Meningioma
PAPER
Oleh :
Endang Syuhada
21360100
Pembimbing :
dr. Aji Yudho Prabowo, Sp. BS
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penyusunan
Paper ini dengan judul “Meningioma”. Penyelesaian Paper ini banyak bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu adanya kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terimakasih yang sangat tulus kepada dr. Aji Yudho Prabowo, Sp. BS selaku
pembimbing yang telah banyak memberikan ilmu, petunjuk, nasehat dan
kesempatan untuk menyelesaikan paper ini. Penulis menyadari bahwa Paper ini
tentu tidak lepas dari kekurangan karena keterbatasan waktu, tenaga dan
pengetahuan penulis. Maka sangat diperlukan masukan dan saran yang
membangun. Semoga paper ini dapat memberikan manfaat.
Endang Syuhada
ii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR. ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan ....................................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Meningioma adalah tumor otak primer yang paling sering didiagnosa yaitu
sebesar 33,8% dari seluruh tumor otak primer. Di Amerika Serikat, insiden
97,5 per 100.000 jiwa. Namun jumlah ini diperkirakan lebih rendah dari yang
di Inggris, insiden meningioma diperkirakan sebesar 5,3 per 100.000 jiwa dan tetap
Tanda trias yang khas untuk tumor intra kranial meliputi nyeri kepala,
muntah proyektil dan papil edema yang bermanifestasi pada keluhan pandangan
kabur yang dirasakan penderita. Hal itu terutama disebabkan karena adanya
obstruksi saluran cairan serebrospinal oleh desakan massa tumor. Trias tersebut
yang sangat membantu dan handal dalam menegakkan diagnosa tumor otak.
Diagnosa pasti tumor otak, seperti halnya tumor dari organ atau jaringan lain adalah
1
kondisi serius dan mematikan (Wiemels,2010). Lokasi meningioma dapat
menyebabkan gejala klinik yang bervariasi dan sangat menentukan prognosis serta
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tissue yang melapisi dan melindungi otak, terdiri dari tiga bagian, yaitu :
1. Duramater
Secara konvensional duramater ini terdiri dari dua lapis, yaitu lapisan
duramater. Terdiri dari jaringan fibrous yang padat dan kuat yang
sacrum.
darah dari drainase vena pada otak dan mengalir menuju vena jugularis
interna. Dinding dari sinus- sinus ini dibatasi oleh endothelium. Pada lapisan
dan a. vertebralis. Dari sudut klinis, yang terpenting adalah a.meningea media
(cabang dari a.maxillaris) karena arteri ini umumnya sering pecah pada
keadaan trauma capitis.
Pada duramater terdapat banyak ujung- ujung saraf sensorik, dan peka
terhadap regangan sehingga jika terjadi stimulasi pada ujung-saraf ini dapat
2. Arachnoid
menutupi otak dan terletak diantara piamater dan duramater. Membran ini
dipisahkan dari duramater oleh ruang potensial yaitu spatium subdurale, dan
yang dibatasi oleh arachnoid di bagian luar dan piamater pada bagian dalam.
Dinding subarachnoid space ini ditutupi oleh mesothelial cell yang pipih. Pada
piamater melalui untaian jaringan fibrosa halus yang melintasi cairan dalam
3. Piamater
belakang, mengikuti tiap sulcus dan gyrus . Piamater ini merupakan lapisan
dengan banyak pembuluh darah dan terdiri dari jaringan penyambung yang
halus serta dilalui pembuluh darah yang memberi nutrisi pada jaringan saraf.
4
Astrosit susunan saraf pusat mempunyai ujung-ujung yang berakhir
sebagai end feet dalam piamater untuk membentuk selaput pia-glia.Selaput ini
2008).
