Anda di halaman 1dari 31

Laporan Kasus

OTOMIKOSIS

Oleh:

Annisa Viani Khalda


2308437669

Pembimbing:
dr. Ibrahim Irsan Nasution, Sp.THT-BKL, Subsp.Onk (K)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU PENYAKIT THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
2023
BAB I

PENDAHULUAN

Otomikosis adalah penyakit infeksi jamur yang terjadi pada liang telinga
atau Meatus Acusticus Externa (MAE) yang bersifat akut, sub-akut ataupun kronis.1
Individu yang mengalami otomikosis umumnya mengeluhkan gejala seperti rasa
gatal yang sangat intens (pruritus), sensasi penuh di telinga (aural fullness),
keluarnya cairan dari telinga (otorea), rasa tidak nyaman atau nyeri pada telinga,
otalgia (nyeri telinga), tinnitus (dengung atau berdering di telinga), dan terkadang
bisa mengalami gangguan pendengaran.Penyakit ini memiliki penyebaran yang
luas di dunia, didapatkan pravelensi 9%-30% dari seluruh kasus penyakit otitis
eksterna penyebabnya adalah otomikosis.1,2 Pada umumnya otomikosis sering
terjadi pada wilayah geografis dengan tingkat kelembaban yang lebih tinggi di
daerah tropis dan subtropis. Secara umum, otomikosis cenderung lebih sering
terjadi di negara-negara tropis dan subtropis karena faktor-faktor seperti
kelembaban tinggi dimana lingkungan yang lembab diperlukan untuk pertumbuhan
jamur, cuaca panas, dan keberadaan debu di lingkungan.2 Beberapa penelitian
melaporkan bahwa insiden otomikosis lebih tinggi pada laki-laki, meskipun ada
juga penelitian lain yang menemukan rasio perempuan lebih tinggi.3 Umumnya
prevalensi paling sering terjadinya otomikosis terdapat pada kelompok rentang usia
20-30 tahun.4
Otomikosis memiliki faktor predisposisi yaitu trauma pada saluran telinga
luar, hygiene yang buruk, telinga yang sering basah, dan kebiasaan membersihkan
telinga dengan alat yang tidak tepat, kondisi ini dapat mengganggu keseimbangana
lipid atau asam pada saluran telinga dan dapat meningkatkan risiko terjadinya
otomikosis.5 Faktor sistemik yang juga dapat meningkatkan risiko otomikosis yaitu
penggunaan steroid dalam jangka panjang, obat sitostatik, obat antibiotik spektrum
luas, serta individu dengan kekebalan tubuh yang lemah seperti pasien yang

1
menderita diabetes, HIV-AIDS, dan pasien kanker yang sedang menjalani obat
kemoterapi. Hal ini dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan membuat tubuh
lebih rentan terhadap otomikosis.4,5

Mikroorganisme yang paling sering menyebabkan otomikosis adalah


Aspergillus spp (seperti Aspergillus niger, Aspergillus flavus, Aspergillus terreus,
Aspergillus fumigatus) didapatkan pravelensi sebanyak 60%-80% kasus.
Mikroorganisme lain yang dapat menyebabkan otomikosis yaitu Candida spp
(seperti Candida albicans), serta jenis yang lebih jarang ditemukan seperti
Phycomycetes, Penicillium, Mucor spp, dan Rhizopus spp.1,5-6

Diagnosis otomikosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan kepada pasien
tersebut.5-6 Tatalaksana otomikosis yaitu dengan membersihkan liang telinga
melalui ear toilet dengan membersihkan kotoran secara menyeluruh dan
membersihkan sisa-sisa epitel yang dapat mendukung pertumbuhan jamur. Proses
pembersihan dengan cara penyedotan (suction), penyemprotan (irigasi), atau
membersihkan dengan menggunakan kapas, serta dapat diberikan obat topikal
antijamur.6 Jika ada keterlambatan dalam diagnosis dan penatalaksanaan akan
timbul komplikasi, komplikasi yang berhubungan dengan otomikosis termasuk
perforasi membran timpani, gangguan pendengaran, dan berpotensi infeksi tulang
temporal yang invasif.7-8

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

OTOMIKOSIS

2.1 DEFINISI
Otomikosis adalah penyakit infeksi jamur superfisial yang terjadi pada liang
telinga atau Meatus Acusticus Externa (MAE) yang bersifat akut, sub-akut ataupun
kronis. Penyakit ini memiliki penyebaran yang luas di dunia, didapatkan pravelensi
9%-30% dari seluruh kasus penyakit otitis eksterna penyebabnya adalah
otomikosis.1

2.2 ANATOMI TELINGA


Anatomi telinga dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu telinga luar,
telinga tengah, dan telinga dalam. Komponen dari telinga luar yaitu daun telinga,
liang telinga atau meatus akustikus eksternus (MAE) dan membran timpani.
Telinga tengah terdiri dari membran timpani, tulang pendengaran (malleus, incus,
dan stapes) serta tuba eustachius. Sedangkan komponen dari telinga dalam yaitu
koklea (rumah siput) dan kanalis semisirkularis.6
Telinga luar merupakan bagian terdiri dari aurikula (daun telinga) dan meatus
akustikus eksternus (MAE) mencapai membran timpani. Daun telinga (Aurikula)
merupakan lempengan tulang rawan elastis tipis yang ditutupi oleh kulit dan
berfungsi sebagai pengumpul getaran udara dan akan meneruskannya ke ke liang
telinga. Meatus akustikus eksternus (MAE) atau liang telinga menyerupai huruf S
dan dimulai dari dasar konka daun telinga hingga sampai ke membran timpani
dengan panjangnya kurang lebih 2,5 cm. Untuk melihat jelas membran timpani
MAE atau liang telinga harus ditarik ke bagian atas belakang dan kesamping. MAE
ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu pars cartilago yang berada pada sepertiga
luar dan pars osseus yang berada pada dua pertiga dalam.6,9,10

