FAKULTAS KEDOKTERAN
ABSES SEPTUM
Disusun Oleh
Pembimbing:
dr. Tince Sarlin Nalle, Sp.THT-KL
i
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing Klinik
Ditetapkan di : Kupang
Hari/tanggal : Juli 2022
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................iv
BAB 1 PENDHULUAN...............................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................3
2.1 Anatomi Hidung.................................................................................................3
2.1.1 Hidung Eksternal.............................................................................................3
2.1.2 Septum Nasi....................................................................................................5
2.1.3 Vaskularisasi...................................................................................................8
2.1.4 Inervasi............................................................................................................9
2.2 Fisiologi Hidung...............................................................................................10
2.3 Definisi Abses Septum......................................................................................10
2.4 Epidemiologi.....................................................................................................10
2.5 Etiologi dan Faktor Risiko..............................................................................11
2.6 Patofisiologi.......................................................................................................12
2.7 Manifestasi Klinis.............................................................................................14
2.8 Diagnosis...........................................................................................................15
2.8.1 Anamnesis.....................................................................................................15
2.8.2 Pemeriksaan Fisik..........................................................................................15
2.8.3 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................16
2.9 Tatalaksana.......................................................................................................18
2.11 Prognosis...........................................................................................................21
BAB 3 PENUTUP......................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................23
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Abses septum nasi adalah pus yang terkumpul di antara tulang rawan dengan
Kasus ini sangat jarang ditemukan sehingga sangat sedikit dibicarakan dalam
septum nasi dalam waktu 10 tahun terakhir di Children’s Hospital Los Angeles. Pada
dekade terakhir ini, didapatkan hanya 14 kasus abses septum nasi, termasuk 16 kasus
yang terjadi lebih dari periode 10 tahun di Massachusetts Eye and Ear Infirmary(1,2).
Abses septum biasanya didahului oleh trauma hidung yang kadang-kadang sangat
ringan sehingga tidak dirasakan oleh penderita, akibatnya timbul hematoma septum
Pada umumnya, abses septum nasi yang besar, terasa nyeri dan mukosa
mengalami inflamasi dan ditutupi oleh eksudat. Diagnosis abses septum nasi
trauma hidung, hidung tersumbat, nyeri, sakit kepala, dan demam. Pemeriksaan fisik
didapatkan pembengkakan septum nasi yang bulat disebut ”cherry like swelling”
berwarna merah keunguan, teraba lunak, berfluktuasi, dan nyeri tekan. Secara klinis
dilakukan adalah aspirasi abses, kemudian dilakukan biakan dan tes sensitivitas.
Komplikasi yang sangat berbahaya berupa infeksi intrakranial sehingga setiap abses
septum nasi harus dianggap sebagai kasus emergensi yang memerlukan penanganan
1
yang tepat dan segera(1,3). Penanganan dini dari penyakit ini sangat penting karena
dapat menimbulkan komplikasi yang serius. Risiko komplikasi yang dapat terjadi
