Anda di halaman 1dari 19

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-K L REFARAT

FAKULTAS KE DOKT E RAN JULI 2017


UNIVERSITAS PATTIMURA

OTHEMATOMA

S A L L Y NEILVINDA POERMARA
(2012-83-008)

PEMBIMBING:
dr. R$dri&$. Limm$n S*.THT-KL MARS

D I B A+ AK A N D AL AM R A N G K A TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-K L
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA

RSUD dr. M. HAULUSSY


AMBON

2017
DAFTAR ISI

COVER .........................................................................................................................
......1

DAFTAR
ISI .......................................................................................................................2

BAB I

PENDAHULUAN...............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................5

ANATOMI TELINGA............................................................................................. 5

OTHEMATOMA.....................................................................................................6

Epidemiologi...................................................................................................7

Etiologi...........................................................................................................7

Patofisiologi ...................................................................................................7

Manifestasi Klinis...........................................................................................8

Diagnosis........................................................................................................9

Diagnosis Banding........................................................................................10

Penatalaksanaan ...........................................................................................11

Komplikasi ...................................................................................................17

Pencegahan ..................................................................................................17

Prognosis ......................................................................................................18

B A B III

KESIMPULAN......................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................20

2
B AB I
PENDAHULUAN

Telinga luar adalah bagian telinga yang terdiri dari daun telinga dan liang
telinga sampai membran timpani. Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan

menghantarkan gelombang bunyi ke struktur-struktur telinga tengah. Karena

keunikan anatomi aurikula serta konfigurasi liang telinga yang melengkung atau

seperti spiral, maka telinga luar mampu melindungi membran timpani dari trauma,

benda asing dan efek termal. 1,2

Kelainan-kelainan yang didapatkan pada telinga luar terkhususnya daun

telinga, bisa terjadi dalam bentuk hematoma, perikondritis, dan pseudokista.

Kelainan-kelainan tersebut bisa terjadi oleh karena trauma akibat kecelakaan,

operasi daun telinga, dan lain sebagainya.1 Hematoma daun telinga (othematoma)

adalah trauma tumpul pada daun telinga yang menyebabkan penimbunan darah

dalam ruang subperikondrial yaitu antara perikondrium dan kartilago yang

biasanya ditemukan pada pegulat dan petinju. Penanganan othematoma dahulu

yaitu dengan melakukan aspirasi sederhana pada hematoma, namun kini

kebanyakan dokter mengajukan terapi yang lebih ekstensif dengan insisi dan

drainase kumpulan darah dalam kondisi steril, diikuti dengan pemasangan balutan

tekan khususnya pada konka, tekanan setempat akan lebih baik dilakukan segera

setelah cedera, sebelum terjadi organisasi hematoma. Para pegulat perlu

diingatkan untuk memakai pelindung kepala, juga pada saat berlatih.2,3

Keterlambatan diagnosis serta penanganan dapat menimbulkan komplikasi

dimana salah satunya adalah telinga berbentuk seperti kembang kol atau

3
cauliflower ear. Hematoma dapat muncul segera setelah trauma atau beberapa

saat kemudian. Gejala klinik yang umum dari othematoma adalah benjolan pada

daun telinga, berfluktuasi, berwarna merah keunguan, kadang terasa nyeri dan

kontur aurikula yang menghilang. Tujuan utama dari penatalaksanaan

othematoma yang cukup beravariasi adalah mengevakuasi darah dari ruang

subperikondrial, mencegah kekambuhan, dan mencegah terjadinya infeksi.2-7

B AB II
PEMBAHASAN

2.1 ANATOMI DAUN TEL INGA

Daun telinga (aurikula) merupakan struktur tulang rawan yang


berlekuk, terletak simetris bilateral yang berfungsi untuk transmisi suara

ke liang telinga. Daun telinga ditutupi oleh kulit tipis dan

ditunjang oleh kartilago, otot-otot aurikula dan ligamentum ekstrinsik.

Daun telinga dibentuk oleh bagian yang cekung seperti mangkok disebut

konka, yang terdiri dari 2 bagian yaitu cymba dan cavum. Tragus terletak

di anterior,

antiheliks di superior-posterior, dan antitragus di inferior. Tepi daun

telinga yang melengkung dari superior dan posterior sampai lobulus


4
disebut
heliks. Diantara heliks dan antiheliks terdapat fossa skafoid. Satu-satunya

bagian daun telinga yang tidak mempunyai tulang rawan adalah lobulus.

