Anda di halaman 1dari 33

PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058


FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

PAPER

ANATOMI DAN FISIOLOGI JALUR PENGLIHATAN

Disusun oleh:

ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN

200131058

Supervisor:

dr. Fithria Aldy, M.Ked (Oph), Sp. M

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2022
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih,
berkat, dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Anatomi dan Fisiologi Jalur Penglihatan”. Penulisan makalah ini adalah salah
satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan
Profesi Dokter di Departemen Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Fithria
Aldy, M.Ked (Oph), Sp.M selaku pembimbing yang telah memberikan arahan
dalam penyelesaian makalah ini. Dengan demikian diharapkan makalah ini dapat
memberikan kontribusi positif dalam sistem pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan
dalam penulisan makalah selanjutnya.

Medan, 24 Maret 2022

i
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1. 1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2 Tujuan Penulisan……………………………………………………………2

1.3 Manfaat Penulisan ......................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3

2.1 Anatomi Penglihatan………………………………………………………..3

2.1.1 Lapisan Mata Bagian Luar…………………………………………3


2.1.2 Lapisan Mata Bagian Tengah……………………………………...7
2.1.3 Lapisan Mata Bagian Dalam……………………………………...12
2.1.4 Organ Tambahan Mata………………………………………….. 17
2.1.5 Otot Penggerak Bola Mata………………………………………..20

2.2 Fisiologi Penglihatan……………………………………………………...22.

BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 28

ii
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Mata………………………………………………………...3

Gambar 2.2 Lapisan Kornea.....................................................................................6

Gambar 2.3 Komponen Bola Mata.........................................................................11

Gambar 2.4 Lapisan Retina.....................................................................................16

Gambar 2.5 Anatomi Konjungtiva.........................................................................18

Gambar 2.6 Anatomi kelenjar lakrimal dan duktus nasolacrimal………………. 19

Gambar 2.7 Otot Ekstraokular………………………………………………….. 20

Gambar 2.8 Vaskularisasi Pada Otot Ekstraokular……………………………… 21

Gambar 2.9 Sel Fotoreseptor Retina…………………………………………….. 23

Gambar 2.10 Skema Jaras Penglihatan………………………………………….. 24

Gambar 2.11 Korteks Area Visual Primer, Korteks Striata dan Ekstrastriata…... 25

iii
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuntutan yang berkelanjutan kepada seorang praktisi kesehatan khususnya


dokter untuk tidak hanya memahami seluruh bidang yang menjadi kompetensi,
namun juga sekaligus memiliki kewajiban internal untuk selalu memperbarui
keilmuannya sepanjang hidupnya dinilai cukup menjustifikasi signifikannya
pemahaman mengenai ilmu dasar dari suatu bidang kedokteran. Hal yang sama juga
berlaku ketika mengeksplorasi bidang mata atau Ophthamology. Kemampuan
penglihatan seseorang tentunya dapat dipostulasikan sebagai salah satu alat
penginderaan yang sangat penting baik dalam hal berkomunikasi antar-individu,
menyerap informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan,
menjaga keseimbangan tubuh maupun ketika mendeteksi adanya bahaya yang
mengancam individu terkait. Pentingnya fungsi mata ini bagi kehidupan maka
sudah seharusnya mendapatkan perlakuan khusus dalam penanganannya.1
Menurut World Health Organisation, terdapat peningkatan angka kejadian
penyakit mata di dunia, Saat ini diperkirakan 285 juta orang mengalami gangguan
penglihatan, dimana 39 juta mengalami kebutaan. Tercatat bahwa setiap 5 detik
ditemukan 1 orang didunia mengalami kebutaan dan terdapat lebih dari 7 juta orang
menjadi buta setiap tahunnya. Prevalensi gangguan penglihatan terbanyak meliputi
gangguan refraksi, katarak dan glaucoma. Berdasarkan hal tersebut maka inisitif
global mencanangkan Vision 2020 dengan tujuan untuk mengurangi jumlah
penyakit mata yang dapat menyebabkan kebutaan.2
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan.
Dari luar ke dalam, lapisan–lapisan tersebut adalah: (1) sklera/kornea, (2)
koroid/badan siliaris/iris, dan (3) retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan
ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih
mata. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar terdiri atas kornea transparan tempat
lewatnya berkas–berkas cahaya ke interior mata. Lapisan tengah dibawah sklera

