DAFTAR ISI.................................................................................................................i
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................................2
1.3 Manfaat..........................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................3
2.1 Definisi..........................................................................................................3
2.2 Anatomi, Fisiologi, dan Histologi Telinga Luar...........................................4
2.2.1 Anatomi dan Fisiologi Telinga Luar.....................................................4
2.2.2 Kulit Meatus aKustikus Eksternus........................................................7
2.3 Etiologi..........................................................................................................8
2.4 Epidemiologi.................................................................................................9
2.5 Patofisiologi.................................................................................................10
2.6 Manifestasi klinik........................................................................................11
2.7 Pemeriksaan Fisik........................................................................................12
2.8 Pemeriksaan penunjang...............................................................................13
2.9 Komplikasi otomikosis................................................................................13
2.10 Tatalaksana..................................................................................................14
2.11 Prognosis.....................................................................................................15
BAB III........................................................................................................................16
KESIMPULAN...........................................................................................................16
3.1 Kesimpulan..................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................17
i
BAB I
PENDAHULUAN
Fungi (bahasa latin dari jamur) adalah organism eukariotik, pembawa spora,
hanya sedikit mengandung klorofil, dan bereproduksi baik secara seksual maupun
aseksual. Otomikosis atau Otitis Eksterna yang disebabkan oleh jamur ( fungal otitis
externa ) digambarkan sebagai infeksi akut, subakut maupun kronik oleh jamur yang
proses penyakit ini sering menyebabkan keputusasaan baik pada pasien maupun ahli
dan tindak lanjutnya, begitu juga dengan angka rekurensinyayang begitu tinggi
faktor lingkungan, dan jugawaktu. Otomikosis adalah satu dari gejala umum yang
keseluruhan pasien yang menunjukkan gejala dan tanda otitis eksterna. Walaupun
pendapat lain yang menyatakan adanya koloni berbagai macam spesies sebagai
1
laboratorium dan pengamatan secara klinis mendukung otomikosis sebagai penyebab
patologis yang sebenarnya, dengan Candida dan Aspergillus sebagai spesies jamur
penghentian pemakaian antibiotik topikal dan anti jamur lokal atau sistemik. Berikut
ini akan dibahas tentang anatomi telinga itu sendiri, karakteristik, gejala klinis,
mendiagnosa dan memberi pengobatan secara cepat dan tepat (Tang, et al, 2006)
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Semoga referat ini dapat berguna bagi penyusun maupun pembaca untuk lebih
mengetahui tentang difinisi, etiologi, faktor penyebab, gejala klinis, komplikasi ,tata
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
disebabkan oleh jamur. Otomikosis merupakan salah satu jenis infeksi jamur
superfisialis, yang merupakan infeksi jamur yang terbatas pada lapisan terluar kulit,
rambut dan kuku serta membran mukosa dengan penyebab terbanyak adalah
Otomikosis atau otitis eksterna fungi adalah infeksi akut, subakut, dan kronik
pada epitel skuamosa dari kanalis auditorius eksterna oleh ragi dan filamen jamur
(Guitterez et al, 2015). Komplikasinya dapat mencapai ke telinga tengah dan kavitas
terbuka mastoid (Carney, 2008). Meskipun jamur merupakan patogen primer, hal ini
bisa juga dampak dari infeksi kronis dari kanalis eksternus atau telinga tengah (Ho et
al, 2016).
3
2.2 Anatomi, Fisiologi, dan Histologi Telinga Luar
Telinga sebagai indera pendengar terdiri dari tiga bagian yaitu telinga luar,
telinga tengah dan telinga dalam. Struktur anatomi telinga seperti diperlihatkan
pada gambar diatas. Telinga luar terdiri dari daun telinga (auricula), liang telinga
menangkap rangsang getaran bunyi atau bunyi dari luar. Daun telinga terdiri atas
tulang rawan elastin dan kulit. Bagian-bagian daun telinga lobula, heliks, anti
heliks, tragus, dan antitragus. Liang telinga atau saluran telinga merupakan
4
saluran yang berbentuk seperti huruf S. Pada 1/3 proksimal memiliki kerangka
tulang rawan dan 2/3 distal memiliki kerangka tulang keras. Meatus akustikus
serumen. Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel
kulit yang terlepas dan partikel debu. Membran timpani membentu sudut 45 dengan
bidang horizontal dan sagittal, tepi bawah membrane timpani lebih medial dari tepi
atas. Warna membrane timpani adalah putih mengkilat seperti mutiara dengan tinggi
saraf kutaneus dan kranial. Cabang aurikular temporalis dari bagian ketiga saraf
5
anterior dan superior liang telinga dan sekmen depan membrana timpani.
