dari tulang mandibula ke ligamen periodontal. Ketebatalan bertambah seiring dengan
bertambahnya occlusal stress
Lamina/Tulang Kortikal: Radioopak tebal pada bagian terluar (tepi) dari tulang
rahang. Terdiri dari radiopak plate tipis dan rods yang mengelilingi banyak ruang
sumsum radiolusen kecil.
Alveolar Crest: Margin gingiva dari proses alveolar yang memanjang antara gigi
terlihat pada radiograf sebagai garis radiopak krista alveolar. Puncak tulang ini
dianggap normal jika tidak lebih dari 1.5 mm dari persimpangan sementoenamel dari
gigi yang berdekatan.
6
Cervical Burnout :
Radiografi kadang menunjukkan daerah Difus
radiolusen dengan batas tidak jelas. Tampak pada
mesial,distal.
Aspek gigi di regio serviks/leher gigi. Regio ini
muncul antara Tepi enamel, dan ridge alveolar
crest. Tidak harus bingung dengan karies akar.
Periodontal Ligament Space: sebagian besar ruang PDL tersusun dari kolagen,
tampak sebagai gambaran radiolusen. Ruang sempit terdapat diantara akar gigi dan
lamina dura. Ruang ini dimulai dari puncak alveolar, meluas di seluruh bagian dari
akar gigi dalam alveolus, dan kembali ke puncak alveolar di sisi berlawanan dari gigi.
Tulang Cancellous: Terletak diantara cortical plate pada kedua rahang. Terdiri dari
radioopak plates dan rods yang tipis, mengelilingi radiolusen marrow spaces yang
kecil.
7
Secara umum memiliki densitas lebih rendah dari mandibula
1. Tuberositas maksilaris
8
2. Prosesus Pterygoideus/Hamular
3. Os zygomaticus/malar bone
Bagian inferior tulang malar memiliki struktur bentuk U/J, merupakan perlekatan
tulang zygomatic dengan maksila. Umumnya tampak pada aspek superior area molar
maksilaris. Terlihat radioopak horizontal diatas M1,M2 atas, terkadang
overlapping/mengabur pada akar gigi, terutama bila menggunakan Bisecting Angle
Technique.
9
Prosesus zygomaticus dari rahang atas (panah) menjorok ke lateral dari dinding
rahang atas. Ukurannya mungkin cukup beragam: kecil dengan batas-batas tebal (A)
atau besar dengan batas tipis (B).
4. Nasal Septum
Gambaran radioopak lebar, vertikal di antara insisif pertama atas, posisinya superior
pada apikal insisif sentral. Sering disalah diagnosa dengan supernumerary tooth,
memisahkan kedua nasal fossa di midline.
5. Nasal Spine
10
6. Hidung
Jaringan lunak ujung hidung yang kadang terlihat pada sentral maksilaris, dengan
projeksi lateral insicor. Tampak uniform, sedikit bayangan radioopak dengan uniform
outline.
7. Torus Palatinus
Radioopak ditengah palatum agak ke posterior. Batas antara palatum durum dan
palatum mole.
11
8. Plat Pterygoideus
I= Foramen Incisivum;
N= Nasal Cavity;
S= Sinus Maxillary
12
1. Sinus maksilaris (Anthrum)
Pada gambar, batas anterior dari sinus maksilaris (panah putih) melintasi lantai fossa nasal
(panah hitam).
13
3. Lateral Fossa (Incisive Fossa)
Depresi ringan pada maksila dekat dengan apeks insisif lateral. Pada Proyeksi
periapikal tampak radiolusen diffuse. Gambar tidak akan salah diinterpretasi sebagai
kondisi patologi, apabila pada radiografi terdapat lamina dura yang utuh mengelilingi
akar insisif lateral.
4. Nasal cavity
Radiolusen diatas gigi Insisivus atas. Terbagi dua secara longitudinal oleh
septum nasalis. Lebih jelas dengan radiograf proyeksi oklusal.
14
6. Nostril Spot
Daerah oval radiolusen pada palatum posterior dekat akar palatinal Molar 1
atas; kadang mesial/distal akar Molar 1 atas. Tidak selalu terlihat
8. Nasolacrimal Duct
15
2.3 Anatomical Landmark Mandible
Mempunyai tulang kortikal yang tebal (lebih radioopak dari maxilla), tulang kortikal
bukal lebih tebal dari tulang kortikal lingual
Susunan trabekula lebih rapat dan sejajar permukaan
Secara umum mempunyai densitas lebih tinggi dari maksila (lebih radioopak dari
maxilla)
Ada gambaran kanal nutrisi yang lebih jelas terutama pada region anterior
16
2.3.1 Anatomical Landmark Radioopaque Mandible
1. Processus Coronoideus
Radioopak seperti sidik jari pada daerah molar maksila. Terlihat gambaran
segitiga radio-opaque dibelakang Molar, sering salah interpretasi dengan M3 atas
impaksi.
