Anda di halaman 1dari 33

ANATOMICAL LANDMARK

RADIOLOGI DENTAL 2

Disusun Oleh:
Nicholas Limanda
2014-11-123
Kelas C

Pembimbing:
Diah Indriastuti, drg., Sp.RKG(K)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA
2018

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................................... 3


1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3 Tujuan Makalah ......................................................................................... 4
1.4 Manfaat Makalah ....................................................................................... 4

BAB II : PEMBAHASAN ............................................................................................... 5


2.1 Gambaran Radiografis Gigi Normal ......................................................... 5
2.2 Anatomical Landmark Maxilla/Rahang Atas ............................................ 7
2.2.1 Anatomical Landmark Radioopaque Maxilla ................................ 8
2.2.2 Anatomical Landmark Radiolucent Maxilla ................................. 12
2.3 Anatomical Landmark Mandibula ............................................................. 16
2.3.1 Anatomical Landmark Radioopaque Mandibula ................................. 17
2.3.2 Anatomical Landmark Radiolucent Mandibula ................................... 21
2.4 Panoramic Anatomical Landmark ............................................................. 24
2.5 Aplikasi Anatomical Landmark pada Sefalometri .................................... 27
2.5.1 Titik-Titik (Landmarks) pada Sefalometri ........................................... 29
2.5.1.1 Titik-Titik (Landmarks) pada Jaringan Keras ........................ 29
2.5.1.2 Titik-Titik (Landmarks) pada Jaringan Lunak ........................ 30

BAB III : PENUTUP ........................................................................................................ 32


3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 32
3.2 Saran .......................................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 33

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anatomical Landmark merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur dan


bagian-bagian dari gigi, dan daerah rongga mulut yang muncul dalam radiografi. Namun
struktur ini bervariasi, sehingga tidak setiap pasien memiliki kejelasan struktur yang sama.
Pada salah satu individu mungkin landmark terlihat normal dan jelas, sedangkan yang lain
mungkin hampir tidak, atau mungkin tidak sama sekali terlihat.

Beberapa struktur gigi akan terlihat pada hasil radiografi gigi, terlepas dari area
spesifik yang terkena. Struktur gigi geligi dapat terlihat tanpa terkecuali pada pasien
edentulous. Seperti yang terlihat pada sebuah radiografi gigi normal memiliki lapisan luar,
berwarna putih yang mengelilingi mahkota. Ini merupakan enamel yang menutupi mahkota
gigi. Di bawah enamel terdapat dentin, lapisan tengah pada gigi ini meluas dari mahkota
sampai akar gigi. Akar gigi ditutupi oleh lapisan yang sangat tipis yaitu sementum, kurang
padat dari dentin dan karena itu biasanya tidak terlihat. Bagian terdalam adalah ruang pulpa,
yang di dalamnya terdapat saraf dan pembuluh darah. Terlihat radiolusen dan tampak gelap
pada radiografi karena merupakan jaringan lunak, dimana sinar x-ray mudah menembus film.
Ruang pulpa meluas dari mahkota gigi hingga akar sampai ujung akar.

Struktur pendukung dari gigi juga terlihat jelas pada radiografi. Maksila pada
lengkung rahang atas, mandibula pada lengkung rahang bawah merupakan tulang pendukung
gigi geligi. Keduanya terdiri dari dua jenis tulang. Tulang kortikal seperti lamina dura,
berwarna putih atau radioopak karena merupakan jaringan keras. Lamina dura merupakan
tulang yang langsung mengelilingi dan menunjang gigi. Tulang cancellous berbentuk spons
dan terlihat kurang radioopak dari pada tulang kortikal.

Dalam interpretasi radiografi perlu memiliki pengetahuan tentang anatomi normal,


menyadari bahwa ada variasi struktural luas yang berada dalam batas normal. Anatomical
landmarks tidak berarti semua dibuktikan dalam pemeriksaan radiologis yang diberikan:
sebagai soal fakta, ada pasien yang divisualisasikan hanya dalam persentase kecil dari kasus.
Oleh karena itu perlu untuk mengenali cirinya agar dapat diidentifikasi dan diinterpretasikan
dengan benar ketika divisualisasikan.

Anatomical Landmark digunakan untuk mengetahui tanda–tanda anatomis gigi dan


sekitarnya, membedakan radiografi struktur anatomi normal dengan keadaan patologis, dan
juga dipelajari untuk menghindari kesalahan dalam menginterpretasikan gambaran
radiografis.

3
1.2 Rumusan Masalah

Belum diketahuinya tanda-tanda anatomis normal gigi dan sekitarnya, baik rahang
atas maupun rahang bawah

1.3 Tujuan Makalah

1. Mengetahui tanda-tanda anatomis normal gigi dan sekitarnya,

2. Dapat membedakan radiografi struktur anatomi normal dengan keadaan patologis,


sehingga dapat menghindari kesalahan dalam menginterpretasikan gambaran
radiografis.

1.4 Manfaat Makalah

1. Memberikan informasi mengenai Anatomical Landmark pada keadaan rongga


mulut yang normal, baik rahang atas maupun rahang bawah,

2. Menambah wawasan dan masukkan untuk masyarakat awam, mahasiswa/i


kedokteran gigi, dan dokter gigi mengenai struktur anatomi normal gigi dan
sekitarnya,

3. Peneliti berharap memperoleh pengalaman berharga melalui pembuatan makalah


ini, disamping memperluas wawasan dalam bidang radiologi dental.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Radiografis Gigi Normal

1. Email
2. Dentin
3. Ruang Pulpa
4. Saluran Akar
5. Lamina Dura
6. Periodontal membrane
7. Alveolar crest

1. Socket gigi
2. Socket gigi
3. Lamina dura
4. Canalis mandibularis
5. Tulang Kortikal

 Email: (Paling) radioopak pada permukaan luar mahkota gigi

 Sementum: Radioopak permukaan luar akar gigi (Hampir sama dengan Dentin)

5
 Dentin: Radioopak dibawah lapisan email pada mahkota dan permukaan luar akar gigi

 Pulpa: Radiolusen pada bagian dalam gigi, Ruang pulpa meluas dari mahkota hingga
ujung akar gigi.

 Periodontal Membran: Radiolusen tipis kontinyu mengelilingi akar gigi, antara akar
gigi dan lamina dura

 Lamina Dura: Perkembangan lamina dura merupakan perpanjangan dari lapisan tipis
tulang kripta yang mengelilingi setiap gigi selama pengembangan. Radioopak tipis
kontinyu pada permukaan terluar soket gigi, berbatasan dengan membrane
periodonsium. Variasi kecil dan gangguan dalam kelangsungan di lamina dura dapat
terjadi karena superimposisi dengan pola trabekular dan nutrient canal yang lewat
dari tulang mandibula ke ligamen periodontal. Ketebatalan bertambah seiring dengan
bertambahnya occlusal stress

 Lamina/Tulang Kortikal: Radioopak tebal pada bagian terluar (tepi) dari tulang
rahang. Terdiri dari radiopak plate tipis dan rods yang mengelilingi banyak ruang
sumsum radiolusen kecil.

 Alveolar Crest: Margin gingiva dari proses alveolar yang memanjang antara gigi
terlihat pada radiograf sebagai garis radiopak krista alveolar. Puncak tulang ini
dianggap normal jika tidak lebih dari 1.5 mm dari persimpangan sementoenamel dari
gigi yang berdekatan.

6
Cervical Burnout :
Radiografi kadang menunjukkan daerah Difus
radiolusen dengan batas tidak jelas. Tampak pada
mesial,distal.
Aspek gigi di regio serviks/leher gigi. Regio ini
muncul antara Tepi enamel, dan ridge alveolar
crest. Tidak harus bingung dengan karies akar.

 Periodontal Ligament Space: sebagian besar ruang PDL tersusun dari kolagen,
tampak sebagai gambaran radiolusen. Ruang sempit terdapat diantara akar gigi dan
lamina dura. Ruang ini dimulai dari puncak alveolar, meluas di seluruh bagian dari
akar gigi dalam alveolus, dan kembali ke puncak alveolar di sisi berlawanan dari gigi.

 Tulang Cancellous: Terletak diantara cortical plate pada kedua rahang. Terdiri dari
radioopak plates dan rods yang tipis, mengelilingi radiolusen marrow spaces yang
kecil.

2.2 Anatomical landmark Maxilla/Rahang Atas

 Tulang kortikal radioopak, tidak setebal mandibula


 Susunan trabekula lebih longgar dan tidak teratur

7
 Secara umum memiliki densitas lebih rendah dari mandibula

2.2.1 Anatomical landmark Radioopaque Maxilla

1. Tuberositas maksilaris

Tuberositas maksilaris membentuk batas posterior dari alveolus maksilaris. Elevasi


bulat terlokasi pada aspek posterior dari kedua sisi maksila. Batas akhir maksila, di
tulang alveolar maksila, sebelah distal Molar 3 atas

8
2. Prosesus Pterygoideus/Hamular

Tulang yang membentang dari prosesus pterygoideus, tulang sphenoid. Radioopak


disebelah distal M3 atas dan distal tuberositas maksilaris yang memanjang ke bawah,
Kadang sukar diidentifikasi. Diagnosa bandingnya dengan akar gigi M3 atas.

Gambar H: Hamular process

Panah Hitam: Hamular process; Panah Ungu: Pterygoid Plates

3. Os zygomaticus/malar bone

Bagian inferior tulang malar memiliki struktur bentuk U/J, merupakan perlekatan
tulang zygomatic dengan maksila. Umumnya tampak pada aspek superior area molar
maksilaris. Terlihat radioopak horizontal diatas M1,M2 atas, terkadang
overlapping/mengabur pada akar gigi, terutama bila menggunakan Bisecting Angle
Technique.

9
Prosesus zygomaticus dari rahang atas (panah) menjorok ke lateral dari dinding
rahang atas. Ukurannya mungkin cukup beragam: kecil dengan batas-batas tebal (A)
atau besar dengan batas tipis (B).

4. Nasal Septum
Gambaran radioopak lebar, vertikal di antara insisif pertama atas, posisinya superior
pada apikal insisif sentral. Sering disalah diagnosa dengan supernumerary tooth,
memisahkan kedua nasal fossa di midline.

5. Nasal Spine

Letaknya di midline, sekitar 1,5cm-2cm di atas alveolar crest, umumnya tepat di


bawah persimpangan akhir inferior septum hidung dan garis inferior fossa hidung,
dengan pola V-Shaped.

10
6. Hidung

Jaringan lunak ujung hidung yang kadang terlihat pada sentral maksilaris, dengan
projeksi lateral insicor. Tampak uniform, sedikit bayangan radioopak dengan uniform
outline.

7. Torus Palatinus

Radioopak ditengah palatum agak ke posterior. Batas antara palatum durum dan
palatum mole.

11
8. Plat Pterygoideus

Gambar kiri. Pterygoid plate (panah) terletak posterior tuberositas maksilaris.

Gambar kanan. Prosessus hamularis (panah) memanjang ke bawah dari Pterygoid


plate medial.

2.2.2 Anatomical Landmark Radiolucent Maxilla

I= Foramen Incisivum;

N= Nasal Cavity;

S= Sinus Maxillary

12
1. Sinus maksilaris (Anthrum)

Berkembang dari invaginasi membran mukosa kavitas nasal. Dinding tulang


tipis, dengan mukosa tipis, dan ruang udara luas, radiolusen jelas. Batas garis putih
teratur sepanjang tepinya. Bentuk 3 sisi piramida dengan formasi Y terbalik dan W
Terletak di region Premolar dan diatas apek Molar 1 atas, bahkan sampai
kaninus/Insisivus lateral. Dekat dengan nasal fossa, dapat mencapai tuberositas
maksilaris. sering salah interpretasi sebagai kista/patologi. Penampakan variatif
tergantung sudut penyinaran.

