HIDROPS ENDOLIMFATIK
Disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam mengikuti
Program Pendidikan Profesi KSM Ilmu Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan
Leher
Pembimbing:
dr. NUCH SABUNGA, Sp.THT- KL
Disusun oleh:
THERESIA BORNOK BINTANG , S.Ked
FAB 118 080
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU TELINGA HIDUNG TENGGOROK
RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2019
1
LEMBAR PENGESAHAN
HIDROPS ENDOLIMFATIK
REFERAT
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir di KSM Ilmu
Telinga, Hidung dan Tenggorok
2
PERNYATAAN KEASLIAN
3
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya, penyusunan referat yang berjudul “Hidrops Endolimfatik” dapat
diselesaikan dengan baik. Referat ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam
kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Telinga, Hidung dan Tenggorok di RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya. Penulis menyadari bahwa dalamproses penulisan referat ini
banyak mengalami kendala, namun berkat dan bantuan, bimbingan dan kerjasama
dari berbagai pihak sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi.
Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih kepada Nuch
Sabunga, Sp.THT-KL yang membimbing dan membantu saya dalam penyusunan
referat ini, serta kepada dr. Moelyadhi Oetomo, Sp.THT-KL, dr. Nunun Chatra
Kristinae, Sp.THT-KL dan dr. selaku pembimbing klinis saya.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Kiranya referat ini dapat berguna
dan membantu generasi dokter-dokter muda selanjutnya maupun mahasiswa (i)
jurusan kesehatan lain yang sedang dalam menempuh pendidikan.
Penulis
DAFTAR ISI
4
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN …………………………………………... iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. vi
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang …………………………………………… 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………2
2.1. Anatomi Sistem Vestibular …………………………………...2
2.2. Fisiologi Sistem Vestibular ……………………….………… . 7
2.3. Patofisiologi Sistem Vestibular …………….……………….. 11
2.4. Hidrops Endolimfatik …………………………..…………… 11
2.4.1 Definisi ..……………………………………………… 11
2.4.2 Epidemiologi ..……………………..…………………. 11
2.4.3 Etiologi .………………….……………………………. 11
2.4.4 Klasifikasi ………………….………………………… 12
2.4.5 Tanda dan Gejala .……………………..……………… 15
2.4.6 Diagnosis .…………………………..…………………. 16
2.4.7 Tata Laksana …………………………..………………..17
BAB III KESIMPULAN ……….…….…………………………………….. 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 23
DAFTAR GAMBAR
5
Halaman
Gambar 1. Bagian-bagian telinga manusia ..............................…………… 2
Gambar 2. Anatomi Telinga Dalam ....................…………………….…….. 3
Gambar 3. Krista Ampularis ...............……………………………………... 4
Gambar 4. Anatomi Skema Labirin ....................................……………… 5
Gambar 5. Anatomi Koklea ................................................................... 6
Gambar 6. Hidrops Endolimfatik ........………………………........………… 12
Gambar 7. Meniere disease .........................................................…………… 13
6
BAB I
PENDAHULUAN
Organ vestibuler terletak di telinga dalam, terlindung oleh tulang yang paling
keras yang dimiliki oleh tubuh. Labirin secara umum adalah telinga dalam, tetapi
secara khusus dapat diartikan sebagai alat keseimbangan. Labirin terdiri atas labirin
tulang dan labirin membran. Antara labirin membran dan labirin tulang terdapat
perilimfa, sedangkan endolimfa terdapat di dalam labirin membran. Cairan endolimfa
mengalir dari ruangan endolimfa melewati akuaduktus vestibuler sampai ke kantung
emdolinfatik. Apabila terdapat obstruksi maka akan terjadi hidrops endolimfatik.1,2
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Utrikulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi oleh sel-sel rambut.