Radiasi ionisasi merupakan salah satu faktor resiko yang telah terbukti
antara paparan radiasi dan meningioma. Salah satunya adalah penelitian yang
menunjukkan peningkatan resiko yang signifikan pada korban selamat bom atom
5
Pengobatan dengan menggunakan paparan radiasi juga meningkatkan
Selain itu, paparan radiasi untuk kepentingan diagnosis juga meningkatkan resiko
setelah mendapatkan dental X-ray lebih dari enam kali antara usia 15 hingga 40
paparan radiasi adalah usia muda saat didiagnosis, periode latensi yang pendek,
lesi multipel, rekurensi yang relatif tinggi, dan kecenderungan meningioma jenis
meningioma sampai saat ini belum dapat dipastikan. Secara teori, telepon
meningioma, begitupun dengan penelitian metaanalisis lain yang lebih besar yaitu
laporan bahwa tidak dijumpai hubungan antara penggunaan telepon genggam dan
6
insiden meningioma (Wiemels, 2010; Barnholtz-Sloan, 2007; Calvocoressi &
Claus, 2010).
Sejak masa Harvey Cushing, cedera kepala merupakan salah satu resiko
kesimpulan yang konsisten. Salah satunya adalah penelitian kohort pada penderita
cedera kepala dan fraktur tulang kepala menunjukkan adanya hubungan dengan
menemukan hasil bahwa adanya hubungan antara cedera kepala dengan resiko
2.2.4 Genetik
merupakan tumor sporadik yaitu tumor yang timbul pada pasien yang tidak
memiliki riwayat keluarga dengan penderita tumor otak jenis apapun. Sindroma
type 2 (NF2), dimana pada penderita terjadi kelainan gen autosomal dominan
yang jarang dan disebabkan oleh mutasi germline pada kromosom 22q12 (insiden
di US: 1 per 30.000-40.000 jiwa). NF2 merupakan gen supresor tumor pada
22Q12, ditemukan tidak aktif pada 40% meningioma sporadik Selain itu, pada
meningioma sporadik dijumpai hilangnya kromosom, seperti 1p, 6q, 10, 14q dan
7
18q atau tambahan kromosom seperti 1q, 9q, 12q, 15q, 17q dan 20q (Evans, 2005;
Smith, 2011).
siklus sel, detoksifikasi dan jalur metabolisme hormon. Penelitian terbaru fokus
pada variasi gen CYP450 dan GST, yaitu gen yang terlibat dalam metabolisme
hubungan yang signifikan antara resiko terjadinya meningioma dan variasi gen
GST atau CYP450. Penelitian lain yang berfokus pada gen supresor tumor TP53
juga tidak menunjukkan hubungan yang signifikan (Lai, 2005; Malmer, 2005;
Choy, 2011).
2.2.5 Hormon
laki-laki memicu timbulnya dugaan bahwa ada pengaruh ekspresi hormon seks.
dengan penyakit ini (Wahab dan Al-Azzawi, 2003). Berbagai studi menunjukkan
membran sel, dengan berbagai variasi (Marosi, et. al., 2008). Jaringan meningeal
8
et.al., 2010). Studi oleh Taghipour, et.al. (2007) menunjukkan reseptor
Pada beberapa kasus, seperti usia tua, masalah medis, letak tumor yang
sulit diakses, reseksi inkomplit, dan rekurensi, tindakan bedah saja mungkin tidak
tidak dapat direseksi. Regresi tumor yang bermakna secara klinis dilaporkan pada
pasien pria dan wanita premenopause. Pasien dengan indeks reseptor progesteron
tertinggi akan mendapatkan manfaat paling baik dari suatu terapi anti-
payudara. Keduanya memiliki faktor resiko yang sama, seperti jenis kelamin,
umur, induksi hormon dan variabel lain. Selain itu adanya faktor resiko seperti
hormon eksogen dan endogen, predisposisi genetik dan variasi perbaikan DNA
diduga menjadi dasar hubungan antara kanker payudara dan meningioma. Namun
9
2.3 Etiologi
kapitis maupun dosis tinggi seperti pada penanganan tumor otak lain (misalnya
singkat, antara 5-10 tahun. Sementara radiasi dosis rendah membutuhkan waktu
radiasi cenderung bersifat multiple dan secara histology ganas, serta memiliki
kecenderungan yang lebih tinggi untuk timbul kembali. Trauma kepala diduga
dapat menyebabkan tumor meningens, namun sampai saat ini belum ada
penelitian lebih lanjut yang dapat membuktikan hal tersebut. Foto dental standar
bukan merupakan factor resiko (Rowland, Lewis P, ed. 2005). Namun beberapa
pada pasien dengan riwayat foto dental (Black, Peter, et al. 2007).