Pada gambar, batas anterior dari sinus maksilaris (panah putih) melintasi lantai fossa nasal
(panah hitam).

2. Foramen Incisivum (Nasopalatine/Anterior Palatine Foramen)

Biasanya muncul sebagai area radiolusen yang menonjol di atas/antara dua


akar insisivus sentral, lebih tepatnya persimpangan median palatine dan sutura insisif.
gambaran umumnya bulat/oval dan diameter tidak melebihi 6mm. Kadang tidak
tampak.

13
3. Lateral Fossa (Incisive Fossa)

Depresi ringan pada maksila dekat dengan apeks insisif lateral. Pada Proyeksi
periapikal tampak radiolusen diffuse. Gambar tidak akan salah diinterpretasi sebagai
kondisi patologi, apabila pada radiografi terdapat lamina dura yang utuh mengelilingi
akar insisif lateral.

4. Nasal cavity

Radiolusen diatas gigi Insisivus atas. Terbagi dua secara longitudinal oleh
septum nasalis. Lebih jelas dengan radiograf proyeksi oklusal.

5. Sutura Palatina Mediana

Proyeksi melalui midline muncul garis radiolusen vertikal tipis di tengah


palatum, tegak lurus palatum. Mulai dari insisivus sampai posterior. Biasanya
menonjol diantara dua akar gigi insisivus sentral pada individu usia muda.

14
6. Nostril Spot

Daerah gelap berbentuk elip disekitar/diatas insisivus lateral atas. Terjadi


sebagai akibat dari sinar yang menembus lubang hidung.

7. Foramen Palatinus Mayus

Daerah oval radiolusen pada palatum posterior dekat akar palatinal Molar 1
atas; kadang mesial/distal akar Molar 1 atas. Tidak selalu terlihat

8. Nasolacrimal Duct

Terlihat dengan pandangan oklusal maksila sebagai area radiolusen bulat,


superimposed dengan region posterior dari palatum keras. Pada gambar kanan,
Kanalis nasolakrimal (panah) kadang-kadang terlihat di dekat puncak kaninus ketika
angulasi vertikal yang tajam digunakan.

15
2.3 Anatomical Landmark Mandible

 Mempunyai tulang kortikal yang tebal (lebih radioopak dari maxilla), tulang kortikal
bukal lebih tebal dari tulang kortikal lingual
 Susunan trabekula lebih rapat dan sejajar permukaan
 Secara umum mempunyai densitas lebih tinggi dari maksila (lebih radioopak dari
maxilla)
 Ada gambaran kanal nutrisi yang lebih jelas terutama pada region anterior

16
2.3.1 Anatomical Landmark Radioopaque Mandible

1. Processus Coronoideus

Radioopak seperti sidik jari pada daerah molar maksila. Terlihat gambaran
segitiga radio-opaque dibelakang Molar, sering salah interpretasi dengan M3 atas
impaksi.

2. Genial Tubercle (Mental Spine)

Terletak di bagian permukaan lingual incisive mandibular, sedikit di atas


inferior border dan di midline. Genial Tubercle memberikan dukungan perlekatan
pada otot genioglossus di superior tubercles dan otot geniohyoid di inferior tuberkel
mandibula. Terlihat sebagai tonjolan lingkaran radio-opaque berbentuk cincin dengan
daerah gelap pada midline, disebut foramen lingualis. Pada radiografi periapikal
insisif mandibula tampak sebagai massa radioopak yang bervariasi(3-4mm diameter)
di bawah midline akar insisif. Tampak jelas dengan radiografi oklusal.

