Anda di halaman 1dari 45

ABORTUS INKOMPLIT

Oleh:
Elysabeth Ellen (0461050060)
PENDAHULUAN
Penyebab utama kematian maternal :
 Perdarahan

 Preeklamsi atau Eklamsia

 Infeksi
 Perdarahan sebenarnya dapat terjadi bukan
saja selama kehamilan, tetapi dapat juga terjadi
pada masa sebelum persalinan, sesudah
persalinan ataupun pada masa nifas.

 Sekitar 20% wanita hamil mengalami


perdarahan pada awal kehamilan dan hampir
separuhnya mengalami abortus.
 Di Indonesia terdapat 43 kasus abortus per 100
kelahiran hidup (Utomo,2001)

 Hal ini menunjukan masih rendahnya


pelayanan persalinan di negara kita

 Pelayanan intrapartum yang baik akan


berdampak pada penurunan kematian ibu dan
bayi baru lahir.
ABORTUS
 Abortus adalah ancaman atau pengeluaran
hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram.

 Diperkirakan frekuensi abortus spontan


berkisar 10-15% dari seluruh kehamilan yang
ada.
ETIOLOGI
 Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa
menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum
usia 8 minggu.
 Kelainan pada plasenta
 Faktor maternal
 Kelainan traktus genitalia
MANIFESTASI KLINIK
 Terlambat haid atau amenore kurang dari 20
minggu.
 Perdarahan pervaginam, mungkin disertai
keluarnya jaringan hasil konsepsi
 Rasa mulas atau keram perut di daerah atas
simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus
Pada pemeriksaan fisik :
 Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran

menurun

 Tekanan darah normal atau menurun, denyut


nadi normal atau cepat dan kecil

 Suhu badan normal atau meningkat.


 Pemeriksaan ginekologi :
Inspeksi vulva :
- Perdarahan pervaginam
- Ada / tidak jaringan hasil konsepsi
- Tercium/tidak bau busuk dari vulva
Inspekulo :
- Perdarahan dari kavum uteri
- Ostium uteri terbuka atau sudah tertutup
- Ada/tidak jaringan keluar dari ostium
- Ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk
dari ostium.
Colok vagina :
- Porsio masih terbuka atau sudah tertutup
- Teraba tidak jaringan dalam kavum uteri
- Besar uterus sesuai/lebih kecil dari usia
kehamilan
- Tidak nyeri saat porsio digoyang
- Tidak nyeri pada perabaan adneksa
- Kavum Douglasi tidak menonjol dan tidak
nyeri.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup,
bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus
 Pemeriksaan Doppler atau USG untuk
menentukan apakah janin masih hidup
 Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada
missed abortion
KOMPLIKASI
 Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
 Pada missed abortion dengan retensi lama hasil
konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan
darah.
JENIS – JENIS ABORTUS
IMMINENES
HABITUALIS INSIPIENS

TERAPEUTIK ABORTUS INKOMPLIT

KOMPLIT
SEPTIK MISSED ABORTUS
ABORTUS INKOMPLIT
 Abortus inkompletus adalah peristiwa
pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dengan masih
ada sisa tertinggal dalam uterus.
 Ciri : perdarahan yang banyak, disertai
kontraksi, serviks terbuka, sebagian jaringan
keluar.
PENATALAKSANAAN
 Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus
cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan selekas
mungkin ditransfusi darah
 Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret
tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuscular
 Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih
tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara
manual.
 Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
TEKNIK BEDAH UNTUK ABORSI
Dilatasi dan Kuretase
Abortus bedah mula-mula dilakukan dengan
mendilatasi servik dan kemudian
mengosongkan uterus dengan mengorek isi
uterus (kuretase tajam) secara mekanis,
melakukan aspirasi vakum (kuretase isap) atau
keduanya.
DILATASI & KURETASE
 Penyulit
- Perforasi uterus
- Laserasi serviks
- Perdarahan pengeluaran janin
- Plasenta yang tidak lengkap I
- Infeksi meningkat setelah trimester pertama
→ Dilakukan sebelum minggu
ke-14.
DILATASI & KURETASE
 Usia gestasi diatas 16 minggu → dilatasi dan
evakuasi
 Tindakan ini berupa dilatasi seviks lebar
diikuti dengan dekstruksi dan evakuasi
mekanis bagian-bagian janin. Setelah janin
seluruhnya dikeluarkan digunakan kuret
vakum berlobang besar untuk mengeluarkan
plasenta dan jaringan yang tersisa
INDUKSI ABORTUS SECARA
MEDIS
 Pemberian oksitosin dalam dosis tinggi dalam cairan
intravena dapat menginduksi abortus dalam
kehamilan trimester kedua.
 Salah satu regimennya adalah campuran 10 ampul
oksitosin 1 ml (10 IU/ml) ke dalam 1000 ml larutan
ringer laktat.
 Infus intravena dimulai dengan kecepatan 0.5
ml/menit . Kecepatan infuse ditambah setiap 15
sampai 30 menit sampai maksimum 2 ml/ menit.
 Apabila belum terjadi kontraksi yang efektif
konsentrasi oksitosin di dalam cairan infus
ditingkatkan.
IKHTISAR KASUS
Identitas istri Indentitas suami
Nama : Ny AM Nama : Tn S
Umur : 23 tahun Umur : 25 tahun
Alamat : Kelurahan Marga Alamat : Kelurahan Marga
Jaya, Bekasi Jaya, Bekasi
Selatan Selatan
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : Karyawan
Pendidikan D3 Pendidikan : SMK
ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 15 Juli
2009 pada pukul 10.30
Keluhan Utama
Pasien datang karena perdarahan yang keluar
sejak 1 bulan SMRS
Keluhan tambahan
Nyeri perut bagian bawah seperti ditusuk-
tusuk
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari
kemaluannya sejak 1 bulan SMRS. Awalnya darah
keluar kental merah kehitaman sebanyak 2-3
pembalut setiap harinya lalu pasien pergi ke klinik
dokter kandungan dan diberi obat. Obat yang
diberikan ada 2 macam, yaitu antibiotic dan obat
penghilang rasa sakit. Pada saat itu pasien dinyatakan
keguguran.1 minggu sebelum terjadinya perdarahan,
pasien sering pulang malam karena lembur kerja di
kantor. Hingga saat ini darah masih tetap keluar dan
lebih cair berwarna merah. Banyaknya 2 pembalut
setiap harinya, dan pasien merasakan nyeri perut
bawahnya. Hasil pemeriksaan kehamilan (+)
 Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak Ada