Fossa triangularis terletak diantara krura superior dan inferior dari

antiheliks. Diatas kedua krura ini terdapat fossa scapha. Tulang rawan

daun telinga ini berlanjut dengan tulang rawan liang telinga luar.1

Gambar 1.Anatomi telinga luar


Vaskularisasi daun telinga terdiri dari arteri auricular posterior dan

arteri auricular anterior yang merupakan cabang dari arteri temporal

superficial. Arteri oksipital juga berkontribusi dalam vaskularisasi ini.1,8

5
Gambar 2. Vaskularisasi daun telinga8

2. OTHEMATOMA
1. DEFINISI
Hematoma aurikula (othematoma) adalah kumpulan darah daun

telinga akibat suatu rudapksa yang menyebabkan terbentuknya darah

dalam ruang antara tulang rawan telinga dan perikondrium.1,2,4,5,9,10

Gambar 3. Hematoma aurikula (othematoma)9

2.2.2 EPIDEMIOLOGI
Seringkali ditemukan sering terjadi pada remaja dan dewasa yang

mempunyai kegiatan yang memerlukan kekerasan seperti pegulat, petinju,

atlet bela diri atau pada olahraga keras lainnya.2,6,10

6
3. ETIOLOGI

Hematoma daun telinga biasanya disebabkan oleh trauma tumpul.

Selain karena trauma, hematoma daun telinga juga bisa disebabkan oleh

karena gigitan serangga sehingga terjadi penumpukan darah diantara

perikondrium dan tulang rawan daun telinga.2,9

4. PATOFISIOLOGI

Suplai darah pada tulang rawan berasal dari vaskularisasi disekitar

perikondrium secara difusi. Adanya tekanan yang kuat atau berulang-ulang

pada daun telinga akibat trauma menyebabkan robeknya pembuluh darah

di sekitar perikondrium sehingga mengakibatkan perikondrium


terlepas dari kartilago di bawahnya dan terjadi pengumpulan darah
pada ruang

subperikondrial. Bila kumpulan darah ini tidak segera

dikeluarkan maka dapat terjadi pembentukan hematoma. Hal ini

merupakan situasi yang buruk karena perikondrium itu sendiri berfungsi

untuk membawa aliran

darah untuk kartilago. Jika kartilago tidak mendapat suplai darah

dalam jangka panjang maka kartilago tersebut akan mengalami

nekrosis dan mengakibatkan perubahan bentuk pada daun telinga akibat

terpicunya sel- sel masenkim perikondrium yang menghasilkan

kartilago baru atau neokartilago dan predisposisi untuk terjadinya

infeksi di tempat bekuan darah tersebut. Hal ini mengakibatkan hilangnya

dukungan kartilago untuk mempertahankan bentuk normal dari

aurikula. Komplikasi yang menakutkan tersebut dapat dihindari melalui

penanganan dengan sesegera mungkin setelah terjadinya kasus hematoma

7
aurikula.
5. MANIFESTASI KLINIS
Pada othematoma terjadi penumpukan darah diantara perikondrium

dan tulang rawan. Bila kumpulan ini tidak segera dikeluarkan maka dapat

terjadi pembentukan hematoma. Hematoma dapat muncul segera setelah

trauma atau beberapa saat kemudian. Manifestasi klinis yang dapat

ditemukan pada orang dengan hematoma daun telinga adalah sebagai

berikut :10-12
1. Pembengkakan
2. Perubahan bentuk telinga
3. Ada atau tidak rasa nyeri
4. Perubahan warna (tampak masa berwarna ungu kemerahan)
5. Ada rasa panas
6. Benjolan di aurikula
7. Fluktuasi/kenyal

6. DIAGNOSIS
Diagnosis othematoma ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Dari anamnesis dijumpai adanya riwayat trauma,

misalnya karena hantaman atau pukulan saat berolahraga seperti pada

pegulat dan petinju. Telinga dapat terasa nyeri dan bengkak di bagian

depan telinga, adanya perubahan bentuk telinga atau deformitas,

perubahan warna dimana biasanya tampak masa berwarna merah

keunguan. Jika pembengkakan berlanjut, pasien seringkali mengeluhkan

pendengarannya terganggu. Pemeriksa harus menyingkirkan kemungkinan

hubungan dengan trauma tulang temporal, liang telinga, dan

temporomandibular joint.9,10
Pada pemeriksaan fisik, dari inspeksi dijumpai benjolan berwarna

merah keungan pada telinga depan atau perubahan bentuk telinga. Pada

palpasi terdapat fluktuasi yang kadang disertai dengan nyeri tekan.