3
Gambar 1. Anatomi telinga.9
Membran timpani pada telinga berbentuk kerucut dengan puncak oval dan
dipisah menjadi dua bagian yaitu pars tensa dan pars flasida. Pars tensa
membentuk sebagian besar membran timpani, bagian tengah dari pars tensa
melengkung ke dalam setinggi ujung maleus dan disebut umbo. Bila terkena cahaya
otoskop dari umbo akan tampak reflek cahaya ke arah bawah, pada membran
timpani sebelah kiri menggambarkan pukul 7 dan membran timpani kanan
menggambarkan pukul 5. Membran timpani berfungsi untuk menyebarkan getaran
secara ideal ke telinga tengah. Membran timpani adalah membran fibrosa tipis yang
berwarna kelabu, berkilap seperti mutiara, dan mempunyai garis tengah dengan
ukuran tinggi kurang lebih 9 mm dan memiliki ketebalan kurang lebih 0,1 mm.
Membran timpani dapat dibagi menjadi empat kuadran dengan menarik garis sejajar
dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada umbo, sehingga
membentuk bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan, dan bawah-belakang.
Pembagian ini digunakan untuk menyatakan lokasi perforasi atau robekan pada
pada membran timpani.6,9-11

4
Gambar 2. Anatomi membran timpani12

2.3 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi otomikosis yang tersebar diseluruh dunia berkisar antara 9% hingga
30%, umunya paling sering pasien yang mengalami penyakit otitis eksterna
penyebabnya adalah otomikosis.1 Penyebab otitis eksterna yang paling sering
adalah bakteri, namun dari beberapa kasus mendapatkan kasus otitis eksterna juga
dapat disebabkan oleh infeksi jamur. Dalam beberapa penelitian melaporkan juga
bahwa bakteri dan jamur dapat menginfeksi liang telinga luar secara bersamaan.1,2
Secara umum, otomikosis cenderung lebih sering terjadi di negara-negara tropis dan
subtropis karena faktor-faktor seperti kelembaban tinggi dimana lingkungan yang
lembab diperlukan untuk pertumbuhan jamur, cuaca panas, dan keberadaan debu di
lingkungan. Beberapa penelitian melaporkan bahwa insiden otomikosis lebih tinggi
pada laki-laki, meskipun ada juga penelitian lain yang menemukan rasio perempuan
lebih tinggi. Umumnya prevalensi paling sering terjadinya otomikosis terdapat pada
kelompok rentang usia 20-30 tahun.2-4

2.4 ETIOLOGI
Otomikosis memiliki faktor predisposisi yaitu trauma pada saluran telinga
luar, hygiene yang buruk, telinga yang sering basah, dan kebiasaan membersihkan
telinga dengan alat yang tidak tepat, kondisi ini dapat mengganggu keseimbangana

5
lipid atau asam pada saluran telinga dan dapat meningkatkan risiko terjadinya
otomikosis. Faktor sistemik yang juga dapat meningkatkan risiko otomikosis yaitu
penggunaan steroid dalam jangka panjang, obat sitostatik, obat antibiotik spektrum
luas, serta individu dengan kekebalan tubuh yang lemah seperti pasien yang
menderita diabetes, HIV-AIDS, dan pasien kanker yang sedang menjalani obat
kemoterapi. Hal ini dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan membuat tubuh
lebih rentan terhadap otomikosis.4

Mikroorganisme yang paling sering menyebabkan otomikosis adalah


Aspergillus spp (seperti Aspergillus niger, Aspergillus flavus, Aspergillus terreus,
Aspergillus fumigatus) didapatkan pravelensi sebanyak 60%-80% kasus.
Mikroorganisme lain yang dapat menyebabkan otomikosis yaitu Candida spp
(seperti Candida albicans), serta jenis yang lebih jarang ditemukan seperti
Phycomycetes, Penicillium, Mucor spp, dan Rhizopus spp.1,5-7

2.5 PATOFISIOLOGI
Otomikosis dipengaruhi oleh faktor internal (inang/tuan rumah) dan faktor
eksternal (lingkungan) yang berkaitan dengan telinga, termasuk perubahan pH,
perubahan epitel telinga, serta perubahan kuantitatif dan kualitatif pada kotoran
telinga. Penyakit ini terjadi ketika jamur secara tidak sengaja menembus barrier
kulit atau saat terjadi penurunan sistem kekebalan tubuh, menciptakan lingkungan
yang kondusif untuk infeksi jamur.4 Infeksi jamur oportunistik pada jaringan yang
meradang dapat menyebabkan deskuamasi dan menghasilkan akumulasi puing-
puing yang mengandung hifa di Meatus Acusticus Externa (MAE).1 Jamur
mengembangkan mekanisme virulensinya, seperti membentuk kapsul dan memiliki
kemampuan tumbuh pada suhu 37 °C. Selain itu, bentuk morfologi seperti ragi,
hifa, dan badan sklerotik dapat meningkatkan kemampuan jamur untuk
berkembang biak di liang telinga. Individu yang sehat dan memiliki sistem
kekebalan tubuh yang baik memiliki pertahanan terhadap infeksi jamur. Resistensi
terhadap jamur terutama bergantung pada barrier kulit dan mukosa.4

6
2.6 DIAGNOSIS

Diagnosis otomikosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik, dan pemeriksaan penunjang.