 Riwayat Penyakit Sekarang


Hipertensi (-). Diabetes Melitus (-), Asma (-),
Alergi (-)

 Riwayat Penyakit Keluarga


Hipertensi (-). Diabetes Melitus (-), Asma (-),
Alergi (-)
 Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus : teratur 28 hari
Lamanya : 3 – 4 hari
Banyaknya : 3 – 4 kali ganti pembalut
Dissmenorhoe : -
HPHT : 15 April 2009
 Riwayat Pernikahan
1 x ( 12 Desember 2007 )
 Riwayat Persalinan
I.Saat ini
 Riwayat Keluarga Berencana
Pasien belum pernah menggunakan KB
 Riwayat Operasi
Pasien belum pernah menjalani tindakan
operasi
 Riwayat Kebiasaan Hidup
Pasien tidak merokok ataupun minum
alcohol
PEMERIKSAAN FISIK
Ku/ Kes : sakit sedang / CM
 TD : 110/70 mmHg

 N : 104 x/menit
 R : 20 x/menit
 S : 36,5 ºc
Status generalis
 Mata : anemis +/+, ikterik -/-
 Leher : KGB tidak membesar,tyroid tidak teraba
membesar
 Jantung : S1-S2 regular, murmur(-), gallop(-)
 Paru : Sn vesikuler, Rh-/- , wh-/-
 Ekstremitas : akral hangat, oedem -/-
 Status Gynaekologi
Abdomen
- Inspeksi : perut tampak datar, linea nigra (-),
striae gravidarum (-)
- Palpasi : Nyeri tekan (+), tanda akut
abdomen (- )
- Perkusi : Tympani, nyeri ketok (-)
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
Genital
Inspeksi : Tampak adanya perdarahan
pervaginam
 Inspekulo : Flour albus (+++), fluksus (+),
sondage 7 cm
 VT : Orificium uteri eksternum tertutup
LABORATORIUM
Tanggal 15 Juli 2009
Leukosit : 7200/ml
Hb : 10 gr/dl
Ht : 39.6 %
Trombosit : 233 000 /ml
Masa Perdarahan : 3 menit
Masa Pembekuan : 11 menit
ULTRASONOGRAFI
Tanggal 15 Juli 2009
Kesan : Terdapat sisa jaringan
DIAGNOSIS
► G1P0A0
Hamil 12 minggu dengan perdarahan
pervaginam ec abortus inkomplit
PENATALAKSANAAN
Pertolongan pertama
 Memasang kanul IV berlubang besar ( ukuran
18) dan memulai infus larutan Ringer laktat
dengan 20 tetesan/menit
 Memasang oksigen 100% 3 LPM pada pasien

 Memasang laminaria 2 Stiff

 Memasang kateter foley

►Pada tanggal 16 Juli dilakukan tindakan


kurretage
Instruksi Post Kuret
 Obeservasi TNSP, perdarahan, tanda akut abdomen, kontraksi
uterus
 Cek Hb 6 jam post kuret jika < 8 gr/dl → transfusi PRC

 AFF tampoon besok pagi

 Terapi :

