FAKULITAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN 2020
LEMBAR PENILAIAN
Kelompok : 2 (Dua)
Tutor Ke : 2 (Dua)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Referensi
Total Skor
Depok, ……………………2020
( )
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjat kan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karuniaNya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah tutorial sistem
muskuloskeletal tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah
SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat.
Penyusun
DAFTAR ISI
Lembar Penilaian
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
3.3.1 Anamnesis
BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Neoplasma merupakan massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan
dan tidak terkoordinasi dengan pertumbuhan jaringan normal serta terus demikian
walaupun rangsangan yang memicu perubahan itu telah berhenti. Neoplasma
menggambarkan kapan sel-sel ini berkembang biak secara abnormal yang tidak
terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya. Sel-sel abnormal ini tidak dapat dikendalikan
seperti sel-sel normal, karena mereka tidak mati pada saat yang seharusnya dan mereka
membelah lebih cepat. Saat pertumbuhan yang berlebihan ini berlanjut, benjolan atau tumor
yang tidak memiliki tujuan atau fungsi dalam tubuh akhirnya terbentuk. (23) (24)
Neoplasma jinak merupakan bentuk proliferasi jaringan non-kanker seperti tahi lalat
pada kulit, lipoma, atau fibroid uterus. Neoplasma tidak berubah menjadi kanker dan
biasanya tidak mengancam nyawa, tetapi bergantung pada lokasinya, pertumbuhan jinak
dapat menyebabkan gejala dan tanda jika ia menekan struktur penting di sekitarnya seperti
kelenjar atau saraf. Tumor jinak cenderung tumbuh lebih lambat daripada tumor ganas dan
tidak memiliki kapasitas untuk menyerang jaringan disekitarnya atau menyebar ke area lain
di tubuh (metastasis), seperti halnya kanker. Penyebab neoplasma jinak seringkali tidak
diketahui, tetapi faktor-faktor seperti paparan radiasi; genetika; diet; peradangan; infeksi
dan trauma atau cedera lokal mungkin terkait dengan pertumbuhan ini. (24)
Neoplasma yang telah menjadi kanker memiliki pertumbuhan sel yang tidak normal
dan dapat menyerang jaringan lain. Jika tidak diobati, sel-sel kanker ini terus membelah
dan berkembang biak dengan cepat secara tidak terkontrol dan tidak normal. Tumor
menjadi lebih besar dan pada akhirnya dapat menyerang jaringan disekitarnya atau
menyebar ke bagian tubuh yang jauh melalui aliran darah atau sistem limfatik. Jika banyak
organ atau organ vital seperti otak atau hati rusak parah akibat kanker, maka kematian akan
terjadi. (24)
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep Anatomi Punggung?
2. Bagaimana konsep dari Histologi Jaringan?
3. Bagaimana konsep dari Fisiologi kesemutan?
4. Menjelaskan tentang penyakit Tumor Lipoma?
5. Menjelaskan apa yang dimaksud dari Liposarkoma, Kista Ganglion, dan Kista
Epidermal?
6. Menjelaskan Tatalaksana untuk Diagnosis Klinis
C. TUJUAN
Gambar 1
Sumber : Buku Sobotta
Columna vertebralis juga memiliki sifat yang fleksibel karena terdiri dari beberapa
kumpulan tulang yang relatif kecil, yaitu vertebrae yang dipisahkan oleh discus
intervertebralis yang bersifat lentur. Kedua puluh lima vertebrae juga berartikulasi pada
articulatio zygapophysialis synovial sehingga dapat mempermudah fleksibilitas dan
pengontrolan columna vertebralis. (1)
Gambar 3
Gambar 4
A. Histologi Otot
Miofilamen:
Gelendong otot
Gambar 11. Gelendong otot (muscle spindle) dan secara histologinya
Reseptor sensorik berkapsul, terdiri dari serat otot intrafusal (8-10) Ruang periaksial
yang berisi cairan dan Saraf. Fungsinya inisiasi stretch reflek menjadi respon protektif
mencegah serat otot robek. (2)
B. Jaringan Adiposa
Jaringan adiposa (lemak) adalah jenis jaringan ikat khusus,yang terutama terdiri atas
sel-sel lemak atau adiposa, Sel-sel ini dapat tersebar sendiri-sendiri atau berupa kelompok
didalam jaringan ikat iregular atau longgar. Jaringan adiposa merupakan gudang energi
terbesar (dalam bentuk trigliserida, lemak netral) di tubuh. Organ lain yang menimbun
energi, terutama hati dan otot rangka, melakukannya dalam bentuk glikogen. Jaringan
adiposa juga mengisi ruang antara jaringan lain dan membantu menahan sejumlah organ di
