SYOK KARDIOGENIK
Disusun oleh:
201910401011009
Pembimbing:
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah subhanallahu wa ta’ala atas segala rahmat dan
Mirza Alfiansyah, Sp.JP serta semua pihak terkait yang telah membantu
Referat ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan kerendahan hati penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan saran dan kritik yang
membangun. Semoga referat ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi
semua pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB 3 KESIMPULAN..........................................................................................25
3.1 Kesimpulan................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
oksigen yangt tidak cukup ini, metabolisme energi sel terbatas, selanjutnya dapat
Sindrom klinis syok kardiogenik adalah suatu keadaan yang terjadi karena
tidak cukupnya curah jantung untuk mempertahankan fungsi alat-alat vital akibat
disfungsi otot jantung. Sering terjadi akibat disfungsi nyata ventrikel kiri sesudah
mengalami infark yang masif, biasanya mengenai lebih dari 40% ventrikel kiri.
Ini merupakan keadaan yang gawat. Bahkan dengan penanganan yang agresif pun
Diseluruh dunia terdapat 6-20 juta kematian akibat syok tiap tahun,
didasarkan pada data-data baik klinis maupun laboratorium yang jelas, yang
merupakan akibat dari kurangnya perfusi jaringan. Syok bersifat progresif dan
1
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Syok kardiogenik adalah gangguan yang disebabkan oleh penurunan curah jantung
sistemik pada keadaan volume intravaskular yang cukup, dan dapat mengakibatkan
hipoksia jaringan. Syok dapat terjadi karena disfungsi ventrikel kiri yang berat, tetapi
dapat pula terjadi pada keadaan dimana fungsi ventrikel kiri yang cukup baik (Alwi &
Nasution, 2014).
Hipotensi sistemik umumnya menjadi dasar diagnosis. Nilai cut off untuk tekanan
darah sistolik yang sering dipakai adalah <90mmHg. Dengan menurunnya tekanan darah
sistolik akan meningkatkan kadar katekolamin yang mengakibatkan konstriksi arteri dan
• Pasien dengan tekanan darah sistolik meningkat >90 mmHg dalam 1 jam
• Pasien yang meninggal dalam 1 jam hipotensi, tetapi memenuhi kriteria lain
2.2 Etiologi
syok. Di antara komplikasi tersebut adalah: ruptur septal ventrikel, ruptur atau disfungsi
otot papilaris dan ruptur miokard yang keseluruhan dapat mengakibatkan timbulnya syok
Hal lain yang sering menyebabkan terjadinya syok kardiogenik adalah takiaritmia
atau bradiaritmia yang rekuren, dimana biasanya terjadi akibat disfungsi ventrikel kiri,
dan dapat tibul bersamaan dengan aritmia supraventrikuler ataupun ventricular (van
Syok kardiogenik juga dapat timbul sebagai manifestasi tahap akhir dari disfungsi
pada pasien syok kardiogenik akut. Mortalitas jangka pendek dan jangka panjang
dikaitkan dengan fungsi sitolik ventrikel kiri awal dan regurgitasi dini tanpa dipengaruhi
nilai fraksi ejeksi ventrikel kiri pada awal (baseline) atau adanya regurgitasi mitral
ventrikel kiri yang ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri, yang
b. Miokarditis akut
c. Komplikasi mekanik:
4
- Kardiomiopati
- Kontusio miokard
a. Tamponade jantung
b. Stenosis mitral
2.3 Patogenesis
rendah, insufisiensi koroner, dan selannjutnya terjadi penurunan kontraktilitas dan curah
dengan peningkatan resistensi vaskular sistemik yang terjadi sebagai respons dari
pasien IM, diduga terdapat aktivasi sitokin inflamasi yang mengakibatkan peninggian
kadar iNOS, NO, dan peroksinitrit, di mana semuanya mempunyai efek buruk multipel
antara lain:
• Efek proinflamasi
Sindrom respon inflamasi ditemukan pada sejumlah keadaan non infeksi, antara
lain trauma, pintas kardiopulmoner, pankreatitis dan luka bakar. Pasien dengan IM luas
sering mengalami peningkatan suhu tubuh, sel darah putih, komplemen, intraleukin, C-
reactive protein dan petanda inflamasi lain. NO yang disintesis dalam kadar rendah oleh
endotheliai nitri oxide (eNOS) sel endotel dan miokard, merupakan molekul yang bersifat
Syok kardiogenik dapat dipandang sebagai bentuk yang berat dari kegagalan
ventrikel kiri. Peristiwa patofisiologik dan respon kompensatoriknya sesuai dengan gagal
jantung, tetapi telah berkembang ke bentuk yang lebih berat. Penurunan kontraktilitas
jantung mengurangi curah jantung dan meningkatkan volume dan tekanan akhir diastolik
baroreseptor pada aorta dan sinus karotikus. Perangsangan simpato adrenal menimbulkan
curah jantung dan menstabilkan tekanan darah. Kontraktilitas akan terus meningkat
sesuai dengan hukum Starling melalui retensi natrium dan air. Jadi, menurunnya
meningkatkan beban akhir dan beban awal. Meskipun mekanisme protektif ini pada
mulanya akan meningkatkan tekanan arteria darah danperfusi jaringan, namun efeknya
terhadap miokardium justru buruk karena meningkatkan beban kerja jantung dan
6
kebutuhan miokardium akan oksigen. Karena aliran darah koroner tidak memadai,
terbukti dengan adanya infark, maka ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai
akibat iskemia dan nekrosis fokal, yang akan memperberat lingkaran setan dari kerusakan
berkembang dengan cepats ampai akhirnya terjadi gangguan sirkulasi hebat yang
Pengaruh sistemik dari syok akhirnya akan membuat syok menjadi irreversibel.