- Trixon inj 1 gr 1x1


- As Tranexamat 1x1 amp
- Pitogin 1x1 amp
- Myomergin 1x1 amp
- Trunal dx 1x1 amp
 Terapi oral Hari ke-2 :
- Cefarox 2x1 tab
- Mefinal 3x1 tab
- Ferofort 1x1 tab
- Pospargin 3x1 tab
FOLLOW UP
TGL S O A P

16/7 Perut terasa KU/kes: TSR / CM G1P0AO hamil Pro Kuret


2009 mulas, tidak TD: 100/60 mmHg 12 minggu
bisa tidur, N : 72 x / mnt dengan
perdarahan
perdarahan(-) RR: 19x/’ pervaginam ec
S :36,7°C abortus
St. generalis: inkomplit
Mata : CA - / -
St. Gynaekologi :
I : perut tampak datar,
perdarahan(-)
Pal : TFU tidak teraba, NT
(+), NL (-)
Per : tympani, NK (-)
Aus : BU (+) normal
17/7/ - KU/kes: Baik / CM P0A1 post Cefarox 2x1
2009 TD:110/60 mmHg kurretage ai Mefinal 3x1
N : 84 x / menit abortus inkomplit Ferofort 1x1
RR 18 x/mnt Pospargin 3x1
S : 36 °C
St. Generalis :
Mata : CA - / -, SI -/-
St. gynaekologi :
I : perut tampak datar,
perdarahan(-)
Pal : NT (-), NL (-)
Per : tympani, NK (-) → pasien pulang
Aus : BU (+) normal
ANALISA KASUS
Analisa anamnesis
 Pada pasien ini ditemukan adanya perdarahan

pada saat usia kehamilan kurang lebih 12


minggu.
 Perdarahan yang cukup banyak disertai
gumpalan-gumpalan yang mungkin juga
disertai dengan adanya pengeluaran sisa-sisa
jaringan janin.
 Berdasarkan sumber dari literature yang ada
perdarahan pada pasien ini disebabkan karena
adanya abortus.

 Penyebab terjadinya abortus pada pasien ini


mungkin akibat pasien terlalu lelah dan stress
dalam bekerja → tidak mendukung lingkungan
tempat endometrium di sekitar implantasi yang
mengakibatkan pemberian zat-zat makanan ke
janin menjadi terganggu.
Analisa Pemeriksaan Fisik

Tekanan darah yang sedikit menurun


Nadi yang meningkat.

Syok Terkompensasi
Pemeriksaan Abdomen
 Ditemukan adanya nyeri tekan pada perut

bagian bawah.
 Nyeri → kontraksi uterus

Uterus berkontraksi untuk mengeluarkan sisa


jaringan didalamnya.
Pemeriksaan Genital
 Fluksus yang cukup banyak

 Orificium uteri eksternum dalam keadaan


tertutup → pasang laminaria
Analisa pemeriksaan penunjang
 Dari hasil laboratorium didapatkan kadar Hb :

10 g/dl → anemia ringan


 Pada pemeriksaan USG didapati adanya sisa

jaringan → keadaan kantung gestasi sudah


tidak utuh → sudah sebagian dikeluarkan pada
saat pasien mengalami perdarahan.
Penanganan Pertama
 Mengganti cairan yang hilang untuk mencegah
terjadinya syok
→ Memasang kanul IV berlubang besar dan
memulai infus larutan Ringer laktat dengan 20
tetesan/menit
→ Pemantauan urine dengan pemasangan
foley kateter
 Transfusi pada pasien ini tidak dilakukan
karena kadar hemoglobin pasien menunjukan
pasien masih dalam keadaan anemia ringan
yang belum membutuhkan transfusi darah
 Sebaiknya pada penanganan pertama ini tetap
dilakukan pemantauan perdarahan setiap 2 jam
dan pemantauan keluaran urine setiap 4 jam.
Hal ini penting agar keadaan syok dapat
ditangani lebih awal.
Penatalaksanaan Aktif
→ Dilakukan tindakan kuretase

 Setelah tindakan kuretage tetap dilakukan,


pemantauan terhadap tanda-tanda vital,
perdarahan serta kontraksi uterus
 Pemberian obat-obatan setelah tindakan
kuretage dapat membantu pemulihan keadaan
pasien setelah perdarahan
KESIMPULAN
 Prinsip penanganan awal pada kasus perdarahan
selama kehamilan → mencegah terjadinya syok berat
→ penggantian cairan yang hilang dan pemantauan
keluaran urin serta perdarahan.
 Sekitar 20% wanita hamil mengalami perdarahan
pada awal kehamilan dan hampir separuhnya
mengalami abortus.
 Terminasi pada perdarahan pervaginam <12minggu
dilakukan dengan cara dilatasi dan kuretage.
SARAN
 Para pelayan kesehatan seharusnya lebih
mawas terhadap tanda-tanda kemungkinan
adanya perdarahan selama kehamilan.
 Edukasi pada setiap wanita hamil tentang
pentingnya pemeriksaan ante natal juga harus
lebih ditingkatkan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai