Anda di halaman 1dari 17

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN OKTOBER 2020


UNIVERSITAS PATTIMURA

ABSES SEPTUM

Disusun Oleh :
Ragillia Ramadhanty
NIM. 2015-83-024

Pembimbing :
dr. Rodrigo Limmon, Sp.THT-KL., MARS

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul

“Abses Septum”. Referat ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan THT-KL.

Penyusunan referat ini dapat diselesaikan dengan baik karena adanya

bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Rodrigo

Limmon, Sp.THT-KL., MARS selaku pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk membantu penulis dalam

menyelesaikan referat ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan referat ini

masih belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat

membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan

penulisan referat ini ke depannya. Semoga referat ini dapat memberikan manfaat

ilmiah bagi semua pihak yang membutuhkan.

Ambon, Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI…………………………...…………………………………………iii

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

I.1 Latar Belakang................................................................................................1

BAB II......................................................................................................................2

PEMBAHASAN......................................................................................................2

II.1 Anatomi Septum Nasi....................................................................................2

II.2 Definisi Abses Septum..................................................................................5

II.3 Etiologi Abses Septum..................................................................................5

II.4 Epidemiologi Abses Septum..........................................................................5

II.5 Patogenesis Abses Septum............................................................................6

II.6 Manifestasi Klinis Abses Septum..................................................................7

II.7 Diagnosis Abses Septum...............................................................................7

II.8 Tatalaksana Abses Septum............................................................................9

II.9 Komplikasi Abses Septum...........................................................................10

II.10 Pencegahan Abses Septum........................................................................10

iii
BAB III..................................................................................................................11

KESIMPULAN......................................................................................................11

III.1 Kesimpulan.................................................................................................11

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Septum Nasi………………………………………………………....3

Gambar 2. Vaskularisasi Septum Nasi…………………………………………..4

Gambar 3. Innervasi Septum Nasi……………………………………………….4

Gambar 4. Abses Septum ……………………………………………………….7

Gambar 5. Pemeriksaan CT-Scan Cavum Nasi………………………………….9

v
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Septum nasi merupakan struktur tulang yang membentuk dinding medial

hidung dan membagi cavitas nasi menjadi dua rongga kanan dan kiri. Septum nasi

terdiri dari dua bagian yaitu yang berupa tulang dibagian posterior  dan tulang

rawan di bagian anterior. Abses septum adalah akumulasi nanah yang berada di

antara tulang rawan dan mukoperikondrium atau diantara tulang septum dan

mukoperiosteum yang melapisinya. Biasanya terjadi pada kedua sisi rongga

hidung, dan sering merupakan komplikasi dari hematoma septum yang terinfeksi

bakteri piogenik.

Etiologi tersering dari abses septum adalah akibat infeksi sekunder dari

hematoma septal. Abses septum merupakan kasus yang jarang ditemukan dan

lebih sering terjadi pada anak-anak. Komplikasi dari abses septum dapat berupa

nekrosis kartilago bahkan meningitis dan btrombosis sinus cavernosus, yang

walaupun jarang terjadi, namun dapat berdampak serius bagi kesehatan. Abses

septum dapat dicegah dengan melakukan terapi yang baik jika terjadi hematoma

septum atau trauma pada septum.


BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Anatomi Septum Nasi

Septum nasi merupakan struktur tulang yang membentuk dinding medial

hidung1 dan membagi cavitas nasi menjadi dua rongga kanan dan kiri. 2 Septum

nasi terdiri dari dua bagian yaitu yang berupa tulang dibagian posterior  dan

tulang rawan di bagian anterior. Septum nasi dibentuk oleh lamina perpendicular

ethmoidalis, os vomer, kartilago septalis, serta krista nasalis os palatum dan

maxilla superior.1 Septum nasi terdiri dari tiga bagian:

1. Septum kolumellar 

Septum kolumellar dibentuk oleh kolumella yang terdiri dari crura medial

dari alar cartilage yang bersatu dengan jaringan fibrous dan diselimuti oleh

kulit.2

2. Septum membran Septum membran terdiri dari dua lapisan kulit tanpa

disokong oleh tulang atau kartilago. Septum ini terletak diantara kolumella

dan batas kaudal kartilago septal. Bagian kolumela dan membran adalah

bagian yang gampang digerakkan.2

3. Septum yang sebenarnya

Septum ini terdiri dari kerangka osteokartilago, yang diselimuti oleh

membran mukosa nasal.2


Gambar 1: Anatomi septum nasi

Sumber: dhangri

Perdarahan dinding medial dan lateral cavitas nasi terjadi melalui

cabang arteria sphenopalatina, arteria ethmoidalis anterior dan arteria

ethmoidalis  posterior, arteria palatina mayor, arteria labialis superior, dan

rami lateralis arteria facialis. Pleksus venosus menyalurkan darah kembali

ke dalam vena sphenopalatina, vena facialis, dan vena ophtalmica.

Persarafan bagian dua pertiga inferior membran mukosa hidung terutama

terjadi melalui nervus nasopalatinus, cabang nervus kranialis V . Bagian

anterior dipersarafi oleh nervus ethmoidalis anterior, cabang nervus

nasociliaris yang merupakan cabang nervus cranialis V.1


Gambar 2: Vaskularisasi septum nasi

Sumber: Dhingra

Gambar 3: Innervasi septum nasi

Sumber: Dhingra
II.2 Definisi Abses Septum

Abses septum adalah akumulasi nanah yang berada di antara tulang rawan

dan mukoperikondrium atau diantara tulang septum dan mukoperiosteum yang

melapisinya. Biasanya terjadi pada kedua sisi rongga hidung, dan sering

merupakan komplikasi dari hematoma septum yang terinfeksi bakteri piogenik.2

Abses septum biasanya berhubungan dengan hematoma septum yang tidak

ditangani yang terjadi akibat trauma atau adanya infeksi di cavum nassi atau sinus,

namun juga dapat terjadi secara spontan dan iatrogenic.3

II.3 Etiologi Abses Septum

Etiologi tersering dari abses septum adalah akibat infeksi sekunder dari

hematoma septal. Abses septum juga kadang diakibatkan infeksi tifoid atau

measles.2 Staphylococcus aureus adalah organisme yang paling sering didapat dari

hasil kultur pada abses septum. Kadang-kadang ditemukan Streptococcus

pneumoniae, Streptococcus ß hemolyticus, Haemophilus influenzae dan

organisme anaerob. Terkadang, abses septum disertai dengan furunkel pada

hidung atau bibir atas.4

II.4 Epidemiologi Abses Septum

Abses septum merupakan kasus yang jarang ditemukan dan lebih

sering terjadi pada anak-anak. Penelitian oleh Kwak dkk mendapatkan

hasil bahwa sebanyak 33.3% abses septum terjadi pada remaja, 66.7%

pada dewasa. Abses septum lebih banyak terjadi pada pria dan penyebab

terbanyak adalah trauma. Gejala yang paling banyak dikeluhkan adalah

nyeri dan obstruksi hidung.5


II.5 Patogenesis Abses Septum

Patogenesis abses septum biasanya tergantung dari penyebabnya.