akibat abses septum nasi adalah risiko penyebaran infeksi ke daerah sekitar sampai ke
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung bagian dalam. Hidung bagian luar
menonjol pada garis tengah di antara pipi dan bibir atas (6). Struktur hidung luar
dibedakan atas tiga bagian, yang paling atas terdapat kubah tulang yang tidak dapat
digerakkan di bawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan dan
yang paling bawah adalah lobulus hidung yang mudah digerakkan. Bentuk hidung
luar seperti piramid dengan bagian-bagiannya yang tampak pada Gambar 2.1 sebagai
berikut:(1,6)
4. Ala Nasi
5. Kolumela
3
Gambar 2. 1 Anatomi Hidung Eksternal
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang tampak
pada Gambar 2.1, dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang
Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang
terletak di bagian bawah hidung yang tampak pada Gambar 2.2, yaitu :(7)
4
Gambar 2. 2 Anatomi Kartilago Hidung
Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os. Internum
di sebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari
nasofaring. Kavum nasi dibagi oleh septum, dinding lateral terdapat konka superior,
konka media, dan konka inferior. Celah antara konka inferior dengan dasar hidung
dinamakan meatus inferior, berikutnya celah antara konka media dan inferior disebut
meatus media dan sebelah atas konka media disebut meatus superior yang tampak
pada Gambar 2.3(6,8). Bagian tulang yang membentuk septum nasi terdiri dari
5
Kartilago kuadrangularis, Lamina perpendikularis os ethmoid, Os vomer, Krista
nasalis maksila. Septum nasi terletak pada tulang penyangga yang terdiri dari (ventral
ke dorsal) spina nasal anterior, premaksila, dan vomer. Pada bagian kaudal, kartilago
septum nasi bebas bergerak dan berhubungan dengan kolumela oleh membran septum
nasi. Pada bagian dorsal bersatu dengan lamina perpendikularis os ethmoid. Pada
bagian ventral, berhubungan dengan dua kartilago triangularis (kartilago lateral atas),
dan bersama-sama membentuk kartilago vault dan batang hidung. Bagian tulang
septum nasi terdiri dari lamina perpendikularis os ethmoid, premaksilaris dan vomer
Kerangka tulang rawan dari septum nasi dan kartilago lateral atas yang
berbentuk “T” memberi kekuatan yang cukup untuk menahan tekanan dari tulang di
Kaudal hidung sampai di daerah inferior septum nasi terletak pada krista maksilaris
dan diikat oleh perikondrium dan periosteum. Reseksi atau destruksi dari tulang
6
Gambar 2. 3 Septum Nasi
Septum nasi membagi cavitas nasi menjadi dua rongga kanan dan kiri.
Septum nasi terdiri dari dua bagian yaitu yang berupa tulang dibagian posterior dan
tulang rawan di bagian anterior. Septum kartilagenous merupakan plat rata kartilago
dengan bentuk kuadrilateral yang tidak teratur yang berartikulasi dengan lamina
teridentifikasi tiga sudut. Sudut septum anterior dapat dipalpasi dengan menekan area
supratip nasal. Sudut septal posterior ditemukan di bawah nasal spine articulation
anterior dan posterior septal. Septum berfungsi sebagai pendukung dorsum nasal dan
puncak hidung, dan mendukung penopang berbentuk L di bagian kaudal dan dorsal
septum(7,8).
7
2.1.3 Vaskularisasi
posteroinferior septum nasi memperoleh dari arteri sfenopalatina dan arteri maksilaris
interna. Pada bagian kaudal septum nasi terdapat pleksus Kiesselbach yang terletak
tepat di belakang vestibulum yang terlihat pada Gambar 2.4. Pleksus ini merupakan
mayor(9).
Area ini paling sering menjadi sumber perdarahan atau epistaksis. Perdarahan
dinding medial dan lateral cavitas nasi terjadi melalui cabang arteria sphenopalatina,
arteria ethmoidalis anterior dan arteria ethmoidalis posterior, arteria palatina mayor,
arteria labialis superior, dan rami lateralis arteria facialis. Pleksus venosus
menyalurkan darah kembali ke dalam vena sphenopalatina, vena facialis, dan vena
ophtalmica(9).