Beberapa organ terserang lebih cepat dan berat daripada yang lain. Seperti telah
diketahui, miokardium akan menderita kerusakan yang paling dini pada keadaan syok.
beberapa perubahan lain juga terjadi. Karena metabolisme anaerobik dimulai pada
keadaan syok, maka miokardium tidak dapat mempertahankan cadangan fosfat berenergi
tinggi (adenosin trifosfat) dalam kadar normal, dan kontraktilitas ventrikel akan makin
terjadinya kerusakan lebih lanjut. dari sel-sel miokardium. Kedua faktor ini juga
menggeser kurva fungsi ventrikel kebawah dan ke kanan yang akan semakin menekan
kontraktilitas.
adalah gangguan pernafasan yang berat. Kongesti paru-paru dan edema intra-alveolar
akan mengakibatkan hipoksia dan kemunduran gas-gas darah arteria. Atelektasis dan
infeksi paru-paru dapat pula terjadi. Faktor-faktor ini memicu terjadinya syok paru-paru,
yang sekarang sering disebut sebagai sindrom distres pernafasan dewasa. Takipnea,
dispnea, dan ronki basah dapat ditemukan, demikian juga gejala-gejala yang dijelaskan
Perfusi ginjal yang menurun mengakibatkan anuria dengan keluaran kemih kurang
dari 20 ml/jam. Dengan semakin berkurangnya curah jantung, biasanya menurunkan pula
keluaran kemih. Karena adanya respon kompensatorik retensi natrium dan air, maka
kadar natrium dalam kemih juga berkurang. Sejalan dengan menurunnya laju filtrasi
glomerulus, terjadi peningkatan BUN dan kreatinin. Bila hipotensi berat dan
berkepanjangan, dapat terjadi nekrosis tubular akut yang kemudian disusul gagal ginjal
akut.
sel dapat terlokalisir pada zona-zona nekrosis yang terisolasi, atau dapat berupa nekrosis
hati yang masif pada syok yang berat. Gangguan fungsi hati dapat nyata dan biasanya
hemorhagik dari usus besar. Cedera usus besar dapat mengeksaserbasi syok melalui
penimbunan cairan pada usus dan absorbsi bakteria dan endotoksin ke dalam sirkulasi.
Penurunan motilitas saluran cerna hampir selalu ditemukan pada keadaan syok.
yang baik, yaitu dengan usaha dilatasi sebagai respon terhadap berkurangnya aliran darah
atau iskemia. Namun, pengaturan aliran darah serebral ternyata tidak mampu
mempertahankan aliran dan perfusi yang memadai pada tekanan darah di bawah 60
mmHg. Selama hipotensi yang berat, gejala-gejala defisit neurologik dapat ditemukan.
Kelainan ini biasanya tidak berlangsung terus jika pasien pulih dari keadaan syok, kecuali
selular intravaskular dari sistem hematologik, yang akan meningkatkan tahanan vaskular
perifer lebih lanjut. Koagulasi intravaskular difus (DIC) dapat terjadi selama syok
A. Anamnesis
tersebut. Pasien dengan infark miokard akut datang dengan keluhan tipikal nyeri
dada yang akut, dan kemungkinan sudah mempunyai riwayat penyakit jantung
Pada keadaan syok akibat komplikasi mekanik dari infark miokard akut,
biasanya terjadi dalam beberapa hari sampai minggu setelah onset infark tersebut.