17
3. Mental ridge

Penonjolan tulang ditemukan di aspek labial mandibula dekat inferior border.


Terdapat garis tebal radio-opaque yang membujur dari symphisis ke regio premolar,
Terkadang bertumpukan dengan akar gigi/ superimposed dengan apek gigi anterior
bawah.

4. Border of Mandible (Lamina Kortikal Mandibula)

Gambaran garis radioopak luas, tebal pada tepi mandibula, merupakan batas
tepi mandibula.

5. Oblique Interna Ridge

Garis dibawah External Oblique Line (EOL), berjalan dari atas ke bawah
sepanjang mandibula, ke depan dari prosesus koronoid, dengan posisi horizontal.
Gambaran radio-opaque mulai dari batas bawah symphisis terus keatas pada daerah
molar kearah ramus, kontinu dengan mylohyoid line, biasanya dikaburkan dengan
akar gigi molar.

18
Keterangan:
1. EOL
2. IOL
3. Kanalis Mandibula

6. Linea Oblique Externa

Sambungan batas anterior ramus asenden mandibular yang lewat kedepan dan
kebawah diatas permukaan luar dari sisi bukal mandibula ke mental ridge. Garis
radioopak yang biasanya berakhir di area Molar 1/Molar 3 bawah. Kadang sangat
jelas dan tampak pada akar gigi Molar: tergantung sudut pengambilan. Pada
mandibula edentulous, setelah prosesus alveolaris mengalami resorpsi, EOL mungkin
menggambarkan perbatasan superior dari badan mandibula di wilayah molar.

7. Mylohyoid ridge

Terletak pada sebelah dalam/lingual mandibula dan dimulai dari bagian


medial dan anterior ramus, memanjang terhadap batas bawah dari symphysis.
Membentang dari area Molar 3 ke region Premolar bawah.

19
8. Torus Mandibula

Radioopak pada bagian lingual regio Premolar bawah. Merupakan penebalan


tulang dan biasanya bilateral.

9. Batas Inferior Mandibula

Batas inferior dari mandibula (panah) terlihat sebagai sebuah gumpalan padat
radiopak yang luas.

20
2.3.2 Anatomical Landmark Radiolucent Mandible

1. Foramen Mentale
Merupakan saluran terbuka pada korpus mandibula. Radiolusen oval/bulat
area tidak jelas antara apeks dari bicuspid umumnya P1 dan P2 bawah, kadang di
apikal P1 bahkan apikal akar mesial M1 bawah. Mengakhiri kanalis mandibula.

2. Foramen Mandibularis
Pembukaan pada permukaan internal ramus, radiolusen bulat/oval pada
ramus mandibula. Tampak lebih jelas dengan foto lateral, namun dengan foto
periapikal sulit karena lokasi dari foramen tersebut.

3. Canalis Mandibularis
Radiolusen seperti parit/saluran yang memanjang dari foramen mandibularis
ke ramus asenden, terletak pada permukaan medial ramus berakhir di foramen
mentale. Dari sisi lingual memanjang di area Molar 3 ke sisi bukal regio Premolar.
Berisi nervus alveolaris inferior dan pembuluh darah.

21
4. Simfisis Mandibula

Simfisis mandibula (panah) pada bayi yang baru lahir.

5. Kanal Nutrisi Interdental


Paling sering terlihat pada individu dengan tulang tipis dan hipertensi atau
advanced periodontitis. Terlihat garis-garis radiolusen, berjalan vertikal terutama
diantara gigi anterior bawah kadang meluas ke Premolar, juga tampak pada regio
yang sama di maksila.

6. Foramen Tuberkulum Genioglossus (Lingual Foramen)


Tampak pada IOPA insisif sentral bawah. Radiolusen bulat kecil (titik) di
area symphysis/sebelah lingual anterior mandibula (tengah tuberculum
genioglossus), umumnya dikelilingi oleh struktur radioopak tulang kortikal,

22
lingual nutrient vessels melewati foramen ini. Kadang terlihat, kadang tidak.
Ukurannya sekita 1-2mm.