karena angka prevalensi yang lebih tinggi pada wanita. Reseptor estrogen
ditemukan pada meningioma, yakni ikatan pada reseptor tipe 2 walaupun tingkat
afinitasnya terhadap estrogen tidak sekuat reseptor yang ditemukan pada kanker
wanita penderita meningioma dan 40% pada pria. Lokasi ikatan dengan
progesterone lebih jarang pada meningioma yang agresif. Cara kerja reseptor-
10
reseptor ini masih belum diketahui, namun inhibitor estrogen dan progesterone
telah dicoba sebagai terapi walaupun belum ada bukti keberhasilan (Rowland,
namun data yang terkumpul hingga saat ini masih belum meyakinkan.
onkogen dan hilangnya gen supresor tumor. Penelitian genetic molecular telah
pada 80% penderita meningioma sporadic. Hal ini mengakibatkan hilangnya NF-
2 gen supresor tumor yang berlokasi di 22q11 dan berkurangnya produk protein
merlin yang bertanggung jawab terhadap interaksi sel (Rowland, Lewis P, ed. 2005).
Sel yang memiliki defek pada merlin tidak dapat mengenali sel sekitarnya dan
terus menerus tumbuh. Beberapa kelainan telah dideteksi pada kromosom lain,
dan diduga beberapa onkogen dan gen supresor tumor terlibat dalam pembentukan
Meningioma merupakan tumor yang kaya akan pembuluh darah dan mengandung
2.4 Klasifikasi
11
secara histologis berhubungan erat dengan resiko kejadian berulang yang tinggi.
keganasannya meningioma dibagi menjadi 3, yaitu jinak (WHO grade 1), atipikal
al. 2006).
12
Tabel 2. Kriteria grading secara histologi menurut WHO
lambat. Variasi histologi yang paling sering terdiagnosa pada regimen patologis
meningotelial secara histologis tersusun oleh sel tumor uniform yang membentuk
lobulus dikelilingi oleh septa kolagen tipis. Di dalam lobulus, sel tumor epiteloid
memiliki dinding sel yang menyerupai sinsitium. Pada inti sel terdapat ruangan
kosong seperti tidak terisi karyoplasma dan protrusi eosinofil sitoplasma, yang
berpotongan yang tertanam dalam matriks yang kaya kolagen dan retikulin.
sebelumnya dan biasanya muncul dengan gambaran seperti ulir, dimana sel tumor
saling membungkus satu sama lain membentuk lapisan konsentrik. Yang terakhir
13
kalsifikasi konsentrik yang disebut badan psammoma (artinya seperti pasir
berdasarkan bentuk mereka yang seperti pasir dan kotor). Tumor yang memiliki
a. Grade I
seperti bola mata, jaringan lunak, dan kulit. Meskipun invasi ini membuat
secara umum, meskipun tumor nampak jinak. Meskipun lebih banyak terjadi
perubahan genetik tertentu, namun telah dilaporkan terjadi pada tumor tanpa
2006)
b. Grade II
yang lebih tinggi juga, Dengan demikian, meningioma tipe ini digolongkan
oleh lembaran sel poligonal dengan sitoplasma jernih kaya glikogen, positif
untuk asam periodat Schiff, dan perivaskular yang padat serta kolagenisasi
14
dengan kordoma, dengan untaian sel-sel tumor epiteloid kecil yang
sitogenetik spesifik untuk tipe kordoid. Namun, penemuan ini masih harus
dibuktikan karena target gen dari translokasi tersebut masih belum diketahui.
