Anda di halaman 1dari 23

Case Report Session

OTITIS EKSTERNA

Oleh :

Tuti Angriani 1110313097


Felicia Octofinna 1210313069

Preseptor:
dr. Dina Arfiani Rusjdi, Sp.Rad

KEPANITERAAN KLINIK FOME 3


PUSKESMAS AIR TAWAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan pada Tuhan YME karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan case report session yang berjudul “Otitis

Eksterna Difusa”. Case report session ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

dalam mengikuti FOME 3


Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Dina Arfiani Rusjdi, Sp.Rad selaku

pembimbing yang telah memberikan arahan dan petunjuk, dan semua pihak yang telah

membantu dalam penulisan case report session ini.


Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak

kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga case

report session ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Padang, Februari 2018

Penulis

BAB 1

PENDAHULUAN
2
1.1 Latar Belakang

Otitis eksterna (OE) adalah peradangan atau infeksi pada telinga luar. Penyakit ini

merupakan penyakit umum yang dapat ditemukan pada semua kelompok umur. Otitis

eksterna ( OE ) biasanya merupakan infeksi bakteri akut pada liang telinga (paling sering

disebabkan Pseudomonas aeruginosa atau Staphylococcus aureus, tetapi juga dapat

disebabkan oleh bakteri lain, virus, atau infeksi jamur.1

Otitis eksterna dapat menyebar ke pina, periaurikular ata tulang temporal.

Biasanya seluruh liang telinga terlibat. Faktor yang mempermudah radang telinga luar

adalah perubahan pH di liang telinga, yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi

basa, proteksi terhadap infeksi menurun.2

Otitis eksterna, juga dikenal sebagai telinga perenang atau swimmer’s ear, adalah

radang telinga luar baik akut maupun kronis. Kulit yang melapisi saluran telinga luar

menjadi merah dan bengkak karena infeksi oleh bakteri atau jamur dengan tanda-tanda

khas yaitu rasa tidak enak di liang telinga, deskuamasi, sekret di liang telinga, dan

kecenderungan untuk kambuh kembali. Tatalaksana untuk otitis eksterna membutuhkan

kepatuhan penderita terutama dalam menjaga kebersihan liang telinga.3

1.2 Batasan Masalah


Case report session ini membahas tentang definisi, etiologi, epidemiologi, faktor

risiko, patogenesis, diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan, komplikasi, dan

prognosis otitis eksterna difusa.

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan case report session ini bertujuan untuk menambah pengetahuan penulis

dan pembaca mengenai otitis eksterna difusa.

3
1.4 Metode Penelitian

Penulisan case report session ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan yang

merujuk kepada berbagai literatur.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

4
1.1. Anatomi Telinga Luar

Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar

terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani; telinga tengah terdiri

dari membrane timpani, tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus, dan stapes), dan

tuba eustachius; sedangkan telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) dan

kanalis semisirkularis.1 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Anatomi telinga2

Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantar gelombang bunyi ke

struktur-struktur telinga tengah. Liang telinga luar yang sering disebut meatus, memiliki

panjang kira-kira 2,5 – 3 cm, membentang dari bibir depan konka sampai

membran timpani. Sepertiga bagian luar adalah kartilaginosa dan terdapat banyak

kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut, sedangkan duapertiga dalam adalah

bagian tulang dan hanya sedikit kelenjar serumen. Kelenjar keringat terdapat pada

seluruh kulit liang telinga. Bagian tulang rawan liang telinga luar sedikit mengarah

keatas dan kebelakang dan bagian sedikit kebawah dan kedepan sehingga berbentuk
5
huruf “S“, sehingga penarikan daun telinga kearah belakang atas luar, akan membuat

liang telinga cenderung lurus dan memungkinkan terlihatnya membran timpani pada

kebanyakan liang telinga.1,3

Gambar 2.2. Anatomi Liang Telinga3

Bagian yang tersempit dari liang telinga adalah dekat perbatasan tulang dan

tulang rawan. Hanya sepertiga bagian luar atau bagian kartilaginosa dari liang telinga

dapat bergerak dan mengandung folikel rambut yang banyaknya bervariasi antar

individu namun ikut membantu menciptakan suatu sawar dalam liang telinga.