Permukaan posteromedial daun telinga dan lobulus dipersarafin oleh fleksus servikal
glosfaringeus (N.IX) dan vagus (N.X) menyebar kedaerah konka dan cabang-
cabang saraf ini menyarafi dinding posterior dan inferior liang telinga dan
sekmen posterior dan inperior membrana timpani. Batang saraf utama pada
Arteri-arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari cabang
ermukaan anterior telinga dan bagian luar liang telinga didarahi oleh cabang
6
aurikular anterior dari arteri temporalis superfisial. Suatu cabang dari arteri aurikular
diantara cabang-cabang dari arteri ini. Pendarahan kebagian lebih dalam dari
liang telinga luar dan permukaan luar membrana timpani adalah oleh cabang
auricular dalam arteri maksilaris interna. Vena telinga bagian anterior, posterior
dan bagian dalam umumnya bermuara kevena jugularis eksterna dan vena
mastoid. Akan tetapi, beberapa vena telinga mengalir kedalam vena temporalis
Meatus akustikus eksterna memiliki lapisan kulit yang sama dengan lapisan
kulit pada bagian tubuh lainnya yaitu dilapisi epitel skuamosa. Kulit meatus
akustikus eksterna merupakan lanjutan dari kulit daun telinga dan kedalam
eksterna pars kartilagenus tebalnya 0,5 – 1 mm, terdiri dari lapisan epidermis
Lapisan kulit meatus akustikus eksterna pars osseus lebih tipis, tebalnya kira-
kira 0,2 mm, tidak mengandung papilla,tidak memiliki rambut dan kelebjar,
melekat erat dengan periosteum tanpa lapisan subkutan dan berlanjut menjadi
lapisan luar dari membran timpani. Epidermis dari laing telinga pars
kartilagenus biasanya terdri dari 4 lapis yaitu sel basal, skuamosa, sel granuler
dan lapisan tanduk. Folikel rambut banyak terdapat pada 1/3 bagian luar
7
meatus akustikus eksterna dan tidak begitu banyak pada 2/3 dalam. Kelenjar
sebasea terletak secara berkelompok pada bagian superficial kulit, dan paling
2.3 Etiologi
trauma lokal, yang biasanya sering disebabkan oleh kapas telinga (cotton buds) dan
alat bantu dengar. Serumen sendiri memiliki pH yang berkisar antara 4-5 yang
berfungsi menekan pertumbuhan bakteri dan jamur. Olah raga air misalnya berenang
dan berselancar sering dihubungkan dengan keadaan ini oleh karena paparan ulang
8
dengan air yang menyebabkan keluarnya serumen, dan keringnya kanalis auditorius
eksternus. Bisa juga disebabkan oleh adanya prosedur invasif pada telinga.
Predisposisi yang lain meliputi riwayat menderita eksema, rhinitis allergika, dan
Infeksi ini disebabkan oleh beberapa spesies dari jamur yang bersifat saprofit,
terutama Aspergillus niger. Agen penye bab lainnya meliputi A. flavus, A. fumigatus,
tertentu misalnya otitis eksterna yang disebabkan bakteri yang diterapi dengan
Banyak faktor yang menjadi penyebab perubahan jamur saprofit ini mejadi
diketahui. Beberapa faktor dibawah ini dianggap berperan dalam terjadinya infeksi,
penggunaan substansi seperti antibiotika spectrum luas pada telinga (Lalwani, 2011).