c. Grade III
tindakan reseksi secara bedah dan nilai median harapan hidup kurang dari 2
keganasan dengan index mitosis sebesar 20 atau lebih mitosis per 10 lapang
15
dilakukan penilaian. (Riemenschneider, Markus J, et al. 2006)
dan karena itu sesuai dengan grade 3 WHO. Meningioma papiler, yang
pada 75% pasien, kekambuhan sekitar 55%, dan metastasi pada 20% pasien.
bundel ulir dari filamen intermediat. Gambaran rabdoid dan papiler keduanya
timbul pertama kali pada saat kambuh dan meningkat seiring perjalanan
akibat edema otak dan tekanan intrakranial yang meningkat. Gejala spesifik
terjadi akibat destruksi dan kompresi jaringan saraf, bisa berupa nyeri kepala,
sebagainya. Edema papil dan defisit neurologis lain biasanya ditemukan pada
R AAF dkk, mendapatkan gejala klinis lain yang paling sering adalah
16
gangguan mental (13%) dan gangguan fokal (10%)
jaringan otak yang ditekan atau dirusak, dapat perlahan-lahan atau cepat. Menurut
Leaven, gangguan fungsi otak ini penting untuk diagnosa dini. (Fauziyah, B.,
Widjaja, D, 1979)
17
Gambar 5. Gejala umum dari meningioma
2.6 Diagnosis
jika pungsi lumbal dilakukan. Tidak terdapat tes laboratorium khusus untuk
meningioma.
18
Meskipun mayoritas meningioma bersifat jinak, mereka dapat memiliki
WHO :
• Atipikal (Grade II) - (7%) - chordoid, sel jernih, atipikal (termasuk invasi otak)
atipikal ditemukan menjadi 11,9 tahun dan 3,3 tahun untuk meningioma
perilaku agresif. Bahkan jika oleh aturan umum neoplasma sistem saraf (tumor
otak) tidak dapat bermetastasis ke dalam tubuh (karena adanya sawar darah otak)
terutama jika kejadian pertama adalah tumor meningeal, dan keduanya tumor
terjadi di tempat yang sama (jenis yang sama dari jaringan). (Louis,D., et al, 2007)
19
2.7 Pemeriksaan Penunjang
tumor otak akibat banyaknya artefak, sekalipun dengan kontras. Dengan MRI
sehingga memudahkan ahli bedah saraf untuk dapat menentukan teknik operasi
1. Foto polos
Hiperostosis adalah salah satu gambaran mayor dari meningioma pada foto
polos. Di indikasikan untuk tumor pada mening. Tampak erosi tulang dan
dekstruksi sinus sphenoidales, kalsifikasi dan lesi litik pada tulang tengkorak.
yang mensuplai darah ke tumor. Kalsifikasi terdapat pada 20-25% kasus dapat
2. CT scan
Meningioma mempunyai gambaran yang agak khas tetapi tidak cukup spesifik
meningiomanya dan untuk menilai efek di sekitar struktur arteri dan venanya.
20
Gambar 6. Meningioma otak. CT-scan nonkontras menunjukkan meningioma fossa media.
Massa kalsifikasi melekat pada anterior tulang petrous kanan. Terlihat kalsifikasi berbentuk
• CT tanpa kontras
• CT dengan kontras :
21
lesinya biasanya tebal, tanda yang relatif spesifik karena bisa tampak juga
biasanya berbeda pada gambar Tl dan T2, kecuali lemak, darah segar,
padat, kistik, ada perdarahan, kalsifikasi, nekrosis maupun lemak dan lain-
lain. Intensitas jaringan tersebut mulai dari hipo, iso dan hiper intensitas
22
Gambar 8. MRI T1WI(kiri), T2WI(tengah) dan dengan kontras (kanan)
4. Angiografi
Kelainan pembuluh darah yang paling khas pada meningioma adalah adanya
arteri sistim karotis eksterna. Bila mendapatkan arteri karotis ekstema yang
memberi darah ke tumor yang letaknya intrakranial maka ini mungkin sekali
neningioma.
A B C
23
Gambar 6. Cerebralangiogram dari meningiomasulkus olfaktorius penciuman menunjukkan
perpindahan dar iarteri serebral anterior (a,b) dan karakteristik tumor memerah, biasanya
karena pasokan arteri karotid eksternal (c).