tempatnya. Jaringan adiposa subkutan membantu membentuk permukaan tubuh, sedangkan
yang terdapat dalam bentuk bantalan berfungsi sebagai peredam goncangan, terutama di
telapak tangan dan telapak kaki. (4)
Terdapat dua jenis jaringan adiposa dengan lokasi, struktur,warna dan ciri patologis
yang berbeda:
Source: Mescher, A. L. (2012). Histologi Dasar Junqueira edisi 12. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
D. Histogenesis adiposa putih
Histogenesis jaringan adiposit putih seperti sel penghasil serat jaringan ikat, adiposit
mengalami diferensiasi dari sel mesenkimal embrionik. Diferensiasi semacam itu pertama
kali terlihat dengan munculnya lipoblas. Lipoblas muda mirip dengan fibroblas tetapi
sanggup menimbun lemak dalam sitoplasmanya. Timbunan lemak ini mula-mula saling
terpisah tetapi segera menyatu membentuk satu tetes besar, yang khas untuk sei jaringan
adiposa unilokular. Manusia adalah satu dari sedikit mamalia yang lahir dengan timbunan
lemak, yang mulai ditimbun pada minggu ke-30 kehamilan dan berkembang baik saat
kelahiran baik dikompartemen viseral maupun subkutan. Setelah lahir, pembentukan
adiposit baru umum dijumpai di sekitar pembuluh darah kecil, tempat sel mesenkim berada
dalam jumlah yang relatif banyak. Kelebihan pembentukan jaringan adiposa, atau
obesitas,terjadi ketika asupan energi melebihi pengeluaran energi. Meskipun sel lemak
dapat berdiferensiasi dari sel punca mesenkimal seumur hidup, obesitas dengan onset pada
usia dewasa umumnya diyakini melibatkan peningkatan ukuran atau hipertrofi adiposit
yang sudah ada (obesitas hipertrofik). Obesitas pada masa kanak-kanak dapat melibatkan
peningkatan ukuran adiposit dan pembentukan adiposit baru melalui diferensiasi dan
hiperplasia pra-adiposit dari sel mesenkim. Peningkatan jumlah adiposit awal ini dapat
membuat seseorang rentan mengalami obesitas hiperplastik dikemudian hari. (4)
Source: Mescher, A. L. (2012). Histologi Dasar Junqueira edisi 12. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
G. Histopatologi Lipoma
Source: https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-319-01748-8_62
2.3 FISIOLOGI NYERI DAN KESEMUTAN
MEKANISME KESEMUTAN
Patofisiologi kesemutan ialah adanya perubahan fungsi saraf atau jalur saraf.
Kesemutan dianggap mewakili pancaran impuls abnormal yang dihasilkan dari ectopic
focus dan dapat timbul dari kelainan di mana saja di sepanjang jalur sensorik, dari saraf
perifer ke korteks sensorik. Kesemutan dapat disebabkan oleh sistem saraf pusat atau
kelainan sistem saraf tepi. Penyebab sistem saraf pusat termasuk iskemia, obstruksi,
kompresi, infeksi, peradangan dan kondisi degeneratif. Penyebab kesemutan yang diinduksi
perifer paling umum adalah neuropati. Neuropati perifer dapat disebabkan oleh gangguan
metabolik, sindrom jebakan, trauma, kondisi inflamasi, gangguan jaringan ikat, cedera
toksik, kondisi keturunan, keganasan, defisiensi nutrisi, infeksi, dan penyebab lain-lain.
Beberapa neuropati perifer yang umum termasuk yang sekunder terhadap diabetes,
hipotiroidisme, defisiensi vitamin B12, alkoholisme dan sindrom penjeratan saraf. (3)
MEKANISME NYERI
Nyeri merupakan suatu bentuk peringatan akan adanya bahaya kerusakan jaringan.
Pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan oleh stimulus noksius yang diperantarai
oleh sistem sensorik nosiseptif. Sistem ini berjalan mulai dari perifer melalui medulla
spinalis, batang otak, thalamus dan korteks serebri. Apabila telah terjadi kerusakan
jaringan, maka sistem nosiseptif akan bergeser fungsinya dari fungsi protektif menjadi
fungsi yang membantu perbaikan jaringan yang rusak. Nyeri inflamasi merupakan salah
satu bentuk untuk mempercepat perbaikan kerusakan jaringan. Sensitivitas akan meningkat,
sehingga stimulus non noksius atau noksius ringan yang mengenai bagian yang meradang
akan menyebabkan nyeri. Nyeri inflamasi akan menurunkan derajat kerusakan dan
menghilangkan respon inflamasi. (22)
Sensitisasi perifer
Sistem nosiseptor perifer mengalami sensitisasi. sistem ini bertanggung jawab
terhadap munculnya hipersensitivitas nyeri setelah cedera. Cidera atau inflamasi jaringan
akan menyebabkan munculnya perubahan lingkungan kimiawi pada akhir nosiseptor. Sel
yang rusak akan melepaskan komponen intraselulernya seperti adenosine trifosfat, ion K + ,
pH menurun, sel inflamasi akan menghasilkan sitokin, chemokine dan growth factor.