Menutupi sel-sel rambut ini adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus oleh silia
dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang mengandung kalsium dan dengan berat
jenis yang lebih besar daripada endolimfe. Karena pengaruh gravitasi, maka gaya dari
otolit akan membengkokkan silia sel-sel rambut dan menimbulkan rangsangan pada
reseptor.1
Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui suatu duktus yang sempit yang
juga merupakan saluran menuju sakus endolimfatik. Makula utrikulus terletak pada
bidang yang tegak lurus terhadap makula sakulus. Ketiga kanal semisirkular
bermuara pada utrikulus. Masing-masing kanal mempunyai suatu ujung yang melebar
membentuk ampula dan mengandung sel-sel rambut krista. Sel- sel rambut menonjol
pada pada suatu kupula gelatinosa (Gambar 2.3). Gerakan endolimfe dalam kanal
semisirkular akan menggerakan kupula yang selanjutnya akan membengkokkan silia
sel-sel rambut krista dan merangsang sel reseptor.1
Utrikulus dan sakulus mengandung organ reseptor lainnya, makula utrikula dan
makula sakula. Makula utrikulus terletak di dasar utrikulus paralel dengan dasar
tengkorak, dan makula sakula terletak secara vertikal di dinding medial sakulus. Sel-
3
sel rambut makula tertanam di membran gelatinosa yang mengandung kristal kalsium
karbonat, disebut statolit. Kristal tersebut ditopang oleh sel-sel penunjang.5
5
ruangan yaitu skala vestibuli, skala media dan skala timpani. Skala vestibuli dan skala
tympani berisi cairan perilim sedangkan skala media berisi endolimf. Skala vestibuli
dan skala media dipisahkan oleh membran reissner, skala media dan skala timpani
dipisahkan oleh membran basilar.7,8
7
belakang karena adanya inersia (kelembaman). Karena inersia, benda yang diam akan
tetap diam dan benda yang bergerak akan tetap bergerak, kecuali jika ada suatu gaya
luar yang bekerja padanya dan menyebabkan perubahan. 11,12
Ketika endolimfe tertinggal saat kepala mulai berputar, endolimfe yang terletak
sebidang dengan gerakan kepala pada dasarnya bergeser dengan arah yang
berlawanan dengan arah gerakan kepala (serupa dengan tubuh yang miring ke kanan
sewaktu mobil berbelok ke kiri). Gerakan ini menyebabkan kupula condong ke arah
yang berlawanan dengan arah gerakan kepala, membengkokkan rambut-rambut
sensorik yang terbedam di dalamnya. Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah
dan kecepatan yang sama, endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama dengan
kepala, sehingga rambut-rambut kembali ke posisi tegak mereka.12
Rambut-rambut pada sel rambut vestibular terdiri dari dua puluh sampai lima
puluh stereosilia, yaitu mikrovilo yang diperkuat oleh aktin dan satu silio, kinosilio.
Setiap sel rambut berorientasi sedemikian rupa, sehingga sel tersebut mengalami
depolarisasi ketika stereosilianya membengkok ke arah kinosilio; pembengkokan ke
arah yang berlawanan menyebabkan hiperpolarisasi sel. Sel-sel rambut membentuk
sinaps zat perantara kimiawi dengan ujung-ujung terminal neuron aferen yang akson-
aksonnya menyatu dengan akson struktur vestibular lain untuk membentuk saraf
8
vestibular. Saraf ini bersatu dengan saraf auditorius dari koklea untuk membentuk
saraf vestibulokolear. Depolarisasi sel-sel rambut meningkatkan kecepatan
pembentukan potensial aksi di serat-serat aferen; sebaliknya, ketika sel-sel rambut
meningkatkan kecepatan pembentukan potensial aksi di serat-serat aferen; sebaliknya,
ketika sel-sel rambut mengalami hiperpolarisasi, frekuensi potensial aksi di serat
aferen akan menurun. 11,12
9
masukan dari permukaan kulit, mata, sendi, dan otot untuk: (1) mempertahankan
keseimbangan dan postur yang diinginkan; (2) mengontrol otot mata eksternal,
sehingga mata tetap terfiksasi ke titik yang sama walaupun kepala bergerak; dan (3)
mempersepsikan gerakan dan orientasi. 12
Koklea mempunyai dua fungsi yaitu menerjemahkan energi suara ke suatu bentuk
yang sesuai untuk merangsang ujung saraf, auditorius yang dapat memberikan kode
parameter akustik sehingga otak dapat memproses informasi dalam stimulus suara.
Koklea di dalamnya terdapat proses transmisi hidrodinamik yaitu perpindahan energi
bunyi dari foramen ovale ke sel-sel bersilia dan proses transduksi yaitu pengubahan
pola energi bunyi pada OC menjadi potensial aksi dalam nervus auditorius.
Mekanisme transmisi terjadi karena stimuli bunyi menggetarkan perilim dalam skala
vestibuli dan endolim dalam skala media sehingga menggetarkan membrana basilaris.
Membrana basilaris merupakan suatu kesatuan yang berbentuk lempeng-lempeng
getar sehinga bila mendapat stimuli bunyi akan bergetar seperti gelombang disebut
traveling wave. Proses transduksi terjadi karena perubahan bentuk membran basilaris.
Perubahan tersebut karena bergesernya membrana retikularis dan membrana tektorial
akibat stimulis bunyi. Amplitudo maksimum pergeseran tersebut akan mempengaruhi
sel rambut dalam dan sel rambut luar sehinga terjadi loncatan potensial listrik.
Potensial listrik ini akan diteruskan oleh serabut saraf aferen yang berhubungan
dengan sel rambut sebagai impuls saraf ke otak untuk disadari sebagai sensasi
mendengar.10
Mikrofoni koklea adalah alternating current (AC) berada di koklea atau juga di
dekat foramen rotundum, dihasilkan area sel indera bersilia dan membrana tektoria
oleh pengaruh listrik akibat vibrasi suara pada silia atau sel inderanya. Potensial
sumasi termasuk DC tidak mengikuti rangsang suara dengan spontan, tetapi
sebanding dengan akar pangkat dua tekanan suara. Potensial sumasi dihasilkan sel-sel
indera bersilia dalam yang efektif pada intensitas suara tinggi. Sedangkan mikrofoni
koklea dihasilkan lebih banyak pada outer hair cell. Bila terdapat rangsangan diatas
nilai ambang, serabut saraf akan bereaksi menghasilkan potensial aksi. Serabut saraf
mempunyai penerimaan terhadap frekuensi optimum rangsang suara pada nilai
ambangnya, dan tidak bereaksi terhadap setiap intensitas. Potensial seluruh saraf
adalah potensial listrik yang dibangkitkan oleh serabut saraf auditori. Terekam
dengan elektroda di daerah foramen rotundum atau di daerah saraf auditori, memiliki
frekuensi tinggi dan onset yang cepat. Rangsangan suara dari koklea diteruskan oleh
nervus kranialis VIII ke korteks melalui nukleus koklearis ventralis dan dorsalis.
Jaras tersebut merupakan sistem pendengaran sentral. 9,10,11
11
rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan
terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom. Di samping itu,
respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal
yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala
lainnya.13
2.4.2. Epidemiologi
Angka prevalensi di Amerika Serikat menunjukkan sedikitnya 1.000 kasus
hidrop endolimfatik pada setiap 100.000. Faktor genetik merupakan salah satu faktor
terjadinya hidrops endolimfatik sejak ditemukannya setengah dari pasien dengan
hidrops endolimfatik yang memiliki riwayat keluarga yang sama. 4
2.4.3. Etiologi
Hidrops yang terjadi disebabkan oleh meningkatnya tekanan hidrostatik pada
ujung arteri, menurunnya tekanan osmotik dalam kapiler, meningkatnya
tekananosmotik ruang ekstrakapiler, jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat
(akibat jaringan parut atau karena defek dari sejak lahir). Hidrops endolimfa ini lama
kelamaan menyebabkan penekanan yang bila mencapai dilatasi maksimal akan terjadi
ruptur labirin membran dan endolimfa akan bercampur dengan perilimfa.
Pencampuran ini menyebabkan potensial aksi di telinga dalam sehingga
menimbulkan gejala vertigo, tinnitus, dan gangguan pendengaran serta rasa penuh di
telinga. Ketika tekanan sudah sama, maka membran akan sembuh dengan sendirinya
12
dan cairan perilimfe dan endolimfe tidak bercampur kembali namun penyembuhan ini
tidak sempurna.1,3,14
2.4.4. Klasifikasi
Hydrops endolimfatik terbagi menjadi Hidrops endolimfatik primer
(idiopatik) dan Hydrops endolimfatik sekunder.3
13
dan episodik; tuli sensorineural yang biasanya fluktiatif; tinitus. Penyebab pasti
penyakit Meniere belum diketahui. Penambahan volume endolimfa diperkirakan oleh
adanya gangguan kimia endolimfa dan gangguan klinik pada membran labirin.1,4
Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat penyakit Meniere antara lain
Gejala anxietas, vertigo yang menetap atau berulang, gangguan keseimbangan dan
ketulian yang progresif.4
15
Perawatan hidrops endolimfatik sekunder (SEH) agak berbeda. Karena SEH
adalah sekunder dari (yaitu, hasil dari) gangguan yang mendasarinya, gejalanya
cenderung hadir lebih terus menerus, daripada terjadi dalam serangan spontan.
Namun, mereka sering kurang keras, dan SEH dapat menyebabkan lebih sedikit
kerusakan pendengaran dan keseimbangan daripada penyakit Ménière.
Pengobatan SEH memiliki lima tujuan: untuk menstabilkan tingkat cairan dan
elektrolit tubuh; untuk mengidentifikasi dan merawat kondisi mendasar yang
mendorong SEH; untuk memperbaiki gejala harian; untuk mengelola gejala dan
perubahan persisten; dan untuk menjaga kualitas hidup.
A. Tinitus
B. Vertigo
C. Gangguan Pendengaran
16
Penurunan pendengaran yang berhubungan adalah tuli nada rendah.
Pendengaran cenderung menurun selama serangan dan membaik setelah serangan.