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan meningioma tergantung dari lokasi dan ukuran tumor itu
pertama. Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi removal massa tumor ini
antara lain lokasi tumor, ukuran dan konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh
terhadap sel saraf, dan pada kasus rekurensi, riwayat operasi sebelumnya dan atau
radioterapi.
Lebih jauh lagi, rencana operasi dan tujuannya berubah berdasarkan faktor
risiko, pola, dan rekurensi tumor. Tindakan operasi tidak hanya mengangkat
seluruh tumor tetapi juga termasuk dura, jaringan lunak, dan tulang untuk
menurunkan kejadian rekurensi (Schiff, D., O’Neill, B.P., 2005). Tumor rekurens
dan harapan hidup setelah pembedahan tergantung pada tingkat reseksi dan grade
24
• Radiasi
Beberapa tumor dapat dianggap dioperasi karena lokasi mereka di dekat
area otak yang mengontrol fungsi-fungsi vital seperti pernapasan atau intelek.
Dalam kasus ini, radiasi dapat digunakan untuk merusak DNA dalam sel membuat
mereka tidak mampu untuk membagi dan bereproduksi. Tujuan dari pengobatan
radiasi adalah untuk memaksimalkan dosis untuk sel tumor yang abnormal dan
meminimalkan paparan sel-sel sehat yang normal. Manfaat radiasi tidak langsung
tetapi terjadi dari waktu ke waktu. Secara bertahap, tumor akan berhenti tumbuh,
menyusut, dan dalam beberapa kasus, benar-benar hilang. Ada dua cara untuk
memberikan radiasi: beberapa dosis rendah (radioterapi) atau dosis tinggi tunggal
(radiosurgery).
• Terapi Medis
dari penelitian ini adalah untuk menghentikan pertumbuhan pembuluh darah yang
lain diyakini dapat memulai proses kematian sel atau apoptosis pada sebagian
meningioma. Namun pada uji coba klinis, obat ini dianggap gagal karena
juga dengan terapi antiestrogen yang tidak menunjukan perbaikan nyata ssecara
25
faktor pertumbuhan epidermal (Epidermal Growth Factor Receptor / EGFR),
Factor Receptor / PDGFR), dan penghambat tirosin kinase masih diuji coba secara
klinis. Kebanyakan uji coba ini terbuka untuk pasien dengan meningioma yang
tidak dapat dioperasi atau yang mengalami kekambuhan (Louis,D., et al, 2007).
tidak dapat digunakan dalam jangka panjang karena efek sampingnya yang
keinginan pasien, beberapa meningioma dapat ditunggu dan dipantau secara hati-
2.9 Prognosis
Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena pengangkatan
orang dewasa kelangsungan hidupnya relatif lebih tinggi dibandingkan pada anak-
anak, dilaporkan kelangsungan hidup rate lima tahun adalah 75%. Pada anak-anak
lebih agresif, perubahan menjadi keganasan lebih besar dan tumor dapat menjadi
dilaporkan, dengan kemajuan teknik dan pengalaman operasi para ahli bedah
maka angka kematian post operasi makin kecil. Diperkirakan angka kematian post
operasi selama lima tahun (1942–1946) adalah 7,9% dan (1957–1966) adalah
26
perdarahan dan edema otak (Schiff, D., O’Neill, B.P., 2005, Louis,D., et al, 2007).
variasi bakteri, fungus, dan protozoa. Gejala klinis abses otak terdiri dari sakit
Dari gambaran CT Scan didapati pada hari pertama terlihat daerah yang
hipodens dengan sebagian gambaran seperti cincin, pada hari ketiga gambaran
pusat nekrosis.
Brain abscess. Axial T2-weighted MRI in a patient with a right frontal abscess. Note
the mass effect and surrounding edema. The wall of the abscess is relatively thin
(black arrows).