Beberapa komponen diatas akan langsung merangsang nosiseptor (nociceptor activators)
dan komponen lainnya akan menyebabkan nosiseptor menjadi lebih hipersensitif terhadap
rangsangan berikutnya (nociceptor sensitizers). (22)
Komponen sensitisasi, misalnya prostaglandin E2 akan mereduksi ambang aktivasi
nosiseptor dan meningkatkan kepekaan ujung saraf dengan cara berikatan pada reseptor
spesifik di nosiseptor. Berbagai komponen yang menyebabkan sensitisasi akan muncul
secara bersamaan, penghambatan hanya pada salah satu substansi kimia tersebut tidak akan
menghilangkan sensitisasi perifer. Sensitisasi perifer akan menurunkan ambang rangsang
dan berperan dalam meningkatkan sensitifitas nyeri di tempat cedera atau inflamasi. (22)
Sensitisasi sentral
Sama halnya dengan sistem nosiseptor perifer, maka transmisi nosiseptor di sentral
juga dapat mengalami sensitisasi. Sensitisasi sentral dan perifer bertanggung jawab
terhadap munculnya hipersensitivitas nyeri setelah cedera. Sensitisasi sentral memfasilitasi
dan memperkuat transfer sinaptik dari nosiseptor ke neuron kornu dorsalis. (22)
Pada awalnya proses ini dipacu oleh input nosiseptor ke medulla spinalis (activity
dependent), kemudian terjadi perubahan molekuler neuron (transcription dependent).
Sensitisasi sentral dan perifer merupakan contoh plastisitas sistem saraf, dimana terjadi
perubahan fungsi sebagai respon perubahan input (kerusakan jaringan). Dalam beberapa
detik setelah kerusakan jaringan yang hebat akan terjadi aliran sensoris yang masif kedalam
medulla spinalis, ini akan menyebabkan jaringan saraf dalam medula spinalis menjadi
hiperesponsif. Reaksi ini akan menyebabkan munculnya rangsangan nyeri akibat stimulus
non noksius dan pada daerah yang jauh dari jaringan cedera juga akan menjadi lebih
sensitif terhadap rangsangan nyeri. (22)
2.4 DIAGNOSIS KLINIS
LIPOMA
1. Definisi Lipoma
Lipoma adalah suatu tumor jinak yang berada dibawah kulit dan terdiri dari
lemak. sebagian besar berada dekat permukaan kulit (superficial) dan berlokasi di
kepala, leher, bahu, badan, punggung atau lengan. (10)
Lipoma adalah tumor jinak subkutis yang berisi jaringan lemak. Lipoma
juga merupakan tumor mesenkim jinak (benign mesenchymal tumors) yang berasal
dari jaringan lemak (adipocytes) (Siregar, 2002: 268). Lipoma ini tumor yang paling
sering di temukan yang dapat muncul dimana saja di semua bagian tubuh namun
umumnya pada jaringan subkutis. (12) (11)
2. Epidemiologi
Lipoma adalah tumor jaringan lunak yang paling umum dengan prevalensi
sebesar 2,1 per 1.000 orang Lebih banyak terjadi pada perempuan daripada Laki-
laki Lipoma dijumpai pada usia lanjut (40-60 tahun) namun juga dapat dijumpai
pada anak-anak. Karena lipoma merupakan lemak, maka dapat muncul dimanapun
pada tubuh ini. Jenis yang paling sering adalah yang berada lebih ke permukaan
kulit (superficial). Lipoma lebih sering ditemukan pada wanita. Hal ini disebabkan
karena wanita memiliki massa lemak yang lebih banyak daripada pria, karena
lipoma merupakan lemak, maka dapat muncul dimanapun pada tubuh ini. Lipoma
sering tumbuh di lengan. Batang tubuh dan leher bagian belakang. Jenis yang
letaknya lebih dalam dari kulit seperti dalam otot, syaraf, sendi ataupun tendon. (13)
3. Etiologi
Biasanya lipoma dijumpai pada usia lanjut (40-60 tahun), namun juga
dapat dijumpai pada anak-anak. Karena lipoma merupakan lemak, maka dapat
muncul dimanapun pada tubuh ini. Jenis yang paling sering adalah yang berada
lebih ke permukaan kulit (superficial). Biasanya lipoma berlokasi di kepala,
leher, bahu, badan, punggung, atau lengan. Jenis yang lain adalah yang letaknya
lebih dalam dari kulit seperti dalam otot, saraf, sendi, ataupun tendon. (11)
1. Degenerasi lemak
2. Hereditar
3. Hormonal
4. Trauma
5. Infeksi
6. Iritasi kronis
7. Metafase sel otot
8. Lipoblastic embryonic cell nest in origin
9. Bahan karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi)
10. Genetik
11. Immunologi, virus
12. Lingkungan
4. Patofisiologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak (soft tissue tumors [STTs]) adalah
proliferasi masenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh, tidak
termasuk visera, selaput otak, dan sistem limforetikuler. Dapat timbul di tempat di
mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah, terutama daerah paha,
20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan dan
retroperitoneum. (11)
Lipoma adalah neoplasma jaringan lunak jinak yang paling sering terjadi pada
orang dewasa. Neoplasma ini jinak tumbuh lambat yang terdiri dari sel-sel lemak
matang. Dimana tampak metabolic sel-sel lipoma berbeda dari sel normal meskipun sel-
sel tersebut secara histologis serupa. Jaringan lemak berasal dari jaringan ikat yang
berfungsi sebagai depot lemak. Jaringan lemak ini adalah jaringan yang spesial terdiri
dari sel specific yang mempunyai vaskularisasi tinggi, berlobus dan berfungsi sebagai
depot lemak untuk keperluan metabolism. (13)
Apabila lipoma membesar akan tampak sebagai suatu penonjolan yang dapat
menekan jaringan di sekitarnya. Pada dasar mulut, pembesaran lipoma dapat
mengganggu fungsi pengunyahan dan fungsi bi.ara$ sedangkan pertumbuhannya
menekan gigi geligi maka dapat menyebabkan tanggalnya gigi di sekitar lipoma
tersebut. (13)
5. Manifestasi Klinis
6. Gejala Klinis
Lipoma bersifat lunak pada perabaan, dapat digerakkan, dan tidak nyeri.