Bersama dengan lapisan luar membrana timpani, liang telinga membentuk suatu

kantung berlapis epitel yang bersifat lembab, sehingga daerah ini menjadi rentan infeksi

pada keadaan tertentu.3

Anatomi liang telinga bagian tulang sangat unik karena merupakan satu- satunya

tempat dalam tubuh dimana kulit langsung terletak di atas tulang tanpa adanya jaringan

subkutan (jaringan longgar). Dengan demikian daerah ini sangat peka, dan tiap
6
pembengkakan akan sangat nyeri karena tidak terdapat ruang untuk ekspansi. Karena

keunikan anatomi aurikula serta konfigurasi liang telinga yang melengkung atau seperti

spiral, maka telinga luar mampu melindungi membrana timpani dari trauma, benda asing

dan efek termal.3

1.2. Definisi

Otitis eksterna adalah proses inflamasi dan infeksi pada liang telinga, akut

maupun kronis yang disebabkan disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus. Bakteri

sering merupakan penyebab otitis eksterna bentuk akut sedangkan yang kronik lebih

sering disebabkan oleh jamur atau respon alergi terhadap dermatitis.1,4

1.3. Epidemiologi

Otitis eksterna akut mengenai 4 dari 1000 orang/ tahun dan yang kronik

menyumbang 3 – 5% dari total populasi di Amerika Serikat. Sebanyak 90% kasus

ditemukan bahwa bakteri sebagai penyebab OE dan 10% nya disebabkan oleh jamur.

Sembilan puluh persen hanya mengenai satu telinga. Insidensi meningkat pada usia 7 –

12 tahun dan menurun pada usia 50 tahun. Otitis ekterna dikaitkan dengan

kelembaban, kebiasaan berenang, iklim tropis, trauma local, dan pemakaian

alat bantu dengar.4

1.4. Klasifikasi

Otitis eksterna (OE) diklasifikasikan sebagai berikut:5

1. OE akut terdiri dari:

a. OE akut diffusa merupakan bentuk yang paling sering dari otitis eksterna.

b. Otitis eksterna akut sirkumskripta (furunkulosis) merupakan infeksi

lokal pada folikel rambut.yang menimbulkan furunkel di liang telinga luar.

7
2. Otitis eksterna kronis, yaitu otitis eksterna yang berlangsung lebih dari

6 minggu.

3. Otitis eksterna ekszematous, meliputi berbagai macam kondisi

dermatologis seperti, dermatitis atopi, psoriasis, systemic lupus erythematous,

eksim, dan lain-lain.

4. Otitis eksterna maligna/nekrotikans, merupakan infeksi yang meluas

ke jaringan yang lebih dalam dari liang telinga dan umumnya terjadi pada

penderita imunokompromais (diabetes, AIDS, dan lain-lain).

1.5. Etiologi dan Faktor Risiko

Otitis eksterna terutama disebabkan oleh infeksi bakteri, yaitu Pseudomonas,

staphylococcus aureus, Staphylococcus albus, Escherichia coli, Proteus sp, dan

Staphylococcus epidermidis. Organisme penyebab tersering adalah Pseudomonas dan

Staphylococcus Aureus. Penyakit ini dapat juga disebabkan oleh jamur (10% otitis

eksterna disebabkan oleh jamur terutama jamur Pityrosporum dan Aspergillus), alergi,

dan virus (misalnya: virus varisela zoster). Otitis eksterna dapat juga disebabkan oleh

penyebaran luas dari proses dermatologis yang bersifat non infeksi.1,3,6

Faktor risiko otitis eksterna diuraikan sebagai berikut:


-
Udara hangat dan lembab memudahkan kuman dan jamur untuk tumbuh.
-
Derajat keasaman (pH) liang telinga, pH basa mempermudah terjadinya otitis

eksterna sedangkan pH asam memproteksi terhadap kuman infeksi.