9
2.4 Epidemiologi
Angka insidensi otomikosis tidak diketahui, tetapi sering terjadi pada daerah
dengan cuaca yang panas, juga pada orang-orang yang senang dengan olah raga air. 1
dari 8 kasus infesi telinga luar disebabkan oleh jamur. 90 % infeksi jamur ini
disebabkan oleh Aspergillus Sp dan selebihnya adalah Candida Sp. Angka prevalensi
Otomikosis ini dijumpai pada 9 % dari seluruh pasien yang mengalami gejala dan
tanda otitis eksterna. Otomikosis ini lebih sering dijumpai pada daerah dengan cuaca
panas, dan banyak literatur menyebutkan otomikosis berasal dari negara tropis dan
jamur ini sering ditegakkan pada saat berakhirnya musim panas. Otomikosis dijumpai
lebih banyak pada wanita (terutama ibu rumah tangga) daripada pria. Otomikosis
biasanya terjadi pada dewasa, dan jarang pada anak-anak. Pada penelitian tersebut,
dijumpai otomikosis sering pada remaja laki-laki, yang juga sesuai dengan yang
2.5 Patofisiologi
dan trauma lokal yang biasanya sering disebabkan oleh kapas telinga (cotton buds)
dan alat bantu dengar. Otomikosis juga berkaitan dengan histologi dan fisiologi
10
kanalis auditorius eksternus. Pada interior resesus timpani, bagian medial sampai
isthmus cenderung mengumpulkan sisa keratin dan serumenm dan merupakan area
yang sulit dibersihkan. Terdapat 4 proses yang dapat menyebabkan infeksi pada liang
telinga yaitu obstruksi serumen yang menyebabkan retensi air, hilangnya serumen
akibat pembersihan yang berlebih atau terpapar air terus menerus, trauma, dan
perubahan pH di permukaan liang telinga luar. Selain itu, faktor lain yang
juga dapat menjadi faktor predisposisi, karena kemungkinan jamur di bagian tubuh
jamur dapat mudah berproliferasi dan tingginya kelembaban juga dapat mengabrasi
epitel sehingga mudah diinvasi oleh jamur. Hilangnya serumen akibat pembersihan
telingan yang berlebihan atau karena terlalu sering terbilas air juga menghilangkan
serumen yang memiliki fungsi proteksi dari jamur dan organisme lainnya sehingga
invasi oleh jamur patogen mudah terjadi di liang telinga luar. Trauma dan perubahan
kulit liang telinga luar. Invasi hifa dan spora dari jamur patogen pada kulit liang
telinga luar menyebabkan proses peradangan yang ditandai dengan nyeri, panas,
11
eritema, dan gatal. Hifa yang tumbuh di dalam liang telinga juga menyebabkan rasa
Gejala otitis eksterna dengan otomikosis sulit dibedakan. Akan tetapi, pruritus
merupakan gejala yang paling sering didapati pada otomikosis, diikuti dengan rasa
tidak nyaman, penurunan pendengaran, tinnitus, rasa penuh di telinga, otalgia, dan
menegakkan diagnosis. Liang telinga luar dapat tampak eritem dan debris jamur
dapat tampak putih, abu-abu, atau hitam. Pasien pada umumnya telah berusaha
pemeriksaan fisik berbeda pada tiap jamur. Pada Aspergillus dapat dijumpai hifa dan
spora yang tampak menonjol ke liang telinga sedangkan Candida, karena merupakan
bentuk ragi dan bercampur serumen sehinggal tampak kekuningan. Oleh sebab itu
12
lebih sulit mendiagnosis otomikosis akibat Candida daripada Aspergillus melalui
berwarna putih, abu-abu dan hitam atau seperti keju dan ditemukan adanya tanda-
tanda inflamasi dan exfoliasi, pada telinga luar. Infeksi jamur pada umumnya terlihat
hifa halus dan spora (conidiophores) tampak pada Aspergillus candida, ragi,
kekuningan.
dari setengah hingga satu jam untuk pemeriksaan jamur. Spesimen ditempatkan
langsung pada slide untuk pemeriksaan secara langsung. Slide ini akan stabil setelah
dikeringkan dengan panas lembut dan kemudian diwarnai dengan pewarna methylen
blue yang dicampur dengan potassium hidroksida 10% dengan perbandingan 2:1.
fungi. Kebayakan koloni dengan bentukan seperti krim berwarna putih, halus, dan
kasar adalah jamur ragi sedangkan yang jarang adalah yeast-like colonies dari jamur
13
dismorfik. Filamentous fungi cenderung berbentuk seperti debu, helaian, untaian
yang terlihat berwarna putih kuning, hijau, biru kehijauan, hitam, dan lain lain.