1
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

adalah koroid yang sangat berpigmen dan mengandung pembuluh-pembuluh darah


untuk memberi makan retina. Lapisan paling dalam dibawah koroid adalah retina,
yang terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di sebelah luar dan sebuah lapisan
syaraf di dalam. Retina mengandung sel batang dan sel kerucut, fotoreseptor yang
mengubah energi cahaya menjadi impuls syaraf.3
Secara garis besar, fisiologi penglihatan dimulai ketika indra penglihatan
menerima rangsangan berkas-berkas cahaya kemudian mengalami pembiasan oleh
media refraksi seperti kornea, humor akuos, lensa, dan badan vitreus kemudian
difokuskan agar bayangan tepat jatuh pada retina, selanjutnya dengan perantaraan
serabut nervus optikus, impuls saraf akan menuju korteks sehingga akhirnya
mengalami proses persepsi.4
Begitu pula eratnya kaitan antara pemahaman mengenai fisiologi manusia
dengan anatominya, interaksi yang sama intensnya juga dapat diobservasi pada
bidang Ophthalmology. Selain itu, pentingnya kemampuan individual seorang
dokter dalam mengevaluasi kemampuan penglihatan dan persepsi juga
menciptakan dorongan tersendiri dari penulis untuk menjabarkan tulisan yang
mampu menjabarkan hal tersebut secara terperinci, menyeluruh, dan relatif mudah
dipahami seperti halnya sifat wajib dari suatu makalah ilmu kedokteran dasar.

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Profesi Dokter di Departemen
Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca
mengenai anatomi dan fisiologi jalur penglihatan.

1.3 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan paper ini adalah menambah pengetahuan penulis mengenai
anatomi dan fisiologi jalur penglihatan serta dapat bermanfaat sebagai bahan
rujukan penulisan ilmiah bagi penulis lain.

2
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Mata


Mata merupakan suatu organ yang berada dalam cavum orbita, mata memiliki
bentuk sferoid ireguler dengan rata-rata diameter 2,5 cm dengan volume kira-kira
7cc. Bagian anterior bola mata mempunyai kelengkungan yang lebih cembung
sehingga membentuk dua kelengkungan berbeda. Bola mata dibungkus oleh tiga
lapisan jaringan, yaitu lapisan sklera yang bagian terdepannya disebut kornea,
lapisan uvea, dan lapisan retina. Di dalam bola mata terdapat cairan aqueous humor,
lensa dan vitreous humor.5

Gambar 2.1 Anatomi Mata6

2.1.1 Lapisan Mata Bagian Luar


Tunica fibrosa (lapisan Bagian luar), merupakan suatu kapsul fibroelastik yang
kokoh penyokong bola mata, lapis fibrosa ini terdiri dari 2 bagian yaitu: bagian

3
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

depan disebut kornea yang tembus cahaya, dan bagian belakang disebut sklera yang
tidak tembus cahaya. Sklera merupakan bagian yang putih melingkupi lima-
perenam bagian bola mata dan terletak di sebelah belakang, sementara kornea
merupakan bagian yang jernih dan transparan melingkupi seperenam depan bola
mata. Tempat sambungan sklera dan kornea dikenal dengan nama limbus.7
a. Sklera
Merupakan bagian terluar yang berperan sebagai pembungkus dan pelindung
pada bola mata. Sklera berupa jaringan ikat yang kenyal berwarna putih dari bola
mata seolah-olah tidak mengandung pembuluh darah dan memberikan bentuk pada
bola mata. Sklera disusun oleh serat-serat kolagen tipe 1 yang diselang-selingi oleh
jala-jala serat elastin. Susunan seperti ini membentuk struktur bola mata yang
kokoh, disokong oleh tekanan intraokular yang berasal dari humor aqueous yang
terletak di sebelah depan lensa dan badan vitreus yang terletak di belakang lensa.
Di bagian belakang sklera ditembus oleh serat-serat saraf optik pada lamina
kribrosa. Sklera mengandung pembuluh darah terutama pada limbus (tempat
pertautan sklera dan kornea).8
Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskular. Sklera mempunyai
kekakuan tehentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata.
Walaupun sklera kaku dan tipisnya 1 mm ia masih tahan terhadap kontusi trauma
tumpul. Kekakuan sklera dapat meninggi pada pasien diabetes melitus, atau
merendah pada eksoftalmos goiter, miotika, dan minum air banyak.3
b. Kornea