Pertumbuhannya sangat lambat dan jarang sekali menjadi ganas. Lipoma
kebanyakan berukuran kecil, namun dapat tumbuh hingga mencapai lebih dari
diameter 6 cm. Lipoma bersifat lunak pada perabaan, dapat digerakkan, dan tidak
nyeri. Pertumbuhannya sangat lambat dan jarang sekali menjadi ganas. Lipoma
kebanyakan berukuran kecil, namun dapat tumbuh hingga mencapai lebih dari
diameter 6 cm2 Lipoma seringkali tidak memberikan gejala (asymptomatic) gejala
yang muncul tergantung dari lokasi misalnya:
7. Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan benjolan yang progresifitasnya lambat dan
tidak menimbulkan ketidaknyamanan. Akan tetapi, beberapa tipe lipoma dapat
menimbulkan gejala mengganggu, tergantung pada lokasi dan ukuran lipoma.
Laporan kasus menunjukkan bahwa lipoma yang muncul pada saluran pernapasan,
saluran cerna, jantung, mediastinum, dan intrakranial cenderung menimbulkan
gejala yang lebih mengganggu. Misalnya, lipoma pada kolon dilaporkan
menyebabkan intususepsi. Ada pula laporan kasus lain mengenai neuralgia
trigeminal yang disebabkan oleh lipoma di cerebellopontine angle. (15) (16) (17)
(18)
8. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat diawali dengan melakukan inspeksi, pemeriksaan
inspeksi ini juga sudah dapat dilakukan sedari awal melakukan anamnesis. Namun,
sangat diperlukan melakukan inspeksi ke seluruh kulit tubuh. Pada pemeriksaan
inspeksi, diperhatikan lokalisasi, warna, bentuk, ukuran, penyebaran, batas, dan
efloresensi. Dari pemeriksaan inspeksi, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan
palpasi dan ditanyakan apakah pada bagian benjolan terdapat nyeri saat ditekan atau
tidak. Kemudian, perhatikan juga tanda-tanda radang akut, seperti dolor, kalor,
fungsiolesa, ada tau tidaknya indurasi, fluktuasi, dan pembesaran kelenjar.
Pemeriksaan menunjukkan lesi soliter, lunak, tidak nyeri, bergerak, dan tumbuh
lambat. (6)
9. Diagnosis
11. Prognosis
Prognosis untuk lipoma jinak sangat baik. Tumor ini adalah entitas jinak dan
tidak membawa risiko transformasi ganas. Setelah tumor ini diangkat, biasanya
tidak akan kembali. Namun, penting untuk kapsul fibrosa yang mengelilingi lipoma
diangkat seluruhnya untuk mencegah hal itu terjadi. Kekambuhan lebih tinggi
(sekitar 25%) pada lipoma atipikal dengan amplifikasi MDM2 oleh hibridisasi insitu
fluoresensi atau imunohistokimia. Lipoma dan bahkan lipoma atipikal tidak
bermetastasis. (8)
12. Penatalaksanaan
Pada nyata nya, lipoma tidak dapat dilakukan tindakan apapun, kecuali jika
berkembang nyeri dan mengganggu pergerakan.