7. Pharyngeal Space
Gambaran radiolusen yang muncul sebagai area triangular, yang meluas ke
arah vertikal ramus mandibula. Hanya tampak pada foto lateral; terjadi akibat
gerakan faring karena pasien melakukan gerakan menelan.

Gambar No 3: Pharyngeal space

8. Foramen Lingual
Foramen lingual (panah), dengan batas sklerotik, di daerah symphyseal dari
mandibula

23
9. Submandibular Gland Fossa
Depresi pada aspek lingual mandibula, dimana tampak adanya kelenjar
submandibular. Muncul sebagai zona radiolusen di bawah gigi-gigi Molar.
Gambaran radiografi superior dibatasi oleh mylohyoid ridge, sedangkan inferior
oleh lower border mandible, kurang tampak pada pandangan anterior (regio
premolar) dan posterior (ramus asenden). Salah interpretasi sebagai lesi tulang
oleh dokter yang kurang berpengalaman.

10. Penipisan Tulang Fisiologis

2.4 Panoramic Anatomical Landmark

Merupakan teknik untuk menghasilkan gambaran tomografi yang memperlihatkan


struktur fasial mencakup maksila dan mandibular, beserta struktur pendukungnya dengan
distorsi dan overlap minimal dari detail anatomi pada sisi kontralateral. Radiografi panoramik
adalah sebuah teknik dimana gambaran seluruh jaringan gigi ditemukan dalam satu film. Foto
panoramik dikenal juga dengan panorex/orthopantomogram,

Keunggulan foto panoramik yakni, teknik yang sederhana, mudah untuk interpretasi,
murah, dan non invasif karena dosis radiasi yang rendah. Panoramik radiografi umum
digunakan untuk screening. diagnosis, dan sebagai salah satu penunjang terbaik dalam
menentukan rencana perawatan tindakan bedah. Foto panoramik dapat menunjukkan hasil
yang buruk dikarenakan kesalahan posisi pasien yang dapat menyebabkan distorsi.

24
1. maxillary sinus 25. sigmoid notch

2. pterygomaxillary fissure 26. medial sigmoid depression

3. pterygoid plates 27. styloid process

4. hamulus 28. cervical vertebrae

5. zygomatic arch 29. external oblique ridge

6. articular eminence 30. mandibular canal

7. zygomaticotemporal suture 31. mandibular foramen

8. zygomatic process 32. lingula

9. external auditory meatus 33. mental foramen

10. mastoid process 34. submandibular gland fossa

11. middle cranial fossa 35. internal oblique ridge

12. lateral border of the orbit 36. mental fossa

13. infraorbital ridge 37. mental ridges

14. infraorbital foramen 38. genial tubercles

15. infraorbital canal 39. hyoid bone

16. nasal fossa 40. tongue

25
17. nasal septum 41. soft palate

18. anterior nasal spine 42. uvula

19. inferior concha 43. posterior pharyngeal wall

20. ncisive foramen 44. ear lobe

21. hard palate 45. glossopharyngeal air space

22. maxillary tuberosity 46. nasopharyngeal air space

23. condyle 47. palatoglossal air space

24. coronoid process

26
2.5 Aplikasi Anatomical Landmark pada Sefalometri

Titik-titik pada struktur anatomi menggambarkan struktur anatomi yang sebenarnya


dari tengkorak. Pengetahuan tentang anatomi kraniofasial diperlukan untuk
menginterpretasikan sefalometri. Struktur skeletal mudah diidentifikasi pada anak-anak
daripada orang dewasa karena ketebalan tulang pada orang dewasa tidak jelas/detail. Titik-
titik dihubungkan menjadi garis dan dua garis yang berpotongan untuk menghasilkan sudut.
Besar sudut dipelajari guna menentukan apakah struktur anatomi tertentu normal/tidak.