8
2.1.4 Inervasi
septum nasi dan dinding lateral yang terlihat pada Gambar 2.5 (10). Persarafan bagian
dua pertiga inferior membran mukosa hidung terutama terjadi melalui nervus
nasopalatinus, cabang nervus kranialis V2. Bagian anterior dipersarafi oleh nervus
cranialis V1. Dinding lateral cavitas nasi memperoleh pesarafan melalui rami nasal
9
2.2 Fisiologi Hidung
imunologik local
dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Iritasi pada mukosa hidung aka
Abses septum nasi didefinisikan sebagai pus atau nanah yang terkumpul
antara tulang rawan septum nasi dengan mukoperikondrium atau tulang septum
2.4 Epidemiologi
Kasus abses septum nasi sangat jarang ditemukan sehingga sangat sedikit
10
dibicarakan dalam berbagai kepustakaan. Abses septum memiliki angka kejadian
yang langka dan dapat terjadi pada semua kelompok umur. Dilaporkan terjadi pada
0,8% - 1,6% pasien dengan cedera hidung yang datang ke klinik telinga, hidung, dan
tenggorokan. Akan tetapi, sejumlah besar kasus sering tetap tidak terdiagnosis,
Eavei mendapatkan 3 kasus abses septum nasi dalam waktu 10 tahun terakhir
di Children’s hospital Los Angeles. Fearon mendapatkan 43 kasus abses septum nasi
dalam periode 8 tahun di Hospital for Sick Children di Toronto. Ambrus menyatakan
pada dekade terakhir ini didapatkan hanya 14 kasus abses septum nasi, termasuk 16
kasus yang terjadi lebih dari periode 10 tahun di Massachusetts Eye and Ear
Infirmary. Dilaporkan di Rusia terdapat 116 anak dengan abses septum nasi selama 6
tahun(3). Di Toronto, Kanada dilaporkan terdapat 43 kasus abses septum nasi dalam
periode waktu 8 tahun. Trauma nasal diketahui sebagai penyebab dari abses septum
abses. Usia yang paling sering terkena adalah di bawah 15 tahun diikuti usia 16-31
tahun dan jarang usia lanjut. Laki-laki lebih sering dibandingkan wanita. Hal ini
mudah terjadi(2).
Penyebab paling sering dari abses septum adalah trauma (75%). Penyebab lain
Disamping itu dapat juga akibat penyebaran dari infeksi gigi. Sebanyak 7% dari abses
11
septum disebabkan oleh trauma akibat tindakan septomeatoplasti. Penyebab lain
adalah trauma tumpul, diathesis perdarahan, cedera saat olahraga, dan kekerasan pada
anak. Staphylococcus aureus adalah organisme yang paling sering didapat dari hasil
2.6 Patofisiologi
abses septum nasi tersering adalah trauma hidung akibat kecelakaan, perkelahian,
olah raga ataupun trauma yang sangat ringan sehingga tidak dirasakan penderita
seperti mengorek kotoran hidung atau mencabut bulu hidung, sehingga timbul
hematoma septum. Selain itu, Abses septum nasi dapat terjadi secara spontan pada
pasien sindrom imunodefisiensi. Abses septum nasi dapat terjadi akibat furunkel
intranasal, peradangan sinus, akibat komplikasi operasi hidung dan penyakit sistemik.
Trauma pada septum nasi dapat menyebabkan pembuluh darah sekitar tulang rawan
pecah. Kemudian terjadi supurasi septum akibat trauma sebagai abses septum primer,
Hematoma septum nasi terjadi akibat trauma pada septum nasi yang merobek
pembuluh darah yang berbatasan dengan tulang rawan septum nasi. Darah akan
terkumpul pada ruang di antara tulang rawan dan mukoperikondrium. Hematoma ini
sebagai nutrisi bagi jaringan tulang rawan terputus, maka terjadilah nekrosis (14).
Tulang rawan septum nasi yang tidak mendapatkan aliran darah masih dapat bertahan
12
hidup selama 3 hari, setelah itu kondrosit akan mati dan akan terjadi resorpsi tulang
rawan. Bila tidak segera ditanggulangi, maka tulang septum nasi dan triangular
kartilago dapat ikut terlibat dan perforasi septum nasi dapat terjadi. Pada akhirnya
sedikit atau banyak akan terjadi parut dan hilangnya penyangga pada 2/3 kaudal
septum, ini akan menghasilkan hidung pelana, retraksi kolumella, dan pelebaran dasar
hidung. Jika ada fraktur tulang rawan, maka darah akan mengalir ke sisi kontralateral
dan terjadilah hematom septum bilateral. Hematom yang terjadi dapat besar sehingga
dapat menyumbat kedua nares. Akibat keadaan yang relatif kurang steril di bagian
anterior hidung, hematoma septum nasi dapat terinfeksi dan akan cepat berubah
menjadi abses septum nasi yang mempercepat resorpsi tulang rawan yang nekrotik.