2. Epidural Hematoma
luar dari durameter. Dengan gejala klinis yang dijumpai yaitu sakit
27
Gambaran radiologisnya pada CT Scan tampak area hiperdens yang
3. Meningitis
disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur. Gelaja klinis dari meningitis adalah
sakit kepala, demam, kaku kuduk, mual, muntah, dan tampak seperti
Gambar :Watershed and lacunar infarcts in a patient with bacterial meningitis. This
axial computed tomography scan shows a left frontoparietal watershed infarct, a right
28
BAB III
KESIMPULAN
yang melindungi otak dan medulla spinalis. Hingga saat ini diyakini radioterapi
merupakan factor resiko utama terjadinya meningioma. Selain itu rangsangan endogen
dan eksogen via hormonal memainkan peran yang cukup penting juga dalam timbulnya
tumor meningens. Estrogen dan progesterone diduga merupakan salah satu penyebab
timbulnya meningioma karena angka prevalensi yang lebih tinggi pada wanita.
Meningioma diduga timbul melalui proses bertahap yang melibatkan aktivasi onkogen
dan hilangnya gen supresor tumor. Beberapa factor pertumbuhan, termasuk epidermal
growth factor, PDGF, insulin-like growth factors, transforming growth factor I2 dan
meningioma.
menimbulkan manifestasi klinis yang sangat bervariasi sesuai dengan bagian otak yang
terganggu dan berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial. Gejala umum yang
sering muncul meliputi kejang, nyeri kepala hebat, perubahan kepribadian dan gangguan
dan gambaran radiologis. Meskipun demikian, diagnosis pasti serta grading dari
meliputi tanda dan gejala yang dikeluhkan pasien, umur pasien, serta lokasi dan ukuran
dari tumor. Sampai saat ini penatalaksanaan utama adalah dengan pembedahan. Namun
29
dapat digunakan radioterapi sebagai terapi primer jika tumor tidak dapat dicapai melalui
30
DAFTAR PUSTAKA
Bemat JL, Vincent FM. 1987. Back and Neck pain in : Neurology. Medical Economics
Tse VC, Lin A. 2002. Metastatic Disease to The Brain. eMedicine Journal 3(1).
Barnholtz-Sloan, J.S., Kruchko, C., 2007. Meningiomas: causes and risk factors.
Calvocoressi, L., Claus, E.B., 2010. Epidemiology and Natural History of Meningioma.
Choy, W., Kim, W., Nagasawa, D., Stramotas, S., Yew, A., Gopen, Q., et al, 2011. The
Claus, E.B., Calvocoressi, L., Bondy, M.L., Schildkraut, J.M., Wiemels, J.L., Wrensch,
M., 2012. Dental x-rays and risk of meningioma. Cancer 118 (18): 4530-7.
Evans, D.G.R., Watson, C., King, A., Wallace, A.J., Baser, M.E., 2005. Multiple
Malmer, B., Feychting, M., Lonn, S., Ahlbom, A., Henriksson, R., 2005. p53 genotypes
and risk of glioma and meningioma. Cancer epidemiol biomarkers prev 14 (9):
2220-3.
Marosi C, Hassier M, Roessler K., 2008. Meningioma. Crit Rev Oncology Hematology.
67(2):153-71
6(4):285-292.
Smith, M.J., Higgs, J.E., Bowers, N.L., Halliday, D., Paterson, J., Gillespie, J., et al,
2011. Cranial meningiomas in 411 NF2 patients with proven gene mutations:
Clear positional effect of mutations, but absence of female severity effect on age
Taghipour, M., Rakei, S.M., Monabati, A., Nahavandi-Nejad, M., 2007. The role of
Taghipour, M., Rakei, S.M., Monabati, A., Nahavandi-Nejad, M., 2007. The role of
Louis,D., et al, Meningeal tumours in: WHO Classification of Tumor of The Central
Nervous System, International Agency for Research on Cancer, 4th ed, Lyon,
2007; 164,167-169.
Fauziyah, B., Widjaja, D. Meningioma Intrakranial, Cermin Dunia Kedokteran No. 16,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15591/1/mkn-des2005-
%20%289%29.pdf
145