-
Trauma mekanik seperti trauma lokal dan ringan pada epitel liang telinga luar

(meatus akustikus eksterna), misalnya setelah mengorek telinga menggunakan

lidi kapas atau benda lainnya.

8
-
Berenang dan terpapar air karena dapat menyebabkan serumen keluar dan

maserasi telinga menjadikan media yang baik untuk tumbuhnya kuman. Oleh

karena itu otitis eksterna sering disebut sebagai swimmer's ear.


-
Bahan iritan (misalnya hair spray dan cat rambut), penyakit psoriasis, penyakit

eksim atau dermatitis pada kulit kepala.


-
Penyumbat telinga dan alat bantu dengar. Terutama jika alat tersebut tidak

dibersihkan dengan baik.3

1.6. Patogenesis

Saluran telinga dapat membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang

sel-sel kulit yang mati dengan cara migrasi dari gendang telinga ke luar.

Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud bisa mengganggu mekanisme

pembersihan ini dan mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga

sehingga kotoran menumpuk di daerah tersebut.4 Membersihkan liang telinga secara

berlebihan juga dapat menimbulkan trauma. Trauma akan memudahkan invasi kuman ke

daerah yang terluka.5

Pada liang telinga terdapat kelenjar sebasea dan keringat yang akan

memproduksi selapis tipis serumen. Serumen berperan dalam proteksi telinga luar dari

infeksi. Serumen memiliki Ph sekitar 6,9 yang mencegah pertumbuhan bakteri.

Tidak adanya serumen dapat menjadi predisposisi infeksi, begitu pula apabila terlalu

tebal (banyak) yang dipengaruhi oleh faktor umur, metabolime dan genetik. Serumen

yang banyak meretensi debris dan air.4

Klinis dari otitis eksterna terbagi dalam beberapa stadium. Pada stadium

preinflamasi, telinga terekspos oleh faktor predisposisi meliputi panas,

9
kelembaban, maserasi, tidak adanya serumen, dan pH basa. Hal ini menyebabkan edema

stratum korneum dan menyumbat apopilosebaseus sehingga timbul rasa penuh di telinga

dan gatal. Gatal yang menyebabkan pasien menggaruk menimbulkan kerusakan pada

epitel kulit sehingga mikroorganisme residen dapat menginvasi.

Pada stadium inflamasi terjadi pertumbuhan bakteri yang berlebihan, edema

semakin hebat dan nyeri. Apabila terjadi resolusi inkomplit atau peradangan menetap

lebih dari tiga bulan, maka akan masuk pada stadium inflamasi kronis.6

1.7. Gejala klinis

Gejala klinis yang terjadi pada pasien dengan otitis eksterna antara lain:7,8

- Rasa penuh pada telinga, merupakan keluhan yang umum pada tahap

awal dari otitis eksterna dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri

tekan daun telinga.

10
- Gatal, pada kebanyakan penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak

enak merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna akut.

Paling sering ditemukan pada otitis eksterna yang disebabkan oleh jamur.

- Rasa sakit di dalam telinga (otalgia) bisa bervariasi dari yang hanya

berupa rasa tidak enak, rasa seperti terbakar hingga rasa sakit yang hebat serta

berdenyut. Kehebatan rasa sakit dapat tidak sebanding dengan derajat

peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari

liang telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan

perikondrium, sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang

mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang

telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga

gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan kekulit dan

tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat

dirasakan oleh penderita otitis eksterna. Nyeri terutama ketika daun telinga

ditarik, nyeri tekan tragus, dan ketika mengunyah makanan.

- Otorea berwarna bening sampai kental purulen tergantung pada kuman atau

jamur yang menginfeksi. Pada jamur biasanya akan bermanifestasi berupa

sekret kental berwarna putih keabu-abuan yang berbau

- Kurang pendengaran mungkin terjadi pada keadaan akut dan kronik dari

otitis eksterna. Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau

purulen, penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering

menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif.