Umumnya pasien mengeluh nyeri dada dan biasanya disertai gejala tiba-tiba yang
sinkop atau merasakan irama jantung yang berhenti sejenak. Kemudian pasien akan
B. Pemeriksaan fisik
sistolik yang menurun sampai <90 mmHg, bahkan dapat turun sampai <80 mmHg
pada pasien yang tidak memperoleh pengobatan adekuat. Denyut jantung biasanya
pernapa dan yang biasanya meningkat sebagai akibat kongesti paru (Vahdatpour et
al, 2019).
9
kanan atau pasien dengan keadaan hipovolemik yang menurut studi sangat kecil
seringkali meningkat distensinya. Letak impuls apikal dapat bergeser pasa pasien
dengan kardiomiopati dilatasi, dan intensitas bunyi jantung akan jauh menurun
pada efusi perikardial ataupun tamponade. Irama gallop dapat timbul yang
regurgitasi trikuspid atau terjadinya asites akibat gagal jantung kanan yangsulit
untuk diatasi. Pulsasi arteri di ekstremitas perifer akan menurun intensitasnya dan
edema perifer dapat timbul pada gagal jantung kanan. Sianosis dan ekstremitas
C. Pemeriksaan penunjang
• Elektrokardiografi (EKG)
Pada foto polos dada akan terlihat kardiomegali dan tanda-tanda kongetsi paru
atau edema paru pada gagal ventrikel kiri yang berat. Bila terjadi komplikasi defek
septal ventrikel atau regurgitasi mitral akibat infark miokard akut, akan tampak
gambaran kongesti paru yang tidak disertai kardiomegali, terutama pada onset
hipovolemia.
• Echokardiografi
membuat diagnosis dan mencari etiologi dari syok kardiogenik. Pemeriksaan ini
relatif cepat dan aman. Keterangan yang diharapkan dapat diperoleh dari
pemeriksaan ini antara lain: penilaian fungsi ventrikel kanan dan kiri (global
ventrikel kanan dan deteksi adanya shunt (misalnya pada defek septal ventrikel
• Pemantauan hemodinamik
tekanan baji pembuluh kapiler paru sangat berguna, khususnya untuk memastikan
diagnosis dan etiologi dari syok kardiogenik, serta sebagai indikator evaluasi terapi
yang diberikan. Pasien syok kardiogenik akibat gagal ventrikel kiri yang berat,
akan terjadi peningkatan baji paru. Bila pada pengukuran ditemukan tekanan baji
pembuluh darah paru lebih dari 18 mmHg pada pasien infark miokard akut
dengan gagal ventrikel kanan atau hipovelemia yang signifikan, akan menunjukkan
tekanan baji pembbuluh paru yang normal atau lebih rendah. Pemantauan
Infarction Research Units of the National Heart, Lung, and Blood Institute, Syok
Kriteria ini mencerminkan gagal jantung kiri yang berat dengan adanya
gagal ke depan dan ke belakang. Hipotensi sistolik dan adanya gangguan perfusi
jaringan merupakan ciri khas keadaan syok. Penurunan yang jelas pada indeks
jantung sampai kurang dari 0,9 L/(menit/m2) dapat ditemukan pada syok
yang terdiri dari hipotensi seperti yang disebut di atas; tanda-tanda perfusi
jaringan yang buruk, yaitu oliguria (urin<30 ml/jam), sianosis, ekstremitas dingin,
Frekuensi nafas meningkat, frekuensi nadi biasanya > 100 x/menit bila tidak ada
blok AV. Sering kali didapatkan tanda-tanda bendungan paru dan bunyi jantung
yang sangat lemah walaupun bunyi jantung III sering kali dapat terdengar. Pasien
regurgitasi aorta atau mitral. Pulsus paradoksus dapat terjadi akibat adanya
katekolamin seperti pada renjatan lain, yaitu: gelisah, keringat dingin, akral
Tiga komponen utama syok kardiogenik telah termasuk dalam definisi ini,
2.7 Tatalaksana
untuk mencegah sekuele neurologi dan ginjal adalah vital. Dopamin atau
kombinasi pada keadaan low output tanpa hipotensi yang nyata (Alwi &
Nasution, 2014).
sebelum transportasi jika fasilitas tersedia. Analisis gas darah dan saturasi
pressure atau ventilasi mekanis jika ada indikasi. EKG harus dimonitor
pada pasien dengan tekanan darah sistolik < 100 mmHg yang mendapatkan
sebagai berikut:
2. Pastikan jalan nafas tetap adekuat dan yakinkan ventilasi yang adekuat,
yang terjadi.
minimal 60 mmHg
9. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperberat syok yang ada
pemberian digitalis.