17
3. Mental ridge
Gambaran garis radioopak luas, tebal pada tepi mandibula, merupakan batas
tepi mandibula.
Garis dibawah External Oblique Line (EOL), berjalan dari atas ke bawah
sepanjang mandibula, ke depan dari prosesus koronoid, dengan posisi horizontal.
Gambaran radio-opaque mulai dari batas bawah symphisis terus keatas pada daerah
molar kearah ramus, kontinu dengan mylohyoid line, biasanya dikaburkan dengan
akar gigi molar.
18
Keterangan:
1. EOL
2. IOL
3. Kanalis Mandibula
Sambungan batas anterior ramus asenden mandibular yang lewat kedepan dan
kebawah diatas permukaan luar dari sisi bukal mandibula ke mental ridge. Garis
radioopak yang biasanya berakhir di area Molar 1/Molar 3 bawah. Kadang sangat
jelas dan tampak pada akar gigi Molar: tergantung sudut pengambilan. Pada
mandibula edentulous, setelah prosesus alveolaris mengalami resorpsi, EOL mungkin
menggambarkan perbatasan superior dari badan mandibula di wilayah molar.
7. Mylohyoid ridge
19
8. Torus Mandibula
Batas inferior dari mandibula (panah) terlihat sebagai sebuah gumpalan padat
radiopak yang luas.
20
2.3.2 Anatomical Landmark Radiolucent Mandible
1. Foramen Mentale
Merupakan saluran terbuka pada korpus mandibula. Radiolusen oval/bulat
area tidak jelas antara apeks dari bicuspid umumnya P1 dan P2 bawah, kadang di
apikal P1 bahkan apikal akar mesial M1 bawah. Mengakhiri kanalis mandibula.
2. Foramen Mandibularis
Pembukaan pada permukaan internal ramus, radiolusen bulat/oval pada
ramus mandibula. Tampak lebih jelas dengan foto lateral, namun dengan foto
periapikal sulit karena lokasi dari foramen tersebut.
3. Canalis Mandibularis
Radiolusen seperti parit/saluran yang memanjang dari foramen mandibularis
ke ramus asenden, terletak pada permukaan medial ramus berakhir di foramen
mentale. Dari sisi lingual memanjang di area Molar 3 ke sisi bukal regio Premolar.
Berisi nervus alveolaris inferior dan pembuluh darah.
21
4. Simfisis Mandibula
22
lingual nutrient vessels melewati foramen ini. Kadang terlihat, kadang tidak.
Ukurannya sekita 1-2mm.
7. Pharyngeal Space
Gambaran radiolusen yang muncul sebagai area triangular, yang meluas ke
arah vertikal ramus mandibula. Hanya tampak pada foto lateral; terjadi akibat
gerakan faring karena pasien melakukan gerakan menelan.
8. Foramen Lingual
Foramen lingual (panah), dengan batas sklerotik, di daerah symphyseal dari
mandibula
23
9. Submandibular Gland Fossa
Depresi pada aspek lingual mandibula, dimana tampak adanya kelenjar
submandibular. Muncul sebagai zona radiolusen di bawah gigi-gigi Molar.
Gambaran radiografi superior dibatasi oleh mylohyoid ridge, sedangkan inferior
oleh lower border mandible, kurang tampak pada pandangan anterior (regio
premolar) dan posterior (ramus asenden). Salah interpretasi sebagai lesi tulang
oleh dokter yang kurang berpengalaman.
Keunggulan foto panoramik yakni, teknik yang sederhana, mudah untuk interpretasi,
murah, dan non invasif karena dosis radiasi yang rendah. Panoramik radiografi umum
digunakan untuk screening. diagnosis, dan sebagai salah satu penunjang terbaik dalam
menentukan rencana perawatan tindakan bedah. Foto panoramik dapat menunjukkan hasil
yang buruk dikarenakan kesalahan posisi pasien yang dapat menyebabkan distorsi.
24
1. maxillary sinus 25. sigmoid notch
25
17. nasal septum 41. soft palate
26
2.5 Aplikasi Anatomical Landmark pada Sefalometri
Bagian 1:
•Profil jaringan lunak
•Kontur eksternal kranium
•Vertebra servikalis pertama dan kedua
Bagian 2:
•Kontur internal kranium
•Atap orbita
•Sella tursika atau fossa pituitari
•Ear rod
Bagian 3:
•Tulang nasal dan sutura frontonasalis
•Rigi infraorbital
•Fisura pterigomaksilaris
•Spina nasalis anterior
•Spina nasalis posterior
•Molar pertama atas dan insisivus sentralis atas
Bagian 4:
•Simfisis mandibula
•Tepi inferior mandibula
•Kondilus mandibula
•Mandibular notch dan prosesus koronoideus
•Molar pertama bawah dan insisivus sentralis bawah
27
28
2.5.1 Titik-titik (Landmarks) pada Sefalometri
1. Titik-titik Midsagital
b. Nasion (N): titik paling depan pada sutura frontonasalis pada bidang midsagital.
c. Spina Nasalis Anterior (SNA): titik paling anterior di bagian tulang yang tajam pada
prosesus maksila di basis nasal.
d. Spina Nasalis Posterior (SNP): titik paling posterior dari palatum durum.
e. Titik A (Subspinale): titik paling dalam pada kurvatura alveolaris rahang atas, secara
teoritis merupakan batas tulang basal maksila dan tulang alveolaris.
f. Titik B (Supramentale): titik paling dalam pada kurvatura alveolaris rahang bawah, secara
teori merupakan batas tulang basal mandibula dan tulang alveolaris.
i. Gnation (Gn): titik tengah antara pogonion dan menton atau titik paling depan dan paling
rendah dari simpisis mandibula.
29
2. Titik-titik Bilateral
a. Orbital (Or): titik paling inferior pada tepi orbit atau tepi bawah rongga mata.
c. Artikulare (Ar): titik perpotongan antara tepi bawah dari basis kranial dan permukaan
posterior kondilus mandibula.
d. Gonion (Go): titik tengah kontur yang menghubungkan ramus dan korpus mandibula.
e. Pterygomaxiliary fissure (PTM): permukaan posterior dari tuber maksila yang bentuknya
menyerupai tetes air mata.
a. Jaringan lunak glabela (G ́): titik paling menonjol dari bidang sagital tulang frontal.
30
b. Pronasal (Pn): titik paling menonjol dari ujung hidung.
f. Jaringan lunak pogonion (Pog ́): titik paling menonjol pada kontur jaringan lunak dagu.
g. Jaringan lunak menton (Me ́): titik paling inferior pada jaringan lunak dagu.
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam praktiknya, anatomical landmark dapat dilihat melalui foto intra oral maupun
ekstra oral, seperti periapikal, bitewing, panoramik, dan sefalometri. Anatomical landmark
digunakan untuk mengetahui tanda–tanda anatomis gigi dan sekitarnya, membedakan
radiografi struktur anatomi normal dengan keadaan patologis, dan juga dipelajari untuk
menghindari kesalahan dalam menginterpretasikan gambaran radiografis.
3.2 Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
Supriyadi & Fatmawati, D.W.A. 2003. Keakuratan Dokter Gigi dalam Membaca Radiograf
Gigi. Majalah Kedokteran Gigi Edisi Khusus Temu Ilmiah Nasional III 6-8 Agustus 2003
Haring JI, Lind LJ: Normal anatomy (panoramic films). In Radiographic interpretation for
the dental hygienist, Philadelphia,1993, Saunders.
O’Brien, r.c. Dental Radiology: An Introduction for Dental Hygienist and Assistants., 1977
Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Whaites, E. dan Cawson, R.A. 2003. Essentials of Dental Radiography and Radiology.
London : Churcill Livingstone
Whaites E. Radiography and Radiology for Dental Care Professionals. 2nd ed. Netherlands:
Elsevier Publication; 2009. p.151.
Langland OE, Langlais RP, Morris CR. Principles and Practice of Panoramic Radiology. 1st
ed. Philadelphia, PA: WB Saunders Company; 1982.
Wuehrmann, Arthur H dan Lincoln R. Manson-Hing. 1973. Dental Radiology. New York:
The C. V. Mosby Company.
Yunus, B. 2005. Dental Radiography as an Early Diagnosa to Prevent the Severity of Tooth
and Mouth Disease. Jurnal Kedokteran Gigi Edisi 2 Temu Ilmiah Nasional IV 11-13 Agustus
2005 : FKG UNAIR
Ennis LM. Roentengraphic variations of the maxillary sinus and the nutrient canals of the
maxilla and mandible. Int J Orthod Oral Surg 1937;23:17393.
Rakosi, T., 1979, An atlas and manual of cephalometric radiography, p. 34-96, Wolfe
Medical Pub. Ltd.Salzmann, M.J., 1977, Principles of Orthodontics, 7th .ed., CV. Mosby Co.,
London.
33