8
Diagnosis juga dapat dipastikan dengan aspirasi pada daerah yang paling

berfluktuasi dan dijumpai cairan serohemoragis.9,10,12

7. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding yang dapat dibandingkan dengan auricular

hematoma (othematoma) adalah sebagai berikut :

1. Perikondritis Traumatik
Perikondritis adalah radang akut pada tulang rawan yang
menjadi

kerangka daun telinga. Biasanya terjadi akibat infeksi karena

trauma akibat kecelakaan, operasi daun telinga dan sebagai komplikasi

pseudokista daun telinga. Spesies yang paling sering menyebabkan

infeksi perikondritis yaitu staphylococcus dan pseudomonas.

Perikondritis dibedakan dengan othematoma yaitu perikondritis

disebabkan oleh infeksi bakteri karena trauma maupun setelah aspirasi

hematoma, sedangkan othematoma hanya disebabkan oleh trauma yang

menimbulkan hematom tanpa infeksi. Gejala klinis pada perikondritis

berupa daun telinga yang terasa sangat nyeri, disertai kemerahan dan

pembengkakan yang merata di seluruh daun telinga dan dapat timbul

abses, sedangkan othematoma hanya terjadi pembengkakan dan

kemerahan pada daerah tertentu, paling sering pada konka atau tepi

heliks, yang kadang disertai dengan nyeri tanpa batas.1,11

2. Pseudokista Aurikula

Pseudokista adalah terdapatnya benjolan didaun telinga

disebabkan oleh adanya kumpulan cairan kekuningan diantara lapisan

9
perikondrium
dan tulang rawan telinga. Biasanya pasien datang ke dokter karena

benjolan di daun telinga yang tidak nyeri dan tidak diketahui penyebabnya.

Pseudokista dibedakan dengan othematoma yaitu pada pseudokista yang

penyebabnya tidak diketahui, serta gejala klinis yang muncul berupa

benjolan yang tidak nyeri, tidak ada perubahan warna, dan sering

ditemukan pada bagian fossa skafoid daun telinga, sedangkan othematoma

penyebabnya adalah trauma tumpul, dengan gejala berupa benjolan yang

disertai nyeri, perubahan warna dan sering ditemukan di bagian konka atau

tepi heliks. Untuk membedakan keduanya juga dapat dilakukan aspirasi

pada bagian yang paling berfluktuasi, dimana pada pseudokista ditemuka

cairan serosa kekuningan, sedangkan pada othematoma ditemukan cairan

serohemoragis.1,11

2.2.8 PENATALAKSANAAN
Tujuan penanganan othematoma adalah mengevakuasi darah dari

ruang subperikondrial, untuk mencegah akumulasi berulang dan mencegah

infeksi. Terapi paling baik dilakukan setelah cedera, sebelum terjadi

pembentukan hematoma. Dahulu dilakukan aspirasi sederhana pada

hematoma, namun kini kebanyakan dokter mengajukan terapi yang lebih

ekstensif dengan insisi dan drainase dalam kondisi steril, diikuti dengan

pemasangan balutan tekan. Insisi dilakukan pada lipatan kulit heliks guna

meminimalisir bekas luka setelah tindakan. Selanjutnya

diberikan antibiotik topikal untuk mencegah infeksi. Pada pegulat

juga perlu 4,8,10,12


diingatkan untuk memakai pelindung kepala pada saat berlatih.

10
1. Aspirasi Jarum
Aspirasi dilakukan dengan menggunakan jarum ukuran 18 atau 20 G di daerah yang paling berfluktuasi atau daerah

yang paling edema. Aspirasi harus dilakukan dalam kondisi yang steril dan setelah aspirasi penting diberikan antibiotik yang

adekuat. Pemantauan yang ketat diperlukan untuk memastikan hematom tidak berulang kembali dan terbentuknya deposit fibrous

ataupun infeksi. Walaupun secara luas masih sering digunakan, metode ini tidak lagi direkomendasikan karena dapat

menyebabkan akumulasi hematoma berulang. Aspirasi seringkali tidak adekuat dan hematoma memerlukan penanganan yang

lebih lanjut. Beberapa sumber merekomendasikan aspirasi terlebih dahulu yang diikuti dengan metode insisi jika terjadi