Selain dari trauma ada beberapa mekanisme yang dapat menyebabkan timbulnya
abses septum, yaitu penyebaran langsung dari jaringan lunak yang berasal dari infeksi
sinus. Di samping itu penyebaran infeksi dapat juga dari gigi dan daerah orbita atau
sinus kavernosus. Pada beberapa kondisi abses septum bisa diakibatkan trauma pada
pada hasil kultur abses septum nasi. Selain itu, Streptococcus pneumoniae,
Haemophillus influenza dan kuman anaerob juga ditemukan pada abses septum nasi.
Tidak semua hematom septum nasi berkembang menjadi abses, bila sembuh dengan
terapi antibiotik akan terbentuk jaringan ikat, sehingga akan terjadi penebalan
jaringan septum nasi yang dapat menyebabkan obstruksi saluran nafas dan retraksi
13
yang menimbulkan kontraktur septum nasi. Bila keadaan ini terjadi pada masa anak-
anak, akan mempengaruhi pertumbuhan 2/3 bagian wajah yang dapat menyebabkan
hipoplasia maksila. Infeksi pada septum nasi dapat masuk ke dalam sinus kavernosus
Gejala abses septum nasi adalah hidung tersumbat progresif disertai dengan
rasa nyeri hebat, terutama terasa di puncak hidung. Juga terdapat keluhan demam dan
sakit kepala. Obstruksi umumnya satu sisi setelah beberapa hari karena nekrosis
kartigalo pus mengalir ke sisi lain menyebabkan obstruksi nasi bilateral dan total.
Dengan adanya proses supurasi tersebut akan terjadi penumpukan pus yang semakin
septum yang bertambah besar seperti pada Gambar 2.6. Biasanya pasien mengeluh
14
2.8 Diagnosis
2.8.1 Anamnesis
mempunyai riwayat trauma. Gejala abses septum adalah adanya obstruksi nasi
bilateral yang parah dengan rasa nyeri di hidung. Terkadang pasien juga
mengeluhkan adanya demam dan menggigil serta nyeri dikepala dibagian frontal.
Abses septum nasi sering timbul 24 – 48 jam setelah trauma, terutama pada dewasa
muda dan anak. Perlu ditanyakan riwayat operasi hidung sebelumnya, gejala
peradangan hidung dan sinus paranasal, furunkel intra nasal, penyakit gigi dan
penyakit sistemik. Apabila akibat trauma hidung, terkadang pada inspeksi masih
tampak kelainan berupa eskoriasi, laserasi kulit, epistaksis, deformitas hidung, edema
Akibat trauma hidung, terkadang pada inspeksi masih tampak kelainan berupa
eskoriasi, laserasi kulit, epistaksis, deformitas hidung, edema dan ekimosis. Tampak
pembengkakan septum berbentuk bulat dengan permukaan licin pada kedua sisi. Pada
pemeriksaan rinoskopi anterior, seluruh septum nasi harus diperiksa dari kaudal
Perubahan warna menjadi kemerahan atau kebiruan pada daerah septum nasi yang
15
membengkak menunjukkan suatu hematoma. Daerah yang dicurigai dipalpasi dengan
forsep bayonet atau aplikator kapas untuk memeriksa adanya fluktuasi dan nyeri
tekan(1,14).
Memastikan abses septum nasi cukup dengan aspirasi pada daerah yang
paling fluktuasi. Pada aspirasi akan didapatkan pus pada abses septum nasi,
sedangkan dari hematoma septum nasi akan keluar darah yang tampak pada Gambar
2.7. Pus yang diperoleh diperiksakan di laboratorium untuk menentukan jenis kuman
dan tes sensitifitas terhadap antibiotik. Selain bernilai diagnostik, aspirasi juga
berguna untuk mengurangi ketegangan jaringan di daerah abses septum nasi dan
Gambar 2. 7 Tampak Pus Bercampur Darah Setelah Dilakukan Insisi pada Septum
Nasi Dekstra
16
2. Pemeriksaan laboratorium darah akan menunjukkan leukositosis(1)
scan sebagai akumulasi cairan dengan peninggian pinggiran yang tipis yang
melibatkan septum nasi. Hasil pemeriksaan CT scan pada penyakit abses septum nasi
daerah sekitarnya, sama yang dengan yang terlihat pada abses di bagian tubuh yang
cairan yang berdinding tipis dan seperti kista yang melibatkan septum nasi kartilago
yang melibatkan septum hidung tulang rawan (panah besar) konsisten dengan abses
hidung. Ada tidak ada komponen padat terkait. Perhatikan pembengkakan jaringan
lunak hidung yang berdekatan (kecil panah). Sedangkan pada Gambar 2.9
tulang rawan (panah), ditemukan secara klinis untuk m ewakili abses septum hidung
(Gambar A) dan resolusi abses septum hidung setelah perawatan (Gambar B)(13).
17
Gambar 2. 8 Hasil CT Scan Pasien dengan Abses Nasal
2.9 Tatalaksana
Abses septum nasi dan hematoma septum nasi harus dianggap sebagai kasus
darurat dalam bidang THT dan tindakan penanggulangannya harus segera dilakukan
untuk mencegah adanya komplikasi lebih lanjut. Penatalaksanaan abses septum nasi
18
yang dianjurkan yaitu drainase, antibiotik parenteral dan rekonstruksi defek septum.
Tujuan dari rekonstruksi adalah untuk menyangga dorsum nasi, memelihara keutuhan
dan ketebalan septum, mencegah perforasi septum yang lebih besar dan mencegah
obstruksi nasal akibat deformitas. Sebelum insisi terlebih dahulu dilakukan aspirasi
abses dan dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan kultur dan tes sensitifitas(1,4).
1. Insisi
Insisi dan drainase abses septum nasi dapat dilakukan dalam anestesi local
atau anestesi umum. Insisi dilakukan 2 mm dari kaudal kartilago kira-kira perbatasan
antara kulit dan mukosa (hemitransfiksi) atau caudal septal incision (CSI) pada
daerah sisi kiri septum nasi. Septum nasi dibuka secara perlahan-lahan tanpa merusak
mukosa. Jaringan granulasi, debris dan kartilago yang nekrosis diangkat dengan
menggunakan kuret dan suction. Sebaiknya semua jaringan kartilago yang patologis
diangkat(4).
2. Dipasang Tampon
19
menyebabkan perforasi septum nasi. Pada abses bilateral atau nekrosis dari tulang
rawan septum nasi dianjurkan untuk segera melakukan eksplorasi dan rekonstruksi
3. Pemberian Antibiotik
Antibiotik spektrum luas untuk gram positif dan gram negatif, serta kuman
anaerob dapat diberikan secara parenteral. Sebelum diperoleh hasil kultur dan tes
serta terapi terhadap kuman anaerob. Pada kasus tanpa komplikasi, terapi antibiotik
parenteral diberikan selama 3 sampai 5 hari dan dilanjutkan dengan pemberian oral
2.10 Komplikasi
Deformitas dan gangguan fungsi hidung akibat abses septum nasi dapat
20
3. Terdapat angguan pertumbuhan hidung dan muka bagian tengah
Abses septum nasi dapat juga menimbulkan komplikasi yang berat dan
berbahaya bila terjadi penjalaran infeksi ke intrakranial berupa meningitis, abses otak