Kornea (Latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian

selaput mata yang tembus cahaya. Kornea merupakan bagian tunika fibrosa yang

transparan, tidak mengandung pembuluh darah, dan kaya akan ujung-ujung serat

saraf. Kornea berasal dari penonjolan tunika fibrosa ke sebelah depan bola mata.

Secara histologik kornea terdiri atas 5 lapisan yaitu:8,3

1. Epitel kornea

4
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

merupakan lanjutan dari konjungtiva disusun oleh epitel gepeng berlapis tanpa

lapisan tanduk. Lapisan ini merupakan lapisan kornea terluar yang langsung

kontak dengan dunia luar dengan tebal kira-kira 50 μm, dan terdiri atas 7 lapis

sel. Epitel kornea ini mengandung banyak ujung-ujung serat saraf bebas. Sel-

sel yang terletak di permukaan cepat menjadi aus dan digantikan oleh sel-sel

yang terletak di bawahnya yang bermigrasi dengan cepat.

2. Membran Bowman

Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan lapisan fibrosa

yang terletak di bawah epitel tersusun dari serat kolagen tipe 1.Lapisan ini tidak

mempunyai daya regenerasi.

3. Stroma kornea

merupakan lapisan kornea yang paling tebal tersusun dari serat-serat kolagen

tipe1 yang berjalan secara paralel membentuk lamel kolagen yang sejajar satu

dengan yang lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedangkan

dibbagian perifer serat kolagen ini bercabang. Terbentuknya kembali serat

kolagen memakan waktu lama yang kadan-kadang sampai 15 bulan. Keratosit

merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak di antara serat

kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen

dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4. Membran Descemet

merupakan membran dasar yang tebal tersusun dari serat-serat kolagen. Bersifat

sangat elastis dan berkembang terus seumur hiudp, mempunyai tebal 40 μm.

5. Endotel kornea

5
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

Lapisan ini merupakan lapisan kornea yang paling dalam tersusun dari epitel selapis

gepeng atau kuboid rendah. Berasal dari mesotelium, berlapis satu,bentuk

heksagonal, besar 20-40 μm. Endotel melekat pada membran descement melalui

hemi desmosom dan zonula okluden. Sel-sel ini mensintesa protein yang mungkin

diperlukan untuk memelihara membran Descement. Sel-sel ini mempunyai banyak

vesikel dan dinding selnya mempunyai pompa natrium yang akan mengeluarkan

kelebihan ion-ion natrium ke dalam kamera okuli anterior. Ion-ion klorida dan air

akan mengikuti secara pasif. Kelebihan cairan di dalam stroma akan diserap oleh

endotel sehingga stroma tetap dipertahankan dalam keadaan sedikit dehidrasi

(kurang cairan), suatu faktor yang diperlukan untuk mempertahankan kualitas

refraksi kornea. Kornea bersifat avaskular (tak berpembuluh darah) sehingga nutrisi

didapatkan dengan cara difusi dari pembuluh darah perifer di dalam limbus dan dari

humor aqueous di bagian tengah. Kornea menjadi buram bila endotel kornea gagal

mengeluarkan kelebihan cairan di stroma.