a. Bila PCWP atau PAEDP < 15 mmHg (atau CVP < 12 cmH2O), sulit
sebanyak 100 ml cairan (D5%) melalui infus dalam waktu 5 menit. Bila
perbaikan syok secara klinis, tanda-tanda kongesti paru tidak ada atau
tidak semakin berat, dan bila PCWP atau PAEDP tidak berubah atau
tidak meningkat > 2 mmHg di atas nilai awal (atau jika CVP tetap atau
tidak meningkat > 2-3 cmH2O di atas nilai awal), maka diberikan
b. Bila selanjutnya PCWP atau PAEDP tetap stabil atau tidak meningkat >
2 mmHg atau tidak melebihi 16 mmHg (atau jika CVP tetap < 15
tekanan darah dan gejala klinis syok lain menghilang. Periksa PCWP
atau PAEDP (atau CVP), tekanan darah, dan paru setiap 15 menit.
c. Jika pada awal pemeriksaan didapatkan nilai PCWP atau PAEDP antara
15-18 mmHg (atau nilai CVP awal 12-18 cmH2O), maka diberikan
CVP), perubahan tekanan darah, dan ada tidaknya gejala klinis kongesti
paru.
d. Jika nilai PCWP atau PAEDP pada awalnya 20 mmHg atau lebih (atau
jika nilai awal CVP 20 cmH2O atau lebih), maka tidak boleh dilakukan
pemberian vasodilator.
e. Jika PCWP atau PAEDP menunjukan nilai yang rendah (< 5 mmHg),
atau jika nilai CVP < 5cmH2O, infus cairan dapat diberikan walaupun
f. Jika pasien menunjukan adanya edema paru dengan nilai PCWP atau
keadaan klinis, maka infus cairan harus dihentikan dan keadaan pasien
dievaluasi kembali.
13. Pada pasien dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat dan volume
a. Subset 1: LVEDP > 15 mmHg, tekanan sistolik arteri > 100 mmHg,
pertama.
diganti dengan dopamin (mikro drip) sesuai dosis efektif 2-10 ug/kg
dipertimbangkan.
miokard akut, dimana “tim ballon” perlu digerakan dan sarana untuk
untuk terapi awal dengan dosis 5-15 mg/kg BB/menit, dimana efek
norepinefrin.
- Bila tekanan darah pasien sudah stabil, maka terapi selanjutnya yang
berat.
atrium kanan dan ventrikel kanan (> 10 mmHg), indeks jantung <
terapi cairan.
dopamin.
21
- Jika dengan terapi cairan dan obat inotropik tidak ada perubahan,
serta heparin. Pada GUSTO I TPA lebih baik dari streptokinase bila
tidak ada syok dan insiden syok juga lebih kecil, tetapi pada syok
tidak bermakna.
syok kardiogenik, pada pasien berusia < 65 tahun, dan dengan single-
stent pada kasus infark akut menunjukan hasil lebih baik dari
pasien infark akut yang dilakukan angioplasti primer 2-6%, tetapi pada
GUSTO 38%.
pasien yang telah stabil dengan terapi farmakologis dan IABP. Guyton
kontraktilitas ventrikel kiri > 13, dan adanya kerusakan pada organ
CABG yang dilakukan pada pasien dengan infark jantung akut dan
transplantasi jantung.
BAB 3
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
anamnesis di dapat pasien mengeluh sesak nafas dan rasa nyeri daerah torak, dari
perifer pucat, ekstremitas dingin, nadi cepat dan halus tekanan darah rendah, vena
jantung, seperti infark miokard yang luas, gangguan irama jantung, rasa nyeri
daerah torak, atau adanya emboli paru, tamponade jantung, kelainan katub atau
farmakokinetik, indikasi, kontra indikasi, interaksi obat, efek samping dan hal-hal
24
DAFTAR PUSTAKA
Alwi I, Nasution S A. Syok Kardiogenik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I
Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; (2014).
Jones, Tara L et al. “Cardiogenic shock: evolving definitions and future directions in
management.” Open heart vol. 6,1 e000960. 8 May. 2019, doi:10.1136/openhrt-
2018-000960
Kaligis RWM. Buku Ajar Kardiologi. Departemen Kardiologi Dan Kedokteran Vaskular
FKUI. Jakarta. (2017).
PERKI. Syok Kardiogenik dalam Panduan Praktik Klinis (PPK) dan Clinical Pathway
(CP) Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah ed. 1. Jakarta. (2016).
Ponikowski, Piotr et al. “ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and
chronic heart failure”. European heart journal vol. 37,27 (2016): 2129-2200.
25