Penyebab yang paling sering adalah terjadi setelah trauma, sehingga

timbul hematoma septum. Trauma pada septum nasi dapat menyebabkan

pembuluh darah sekitar tulang rawan pecah. Darah berkumpul di ruang

antara tulang rawan dan mukoperikondrium yang melapisinya,

menyebabkan tulang rawan mengalami  penekanan, menjadi iskemik dan

nekrosis, sehingga tulang rawan jadi destruksi. Darah yang terkumpul

merupakan media untuk pertumbuhan bakteri dan selanjutnya terbentuk

abses. Bila terdapat daerah yang fraktur atau nekrosis pada tulang rawan,

maka darah akan merembes ke sisi yang lain dan menyebabkan hematoma

bilateral. Hematoma yang besar akan menyebabkan obstruksi pada kedua

sisi rongga 3 hidung. Kemudian hematoma ini terinfeksi kuman dan

menjadi abses septum.6

Selain dari trauma ada beberapa mekanisme yang dapat

menyebabkan timbulnya abses septum, yaitu penyebaran langsung dari

jaringan lunak yang berasal dari infeksi sinus. Di samping itu penyebaran

infeksi dapat juga dari gigi dan daerah orbita atau sinus kavernosus. Ada

beberapa kondisi abses septum bisa diakibatkan trauma pada saat operasi

hidung. Staphylococcus aureus merupakan organisme yang paling sering

ditemukan pada kultur abses septum nasi. Organisme lain yang dapat juga

ditemukan pada kultur abses diantaranya Streptococcus pneumoniae,

Streptococcus milleri, Streptococcus viridans, Staphylococcus

epidermidis, Haemophilus infuenzae dan beberapa organisme anaerob lain.


Jamur dan mikroorganisme lain yang tidak lazim juga dapat ditemukan

pada kultur abses terutama pada penderita dengan gangguan sistem imun

atau pada bayi baru lahir.6

II.6 Manifestasi Klinis Abses Septum

Gejala klinis berupa obstruksi nasal bilateral yang berat dengan nyeri

terutama di daerah dorsum nasi terutama puncak hidung dan batang hidung teraba

licin. Pasien juga mungkin mengeluhkan demam, menggigil, dan nyeri kepala

frontal. Pada pemeriksaan, terlihat kulit di bagian hidung edema dan eritema.

Pemeriksaan hidung tampak edema ringan pada kedua septum nasi, terdapat

fluktuasi dan nyeri tekan pada perabaan, dan edema terba licin. Kelenjar getah

bening submandibular dapat membengkak dan nyeri.3

Gambar 4: Abse septum

Sumber:

II.7 Diagnosis Abses Septum

Penegakan diagnosis abses septum relatif sederhana untuk dokter

yang telah berpengalaman. Sayangnya, banyak dokter gagal untuk

mengenali keadaan ini, Sementara hanya sedikit yang mengetahui akibat

serius dari abses septum. Gejala abses septal adalah obstruksi nasi bilateral
yang parah dengan rasa nyeri di hidung. Pasien juga dapat mengeluhkan

adanya demam dan menggigil serta nyeri kepala di bagian frontal. Kulit di

sekitar hidung dapat berwarna merah dan membengkak Pada pemeriksaan

hidung luar ditemukan eritema, edema dan nyeri pada  palpasi, sedangkan

dari pemeriksaan rhinoskopi anterior dijumpai pembengkakan septum

yang berbentuk bulat pada satu atau ke dua rongga hidung terutama 4

mengenai bagian paling depan tulang rawan septum, berwarna merah, licin

dan  pada perabaan terdapat fluktuasi dan nyeri tekan. Diagnosis abses

septum ditegakkan apabila terdapat riwayat trauma, riwayat operasi atau

infeksi intranasal. Kebanyakan abses septum disebabkan oleh trauma yang

kadang-kadang tidak disadari oleh penderita. Diagnosa abses septum dapat

ditegakkan  berdasarkan gejala dan tanda klinis. Diagnosis pasti adalah

dengan melakukan aspirasi, dan dijumpai adanya nanah.7

Pus yang diperoleh dari aspirasi sebaiknya dilakukan pemeriksaan

kultur jenis kuman dan sensitifitas terhadap antibiotik. Selain berfungsi

untuk diagnostik, aspirasi pus juga berguna untuk mengurangi tegangan

jaringan di daerah abses sehingga mengurangi keluhan nyeri, serta

mengurangi resiko komplikasi infeksi ke intrakranial. Pemeriksaan

laboratorium darah dan kimia juga perlu dilakukan untuk menegaskan

infeksi dengan ditemukannya leukositosis dan juga mencari faktor resiko

sistemik lainnya.6
Gambar 5: Pemeriksaan CT-Scan cavum nasi menunjukkan adanya

pembengkakan septum yang terisi cairan

Sumber:

II.8 Tatalaksana Abses Septum

Abses septum harus dilakukan drainase secepat mungkin. Insisi dilakukan

di bagian yang paling menonjol dan dilakukan drainase serta dilakukan eksisi

sebagian mukosa septum. Insisi dibiarkan terbuka selama 2-3 hari untuk

mengeluarkan semua pus dan bagian kartilago yang nekrosis dengan

menggunakan suction. Pemberian antibiotic sistemik harus segera dilakukan

setelah diagnosis ditegakkan dan dilanjutkan selama setidaknya 10 hari. 3 Dapat

dilakukan pemasangan tampon anterior untuk  menekan permukaan periosteum dan

perikondrium.6
II.9 Komplikasi Abses Septum

Nekrosis kartilago septalis akibat depresi dorsum kartilago di daerah

supratip dan pasien mungkin membutuhkan rhinoplasti 3 tambahan karena dapat

terjadi deformitas eksternal.8 2 hingga 3 bulan kemudian. Nekrosis pada

penggunaan flap pada septum dapat terjadi setelah perforasi septum. Meningitis,

selulitis facial, dan thrombosis sinus cavernosus dapat menyertai abses septal, dan

meskipun jarang terjadi saat ini, dapat menjadi komplikasi yang serius.3

II.10 Pencegahan Abses Septum

Abses septum dapat dicegah dengan mengenali dan menangani

hematoma septum pada tahap awal.9


BAB III
KESIMPULAN

III.1 Kesimpulan

Septum nasi merupakan struktur tulang yang membentuk dinding medial

hidung dan membagi cavitas nasi menjadi dua rongga kanan dan kiri. Septum nasi

terdiri dari dua bagian yaitu yang berupa tulang dibagian posterior  dan tulang

rawan di bagian anterior. Abses septum adalah akumulasi nanah yang berada di

antara tulang rawan dan mukoperikondrium atau diantara tulang septum dan

mukoperiosteum yang melapisinya. Biasanya terjadi pada kedua sisi rongga

hidung, dan sering merupakan komplikasi dari hematoma septum yang terinfeksi

bakteri piogenik.

Abses septum merupakan kasus yang jarang ditemukan dan lebih sering

terjadi pada anak-anak. Etiologi tersering dari abses septum adalah akibat infeksi

sekunder dari hematoma septal. Abses septum harus ditangani dengan cepat

dengan melakukan insisi dan drainase pus serta eksisi jaringan septum yang

nekrosis. Komplikasi dari abses septum dapat berupa nekrosis kartilago bahkan

meningitis dan btrombosis sinus cavernosus, yang walaupun jarang terjadi, namun

dapat berdampak serius bagi kesehatan. Abses septum dapat dicegah dengan

melakukan terapi yang baik jika terjadi hematoma septum atau trauma pada

septum.
DAFTAR PUSTAKA

1. Moore LK, Agur AMR, Dalley AR. Essential clinical anatomy. Ed.4.

Baltimore: Lippincott Williams and Wilkins; 2011. hal.574-6

2. Adams GL, Boies LR, Higler PA. Boies buku ajar penyakkit THT (Boies

fundamnetals of otolaryngology). Ed 6. Wijaya C, Penerjemah. Effendi H,

editor. Jakrta: EGD; 1997. hal.174-6

3. Dhingra PL,Dhringra S. Disease of ear, nose, and throat, neck and head

surgery. Ed 6. New Delhi: Elsevier; 2014. 147-8

4. Byron B. Head and neck surgery otolaryngology. Ed 5. Baltimore:

Lippincott Williams and wilkinss; 2006. Hal. 327

5. Kwak KH, Lee J, Lim EJ. Nasal septal abscess: clinical analysis of 6

cases. J Clinical Otolaryngol. 2015; 26(1) Hal. 213-8

6. Budiman BJ, Prijadi J. Diagnosis dan penatalaksanaan abses septum nasi.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2013; 2(1). hal. 51-3

7. Haryono Y. Abses septum dan sinusitis maksila. Majalah Kedokteran

Nusantara. 2006. 39(3). Hal. 359-361

8. Maqbool M, Maqbool S. Textbook of ear, nose, and throat disease. Ed 11.

New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher; 2007. Hal. 189

9. Egbert H, et al. Functional reconstructive nasal surgery. New York:

George Thieme Verlag; 2003. Hal. 177-8

Anda mungkin juga menyukai