1. Kosmetik
2. Biopsi untuk memastikan ganas / tidak (pada lipoma yang bukan bagian
subkutan)
3. Mengakibatkan keluhan pada pasien / mengganggu aktivitas sehari-hari pasien
4. Massa terus tumbuh dengan ukuran > 5cm
a. Kontraindikasi operasi lipoma yang absolut tidak ada
b. Pilihan penatalaksanaan lipoma antara lain adalah:
1). Konservatif
2). Operatif
- Liposuction
LIPOSARKOMA
A. DEFINISI
Liposarkoma adalah keganasan sel-sel lemak yang sering ditemukan pada
individu usia paruh baya yang perlahan membesar dan tidak nyeri. Beberapa dapat
tumbuh dengan cepat dan menjadi ulkus. Sebagian besar kasus liposarkoma timbul
de novo. (25) (
Liposarkoma dapat diklasifikasikan mengikuti klasifikasi tumor jaringan
lunak WHO, menjadi:
1. Terdiferensiasi dengan baik (well-differentiated), yang meliputi subtipe
adipositik, sklerosis, dan inflamasi
2. Dedifferentiated
3. Myxoid round cell
4. Pleomorfik (26)
B. EPIDEMIOLOGI
Secara epidemiologi, usia rata-rata saat onset adalah 50 tahun. Ditemukan
pada dewasa muda dan remaja, dan jarang pada anak. Kejadian tahunan 2,5 kasus
per 1 juta populasi, berkontribusi sebesar 17% dari semua sarkoma jaringan lunak
dan 3% dari semua liposarkoma di daerah kepala dan leher (biasanya leher dan
pipi). (27)
C. ETIOLOGI
Etiologi liposarkoma masih belum dapat dijelaskan. Trauma diduga sebagai
salah satu faktor risiko. Abnormalitas pita kromosom 12q13 diduga terkait dengan
perkembangan liposarkoma, namun masih dibutuhkan studi lebih lanjut untuk
membuktikannya. (25) (26)
D. PATOFIOLOGI
Patofisiologi liposarkoma serupa dengan tumor mesenkimal. Diciptakan
oleh kelainan kromosom yang menjadi komponen kunci dari perkembangannya.
Abnormalitas pita kromosom 12q13, fusi gen FUS-CHOP, mengkode faktor
transkripsi yang diperlukan untuk diferensiasi adiposit. Dapat terjadi di kutis dan
subkutis. Namun, kejadian di kulit jarang terjadi di kulit cenderung tumbuh secara
eksofitik. (25) (26) (27)
E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan liposarkoma sama dengan penatalaksanaan tumor ganas
jaringan lunak. Operasi merupakan tindakan standar untuk sarkoma. Terapi lain
seperti radiasi lokal dan kemoterapi dapat dipertimbangkan pada terapi liposarkoma
yang high grade. Tindakan bedah untuk liposarkoma ekstremitas dapat dibagi
menjadi eksisi intralesi, eksisi marginal, eksisi luas, dan eksisi radikal. Pemilihan
tindakan bedah berdasarkan kondisi pasien. (25) (27)
F. DIAGNOSIS
Diagnosis liposarkoma memerlukan kejelian dalam mengumpulkan data
berupa keluhan dari anamnesis dan mencari tanda dari pemeriksaan fisik, sehingga
diagnosis dapat diarahkan pada kecurigaan tumor ganas jaringan lunak. Setelah itu,
dilanjutkan dengan pemeriksaan radiologi dan biopsi terbuka. (25) (26)
G. PROGNOSIS
Secara umum baik. Komplikasi, rekurensi lokal setelah reseksi lengkap
liposarkoma retroperitoneal primer dilaporkan terjadi 50%. Dan dapat
bermetastasis. (27)
H. EDUKASI
Berupa peningkatan kewaspadaan pasien akan tumor jaringan lunak.
Memberi pengetahuan akan tanda dan gejala penyakit. Sehingga pasien perlu diajak
untuk memeriksakan diri jika merasakan benjolan walaupun kecil. (27)
KISTA EPIDERMAL
A. DEFINISI
Kista epidermal adalah lesi kulit berbentuk kubah yang tumbuh lambat,
timbul dari sel-sel yang membentuk lapisan luar kulit (epidermis). Lesi dapat
muncul di berbagai tempat yang mengandung kelenjar sebaseus, namun lebih
banyak terdapat pada, wajah, leher, bahu dan punggung. Kista epidermal lebih
sering pada orang yang berkulit gelap, dapat terjadi pada semua usia tetapi lebih
banyak pada dekade ketiga dan keempat. (28)
B. EPIDEMIOLOGI
Kista epidermal ditemukan pada rentang umur yang luas, yaitu antara lahir
hingga 72 tahun, tetapi mayoritas pada dekade ketiga dan keempat. Kista epidermal
lebih banyak ditemukan pada pria dibandingkan wanita, yaitu sekitar 2x lipatnya.