Gambar 2.2 Lapisan Kornea9

6
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

c. Limbus
merupakan tempat pertemuan antara tepian kornea dengan sklera. Pada tempat
ini terdapat lekukan atau sudut akibat perbedaan kelengkungan kornea dan sklera.
Bagian luarnya diliputi epitel konjungtiva bulbi yang merupakan epitel berlapis
silindris dengan lamina propria di bawahnya. Stromanya merupakan tepian sklera
yang menyatu dengan kornea. Stroma ini tersusun dari jaringan ikat fibrosa. Di
bagian dalam stroma ini membentuk taji sklera (scleral spur). Pada bagian anterior
taji ini terdapat jaringan trabekula (trabecula sheet) dengan jalinan ruang-ruang di
antaranya dikenal sebagai ruang trabekula (trabecular spaces/ space of Fontana).
Di atas trabekula terdapat suatu saluran lebar dan panjang disebut kanal Schlemm.5
d. Kanal Schlemm
Merupakan suatu pembuluh berbentuk cincin yang melingkari mata tepat
anterior dan eksternal skleral spur. Di sebelah luar dibatasi oleh jaringan sklera dan
di dalam oleh lapisan jaringan trabekula yang lebih dalam. Lumen kanal ini di batasi
oleh selapis sel endotel. Kanal ini akan meneruskan diri ke dalam pleksus sklera
dan akhirnya bermuara pada pleksus vena sklera. Di bagian posterior taji sklera,
pada korpus siliaris terdapat otot polos, muskulus siliaris yang berfungsi untuk
mengatur akomodasi mata.5

2.1.2 Lapisan Mata Bagian Tengah


Tunika vaskulosa terdiri atas 3 bagian yaitu khoroid, badan siliaris dan iris.
a. Khoroid (choroid)
Khoroid merupakan lapisan yang banyak mengandung pembuluh darah dan sel-
sel pigmen sehingga tampak bewarna hitam. Lapisan ini tersusun dari jaringan
penyambung jarang yang mengandung serat-serat kolagen dan elastin, sel-sel
fibroblas, pembuluh darah dan melanosit. Khoroid terdiri atas 4 lapisan yaitu:
1. Epikhoroid merupakan lapisan khoroid terluar tersusun dari serat-serat
kolagen dan elastin.
2. Lapisan pembuluh merupakan lapisan yang paling tebal tersusun dari
pembuluh darah dan melanosit.

7
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

3. Lapisan koriokapiler, merupakan lapisan yang terdiri atas pleksus kapiler,


jaring0-jaring halus serat elastin dan kolagen, fibroblas dan melanosit.
Kapiler-kapiler ini berasal dari arteri khoroidalis Pleksus ini mensuplai
nutrisi untuk bagian luar retina.
4. Lamina elastika, merupakan lapisan khoroid yang berbatasan dengan epitel
pigmen retina. Lapisan ini tersusun dari jaring-jaring elastik padat dan suatu
lapisan dalam lamina basal yang homogen.5,8
b. Badan Siliaris (Korpus siliaris)
Korpus siliaris (badan siliaris) adalah struktur melingkar yang menonjol ke
dalam mata terletak di antara ora serrata dan limbus. Struktur ini merupakan
perluasan lapisan khoroid ke arah depan. Korpus siliar disusun oleh jaringan
penyambung jarang yang mengandung serat-serat elastin, pembuluh darah dan
melanosit.5
Badan siliaris membentuk tonjolan-tonjolan pendek seperti jari yang dikenal
sebagai prosessus siliaris. Dari prosessus siliaris muncul benang-benang fibrillin
yang akan berinsersi pada kapsula lensa yang dikenal sebagai zonula zinii.

Korpus siliaris dilapisi oleh 2 lapis epitel kuboid. Lapisan luar kaya akan
pigmen dan merupakan lanjutan lapisan epitel pigmen retina. Lapisan dalam yang
tidak berpigmen merupakan lanjutan lapisan reseptor retina, tetapi tidak sensitif
terhadap cahaya. Sel-sel di lapisan ini akan mengeluarkan cairan filtrasi plasma
yang rendah protein ke dalam bilik mata belakang (kamera okuli posterior).