2.6.1 Anamnesis
Pasien yang mengalami otomikosis umumnya mengeluhkan gejala seperti
rasa gatal yang sangat intens (pruritus), sensasi penuh di telinga (aural fullness),
keluarnya cairan dari telinga (otorea), rasa tidak nyaman atau nyeri pada telinga,
dan mungkin juga mengalami otalgia (nyeri telinga), tinnitus (dengung atau
berdering di telinga), dan gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran yang
terkait dengan otomikosis biasanya disebabkan oleh akumulasi debris mikotik.5,6,9
Dalam beberapa penelitian, keluhan yang paling umum ditemukan pada
pasien otomikosis adalah rasa gatal (pruritus) di liang telinga. Meskipun gejala otitis
eksterna bakterial dan otomikosis serupa, namun selama perkembangan penyakit,
rasa gatal sering kali menjadi keluhan yang lebih menonjol pada infeksi jamur.9

2.6.2 Pemeriksan Fisik


Dalam pemeriksaan otoskopi pada kasus otomikosis, dapat terlihat adanya
hifa dan spora (conidiophores), yang merupakan gambaran khas dari jamur
Aspergillus sp. Selain itu, Candida seringkali membentuk gambaran miselia yang
berwarna putih, atau jika bercampur dengan serumen, dapat berwarna kekuningan.
Pada liang telinga, dapat juga ditemui tanda-tanda seperti eritema (kemerahan),
edema (pembengkakan), tampak basah, dan oversensitivitas.1,5-6

2.6.3 Pemeriksaan Penunjang

2.6.3.1 Pemeriksaan Mikroskop Langsung


Pemeriksaan mikroskopik dapat mengidentifikasi berbagai elemen seperti
hifa, artospora, arthroconidia, dan spora jamur. Pemeriksaan mikroskop langsung
dapat dilakukan dengan menggunakan larutan kalium hidroksida atau potasium
hidroksida (KOH) sebanyak 10-20%.5, 13
Sensitivitas mikroskop untuk
mendiagnosis infeksi jamur bervariasi tergantung pada sumber dan kualitas
spesimen, serta keterampilan dan pengalaman laboratorium.14 Untuk memberikan

7
rincian lebih lanjut, apusan dapat diwarnai dengan methylene blue, Giemsa, atau
Gram. Pada pemeriksaan langsung untuk spesies Aspergillus spp., dapat terlihat
hifa bersekat, kepala konidia, dan konidia berwarna coklat kehitaman. Sementara
pada spesies Candida spp., gambaran blastokonidia dan pseudohifa akan tampak.15

2.6.3.2 Kultur Jamur


Kultur merupakan standar emas untuk mendiagnosis infeksi jamur.16 Media
kultur dapat beragam jenisnya, tergantung pada kebutuhan nutrisi untuk
pertumbuhan masing-masing mikroorganisme. Media yang mengandung sumber
karbohidrat dan nitrogen diperlukan untuk pertumbuhan jamur dengan kisaran pH
5 sampai 6, dan suhu berkisar antara 15 sampai 37 °C. Salah satu media yang umum
digunakan untuk kultur jamur adalah Sabouraud Dextrose Agar (SDA).17 Selain
SDA, media kultur jamur yang bebas sikloheksamid meliputi potato dextrose agar
dan Czapek agar. Proses inkubasi biasanya dilakukan pada suhu kamar selama 3-5
hari.15 Kultur memiliki keunggulan dalam mengidentifikasi etiologi secara spesifik.
Namun, kultur jamur memiliki keterbatasan karena memerlukan waktu yang cukup
lama dan biaya yang tinggi.14

2.6.3.3 Histopatologi
Spesimen yang digunakan untuk pemeriksaan histopatologi pada
otomikosis diperoleh melalui biopsi jaringan. Pewarnaan Periodic Acid-Schiff
(PAS) dapat digunakan dalam pemeriksaan histopatologi untuk mendeteksi jamur.
Identifikasi histopatologi jamur pada otomikosis memberikan hasil yang lebih cepat
dibandingkan dengan kultur, sehingga dapat menjadi metode yang lebih efisien
untuk konfirmasi diagnosis.16

2.6.3.4 Radiologi
Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan pada kasus otomikosis yang bersifat
invasif atau ganas, terutama untuk melihat apakah terjadi penyebaran infeksi.
Pemeriksaan ini penting, terutama dalam kasus Fungal Malignant External Otitis
(FMEO) dan otomikosis yang melibatkan telinga tengah. Hasil pemeriksaan
radiologi dapat menjadi panduan bagi dokter untuk menentukan langkah-langkah

8
pengelolaan, termasuk tindakan pembedahan yang mungkin diperlukan dalam
penanganan kasus-kasus yang lebih kompleks atau berat.18