akumulasi berulang.10,12

a b

Gambar 4. a) Tindakan aspirasi hematoma, aurikula b) Hasil aspirasi berupa cairan


kehitaman10

2. Insisi dan drainase


Sebelum dilakukan insisi, terlebih dahulu bersihkan kulit dengan

betadin dan alkohol, kemudian dilakukan anestesi lokal dengan lidokain

1% dengan atau tanpa epinefrin, dan diinfiltrasi secara langsung pada

daerah yang akan diinsisi. Insisi dilakukan pada tepi hematom sejajar

dengan lipatan kulit heliks, guna meminimalisir bekas luka setelah

tindakan. Pembukaan harus cukup luas untuk mengeluarkan hematoma.

Perlahan-lahan dipisahkan kulit dengan perikondrium. Bila telah terjadi

kumpulan bekuan darah karena keterlambatan tindakan, dapat digunakan

kuret tajam untuk mengeluarkan bekuan darah. Selanjutnya dilakukan

11
irigasi dengan normal salin. Dapat dilakukan pemasangan drain dilakukan

pada kasus-kasus dengan hematoma yang sangat luas. Namun, hal ini

dapat menyebabkan luka pada drain dan dapat menjadi predisposisi

infeksi. Jika dilakukan pemasangan drain, pasien harus diberikan

antibiotik secara adekuat. Drain harus dilepas dalam 24 jam jika tidak

terdapat perdarahan yang signifikan. 8,10,12

Gambar 5. Insisi dan drainase hematoma aurikula8


3. Kompresi dan balut tekan
Untuk mencegah akumulasi berulang maka setelah aspirasi atau

insisi perlu dilakukan penekanan. Bahan yang digunakan untuk balut tekan

antara lain; bahan balut tekan sederhana yaitu kapas kering, kassa dengan

vaselin, kasa ukuran 4x4, dan perban elastik, serta bahan balut tekan
khusus yaitu dental rolls (cotton bolsters, silicone splint, plaster mold),

balut tekan dengan kancing baju yang difiksasi dengan benang nilon atau

prolen dan penekanan dengan gips.4,8,10,12


Kompresi dengan balut tekan dilakukan dengan cara menekan

selama 5-10 menit, kemudian lakukan kompresi dengan balut tekan.

Teknik yang sederhana biasanya tidak adekuat, dan dapat menyebabkan

akumulasi hematoma berulang. Kompresi dengan balut tekan dapat

12
dilakukan secara noninvasif atau secara invasif. Metode noninvasif

meliputi kompresi sederhana dengan menggunakan silicone splints atau

plester mold pada bagian medial atau lateral daun telinga. Metode invasif

meliputi pemakaian cotton bolters, buttons, thermoplastic splint dengan

cara through and through suturing pada bagian medial dan lateral daun

telinga.4,8,10,12

Gambar 6. Penggunaan silicone splint pada telinga8

a b

Gambar 7. a) Kompresi dengan kasa vaselin pada pina anterior, b) kompresi dengan

meletakkan kasa di belakang telinga8

8
Gambar 8. Kompresi kasa pada pina anterior dengan kasa
berlapis

13
Gambar 9. Kompresi kasa dengan perban elastik8

Gambar 10. Pemasangan bebat tekan dengan teknik bolster10

Gambar 11. bebat tekan khusus dengan Thermoplastic Splint8


4. Follow up
Setelah tindakan, telinga harus diobservasi tiap 24 jam selama

beberapa hari. Obat-obatan seperti aspirin, NSAID, dan antikoagulan

harus dihindari selama beberapa hari untuk mencegah perdarahan lanjut.

14
Pasien direkomendasikan untuk mendapat antibiotik sebagai profilaksis

untuk jenis bakteri Staphylococcus dan Pseudomonas selama 7-10 hari.

