Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

Sindrom Gradenigo
Oleh:
Rosariala Dyta, S.Ked

Pembimbing:
dr.Nuch Sabunga, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN/SMF THT-KL


RSUD dr. DORIS SYLVANUS/FK-UPR
PALANGKA RAYA
2019
Sindrom Gradenigo
Diperkenalkan oleh Guiseppe Grandenigo (1907) yang
merupakan komplikasi otitis media karena inflamasi apeks
petrosus

Parese nervus abdusen Pada tahun 2016 di AS setidaknya 2 dari 100.000


ipsilateralz individu dengan otitis media.

Sebelum adanya antibiotik, angka kejadian masih


Rasa sakit dalam
tinggi
distribusi saraf trigeminal

OMSK
Komplikasi : Meningitis, abses, penyebaran ke
basis cranii,, keterlibatan saraf, penurunan fungsi
pendengaran, hidrosefalus, kematian
Anatomi Telinga
Anatomi Telinga Tengah
Anatomi Petrosus

Apeks Petrosus tampak superior Perjalanan nervus abdusen ke otot mata tampak lateral
Sindrom Gradenigo
Pada tahun 1907
Guisseppe Gradenigo menggambarkan suatu
kompleks gejala yaitu otitis media supuratif, rasa
sakit dalam distribusi saraf trigeminal, dan
kelumpuhan saraf abdusen.

Epidemiologi :
• Lebih banyak muncul pada usia >40 th dan pasien
dengan riwayat penyakit tertentu
• Pada 2016 di AS : 2/100.000 individu dengan otitis
media  SG
• Angka kejadian menurun dengan antibiotik
Etiologi
1. Petrositis
OMSK
• Petrositis apikal sekunder terhadap OMSK
• Peradangan ekstradural pada apex petrosus
yang melibatkan: ganglion trigeminal dan
saraf abdusen

2. Trombosis sinus lateral 3. Kelainan kongenital (sindrom Mobius


dan sindrom Duane retraction) dan
kelainan didapat (trauma, infeksi,
gangguan vaskuler dan tumor)
Patofisiologi Trigeminal
Abducent gang
VI th N

Adanya hubungan anatomi apek petrosus tulang temporal dengan nervus trigeminus
cabang oftalmika dan nervus abdusen menyebabkan nervus tersebut mudah cedera
akibat inflamasi ataupun trauma.
Penyebaran penyakit :

011. Penyebaran hematogen

2.
02 Penyebaran melalui erosi
tulang
033. Penyebaran melalui jalur
yang sudah terbentuk

Komplikasi OMSK
TANDA &
GEJALA
Otitis media supuratif
Keluhan lain :
Myeri telinga, sensitif terhadap rasa nyeri,
Rasa sakit dalam distribusi demam, discharge telinga, nyeri fasial
saraf trigeminal unilateral, nyeri kepala, diplopia, nyeri
kepala, mual, muntah dan kebingungan.
Kelumpuhan saraf abdusen
Penegakan Diagnosa

Ottorhea, nyeri pada wajah,


Anamnesis gangguan pergerakan bola mata

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan lokalis, regionalis

Pemeriksaan Penunjang CT scan, MRI


Pemeriksaan Penunjang
Modalitas : Pemindaian tulang radioisotop

CT SCAN

MRI
MRI menunjukkan hiperintensitas di sel udara CT-Scan menunjukkan bayangan opak atau
mastoid kiri dan telinga tengah. koalesen pada sel udara di apek petrosus
• Ottorhea
Diagnosa banding • Nyeri pada wajah
• Gangguan pergerakan bola mata

1. Tromboflebitis Sinus Lateral 4. Efusi petrous

5. Osteomyelitis
2. Neoplasma, tersering meningioma pada
tulang temporalis

3. Kolesteoatom atau implantasi dari epitelium


yang terjadi akibat trauma Membran Tympani
Penatalaksanaan
• Pada kasus petrositis akibat komplikasi OMSK tipe bahaya diberikan
terapi konservatif dan mastoidektomi

• Pembedahan pada petrositis diperlukan bila tidak respon terhadap


terapi konservatif atau berpotensi untuk terjadi komplikasi intrakranial

Terapi Terapi
Medikamentosa Non-Medikamentosa
Terapi medikamentosa ...Tatalaksana
• Cuci telinga dengan H2O2 3%
• Antibiotik tetes telinga
• Antibiotik sistemik intravena sesuai kultur sensitivitas selama 2-4 minggu
• Antiinflamasi sistemik intravena
Terapi
Nonmedikamentosa
2. Petrosektomi  bila terjadi destruksi
1. Mastoidektomi pada apek petrosus

3. Metode pembedahan lainnya ialah diseksi tulang infralabyrinthine


Prognosis
• Parese nervus  akan mengalami perbaikan dan kembali normal
seiring penyembuhan proses inflamasi pada apek petrosus tulang
temporal

Parese nervus abdusen pada petrositis :


a. Terapi konservatif : pemulihan pada m. rektus lateral setelah 6 sampai 12
minggu
b. Mastoidektomi dan pemberian antibiotik IV : pemulihan pada n. abdusen
setelah 9 hari pasca operasi
Komplikasi
a. Meningitis
b. Abses intracranial/ prevertebral / parapharyngeal, menyebar ke
pleksus simpatik di sekitar lapisan karotis (carotid sheath)
c. Penyebaran ke basis cranii, menyebar ke dasar tengkorak dan
keterlibatan IX, X, XI saraf kranial (sindrom Vernet)
d. Kehilangan fungsi pendengaran
Kesimpulan
Trias gejala yaitu otore, nyeri retroorbita dan parese nervus abdusen ipsilateral

Penegakkan diagnosis : anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang

Tatalaksana : terapi medikamentosa dengan antibiotik, antiinflamasi dan H2O2.


Terapi nonmedikamentosa : mastoidektomi, petrosektomi, diseksi tulang
infralabyrinthine

Prognosis : terapi lebih dini  pemulihan gangguan saraf


Daftar Pustaka
1. Ballantyne J and Govers J : Scott Brown’s Disease of the Ear, Nose, and Throat.Publisher: Butthworth Co.Ltd. : 1987, vol. 5
2. Boies, adams. Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. EGC. Jakarta.1997
3. Andrew G. L., Konda S, Almarzuoqi, Michael L. Gradenigo Syndrome. Encyclopedia of Opthalmology. 2016. Diakses pada :
https://link.springer.com/referenceworkentry/10.1007%2F978-3-642-35951-4_1248-1 pada tanggal 24 Agustus 2019.
4. Edward Y, Yurni. Sindrom Gradenigo pada Otitis Media Supuratif Kronis Tipe Bahaya. Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL. Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas. Padang: 2011
5. Djaafar Z.A., 2001. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Soepardi E.A., Iskandar N., Ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI. h. 49-62.
6. Berman S. 2006. Otitis media in developing countries. Pediatrics. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/7596700 diakses pada 22 Agustus 2019.
7. Paparella M.M., Adams G.L., Levine S.C., 1997. ‘Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid. Dalam: Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES
buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC. hal: 88-118.
8. Ballenger JJ. Penyakit telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. Alih bahasa: Staf pengajar FKUIRSCM. 16td ed. Jakarta:
Binarupa Aksara, 2002:105-9.
9. Brazis P. Localization in clinical neurology. 5th edition. Williams L & Wilkins. 2007; p. 170-98.
10. Sedwick LA. Sixth nerve palsies in Neoroopthalmology the practical guide. Thieme. 2005;p. 292-95.
11. BCSC section 5. Neuro-opthalmic anatomy. American academic of ophthalmology. 2008-2009; p.1-57
12. Soepardi, EA. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.Jakarta :FK
UI
13. Goycoolea M, Jung TTK. Complications of suppurative otitis media. In: Paparella, Schumrick, Gluckman
and Meyerhoff editors. Otolaryngology. Third edition. Saunders. 1991:p.1382-99.
14. Chole RA, Sudhoff HH. Chronic Otitis Media, Mastoiditis, and Petrositis. In: Cummings editors.
Otolaryngology Head & Neck Surgery. Fourth edition. Elsevier mosby. 2005: p. 2989-3009.
15. Bidner A, Lee A. Gradenigo syndrome – A case report. ANZ nuclear medicine. Aust. 2007;2-5.
16. Amalia Aminudin. Chronic Supurative Otitis Media. Diakses pada :
https://www.slideshare.net/nuramalinaaminuddinb/melss-yr4-ent-complication-of-cs-om pada tanggal
24 Agustus 2019.
17. Bidner A, Lee A. Gradenigo syndrome – A case report. ANZ nuclear medicine. Aust. 2007;2-5.
18. Pedroso JL, et all. Gradenigo’s syndrome: Beyond the classical triad of diplopia, facial pain and otorrhea.
Neurology and neurosurgery, medicine. Brazil. 2011; 45-47.
19. Yan Edward,Yurni. Sindrom Gradenigo pada Otitis Media Supuratif Kronis tipe bahaya. [jurnal]. Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas, 2011.
20. Tornabe S, Vilke GM. Gradenigo’s syndrome. Clinical Communications: Adult. The journal of emergency
medicine. Chicago Illinois. 2010; 449-51.
21. Damrose EJ, Petrus LV, Ishiyama A. Radiology forum: quiz case 2. Diagnosis: petrous apicitis with
secondary abducens nerve palsy. Arch Otolaryngol Head Neck Surg 2001;80:305-7.
22. Burston BJ, Pretorius PM, Ramsden JD. Gradenigo’s syndrome: succeefull conservative treatment in adult
and paediatric patients. The journal of Laryngology and Otology. 2005; 325-29.

TERIMA KASIH
• Penyebaran langsung ke sel-sel udara yang terdapat pada apeks os
petrosus.
• Melalui vaskular, atau sebagai akibat dari perluasan langsung
• hubungan anatomi apeks petrosus tulang temporal dengan perjalanan
nervus trigeminus cabang oftalmika dan nervus abdusen  nervus
tersebut mudah cedera akibat inflamasi/ trauma.
Patofisiologi
Nervus Abdusen keluar dari batang otak kemudian berjalan disepanjang
klivus yaitu 1 cm di bawah apek petrosus pada ligamen petroklinoid
bersama nervus trigeminus cabang oftalmika yang kemudian masuk
ke kanal Dorello.

Melalui kanal ini nervus abdusen dan nervus trigeminus cabang


oftalmika berjalan ke sinus petrosal inferior selanjutnya menembus
duramater yang kemudian bergabung dengan saraf-saraf otot mata lain di
sinus kavernosus. Nervus ini terus menuju ke fisura orbita superior masuk
ke medial muskulus rektus lateral.
• Inflamasi disekitar daerah tersebut  mengiritasi nervus
abdusen  melumpuhkan muskulus rektus lateral dan
mengiritasi nervus trigeminus cabang oftalmika  rasa nyeri
pada retroorbita.

• Petrositis, pasien otitis media dan


diplopia, karena kelemahan N.VI.

• Rasa nyeri di daerah parietal, temporal


atau oksipital, oleh karena terkenanya
N.V.,
Pemeriksaan Penunjang

• Tomografi komputer mastoid atau MRI dapat membedakan


suatu inflamasi dengan non inflamasi pada os petrosus tulang
temporal.
• Adanya suatu inflamasi akan terlihat gambaran lesi berupa
perselubungan, cairan (air fluid level) atau pneumatisasi tidak
beraturan pada tulang temporal yang menandakan suatu
destruksi atau erosi

Anda mungkin juga menyukai