Keratin yang mengalami deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-

11
obatan yang digunakan ke dalam telinga bisa menutup lumen yang

mengakibatkan peredaman hantaran suara.

1.8. Diagnosis9,10

Diagnosis otitis eksterna dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

otoskopi, otoskopi pneumatic, otomikroskopi, timpanometri, kultur, dan pencitraan. Dari

anamnesis dicari faktor-faktor predisposisi otitis eksterna seperti kebiasaan mengorek

atau membersihkan telinga secara berlebihan, berenang, tinggal di daerah dengan suhu

dan kelembaban yang tinggi dan lain-lain. Dari anamnesis dapat ditemukan keluhan

telinga terasa nyeri, terasa penuh, pendengaran berkurang, dan gatal.

Pada pemeriksaan fisik, tampak liang telinga edema dan hiperemis disertai

sekret. Jika terjadi edema yang hebat, membran timpani akan sulit dinilai.

Terdapat nyeri tekan tragus, nyeri tarik auricular dan adenopati regional yang nyeri

tekan.

Gambar 2.3. Otitis eksterna akut.(a) Kanalis aurikularis tampak hiperemis dan
sempit akibat pembengkakan (b) kanalis tampak dipenuhi
serumen dan material purulen.1

12
Dua keluhan yang penting dan ditemukan pada otitis eksterna adalah otalgia

(nyeri pada telinga ataupun rasa penuh di telinga) dan otorea (keluarnya cairan dari

liang telinga). Keluhan tersebut juga dapat ditemukan pada otitis eksterna karena jamur,

otitis media dengan perforasi membrane timpani, kebocoran cairan serebrospinal,

osteomielitis, dan trauma. Untuk membedakan otorea dari masing- masing penyakit

dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Diagnosis banding otorea

Penyebab Karakteristik

Otitis Eksterna

Bakterialis Akut Lendir berwarna putih, sedikit-banyak

Bakterialis kronis Sekret bercampur darah terutama bila

ditemukan jaringan granulasi

Jamur Sekret berwarna putih sampai

brokenwhite dengan konidiofora dan

hifa
Otitis media dengan perforasi timpani

Akut Lendir mukopurulen putih sampai

Serosa kuning yang disertai nyeri hebat

Kronis Mukus jernih terutama apabila alergi

Lendir mukopurulen yang hilang timbul

Trauma Cairan berupa darah


Kebocoran cairan serebrospinal Jernih
Osteomielitis Sekret berbau

10
Gambar 2.4. Otomikosis. (a) Aspergilus. (b) Candida.11

1.9. Komplikasi

Pasien dengan otitis eksterna serangan ringan dapat sembuh spontan tanpa

diobati apabila sawar epiteliel kembali normal, piloapokrin memproduksi secret yang

normal, pH asam dan kanalis menjadi normal. Jika inflamasi berkembang jauh lebih

cepat daripada perbaikan maka akan timbul peningkatan rasa nyeri, otorea, dan edema

liang telinga. Daerah liang telinga kaya akan drainase limfatik, sehingga dapat terjadi

limfadenopati apabila daerah tersebut mengalami inflamasi. Inflamasi juga dapat meluas

ke jaringan lunak sekitar menimbulkan perikondritis, kondritis, selulitis, erysipelas, dan

parotitis.12

Pada pasien imunokompromais dapat terjadi otitis eksterna maligna. Otitis

eksterna maligna adalah infeksi difus di liang telinga luar dan struktur lain di sekitarnya

dengan peradangan yang meluas secara progresif ke subkutis, tulang rawan, dan tulang

sekitarnya sehingga menimbulkan kondritis, osteitis, dan osteomielitis yang

menghancurkan tulang temporal. Gejalanya adalah rasa gatal di liang telinga yang

dengan cepat diikuti nyeri, sekret yang banyak, liang telinga bengkak. Rasa nyeri

11
kemudian semakin hebat dan liang telinga tertutup jaringan granulasi yang tumbuh

cepat. Saraf fasial dapat terkena sehingga menimbulkan paresis atau paralisis fasial.1

1.10. Tatalaksana

Penatalaksanaan pada otitis eksterna dapat dibagi menjadi non medikamentosa

dan medikamentosa. Aural toilet (pembersihan liang telinga) merupakan manajemen

yang paling efektif terhadap otitis eksterna. Membersihkan telingan dilakukan secara

hati-hati dengan penghisap atau kapas yang dibasahi dengan H2O2 3%, bila terdapat

abses, dilakukan insisi dan drainase. 12

Secara medikamentosa dapat diberikan secara topikal yaitu dengan menggunakan

larutan antiseptik povidon iodine dan pada otitis eksterna akut difus dapat dimasukkan

tampon telinga yang telah diberi campuran Polimixin-B, Neomycin, Hidrocortisone dan

anestesi topical. Penatalaksanaan secara sistemik dengan menggunakan antibiotic

sistemik jika infeksi cukup berat dan analgetik seperti Paracetamol atau ibuprofen dapat

diberikan. 12

12
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


a. Nama/Kelamin/Umur/MR : Ny. EY/Perempuan/45 th/2163
b. Pendidikan : SMA
c. Alamat : Jl. Patenggangan No.17J, Ulak Karang, Padang
3.2 Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan : Janda
b. Jumlah Anak : 5 orang
c. KB :-
d. Kondisi Rumah :
- Rumah permanen
- Listrik ada
- Sumber air : PDAM
- Jamban ada 1 buah, di dalam rumah
- Sampah dibuang ke tempat pembuangan sampah dan dibakar
- Kesan : higiene dan sanitasi cukup baik
e. Kondisi Lingkungan Keluarga
- Jumlah penghuni 3 orang, pasien dan 2 orang anak
- Tinggal di lingkungan yang cukup padat penduduk
3.3 Aspek Psikologis di keluarga
- Hubungan pasien dengan anak-anak baik
- Faktor stressor dalam keluarga adalah tidak ada

3.4 Keluhan Utama


Nyeri pada telinga kiri sejak 1 hari yang lalu.
3.5 Riwayat Penyakit Sekarang
- Nyeri pada telinga kiri sejak 1 hari yang lalu, nyeri semakin bertambah

terutama saat daun telinga disentuh dan saat mengunyah makanan


- Rasa penuh pada telinga kiri ada sejak 1 hari yang lalu
- Gatal pada telinga kiri ada sejak 1 hari yang lalu
- Riwayat keluar darah dari telinga 1 hari yang lalu setelah pasien mengorek

telinga
- Kebiasaan mengorek telinga dengan cotton bud ada
- Demam ada sejak 1 hari yang lalu, tidak tinggi, tidak menggigil.
- Penurunan pendengaran pada telinga yang sakit sejak 1 hari yang lalu
- Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada
- Riwayat batuk pilek sebelumnya tidak ada
- Riwayat berenang 1 minggu terakhir tidak ada
- Riwayat bepergian dengan pesawat 1 minggu terakhir tidak ada

3.6 Riwayat penyakit dahulu

- Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya


13
- Pasien dikenal menderita DM sejak 3 tahun yang lalu, tidak kontrol teratur.
- Pasien tidak memiliki riwayat bersin pada pagi hari, kaligata, asma, alergi

obat atau makanan.

3.8 Riwayat penyakit keluarga

- Riwayat penyakit alergi, keturunan, dan menular disangkal

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan Umum : sakit ringan


Kesadaran : CMC
Frekuensi denyut nadi : 80x/menit
Frekuensi nafas : 20x/menit
Suhu : 38,3 °C
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 145 cm

Pemeriksaan sistemik

Kulit : teraba hangat, turgor baik.

Kepala : tidak ada kelainan

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor,

diameter 2mm/2mm, reflek cahaya +/+

Mulut : mukosa bibir kering, mukosa mulut basah, lidah kotor tidak ada.