Jika dicurigai adanya infeksi Pseudomonas selama follow up maka pasien

harus dirawat di rumah sakit dan mendapat antibiotik intravena.4,6,7,10,12


2.2.9 KOMPLIKASI

Timbulnya komplikasi dari othematoma disebabkan oleh fibrosis

akibat infeksi, nekrosis kartilago, dan bekuan darah akibat evakuasi yang

tidak sempurna. Sehingga kumpulan darah harus segera dikeluarkan

secara steril guna mencegah terjadinya infeksi yang nantinya dapat

menyebabkan terjadinya perikondritis. Bila pengobatan dengan

antibiotika gagal dapat timbul komplikasi berupa mengkerutnya daun

telinga akibat hancurnya tulang rawan yang menjadi kerangka daun

telinga sehingga berbentuk

seperti bunga kol (cauliflower ear).3,4,8,10

Gambar 12. Cauliflower ear (telinga berbentuk seperti bunga kol)

2.2.10 PENCEGAHAN

Penatalaksanaan terhadap kondisi-kondisi tersebut diatas harus

secepat mungkin dalam rangka mencegah terjadinya komplikasi dari

penyakit ini. Pasien harus dilarang menyentuh telinganya. Kuku


harus

15
dipotong pendek. Untuk para pegulat perlu diingatkan untuk memakai

pelindung kepala juga pada saat berlatih. Penanganan yang dilakukan tidak

boleh lebih dari 7 hari. Infeksi sekunder juga sering terjadi akibat tindakan

aspirasi yang tidak steril sehingga menyebabkan perikondritis.6,7,12

2.2.11 PROGNOSIS

Prognosis dari auricular hematoma (othematoma) ini pada

umumnya baik, jika penatalaksanaan pada penyakit ini dilakukan dengan

baik dan tepat serta cepat. Dengan demikian hematomanya, akan sembuh,

deformitas dan jaringan fibrosis dapat dicegah dan akhirnya

penatalaksanaan kondisi-kondisi diatas dapat

mencegah kekambuhannya.9,12

16
B AB III
KESIMPULAN

Hematoma aurikula (othematoma) adalah kumpulan darah daun

telinga akibat suatu rudapksa yang menyebabkan terbentuknya darah

dalam ruang antara tulang rawan telinga dan perikondrium. Hematoma

dapat muncul segera setelah trauma atau beberapa saat

kemudian. Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada orang dengan

hematoma

daun telinga antara lain pembengkakan, perubahan bentuk telinga,

ada atau tidak rasa nyeri, perubahan warna (tampak masa

berwarna ungu kemerahan), ada rasa panas, benjolan di aurikula dan

fluktuasi/kenyal.

Tujuan penanganan othematoma adalah mengevakuasi darah dari

ruang subperikondrial, untuk mencegah akumulasi berulang dan

mencegah infeksi. Prognosis dari hematoma aurikular (othematoma) pada

umumnya baik, jika penatalaksanaannya dilakukan dengan baik, tepat dan

cepat.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 7. Jakarta: Badan

Penerbit FKUI. 2012. Hal.10.


2. Adams GL, et al. BOEIS Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Hal 75,84.


3. Malloy KM. et al. Assesment and Management Of Auricular Hematoma and

Cauliflower Ear. 2015.


4. Mahendran JSEM. Intervention for Acute Auricular Hematoma (Review). The

Cochrane Collaboration. Willey. 2011.


5. McClelland, WA. Sports Related External Ear Injuries: Auricular Hematoma &

Cauliflower Ear. CornerStone Ear Nose & Throat. 2015.


6. Jung T, Tae HJ. Auricular Hematoma. Dalam: Snow James B, editor. Ballenger's

Manual Of Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. BC Decker Inc. 2003.

Hal.23.
7. Kroon D, Barry S. Hematoma Auricular. Dalam : Glasscock Michael E dan Aina

Gulya, editor. Glasscock-Shambaugh Surgery of the Ear. 5th Ed. BC Decker Inc.

2003. Hal.346.
8. Inna Leybe, Arlen D Meyers. Auricular Hematoma Drainage. [Online]. 2015

[cited 2017 Jul 28]. Available from : URL : http://emedicine.medscape.com/article


9. Probst R, Gerhard G, Heinrich I. Auricular Hematoma.
Dalam : Basic

otorhinolaryngology A Step By Step Learning Guide. Thieme. 2006. Hal.212-


13.

18
10. Indah S. Hematoma Aurikula. Laporan kasus. Bagian SMF THT-KL. Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana. Rumah sakit umum pusat sanglah denpasar.

Jurnal Ilmiah Kedokteran, 2013. Hal 194-6.


11. Chang C. Cauliflower ear/auricular hematoma. The future of EN today at

Fauquier ENT, 2014.


12. Okolugbo NE. Treatment Outcomes of Auricular Hematoma Using Corrugated

Rubber Drains: A Pilot Study. [Online]. 2015 [cited 2017 Jul 28]. Available from :

URL:
http://www. Ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3793457/?report=printable

19

Anda mungkin juga menyukai