Tidak terdapat predileksi ras tertentu. Pigmentasi pada kista epidermoid lebih umum
ditemukan pada individu berkulit gelap. (28)
D. PEMERIKSAAN FISIK
E. ANAMNESIS
F. DIAGNOSIS
G. PENATALAKSANAAN
Pada kista epidermal tatalaksana yang paling baik adalah dengan bedah
eksisi, dan diberikan asam menfenamat tablet 500 gr stiap 8 jam peroral. (28)
H. PROGNOSIS
Setelah dilakukan bedah esksisi untuk prognosis pada kista pidermal yaitu
dubia ad bonam atau tidak dapat di tentukan atau ragu atau cenderung baik. (28)
KISTA GANGLION
A. DEFINISI
Kista ganglion adalah suatu benjolan yang tumbuh di sekitar sendi atau
tendon berisi cairan kental jernih yang mirip dengan jelly yang kaya protein. Ukuran
kista bervariasi, yaitu dapat membesar, mengecil, bahkan menghilang. Ganglion
biasanya melekat pada sarung atau melekat pada suatu sendi, namun ada pula yang
tidak memiliki hubungan dengan struktur apapun. Selain itu, kadang kista ganglion
dapat mengalami inflamasi jika teriritasi. Konsistensi kista dapat lunak hingga keras
seperti batu akibat tekanan tinggi cairan yang mengisi kista sehingga kadang
didiagnosis sebagai tonjolan tulang. (29)
B. EPIDEMIOLOGI
Kista ganglion dapat terjadi pada berbagai usia, kurang dari 15 % pada usia
dibawah 21 tahun, sedangkan 70% terjadi pada dekade kedua dan keempat
kehidupan. Perempuan lebih banyak menderita tiga kali daripada laki-laki.
Predileksi ganglion 60-70% terletak pada pergelangan tangan dan sendi jari. (30)
C. ETIOLOGI
D. PATOFISIOLOGI
2. Kista berasal dari bagian kecil membran synovial yang mengalami protrusi
dan kemudian strangulasi sehingga terpisah dari tempat asalnya. Bagian ini
kemudian berdegenerasi dan terisi koloid yang membentuk kista. (30)
E. MANIFESTASI KLINIS
Ganglion adalah tumor yang berbatasan dengan sendi dan tendon. Berikut
manifestasi klinis kista ganglion:
G. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
2. Intervensi Bedah
H. PROGNOSIS
BAB III
PEMBAHASAN
i. Skenario
Pasien mengeluhkan timbul benjolan pada punggung atas sejak kurang lebih 1 tahun
ini. Benjolan awalnya tidak menimbulkan gejala, namun sejak kira-kira 2 bulan ini benjolan
menimbulkan rasa kesemutan dan nyeri ringan terutama saat berbaring. Benjolan tunggal
seukuran telur puyuh dan membesar perlahan, tidak nyeri bila dipegang atau ditekan.
Pasien sudah pernah berobat ke dokter namun belum ada perbaikan.
Tiga tahun lalu pernah mengalami benjolan serupa di lengan atas dan sudah
dioperasi. Riwayat operasi lain disangkal. Riwayat penyakit kronik disangkal.
Riwayat alergi
Status generalis:
Toraks : simetris saat statis dan dinamis, deformitas (-), luka (-), sikatriks (-)
Abdomen : datar, luka (-), sikatriks (-), supel, BU normal, tidak ada nyeri tekan
Status lokalis:
Inspeksi: tampak benjolan tunggal, ukuran 5x6 cm, permukaan rata, warna sama dengan
kulit di sekitarnya
Palpasi: tidak dapat digerakkan (immobile), batas tegas, permukaan rata, konsistensi
kenyal, nyeri tekan (+), suhu sama dengan area sekitarnya
HB : 15 gr/dl
1. Identifikasi Kata
a. Kesemutan: Sensasi seperti tertusuk jarum atau mati rasa pada bagian tubuh
tertentu yang dikarenakan saraf yang terluka atau tertekan
b. Alergi: Reaksi sistem kekebalan tubuh manusia terhadap benda tertentu
yang seharusnya tidak menimbulkan reaksi kepada orang normal
c. Benjolan: Massa yang timbul akibat pertumbuhan jaringan tertentu
d. Kronik: Menetap untuk periode yang lama
e. Nyeri ringan: Nyeri yang hilang timbul terutama selama melakukan aktivitas
dan hilang pada waktu tidur
f. Operasi: Setiap tindakan yang dilakukan dengan alat atau tangan seorang
ahli bedah
g. Gejala: Keadaan yang patut diperhatikan
h. Konjungtiva anemis: Merupakan salah satu tanda klinis dari anemia,
konjungtiva berwarna lebih pucat (pink)
2. Identifikasi Makalah
a. Mengapa benjolannya perlahan membesar?
b. Mengapa benjolan timbul kembali setelah setahun dan membesar?
c. Mengapa benjolan tidak terasa nyeri ketika dipegang ataupun ditekan?
d. Mengapa pasien merasakan kesemutan?
e. Kenapa ibu pasien mengalami keluhan yang sama?
f. Kenapa belum ada perbaikan setelah berobat ke dokter?
g. Apakah penyakit ini termasuk penyakit degeneratif?
h. Apa yang menyebabkan penyakit ini tidak menimbulkan gejala pada
awalnya?
i. Apakah benjolan termasuk jinak atau ganas?
j. Apakah riwayat operasi dahulu dapat mempengaruhi keluhan yang
sekarang?
k. Kenapa pada saat palpasi tidak dapat digerakkan?
l. Mengapa suhu pada benjolan sama dengan area sekitarnya?