Telinga :

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra


Daun telinga Kel. Kongenital Tidak ada Tidak ada
Trauma Tidak ada Tidak ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Kel. Metabolik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tarik Tidak ada Ada
Nyeri Tekan Tidak ada Ada
Dinding liang Cukup Lapang (N) Ya Tidak
telinga
Sempit Tidak Ya
Hiperemis Tidak ada Ya
14
Edema Tidak ada Ya
Massa Tidak ada Tidak ada
Serumen Bau Tidak ada Tidak ada
Warna Tidak ada Tidak ada
Jumlah Tidak ada Tidak ada
Jenis Tidak ada Tidak ada
Membran Timpani
Perforasi Jumlah perforasi Tidak ada Sulit Dinilai
Jenis Tidak ada Sulit Dinilai
Kuadran Tidak ada Sulit Dinilai
Pinggir Tidak ada Sulit Dinilai
Mastoid Tanda radang Tidak ada Tidak ada
Fistel Tidak ada Tidak ada
Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada
Hidung : tidak ditemukan kelainan

Tenggorokan : tonsil T1-T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis

Leher : tidak teraba pembesaran KGB

Paru :

Inspeksi : normochest, simetris kiri dan kanan

Palpasi : fremitus kiri = kanan

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada

Jantung :
Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : iktus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi irama teratur, bising tidak ada
Abdomen :
Inspeksi : distensi tidak ada
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal.
Punggung : nyeri tekan CVA (-)
Alat Kelamin : tidak ditemukan kelainan
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik

15
Diagnosis Kerja : Otititis Eksterna Difus AS

Diagnosis Banding : Otomikosis

Pemeriksaan Anjuran :-

Manajemen

a. Preventif
 Hindari mengorek-ngorek telinga.dengan cutton bud atau alat lainnya
 Selama pengobatan tidak boleh berenang dan menjaga agar air tidak masuk ke

dalam telinga
b. Promotif
 Menjelaskan bahwa serumen sebenarnya akan dibersihkan secara alami saat kita

mengunyah sehingga tidak perlu dikorek dengan cutton bud


 Menjelaskan bahwa penyakit ini dapat berulang sehingga harus menjaga liang

telinga agar dalam kondisi kering dan tidak lembap


c. Kuratif
 Amoxicilin tab 500 mg 3x1 tab
 Paracetamol tab 500 mg 3 x 1 tab
d. Rehabilitatif
 Kontrol kembali ke puskesmas setelah 3 hari

Prognosis :

 Quo ad Vitam : Bonam

 Quo ad Sanam : Bonam

Resep

Dinas Kesehatan Kota Padang


Puskesmas Air Tawar
Dokter: Felicia
SIP. 1210313069

Tanggal: 31 Januari 2018


R/ Amoksisilin tab 500 mg No. X
S3 dd tab 1
R/ Paracetamol tab 500 mg No. X
Sprn tab 1

Pro : Ny. EY
Umur : 45 tahun
Alamat : Jln. Patenggangan

16
BAB IV

DISKUSI

Telah dilaporkan kasus seorang pasien perempuan 45 tahun yang didiagnosis

dengan otitis eksterna difusa AS. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Pada pasien ini dari anamnesis mengeluhkan nyeri pada telinga kiri

sejak 1 hari yang lalu, nyeri semakin bertambah apabila daun telinga disentuh dan saat

mengunyah. Pasien juga mengeluhkan gatal, rasa penuh pada telinga serta pendengaran

telinga kiri yang bekurang.

Ciri khas nyeri pada otitis ekterna adalah kualitas nyeri yang tidak sebanding

dengan peradangan yang ada dan akan terasa sakit bila telinga disentuh, ditekan atau

ditarik. Hal ini dikarenakan kulit dari liang telinga luar berhubungan langsung dengan

periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang

mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga
17
bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit

saja dari daun telinga akan dihantarkan kekulit dan tulang rawan dari liang telinga luar

mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.