dapat juga melalui saluran limfe dan selubung saraf olfaktorius sehingga terjadi
destruksi tulang rawan dan tulang hidung sehingga terjadi deformitas yang berupa
hidung pelana, retraksi kolumella,dan pelebaran dasar hidung. Nekrosis pada setiap
2.11 Prognosis
diagnosis dapat menyebabkan dekstruksi tulang rawan dan tulang hidung sehingga
terjadi deformitas. Nekrosis pada setiap komponen septum nasi dapat menyebabkan
21
BAB 3
KESIMPULAN
Abses septum nasi didefinisikan sebagai pus atau nanah yang terkumpul
antara tulang rawan septum nasi dengan mukoperikondrium atau tulang septum
trauma. Kondisi Abses septum biasanya didahului oleh hematoma septum yang
Manifestasi abses septum berupa obstruksi nasal bilateral, yang disertai oleh
gejala lain berupa nyeri nasal, malaise, demam, dan nyeri kepala. Abses septum
Apabila telah ditegakkan diagnosis secara klinis dan penunjang, maka dibeirkan
tatalaksana sebagai kasus darurat karena komplikasi berat dapat muncul dalam waktu
singkat dapat menyebabkan nekrosis tulang rawan septum. Tatalaksana yang dapat
diberikan berupa insisi dan drainase abses, pemasangan tampon dan pemberian
antibiotik dosis tinggi. Kondisi abses septum memiliki prognosis sesuai dengan
waktu ditanganinya, semakin cepat diterapi maka prognosis semakin baik. Namun
bila semakin lama ditangani, akan muncul komplikasi dengan prognosis yang buruk.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiman BJ, Prijadi J. Diagnosis dan Penatalaksanaan Abses Septum Nasi. J Kesehat
Andalas. 2013;2(1):51.
2. Shapiro RS. Nasal septal abscess. Can Med Assoc J. 1978;119(11):1321–3.
3. Cain J, Roy S. Nasal septal abscess. Ear, Nose Throat J. 2011;90(4):144–7.
4. nwosu Peter nnadede J. Patient Preference and Adherence Dovepress nasalseptal
hematoma/abscess: management and outcome in a tertiary hospital of a developing
country. Patient Prefer Adherence [Internet]. 2015;1017–21. Available from:
http://dx.doi.org/10.2147/PPA.S85184
5. Yavuz H, Vural O. Nasal septal abscess: Uncommon localization of extraintestinal
amoebiasis. Braz J Otorhinolaryngol. 2021;87(2):241–3.
6. Image C, What E. Anatomy and Physiology of the Nose and Throat. :2–3.
7. Geurkink N. Nasal anatomy, physiology, and function. J Allergy Clin Immunol.
1983;72(2):123–8.
8. Freeman SC, Karp DA, Kahwaji CI. Physiology , Nasal. 2022;1–6.
9. MacArthur FJD, McGarry GW. The arterial supply of the nasal cavity. Eur Arch Oto-
Rhino-Laryngology. 2017;274(2):809–15.
10. Cavity N. Overview of the Nasal Cavity Big Picture Boundaries of the Nasal
Cavity. :1–6.
11. Sobiesk JL, Munakomi S. Anatomy, Head and Neck, Nasal Cavity. StatPearls
[Internet]. 2019;i:1–13. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/31334952
12. Eduardo C, Nigro N, Nigro A, Mion O. physiology. 2009;75(March 2007):305–10.
13. Debnam JM, Gillenwater AM, Ginsberg LE. Nasal septal abscess in patients with
immunosuppression. Am J Neuroradiol. 2007;28(10):1878–9.
14. Shah SB, Murr AH, Lee KC. Nontraumatic Nasal Septal Abscesses in the
Immunocompromised: Etiology, Recognition, Treatment, and Sequelae. Am J
Rhinol. 2000;14(1):39–43.
23
15. AKYİĞİT A, KELEŞ E, KARLIDAĞ T, KAYGUSUZ İ, YAĞMAHAN MS,
YALÇIN Ş. Analysis of Patients With Septal Abscess Caused By
Electrocauterisation of the Nasal Septum. ENT Updat. 2020;10(3):418–23.
16. Sowerby LJ, Wright ED. Intracranial abscess as a complication of nasal septal
abscess. Cmaj. 2013;185(6):120431.
24