Bagian-bagian yang perlu ditapak pada sefalogram lateral antara lain:

Bagian 1:
•Profil jaringan lunak
•Kontur eksternal kranium
•Vertebra servikalis pertama dan kedua

Bagian 2:
•Kontur internal kranium
•Atap orbita
•Sella tursika atau fossa pituitari
•Ear rod

Bagian 3:
•Tulang nasal dan sutura frontonasalis
•Rigi infraorbital
•Fisura pterigomaksilaris
•Spina nasalis anterior
•Spina nasalis posterior
•Molar pertama atas dan insisivus sentralis atas

Bagian 4:
•Simfisis mandibula
•Tepi inferior mandibula
•Kondilus mandibula
•Mandibular notch dan prosesus koronoideus
•Molar pertama bawah dan insisivus sentralis bawah

27
28
2.5.1 Titik-titik (Landmarks) pada Sefalometri

Landmarks pada sefalometri menggambarkan titik anatomi yang digunakan ketika


mengukur sefalogram untuk melakukan analisis. Landmarks pada sefalometri terbagi dua
yaitu pada jaringan keras dan jaringan lunak.

2.5.1.1 Titik-titik (Landmarks) pada Jaringan Keras

1. Titik-titik Midsagital

a. Sella (S): terletak di tengah sela tursika atau fossa pituitary.

b. Nasion (N): titik paling depan pada sutura frontonasalis pada bidang midsagital.

c. Spina Nasalis Anterior (SNA): titik paling anterior di bagian tulang yang tajam pada
prosesus maksila di basis nasal.

d. Spina Nasalis Posterior (SNP): titik paling posterior dari palatum durum.

e. Titik A (Subspinale): titik paling dalam pada kurvatura alveolaris rahang atas, secara
teoritis merupakan batas tulang basal maksila dan tulang alveolaris.

f. Titik B (Supramentale): titik paling dalam pada kurvatura alveolaris rahang bawah, secara
teori merupakan batas tulang basal mandibula dan tulang alveolaris.

g. Pogonion (Pog): titik paling anterior dari tulang dagu.

h. Menton (Me): titik paling inferiordari simpisis mandibula atau dagu.

i. Gnation (Gn): titik tengah antara pogonion dan menton atau titik paling depan dan paling
rendah dari simpisis mandibula.

29
2. Titik-titik Bilateral

a. Orbital (Or): titik paling inferior pada tepi orbit atau tepi bawah rongga mata.

b. Porion (Po): titik paling superior dari external auditory meatus.

c. Artikulare (Ar): titik perpotongan antara tepi bawah dari basis kranial dan permukaan
posterior kondilus mandibula.

d. Gonion (Go): titik tengah kontur yang menghubungkan ramus dan korpus mandibula.

e. Pterygomaxiliary fissure (PTM): permukaan posterior dari tuber maksila yang bentuknya
menyerupai tetes air mata.

2.5.1.2 Titik-titik (Landmarks) pada Jaringan lunak

a. Jaringan lunak glabela (G ́): titik paling menonjol dari bidang sagital tulang frontal.

30
b. Pronasal (Pn): titik paling menonjol dari ujung hidung.

c. Subnasal (Sn): titik septum nasal berbatasan dengan bibir atas.

d. Labrale superius (Ls): titik pada ujung tepi bibir atas.

e. Labrale inferius (Li): titik pada ujung tepi bibir bawah.

f. Jaringan lunak pogonion (Pog ́): titik paling menonjol pada kontur jaringan lunak dagu.

g. Jaringan lunak menton (Me ́): titik paling inferior pada jaringan lunak dagu.

31
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam interpretasi radiografi perlu memiliki pengetahuan tentang anatomi normal


pada maksila dan mandibula, menyadari bahwa ada variasi struktural luas yang berada dalam
batas normal. Anatomical landmarks tidak berarti semua dibuktikan dalam pemeriksaan
radiologis yang diberikan: sebagai soal fakta, ada pasien yang divisualisasikan hanya dalam
persentase kecil dari kasus. Oleh karena itu perlu untuk mengenali cirinya agar dapat
diidentifikasi dan diinterpretasikan dengan benar ketika divisualisasikan.

Dalam praktiknya, anatomical landmark dapat dilihat melalui foto intra oral maupun
ekstra oral, seperti periapikal, bitewing, panoramik, dan sefalometri. Anatomical landmark
digunakan untuk mengetahui tanda–tanda anatomis gigi dan sekitarnya, membedakan
radiografi struktur anatomi normal dengan keadaan patologis, dan juga dipelajari untuk
menghindari kesalahan dalam menginterpretasikan gambaran radiografis.

3.2 Saran

Demikian penulisan materi mengenai “Anatomical Landmark” semoga dapat


bermanfaat bagi pembaca. Untuk pengembangan lebih lanjut, saya selaku penulis masih perlu
untuk terus belajar mengenai anatomical landmark. Apabila ada kesalahan dan kekurangan
pada penulisan materi ini, penulis bersedia menerima kritik dan saran. sebagai perbaikan ke
depannya.

32
DAFTAR PUSTAKA

Friedrich A. Pasler. Color Atlas of Dental Medicine Radiology., Thieme.

Joen M. Iannucci, Laura Jansen Howerton: Dental Radiography. In Principles and


Techniques,ed 4th, 2012, Elsevier Saunders.

Supriyadi & Fatmawati, D.W.A. 2003. Keakuratan Dokter Gigi dalam Membaca Radiograf
Gigi. Majalah Kedokteran Gigi Edisi Khusus Temu Ilmiah Nasional III 6-8 Agustus 2003

Haring JI, Lind LJ: Normal anatomy (panoramic films). In Radiographic interpretation for
the dental hygienist, Philadelphia,1993, Saunders.

O’Brien, r.c. Dental Radiology: An Introduction for Dental Hygienist and Assistants., 1977
Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Edward.C.Stafne, J.A Gibilisco: Oral Radiographic Diagnosis, ed 5th, 1985 Philadelphia:


W.B. Saunders Company.

White SC, Pharoah MJ: Panoramic radiography. In Oral radiology: principles of


interpretation, ed 6th, St. Louis, 2009, Mosby.

Whaites, E. dan Cawson, R.A. 2003. Essentials of Dental Radiography and Radiology.
London : Churcill Livingstone

Whaites E. Radiography and Radiology for Dental Care Professionals. 2nd ed. Netherlands:
Elsevier Publication; 2009. p.151.

Langland OE, Langlais RP, Morris CR. Principles and Practice of Panoramic Radiology. 1st
ed. Philadelphia, PA: WB Saunders Company; 1982.

Wuehrmann, Arthur H dan Lincoln R. Manson-Hing. 1973. Dental Radiology. New York:
The C. V. Mosby Company.

Yunus, B. 2005. Dental Radiography as an Early Diagnosa to Prevent the Severity of Tooth
and Mouth Disease. Jurnal Kedokteran Gigi Edisi 2 Temu Ilmiah Nasional IV 11-13 Agustus
2005 : FKG UNAIR

Ennis LM. Roentengraphic variations of the maxillary sinus and the nutrient canals of the
maxilla and mandible. Int J Orthod Oral Surg 1937;23:17393.

Jacobson, A., 1995, Radiographic cephalometry from basic to videoimaging, p. 1-95,


Quintessence Pub. Co., Inc., Chicago.

Rakosi, T., 1979, An atlas and manual of cephalometric radiography, p. 34-96, Wolfe
Medical Pub. Ltd.Salzmann, M.J., 1977, Principles of Orthodontics, 7th .ed., CV. Mosby Co.,
London.

33

Anda mungkin juga menyukai