2.7 PENATALAKSANAAN
Tatalaksana otomikosis yaitu dengan membersihkan liang telinga melalui ear
toilet dengan membersihkan kotoran secara menyeluruh dan membersihkan sisa-
sisa epitel yang dapat mendukung pertumbuhan jamur. Proses pembersihan dengan
cara penyedotan (suction), penyemprotan (irigasi), atau membersihkan dengan
menggunakan kapas. Penanganan ini sering melibatkan penggunaan larutan asam
asetat 2% dalam alkohol, larutan lodium povidon 5%, atau tetes telinga yang
mengandung campuran antibiotik dan steroid yang diinfuskan ke dalam liang
telinga. Penggunaan salep antijamur sebagai alternatif topikal juga mungkin
diberikan. Beberapa agen antijamur yang umum termasuk thimerosal (seperti
merthiolate) dan gentian violet sebagai nonspesifik, sedangkan klotrimazol,
Nystatin (dalam bentuk tetes) dan ketoconazole sebagai antijamur spesifik yang
sering digunakan. Untuk infeksi jamur yang disebabkan oleh Aspergillus spp,
itraconazole adalah satu-satunya agen antijamur yang efektif dan diberikan secara
oral.3,6,9 Penggunaan klotrimazol atau Nystatin mungkin efektif untuk mengobati
infeksi yang disebabkan oleh Candida spp., namun respons terhadap pengobatan
infeksi yang disebabkan oleh Aspergillus spp., kurang memuaskan.19
Pengobatan antijamur sebaiknya dilanjutkan selama setidaknya satu minggu
setelah otomikosis sembuh untuk mencegah kekambuhan. Penting untuk menjaga
telinga tetap kering selama pengobatan dan pemulihan. Otomikosis juga dapat
terjadi secara bersamaan dengan infeksi bakteri sehingga penggunaan sediaan
antibiotik atau steroid dapat membantu mengurangi peradangan dan edema yang
juga dapat meningkatkan penetrasi obat antijamur.9
Pada beberapa penelitian mendapatkan bahwa madu dapat dijadikan sebagai
alternatif pengobatan otomikosis karena memiliki efek antijamur.20-22 Pada
beberapa penelitian mendapatkan bahwa madu dapat dijadikan sebagai alternatif

9
pengobatan otomikosis karena memiliki efek antijamur. Penelitian yang dilaporkan
di Malaysia oleh Hamid et al. membuktikan bahwa madu Tualang, Acacia, dan
Kelulut memiliki efek anti jamur terhadap Aspergillus niger dan Candida albicans
yang merupakana jamur penhyebab otomikosis. Beberapa penelitian yang sama
yang dilakukan di India oleh Khan et al. juga menemukan efek anti jamur pada
madu Khadi Gram Udyog, Dabur honey, dan Apis Himalaya honey terhadap
pertumbuhan jamur seperti Aspergillus niger, Aspergillus tamarii, dan Candida,
yang merupakan penyebab otomikosis.20 Asam fenolik dalam madu dapat
mempengaruhi membran sitoplasma jamur dan dapat menyebabkan kematian sel.
Konsentrasi gula tinggi pada madu juga dapat melisiskan pertumbuhan jamur dan
bakteri dengan meningkatkan osmolaritas.22
Penelitian yang dilakukan oleh Patel et al. menemukan bahwa madu memiliki
efektivitas terapi yang setara dengan klotrimazol dalam pengobatan otomikosis.
Penelitian ini menggunakan metode randomized clinical control-trial dengan
melibatkan 32 pasien otomikosis yang dibagi menjadi dua kelompok. Satu
kelompok menerima perlakuan berupa 3 tetes madu, sedangkan kelompok lainnya
menerima 3 tetes klotrimazol masing-masing selama 7 hari. Evaluasi dilakukan
terhadap perbaikan tanda dan gejala otomikosis pada pasien. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pasien yang menerima perlakuan dengan tetes madu pada
telinga menunjukkan perbaikan gejala dan tanda otomikosis yang setara dengan
pasien yang menerima klotrimazol.22

2.8 KOMPLIKASI
Komplikasi yang berhubungan dengan otomikosis termasuk perforasi membran
timpani, gangguan pendengaran, dan berpotensi menyebabkan infeksi tulang
temporal. Perforasi membran timpani dapat timbul sebagai komplikasi otomikosis
yang berasal dari telinga yang awalnya gendang telinga utuh. Angka kejadian
perforasi dari beberapa penelitian melaporkan perforasi membran timpani pada
otomikosis didapatkan persentase berkisar 11%-16% dengan perforasi lebih umum
disebabkan oleh Candida albicans.7 Khususnya, perforasi membran timpani

10
cenderung lebih sering terjadi pada individu dengan sistem kekebalan yang lemah
dibandingkan dengan individu yang imunokompeten.8 Berdasarkan lokasinya,
otomikosis pada telinga dibedakan menjadi otomikosis eksterna, otomikosis telinga
bagian tengah, dan infeksi jamur telinga bagian dalam. Otitis eksterna maligna
jamur umumnya terjadi pada pasien dengan komorbiditas diabetes dan infeksinya
dapat menyebar atau meluas ke jaringan lunak dan tulang tengkorak di sekitarnya.
Otomikosis pada telinga tengah dapat terjadi karena komplikasi dari riwayat
mastoidektomi sebelumnya atau kolesteatoma yang sudah ada sebelumnya.18

2.9 PROGNOSIS
Otomikosis dikaitkan dengan berbagai komplikasi termasuk masalah telinga
bagian dalam meskipun kasus kematian jarang terjadi. Kondisi yang timbul akibat
infeksi jamur dapat memberikan gambaran prognosis yang buruk bagi individu
dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah terutama pada kasus imunodefisiensi
seluler dan neutropenia.3,19

Status Pasien

11
BAGIAN TELINGA HIDUNG
TENGGOROKAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS RIAU - PEKANBARU

Nama Dokter Muda : Annisa Viani Khalda


Nim : 2308437669
Pembimbing : dr. Ibrahim Irsan Nasution, Sp.THT-BKL,
Subsp.Onk (K)
Tanggal : 6 Desember 2023