Komplikasi otomikosis :
externa maligna
2.10 Tatalaksana
Tatalaksana dari otomikosis dibagi menjadi terapi non farmakologi dan terapi
farmakologi. Terapi farmakologi dibagi menjadi dua yaitu terapi simtomatik dan
terapi spesifik.
dengan berbagai macam cara antara lain dengan menggunakan lidi kapas atau kapas
yang dililitkan pada aplikator, pengait serumen atau suction, bisa juga dilakukan
intak dapat berupa gel,cream dan salep, sedangkan bila membran timpani tidak intak
tidak boleh diberikan karena partikel tersebut dapat menyebabkan peradangan dan
14
perkembangan jaringan granulasi pada telinga tengah. Biasanya digunakan obat-
obatan topikal karena konsentrasi yang diinginkan pada obat di permukaan kulit akan
dicapai tak lama setelah aplikasi (onset cepat), dan konsentrasi yang lebih tinggi dari
anti jamur tersebut pada lokasi yang terinfeksi. Pada pasien otomikosis dapat pula
diberikan terapi simptomatik berupa analgesik untuk mengurangi nyeri pada telinga,
dapat pula diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder, antihistamin juga
topikal tampaknya menjadi salah satu agen terapi yang paling efektif
terdapat infeksi campuran dari bakteri dan jamur. Bisa juga diberikan
2.11 Prognosis
Umumnya baik bila diobati dengan pengobatan yang adekuat. Pada saat terapi
dengan antijamur dimulai, maka akan dimulai suatu proses penyembuhan yang baik
secara imunologis. Resiko kekambuhan sangat tinggi, jika faktor yang menyebabkan
15
infeksi sebenarnya tidak dikoreksi dan fisiologi lingkungan normal dari kanalis
16
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
disebabkan oleh jamur. Gejala otitis eksterna dengan otomikosis sulit dibedakan.
Akan tetapi, pruritus merupakan gejala yang paling sering didapati pada otomikosis,
diikuti dengan rasa tidak nyaman, penurunan pendengaran, tinnitus, rasa penuh di
ditemukan bentukan jaringan berwarna putih, abu-abu dan hitam atau seperti keju
dan ditemukan adanya tanda-tanda inflamasi dan exfoliasi, pada telinga luar.
terapi yang paling efektif dalam otomikosis dengan bunga efektifitas 95-100%.
Klotrimazol memiliki efek bakterisid dan hal ini merupakan keuntungan bila terdapat
infeksi campuran dari bakteri dan jamur. Prognosis dari otomikosis baik apabila
17
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Ternggorok, Kepala & Leher Edisi Ke 7,
Cetakan Keempat, Tahun 2015. Penerbit: Badan Penerbit FK UI
Carney A S, 2008, Otitis externa and otomycosis. In: Gleeson MJj Jones NS, Clarke
R, et al. (eds). Scott-Brown’s Otolaryngology, Head and Surgery, vol 3,
7th ed., 2011, London: Hodder Arnold Publishers.
Djaafar ZA. 2009. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed.
Buku Ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi
ketujuh. Jakarta: FKUI.
Gray, H., 2009. Gray's Anatomy: With original illustrations by Henry Carter.
Arcturus Publishing.
Ho T, Vrabec JT, Yoo D, Coker NJ, Otomycosis: Clincal feaures and treatment
implications, Otolaryngol-Head Neck Surg, 2016, 135, pp. 78-91.
Kiakojori, K., Jamnani, N.B., Khafri, S., Pmran, S.M, Assessment of response to
treatment in patients with otomycosis journal of Iranian journal
otorhinolaryngology, NCBI, 2018
18
Kumar A, Funal spectrum in Otomycosis patients, JK science, 2005;7:152-5
Mills JH, Khariwala SS, Weber PC. 2006. Anatomy and physiology of hearing. In:
Bailey JB, Johnson JT. Head and neck surgery otolaryngology. 4th ed,
Vol 2. Philadelphia: Lippincott W, Wilkins.
Murat, K Ozcan, Muge Ozcan, Aydin Karaarslan, & Filiz Karaarslan. (2003).
Otomycosis in Turkey: Predisposing factors, aetiology and therapy. The
Journal of Laryngology and Otology
Lalwani A K, External & middle ear: Diseases of the external ear. In: Lawani AK
ed. Current diagnosis & treatment, Head & Neck Surgery 2 nd ed., 2011,
Mc Graw Hill’s-Lange, Chapter 47.
Paparella MM, Adams GL, Levine SC. 2012. Penyakit telinga tengah dan mastoid.
Dalam: Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit THT Edisi
6. Jakarta: EGC.
Paulsen F. & J. Waschke. 2012. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Kepala, Leher dan
Neuroanatomi. Jakarta : EGC.
Tang Ho, Jeffrey T Vrabec, Donald Yoo, Newton J Coker. (2006). Otomycosis :
Clinical featuresand treatment implications. The Journal of
Otolaryngology-Head and neck Surgery
19