3. Analisis Makalah (Brainstorming)
a. Karena terjadinya proliferasi jaringan tubuh secara perlahan atau terjadinya
proses inflamasi
b. Karena bisa bermetastasis, benjolan bersifat dapat terjadi rekurensi, dan
terjadi perkembangan pada benjolan tersebut
c. Karena pasien mengalami kesemutan dan kesemutan menimbulkan sensasi
kebas atau mati rasa dan penyakit ini cenderung mengarah ke tumor jinak
yang bersifat sementara dan dapat sembuh dengan sendirinya seiring dengan
daya tahan tubuh pasien yang membaik
d. Dikarenakan terjadinya tekanan atau terluka di saraf dan ada masalah pada
fungsi saraf pada regio punggung sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam
kimia tubuh yang kemudian mengganggu fungsi saraf
e. Karena penyakit ini termasuk penyakit keturunan
f. Indikasi kesalahan pada penanganan oleh dokter, kesalahan pada pasien, dan
obat tidak berfungsi secara baik pada tubuh pasien
g. Ya, karena penyakit ini sudah pernah di derita pasien sebelumnya dan
benjolan timbul pada pasien usia 49 tahun
h. Karena penyakit sudah pernah dialami sebelumnya, tingkat keparahan
penyakit masih rendah, pada awal timbul benjolan massa belum terlalu besar
jadi belum mengganggu struktur tubuh lain
i. Ya, jinak. karena benjolan tidak nyeri, tidak metastasis, berbatas tegas, dan
pembesaran dari benjolan terjadi perlahan
j. Bisa, karena mungkin pada saat operasi pertama pengankatan benjolan tidak
bersih terangkat
k. Karena benjolannya sudah besar sehingga tidak dapat digerakkan atau
benjolan yang ada menempel pada struktur tubuh lain
l. Karena tidak mengalami inflamasi
4. Tujuan Pembelajaran atau Learning Objective
a. Mampu mengetahui dan memahami serta mampu menjelaskan tentang
anatomi dari regio thorax posterior
b. Mampu mengetahui dan memahami serta mampu menjelaskan tentang
penyakit tumor lipoma (definisi, epidemiologi, etiologi, dll)
c. Mampu mengetahui dan memahami serta mampu menjelaskan tentang
histologi jaringan
d. Mampu mengetahui dan memahami serta mampu menjelaskan tentang
perbedaan dan membuat perbandingan dari tiap diagnosis banding
e. Mampu mengetahui dan memahami serta mampu menjelaskan tentang
tatalaksana untuk diagnosis klinis
f. Mampu mengetahui dan memahami serta mampu menjelaskan tentang
komplikasi tentang penyakit.
Tahap 1
Jawab: Benjolan dipunggung atas yang membesar perlahan tidak nyeri saat
dipegang dan nyeri saat ditekan, kesemutan. Benjolan yang timbul setelah satu
tahun dan mulai membesar.
2. Apakah hipotesis yang didapat dari anamnesis?
Jawab: Pemeriksaan fisik (palpasi, inspeksi, tekanan darah, nadi, suhu, RR)
Tahap 2
Jawab: Lipoma
2. Apakah informasi lain yang anda butuhkan untuk membuktikan hipotesis anda?
3.3.1 Anamnesis
Status generalis:
Status lokalis:
Regio thorax posterior:
Inspeksi: tampak benjolan tunggal, ukuran 5x6 cm, permukaan rata, warna sama
dengan kulit di sekitarnya
Palpasi: tidak dapat digerakkan (immobile), batas tegas, permukaan rata, konsistensi
kenyal, nyeri tekan (+), suhu sama dengan area sekitarnya
Hb: 15 gr/dl
Leukosit: 8000/ul
Trombosit: 200.000/ul
Pada skenario kasus ini, kelompok kami memilih “lipoma” sebagai diagnosis
kerjanya. Alasan kami memilih diagnosis tersebut karena dilihat dari keluhan
tambahan pasien didapatkan benjolan tunggal seukuran telur puyuh dan membesar
perlahan, tidak nyeri bila dipegang atau ditekan. Sedangkan, didasarkan dari hasil
pemeriksaan fisik pada inspeksi ditemukan adanya benjolan tunggal ukuran 5x6 cm,
permukaan rata, warna sama dengan kulit di sekitarnya dan pada palpasi saat diraba
didapatkan benjolan tidak dapat digerakkan (immobile), batas tegas, permukaan rata,
konsistensi kenyal, nyeri tekan (+), suhu sama dengan area sekitarnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil anamnesis dari keluhan pasien yaitu benjolan pada regio thorax
posterior, kami mendapatkan beberapa hipotesis yaitu Lipoma, Liposarcoma, Kista
epidermoid, dan kista ganglion. Keempat hipotesis ini kami ambil berdasarkan keterkaitan
dari keluhan pasien, bentuk lesi, dan keterhubungan yang dapat kami ambil, seperti riwayat
penyakit keluarga pada ibu pasien pernah mengalami benjolan serupa. Riwayat penyakit
dahulu pasien mengalami benjolan serupa di lengan atas lalu dioperasi dan tidak pernah
melakukan operasi selain pada benjolan tersebut.