STATUS PASIEN
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AM
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin :Laki-Laki
Alamat : Simpang tiga, Pekanbaru
Suku Bangsa : Hazora

ANAMNESA
Keluhan Utama :
Telinga kiri terasa penuh dan disertai gatal sejak 7 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke poliklinik THT-KL RSUD Arifin Achmad dengan keluhan
telinga kiri terasa penuh dan disertai gatal sejak 7 hari yang lalu. Keluhan

12
disertai keluar nya cairan berwarna bening, tidak berbau, dan tidak ada darah.
Gatal timbul saat setelah mandi atau saat pasien berkeringat dan terkadang
mengganggu aktivitas pasien. Pasien mengatakan karena keluhan tersebut,
beberapa kali pasien mengorek telinga kirinya dengan cotton bud. Pasien
juga mengatakan mengalami riwayat penyakit OMSK 3 bulan yang lalu
namun perforasi pada telinga pasien sudah menutup kembali. Pasien
mengaku sering melakukan aktivitas berenang sejak 2 tahun yang lalu, tetapi
sudah berhenti sejak pasien didiagnosis OMSK oleh dokter spesialis THT-
KL. Keluhan demam disangkal. Riwayat trauma disangkal. Keluhan pusing
berputar disangkal. Tidak terdapat keluhan pada hidung dan tenggorokan.

Riwayat Penyakit Dahulu :

-Riwayat keluhan yang sama (-)


-Riwayat Diabetes Melitus (-)
-Riwayat OMSK benigna tipe aktif (+)
-Riwayat alergi protein (+)

Riwayat Penyakit Keluarga :

-Keluarga tidak ada mengalami keluhan yang sama (-)

Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan

-Pasien seorang wiraswasta


-Merokok (-), Minum Alkohol (-)
-Pasien sering menggunakan cotton bud untuk mengurangi gatal dan
mengurangi cairan yang di dalam telinga
-Pasien memiliki riwayat kebiasaan berenang sejak 2 tahun yang lalu, dan
berhenti setelah di diagnosa OMSK oleh dokter spesialis THT-KL

13
PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan


Kesadaran : Komposmentis Kooperatif
Tekanan darah : 121/83 mmHg
Frekuensi Nadi : 92 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu Tubuh : 36,5oC
BB : 55 kg
TB : 170 cm
IMT : 19,03 (normoweight)
Pemeriksaan Sistemik

Kepala
Mata : Allergic shiner : (-/-)
Konjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Toraks : Jantung : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : Vesikuler di seluruh lapang paru
Abdomen : Supel, bising usus (+), frekuensi 10 kali per
menit
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik

14
STATUS LOKALIS THT

Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Kel. Kongenital Tidak ada Tidak ada
Trauma Tidak ada Tidak ada
Daun Telinga Radang Tidak ada Tidak ada
Nyeri tarik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan tragus Tidak ada Tidak ada
Lapang / sempit Lapang Lapang
Liang Telinga Hiperemi Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Terdapat debris
berwarna
keputihan, dan
hifa
berwarna kekuni
ngan.
Bau Tidak ada Tidak ada
Sekret/Serumen
Warna Kekuningan Kekuningan

Jumlah Minimal Minimal

Membran Tympani

Warna Putih Mutiara Sulit dinilai


Refleks Cahaya Arah jam 5 Sulit dinilai
Utuh Bulging Tidak ada Tidak ada
Retraksi Tidak ada Tidak ada
Atrofi Tidak ada Tidak ada
Jumlah perforasi Tidak ada Sudah menutup
Jenis Tidak ada Tidak ada
Perforasi Kuadran Tidak ada Tidak ada
Pinggir Tidak ada Tidak ada
Kolesteatoma Tidak ada Tidak ada

15
Gambar

Tanda Tidak ada Tidak ada


radang/abses
Mastoid Fistel Tidak ada Tidak ada
Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada

Tes Garpu Tala Rinne Positif Positif


Weber Lateralisasi (-) Lateralisasi (-)
Schwabach Sama dengan Sama dengan
pemeriksa pemeriksa
Kesimpulan Normal Normal
Audiometri Tidak Tidak dilakukan
dilakukan

Hidung

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra


Deformitas Tidak ada Tidak ada
Kelainan Tidak ada Tidak ada
Hidung Luar Kongenital
Trauma Tidak ada Tidak ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada

Sinus Paranasal
Pemeriksaan Dekstra Sinistra
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada

16
Rinoskopi Anterior

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra


Vestibulum Vibrise + +
Radang - -
Cavum Nasi Lapang /Cukup Cukup Lapang Cukup Lapang
Lapang/Sempit
Lokasi Tidak ada Tidak ada
Jenis - -
Sekret Jumlah - -
Bau - -
Ukuran Eutrofi Eutrofi
Warna Merah muda Merah muda
Konkha Inferior Permukaan Licin Licin

Edema Tidak ada Tidak ada


Ukuran Eutrofi Eutrofi
Konkha Media Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Edema Tidak ada Tidak ada
Cukup lurus / Cuku Lurus Cukup Lurus
deviasi
Septum Permukaan Licin Licin
Warna Merah muda Merah muda
Spina Tidak ada Tidak ada
Krista Tidak ada Tidak ada
Abses Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Lokasi Tidak ada Tidak ada
Bentuk - -
Ukuran - -
Massa Permukaan - -
Warna - -
Konsistensi - -
Mudah digoyang - -
Pengaruh - -
vasokonstriktor