Pasien memiliki kebiasaan membersihkan telinga dengan cutton bud. Kedua

riwayat ini menjadi faktor predisposisi otitis eksterna pada pasien ini karena dapat

menimbulkan maserasi pada telinga dan hilangnya serumen yang berfungsi sebagai

proteksi. Tidak ditemukannya riwayat batuk, dan pilek sebelumnya menyingkirkan

kemungkinan adanya infeksi saluran pernapasan atas yang sering mendahului terjadinya

otitis media akut. Pasien tidak pernah mengeluh riwayat keluar cairan dari telinga

sebelumnya sehingga kemungkinan adanya otitis media supurasi kronis dapat dieksklusi.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan liang telinga kiri sempit, hiperemis, dan edema

sehingga membran timpani sulit dinilai. Hilangnya fungsi proteksi telinga terhadap

bakteri (diakibatkan faktor-faktor predisposisi) menyebabkan lingkungan liang telinga

tersebut menjadi media yang baik untuk tumbuhnya bakteri. Sebagai respon terhadap

bakteri tersebut terjadi reaksi inflamasi akut berupa hiperemis dan edema liang telinga.

Otitis eksterna difus merupakan suatu proses peradangan pada liang telinga yang

umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, maka untuk etiologinya ditatalaksana dengan

antibiotik yaitu amoksisilin tablet 500 mg 3 kali sehari serta untuk menghilangkan rasa

nyeri dapat diberikan analgetik yaitu paracetamol tablet 500 mg 3x sehari.

Pasien diberikan edukasi untuk tidak mengorek-ngorek telinga.dengan cutton

bud atau alat lainnya. Selain itu selama pengobatan tidak boleh berenang dan menjaga

agar air tidak masuk ke dalam telinga.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Sosialisman, Alfian FH, Helmi. Kelainan Telinga Luar. Dalam: Efiaty AS,
Nurbaiti I, Jenny B, Ratna DR (editor). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-6.Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007; 58-59.
2. Anonim. Anatomi telinga. Tersedia di:
http://i1045.photobucket.com/albums/b454/dryohanita/ANATOMI
%20TELINGA/the-human-ear.gif. Diakses tanggal: 1 Februari 2018 .
3. Adam GL, Boies LR, Higler PA; Wijaya C. Penyakit Telinga Luar. Dalam: Effendi
H, Santoso K (ed). Buku Ajar Ilmu Panyakit THT Edisi 6. Jakarta: EGC. 1997.78-84.
4. Osguthorpe JD, Nielsen DR. Otitis Externa: Review and Clinical Update.
American Family Physician Journal 74 (9), 2006.
5. Waitzman AA, Elluru RG. Otitis Externa. Tersedia di:
http://emedicine.medscape.com/article/994550-overview. Diakses: 1 Februari 2018.
6. Current diagnosis. Grunstein E, Santos F, Selesnick SH.Diseases of The External
Ear. In: Lalwani AK (Editor). Current Diagnosis and Treatment, Otolaryngology
Head and Neck Surgery 2nd edition.McGraw-Hill: New York. 2008.
7. Abdullah F. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring Dengan Salep
Ichtyol (Ichtammol) Pada Otitis Eksterna Akut. Tersedia di:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6423/1/tht-farhan.pdf. Diakses
tanggal: 2 Februari 2018.

19
8. Lee K.J, Essential Otolaryngology: Head and Neck surgery. Stamford: Appleton
& Lange. 1995.
9. Rosenfeld RM, Brown L, Cannon CR, Dolor RJ, Ganiats TG, Hanley M, et al.
Clinical Practice Guideline: Acute Otitis Externa. Otolaryngology-Head and Neck
Surgery. 2006; 134: S4-S23
10. Sander R. Otitis Externa: A Practical Guide to Treatment and Prevention.
American Family Physician Journal. 2001; 63: 5.
11. Onerci TM. Diagnosis in Otorhinolaryngology. Berlin, Springer. 2009.
12. Carney AS. Externa and Otomycosis.. In: Gleeson M, Browning GG, Burton MJ,
Clarke R, Hibbert J, Jones NS, dkk (editors). Scott-Brown's Otorhinolaryngology,
Head and Neck Surgery, 7th Edition, Volume 3.London: Edward Arnold Publishers.
2008.

20

Anda mungkin juga menyukai