Pada pemeriksaan status lokalis regio thorax posterior didapatkan inspeksi: benjolan
tunggal berukuran 5x6cm, permukaan rata, warna kulit sama dengan area sekitarya. Pada
pemeriksaan palpasi ditemukan: batas tegas, permukaan rata, konsistensi kenyal, immobile,
nyeri tekan (+), suhu sama dengan area sekitar.
1. Ellis H. Clinical anatomy: a revision and applied anatomy for clinical students. 11th
ed. Malden, Mass: Blackwell Pub; 2006. 439 p.
2. Gartner, leslie P and james L. Hiatt. Color textbook of histology third edition.
Philadelphia. Elseivier Saunder. 2007
3. M Painter, Frank. Paresthesias: A Practical Diagnostic Approach. Jurnal of
University of Alabama School of Medicine, Tuscaloosa, Alabama. 2017; 56(9)
4. Mescher, A. L. (2012). Histologi Dasar Junqueira edisi 12. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
5. Inchingolo, F., Tatullo, M., Abenavoli, F. M., Marrelli, M., Inchingolo, A. D.,
Corelli, R., Servili, A., Inchingolo, A. M., & Dipalma, G. (2010). Surgical Removal
of lipoma from an area with tattooed skin. International journal of medical sciences,
7(6), 395–397. https://doi.org/10.7150/ijms.7.395.
6. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482343/
7. Blom A, Warwick D, Whitehouse M, Solomon L, editors. Apley & Solomon’s
system of orthopaedics and trauma. Tenth edition. Boca Raton, FL: CRC Press;
2018. 1 p.
8. afp20020301p901.pdf.
9. Smith RP, Netter FH, Machado CAG, Netter FH, editors. The Netter collection of
medical illustrations. 2nd ed. Philadelphia, PA: Elsevier; 2011. 1 p.
10. Prajoko, Y. W. (2018). Artikel_A_closer_look....C13.pdf.
11. Siregar. 2002. Saripati Penyakit Kulit, Edisi 2. Jakarta : EGC.
12. Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta : EGC
13. World health Organization. 2006. Pathology and genetics tumours of soft tissue and
bone. Lyon: IARC press;. P. 20
14. Staff Pengajar bagian ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI Jakarta. 2010. Ilmu
penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;P.35
15. Nickloes TA, Sutphin DD. 2018. Lipomas.
(https://emedicine.medscape.com/article/191233-overview)
16. Zhang H, Cong JC, Chen CS, Qiao L, Liu EQ. 2005. Submucous colon lipoma : a
case report and review of the literature. World J Gastroenterol, 11(20): 3167-69.
17. Paskaukas S, Latkauskas T, Valeikate G, et al. 2010. Colonic intussusception
caused by colonic lipoma : a case report. Medicina, 46(7): 477-481.
18. Yoshimura C, Kikuchi A, Takahashi Y, et al. 2014. Trigeminal neuralgia caused by
cerebellopontine angle lipoma : a case report and review of the literature. No
Shinkei Geka,. 42(12): 1131-6. doi: 10.11477/mf.1436200048
19. Jong,wim de. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC
20. Suhidajat, Sjasn, Buku Ajar Ilmu Bedah. Ebook
21. Sobotta Atlas of Anatomy General Musculoskeletal System (PDFDrive).pdf, n.d.
23. Kumar V., Cotran R.S., Robbins S.L. 2007. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta:
EGC.
27. Gardner JM, Dandekar M, Thomas D, Goldblum JR, Weiss SW, Billings SD, et al.
Cutaneous and Subcutaneous Pleomorphic Liposarcoma: A Clinicopathologic Study
of 29 Cases With Evaluation of MDM2 Gene Amplification in 26. Am J Surg
Pathol. 2012 Mar 31. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22472959
28. Dewi MH, Wardhana M. Kista epidermal yang awalnya dicurigai neurofibroma
tipe-1 yang dilakukan tindakan bedah eksisi. medicina [Internet]. 2020 Jan 7 [cited
2020 Dec 15];50(3). Available from:
https://www.medicinaudayana.org/index.php/medicina/article/view/724
29. Helmi, Zairin Noor. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta :
Salemba Medika