17
Gambar - -

Rinoskopi Posterior ( Nasofaring ) : Tidak dilakukan

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra


Koana Lapang / Sempit - -
Warna - -
Mukosa Edema - -
Jaringan - -
Granulasi
Ukuran - -
Warna - -
Konkha Permukaan - -
Superior Edema - -

Adenoid Ada/ Tidak - -

Ada / Tidak - -
Muara tuba Tertutup sekret - -
Eustachius Edema - -
Lokasi - -
Massa Ukuran - -
Bentuk - -
Permukaan - -
Post Nasal Drip Ada / Tidak - -
Jenis - -
Gambar

Orofaring / Mulut

18
Pemeriksaan Kelainan Dektra Sinistra
Simetris/ Tidak Simetris Simetris
Palatum Mole Warna Merah muda Merah muda
+ Arkus Edema Tidak ada Tidak ada
Faring Bercak/ Eksudat Tidak ada Tidak ada
Dinding Faring Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Ukuran T1 T1
Warna Merah muda Merah muda
Tonsil Permukaan Licin Licin
Muara kripti Tidak ada Tidak
Detritus Tidak ada Tidak ada
Eksudat Tidak ada Tidak ada
Perlengketan Tidak ada Tidak ada
dengan pilar
Warna Merah muda Merah muda
Peritonsil Edema Tidak ada Tidak ada
Abses Tidak ada Tidak ada
Lokasi Tidak ada Tidak ada
Bentuk - -
Tumor Ukuran - -
Permukaan - -
Konsistensi - -
Gigi Karies / Radiks Tidak ada Tidak ada
Kesan Dalam batas Dalam batas
normal normal

Pemeriksaan Kelainan Dektra Sinistra


Lidah Deviasi Tidak ada Tidak ada
Bentuk Normal Normal
Tumor Tidak ada Tidak ada
Gambar

19
Laringoskopi Indirek
Pemeriksaan Kelainan -
Epiglotis Bentuk -
Warna -
Edema -
Pinggir rata / tidak -
Massa -
Aritenoid Warna -
Edema -
Massa -
Gerakan -
Ventrikular Warna -
Band
Edema -
Massa -
Plica Vokalis Warna -
Gerakan -
Pinggir Medial -
Massa -
Subglotis / Sekret ada / tidak -
Trakhea
Massa -
Sinus Piriformis Massa -
Sekret -
Valekule Sekret ( jenisnya ) -
Massa -
Gambar

Pemeriksaan kelenjar Getah Bening Leher :

Inspeksi : Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar limfe leher.

Palpasi : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limfe leher.

20
RESUME ( DASAR
DIAGNOSIS )

Anamnesis :

Keluhan Utama :
Telinga kiri terasa penuh dan disertai gatal sejak 7 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke poliklinik THT-KL RSUD Arifin Achmad dengan keluhan
telinga kiri terasa penuh dan disertai gatal sejak 7 hari yang lalu. Keluhan disertai
keluar nya cairan berwarna bening, tidak berbau, dan tidak ada darah. Gatal
timbul saat setelah mandi atau saat pasien berkeringat dan terkadang mengganggu
aktivitas pasien. Pasien mengatakan karena keluhan tersebut, beberapa kali pasien
mengorek telinga kirinya dengan cotton bud. Pasien juga mengatakan mengalami
riwayat penyakit OMSK 3 bulan yang lalu namun perforasi pada telinga pasien
sudah menutup kembali. Pasien mengaku sering melakukan aktivitas berenang
sejak 2 tahun yang lalu, tetapi sudah berhenti sejak pasien didiagnosis OMSK
oleh dokter spesialis THT-KL.

Riwayat Penyakit Dahulu :

-Riwayat OMSK benigna (+)


-Riwayat alergi protein (+)

21
Pemeriksaan Fisik

Telinga Kanan Kiri


Normal Normal
Daun Telinga

Lapang Terdapat debris berwarna


Liang Telinga keputihan, dan hifa
berwarna kekuningan.
Lapang Sulit dinilai
Membran
Tympani

Gambar

Hidung Kanan Kiri


Rinoskopi
Anterior
Vestibulum Normal Normal

Cavum Nasi Normal Normal

Konkha Normal Normal


Inferior
Sekret - -

Massa Tidak ada Tidak ada

Gambar

Rinoskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan


Posterior
Laringoskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Indirek
Epiglotis

22
Pita Suara

Gambar

Faring

Palatum Normal Normal


Mole/arkus
faring
Dinding Merah Muda Merah muda
Faring
Tonsil Ukuran: T1-T1 Ukuran: T1-T1
Warna: Merah muda Warna: Merah muda
Permukaan: Licin Permukaan: Licin
Muara Kripti: Tidak Muara Kripti: Tidak ada
ada

Gambar

Diagnosis : Otomikosis Aurikula Sinistra

DD/ : Bakterialis Otitis Eksterna, Otitis Media

Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan KOH

Terapi :

• Klotrimazole 2% krim 3x1 s.u.e


• Itraconazole tab 1x100 mg no.X
• Cetirizin tab 1x10 mg no.X
Prognosis :
• Quo ad vitam : Bonam

23
• Quo ad sanam : Dubia ad bonam

Nasehat :
• Menjelaskan mengenai penyakit pasien dan rencana terapi yang
diberikan
• Menjaga agar air tidak masuk ke telinga sewaktu mandi dan dilarang
• berenang atau dapat menggunakan penutup telinga saat mandi
• Keringkan telinga dengan menggunakan tissu jika basah baik setelah
mandi dan berkeringat
• Hindari mengorek telinga dengan menggunakan cotton bud.