Gangguan pendengaran mungkin terasa hanya berkurang sedikit pada awal serangan,
namun seiring dengan berjalannya waktu dapat terjadi kehilangan pendengaran yang
tetap. 1,3
2.4.6 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis keluhan pada pasien yaitu : 1) tinitus 2)
vertigo hilang timbul, 3) fluktuasi gangguan pendengaran 4) Perasaan penuh pada
telinga. Pemeriksaan fisik diperlukan hanya untuk menguatkan diagnosis penyakit ini.
Dalam hal yang meragukan kita dapat membuktikan adanya hidrops dengan tes
gliserin. Selain itu tes gliserin ini berguna untuk menentukan prognosis tindakan
operatif pada pembuatan “shunt”. Bila terdapat hidrops, maka operasi diduga akan
berhasil dengan baik.1,3,4
Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien akan diminta menjalani
beberapa studi diagnostik untuk menyingkirkan penyebab gejala selain gangguan
telinga bagian dalam. Ini dapat berupa tes darah, tes pendengaran, x-ray, CT scan atau
MRI otak dan telinga bagian dalam atau electrocochleography. Pemeriksaan
audiometri (tes pendengaran) dilakukan untuk mencari tipe-tipe khas gangguan
pendengaran pada telinga yang terkena. Tympanometry juga dilakukan untuk
menentukan apakah gejala tekanan dapat berasal dari telinga tengah daripada telinga
dalam. 1,14
17
Electrocochleography dapat mengindikasikan peningkatan tekanan cairan
telinga bagian dalam pada beberapa kasus hidrops endolimfatik. Dalam tes ini sebuah
elektroda kecil ditempatkan di saluran telinga dekat telinga bagian dalam. Impuls
listrik kecil dari sel-sel rambut pendengaran di telinga bagian dalam kemudian
direkam dan perubahan karakteristik yang terlihat dalam kondisi tekanan telinga
bagian dalam dicari. 1,14
Pemeriksaan ENG (electronystagmography) dan VEMP (vestibular evoked
potensial myogenic) dapat dilakukan. Sama seperti tes pendengaran mengukur fungsi
ujung saraf pendengaran, ENG dan VEMP mengukur kekuatan dan fungsi ujung saraf
di ujung keseimbangan telinga bagian dalam. Gerakan dapat digunakan untuk
menguji sistem keseimbangan. Pada sekitar 50% pasien fungsi keseimbangan
berkurang telinga yang sakit. Tes keseimbangan lainnya seperti pengujian rotasi atau
uji platform keseimbangan juga dapat dilakukan untuk mengevaluasi sistem
keseimbangan. Computed Tomography (CT scanning) atau magnetic resonance
imaging (MRI) mungkin diperlukan untuk menyingkirkan lainnya penyebab beberapa
gejala yang dialami pasien sebelum mereka dapat dikaitkan dengan endolimfatik
hidrops.1,3,14
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
23
8. Liston SL, Duvall AJ. Embriologi, anatomi dan fisiologi telinga. Dalam: Boeis
eds. Boeis buku ajar penyakit THT. Alih bahasa: Caroline W. 6th ed. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC, 1997:30-8
9. Meyerhoff WL, Carter JB. Anatomy and physiology of hearing. In: Meyerhoff
WL eds. Diagnosis and management of hearing loss. Philadelphia: WB Saunders,
1984: 1 -12.
10. Ballenger JJ. Penyakit telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. Alih bahasa:
Staf pengajar FKUI-RSCM. 13rd ed. Jakarta: Binarupa Aksara, 1997:105-9.
11. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Alih bahasa: Setiawan I,
Tengadi KA, Santoso A. 1st ed. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 1997: 827-34.
13. Chain, TC. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient with
Dizziness and Vertigo. Illnois Journal: Wolter kluwerlippincot William and
wilkins. 2009.
15. Susan Pesznecker, RN. Secondary Endolymphatic Hydrops, with the Vestibular
Disorders Association. Updates by Jeremy Hinton, DPT. 2010
16. Mybiosource.com(Internet).available
from:https://www.mybiosource.com/learn/endolymphatic-hydrops/ Accessed on
August 23 th, 2019
24
17. Levine SC. Penyakit Telinga Dalam. Dalam : BOEIS Buku Ajar THT Edisi ke 6.
Editor : Efendi H, Santosa K. Jakarta : EGC. 1997. 136-137.
18. Levenson, Mark J. Home of the Surgery Information Centre. Meniere Syndrome.
2009. Available at http://www.earsurgery.org/site/pages/conditions/menieres-
syndrome.php accessed on August 26th, 2019.
19. Becker W, Naumann HH, Pfalfz CR. A Pocket Reference Ear, Nose, and Throat
Disease. Second Revised Edition. New York : Thiemes; 2004. 100-101
25