24
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan maka


dapat ditegakkan diagnosis kerja otomikosis aurikuls sinistra. Pasien datang ke poli
THT-KL RSUD Arifin Achmad dengan keluhan telinga kiri terasa penuh dan gatal
sejak 7 hari yang lalu. keluhan disertai keluar nya cairan berwarna bening, tidak
berbau, dan tidak ada darah. Gatal timbul saat setelah mandi atau saat pasien
berkeringat. Pasien mengatakan karena keluhan tersebut, beberapa kali pasien
mengorek telinga kirinya dengan cotton bud. Pasien juga mengatakan mengalami
riwayat penyakit OMSK 3 bulan yang lalu namun perforasi pada telinga pasien
sudah menutup kembali. Pasien mengaku sering melakukan aktivitas berenang
sejak 2 tahun yang lalu, tetapi sudah berhenti sejak pasien didiagnosis OMSK oleh
dokter spesialis THT-KL. Keluhan demam disangkal. Riwayat trauma disangkal.
Keluhan pusing berputar disangkal. Tidak terdapat keluhan pada hidung dan
tenggorokan.Dari anamnesis pasien tersebut, didapatkan kesamaan dengan gejala
dari otomokosis ditandai dengan adanya keluhan telinga yang terasa gatal disertai
keluar nya cairan berwarna bening, tidak berbau, dan tidak ada darah. Gatal timbul
saat setelah mandi atau saat pasien berkeringat. Pasien juga mengatakan karena
keluhan tersebut, beberapa kali pasien mengorek telinga kirinya dengan cotton bud
dan ada riwayat kebiasaan berenang. Hal ini termasuk dari faktor presdiposisi dari
otomikosis.4
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada liang telinga kiri didapatkan debris
berwarna putih dan hifa kekuningan. Pada telinga kiri, membran timpani sulit
dinilai, refleks cahaya tidak terlihat, namun perforasi sudah menutup. Pada
pemeriksaan tes garpu tala didapatkan hasil dalam batas normal pada kedua telinga,
tidak terdapat adanya lateralisasi dan hasil sama dengan pemeriksa dengan
kesimpulannya pemeriksaan tes garputala dalam keadaan normal. Tatalaksana
otomikosis yaitu dengan membersihkan liang telinga melalui ear toilet dengan
membersihkan kotoran secara menyeluruh dan membersihkan sisa-sisa epitel yang

25
dapat mendukung pertumbuhan jamur.3,6,9 Penatalaksanaan pada pasien ini
dilakukan pembersihan pada liang telinga terlebih dahulu. Terapi medikamentosa
yang diberikan kepada pasien yaitu obat topikal anti jamur Klotrimazole 2% krim
dioleskan pada telinga kiri yang dalam keadaan kering, diberikan 3 kali sehari.
Untuk obat sistemik diberikan itraconazole tablet dosis 100mg diminum 1 kali
sehari, dan untuk obat gatal diberikan cetirizin tablet dosis 10mg dosis tunggal
diminum 1 kali sehari.3,6,9 Terapi non-medikamentosa pada pasien ini berupa
edukasi mengenai penyakit yang dialaminya, yaitu dengan menjelaskan mengenai
penyakit pasien dan rencana terapi yang diberikan, memberitahu pasien agar air
tidak masuk ke telinga sewaktu mandi dan dilarang berenang atau dapat
menggunakan penutup telinga saat mandi, mengeringkan telinga dengan
menggunakan tissu jika basah baik setelah mandi dan berkeringat, serta hindari
mengorek telinga dengan menggunakan cotton bud.

26
BAB V
KESIMPULAN

Otomikosis adalah penyakit infeksi jamur yang terjadi pada liang telinga atau
Meatus Acusticus Externa (MAE) yang bersifat akut, sub-akut ataupun kronis.
Otomikosis memiliki faktor predisposisi yaitu trauma pada saluran telinga luar,
hygiene yang buruk, telinga yang sering basah, dan kebiasaan membersihkan
telinga dengan alat yang tidak tepat, kondisi ini dapat mengganggu keseimbangana
lipid atau asam pada saluran telinga dan dapat meningkatkan risiko terjadinya
otomikosis. Faktor sistemik yang juga dapat meningkatkan risiko otomikosis yaitu
penggunaan steroid dalam jangka panjang, obat sitostatik, obat antibiotik spektrum
luas, serta individu dengan kekebalan tubuh yang lemah seperti pasien yang
menderita diabetes, HIV-AIDS, dan pasien kanker yang sedang menjalani obat
kemoterapi. Hal ini dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan membuat tubuh
lebih rentan terhadap otomikosis. Pasien yang mengalami otomikosis umumnya
mengeluhkan gejala seperti rasa gatal yang sangat intens (pruritus), sensasi penuh
di telinga (aural fullness), keluarnya cairan dari telinga (otorea), rasa tidak nyaman
atau nyeri pada telinga, dan mungkin juga mengalami otalgia (nyeri telinga),
tinnitus (dengung atau berdering di telinga), dan gangguan pendengaran. Prognosis
otomikosis umunya bonam jika ditatalaksana dengan baik. Namun, prognosis
otomikosis bisa buruk pada pasien dengan kekebalan tubuh yang lemah.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Chavan, R.P., Ingole, S.M. & Kanchewad Resident, G.S. Single


Topical Application of 1% Clotrimazole Cream in Otomycosis. Indian
J Otolaryngol Head Neck Surg 75 (Suppl 1), 147–154 (2023).
https://doi.org/10.1007/s12070-022-03206-x

2. Devara M, Raju D, Narasinga B, Rao S, Bharathi D. Otomycosis - a


ClinicoMycological Study in a Teaching Hospital of North Coastal
Area of Andhra Pradesh 12 After Covid-19 Scenario. Int J Med Rev
Case Reports. 2022;6(9):66–9. Available in :
https://mdpub.net/?mno=80475

3. Merza H, Abdulkhaleq J. Evaluation of the Prevalence of Otomycosis


in Patients Referred to the ENT Clinic. Int J Otolaryngol Head &amp;
Neck Surg. 2021;10(05):392–7. Available in :
https://doi.org/10.4236/ijohns.2021.105036

4. Shuaib Kayode A, Kayode Rasaq A, Tayo I. A Prospective Analysis of


Otomycosis in a Tertiary Care Hospital. Int J Trop Dis. 2020;3(1):1–8.
Available in : https://clinmedjournals.org/articles/ijtd/international-
journal-of-tropical-diseases- ijtd-3-029.php?jid=ijtd

5. Grunstein E, Santos F, Selesnick S. External & Middle Ear. In: Lalwani


K, editor. Current Diagnosis & Treatment Otolaryngology Head and
Neck Surgery. 2 ed. United States of America: The McGraw-Hill;
2008. hal. 624.

6. Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran dan


Kelainan Telinga. Dalam: Soepardi E, Iskandar N, Bashidruddin J,
Restuti R, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher. edisi ke-6. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Riau; 2017. hal. 10–27.

7. Saniasiaya J, Narayanan P. Hyphae in external auditory canal. BMJ


Case Reports. 2021 Jul;14(7):e245388.

8. Koltsidopoulos P, Skoulakis C. Otomycosis With Tympanic


Membrane Perforation: A Review of the Literature. Ear, Nose & Throat
Journal. 2019 May 29;99(8):518–21.

28
9. Dhingra P, Dhingra S. Anatomy of Nose. In: Dhingra P, Dhingra S,
editor. Diseases of the Ear, Nose, and Throat & Head and Neck
Surgery. Seventh Ed. New Delhi: Elsevier India; 2018. hal. 149–51.

10. Nugroho PS, Wiyadi H. Anatomi Dan Fisiologi Pendengaran Perifer. J


THT-KL. 2009;2(2): h.76-85. Available from :
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-thtklada99f6a28full.pdf

11. Snell RS. Kepala dan leher. Dalam: Sinambela A, Ong HO, Mandera
LI, Haniyarti S,editor. Anatomi klinis berdasarkan regio. Edisi 9.
Jakarta: EGC; 2012. hal; 570-6.

12. Tympanic Membrane Anatomy. Tympanic Membrane Anatomy


[Internet]. Department of Pediatrics. 2009 [cited 2019 Nov 18].
Available from: https://www.pediatrics.wisc.edu/education/acute-
otitis-media/tympanic-membrane-anatomy/

13. Centers for Disease Control and Prevention. KOH Procedure


[Internet]. 2023 Dec. Available from:
https://www.cdc.gov/labtraining/docs/job_aids/routine_microscopy_p
rocedures/KOH-Procedure_508.pdf

14. Kozel TR, Wickes B. Fungal Diagnostics. Cold Spring Harbor


Perspectives in Medicine. 2022 Apr 1;4(4):a019299–9.

15. Javidnia J, Ghotbi Z, Ghojoghi A, Solhjoo K, Alshahni MM, Jeddi SA,


et al. Otomycosis in the South of Iran with a High Prevalence of
Tympanic Membrane Perforation: A Hospital-Based Study.
Mycopathologia. 2022 Mar 26;187(2-3):225-33.

16. Punia RS, Singhal SK, Kundu R, Das A, Chander J. Fungal


Suppurative Otitis Media (Histopathology) Among Patients in North
India. Head Neck Pathol [Internet]. 2019;13(2):149–53. Available in :
http://dx.doi.org/10.1007/s12105-018-0918-2

17. Basu S, Bose C, Ojha N, Das N, Das J, Pal M. Evolution of bacterial


and fungal growth media. 2015;11(4):2–4. Available in :
https://doi.org/10.6026/97320630011182

18. Mion M. Ear Infections: Fungi. Encycl Infect Immun. 1 Januari


2022;3:268–78. Available in : https://doi.org/10.1016/B978-0-12-
818731-9.00153-1

19. Mofatteh MR, Yazdi ZN, Yousefi M. Comparison of the recovery rate

29
of otomycosis using betadine and clotrimazole topical treatment ଝ.
Braz J Otorhinolaryngol. 2018;84(4):404–9. Available in :
http://dx.doi.org/10.1016/j.bjorl.2017.04.004

20. Khan A, Jain SK. Antifungal effect of honey on fungi causing


otomycosis. Bull Env Pharmacol Life Sci. 2021;10(9):39–43.
Available in : https://bepls.com/bepls_august2021/10.pdf

21. Hamid Z, Mohamad I, Harun A, Salim R, Sulaiman SA. Antifungal


effect of three local Malaysian honeys on selected pathogenic fungi of
otomycosis: An in vitro Evaluation. J Young Pharm. 2018;10(4):414–
7. Available in : https://jyoungpharm.org/article/1253

22. Patel A, B VD. Effect of Honey in the Management of Otomycosis. Int


J Ayurvedic Med. 2017;8(2). Available in :
https://doi.org/10.47552/ijam.v8i2.945

30

Anda mungkin juga menyukai