Humor akweus mengalir dari bilik mata belakang (kamera okuli posterior) ke
bilik mata depan (kamera okuli anterior) melewati celah pupil (celah di antara iris
dan lensa), lalu masuk ke dalam jaringan trabekula di dekat limbus dan akhirnya
masuk ke dalam kanal Schlemm. Dari kanal Schlemm humor akweus masuk ke
pleksus sklera dan akhirnya bermuara ke sistem vena.

Korpus siliar mengandung 3 berkas otot polos yang dikenal sebagai muskulus
siliaris. Satu berkas karena orientasinya akan menarik khoroid sehingga membuka
kanal Schlemm untuk aliran humor akweus. Dua berkas lain yang menempel pada

8
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

skleral spur berfungsi untuk mengurangi tekanan pada zonula Zinii sehingga lensa
menjadi lebih tebal dan konveks. Fungsi ini disebut akomodasi.8
c. Iris (Iris, pelangi)
Iris merupakan bagian yang paling depan dari lapisan uvea. Struktur ini muncul
dari badan siliar dan membentuk sebuah diafragma di depan lensa. Iris juga
memisahkan bilik mata depan dan belakang. Celah di antara iris kiri dan kanan
dikenal sebagai pupil (pupil, gadis kecil).

Iris disusun oleh jaringan ikat longgar yang mengandung pigmen dan kaya akan
pembuluh darah. Permukaan depan iris yang menghadap bilik mata depan (kamera
okuli anterior) berbentuk tak teratur dengan lapisan pigmen yang tak lengkap dan
sel-sel fibroblas. Permukaan posterior iris tampak halus dan ditutupi oleh lanjutan
2 lapisan epitel yang menutupi permukaan korpus siliaris. Permukaan yang
menghadap ke arah lensa mengandung banyak sel-sel pigmen yang akan mencegah
cahaya melintas melewati iris. Dengan demikian cahaya akan terfokus masuk
melalui pupil.

Pada iris terdapat 2 jenis otot polos yaitu otot dilatator pupil dan otot
sfingter/konstriktor pupil. Kedua otot ini akan merubah diameter pupil. Otot
dilatator pupil yang dipersarafi oleh persarafan simpatis akan melebarkan pupil,
sementara otot sfingter pupil yang dipersarafi oleh persarafan parasimpatis (N. III)
akan memperkecil diameter pupil. Jumlah sel-sel melanosit yang terdapat pada
epitel dan stroma iris akan mempengaruhi warna mata. Bila jumlah melanosit
banyak mata tampak hitam, sebaliknya bila melanosit sedikit mata tampak bewarna
biru.8,3

d. Lensa Mata

Lensa terdiri atas 3 lapisan yaitu kapsul lensa, epitel subkapsul dan serat-serat
lensa. Kapsul lensa merupakan lamina basal yang umumnya disusun oleh serat-
serat kolagen tipe IV dan glikoprotein. Kapsul ini elastik, jernih dan kompak. Epitel
subkapsul hanya terdapat pada permukaan anterior lensa tepat di bawah kapsul
lensa. Epitelnya terdiri atas selapis sel kuboid. Di sebelah dalam dari epitel
subkapsul terdapat serat-serat lensa yang di bentuk dari sel-sel yang kehilangan inti

9
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

dan organel sel lainnya. Serat-serat ini kemudian diisi dengan protein lensa kristalin
(crystallins). Adanya kristalin ini akan meningkatkan index refraksi lensa.10

Lensa sama sekali tidak mengandung pembuluh darah. Nutrisi untuk lensa
diperoleh dari humor akweus dan korpus vitreus. Lensa bersifat impermeabel, tetapi
dapat ditembus cahaya dengan mudah. Pada orang tua sering dijumpai kekeruhan
pada lensa yang menyebabkan menurunnya kemampuan untuk melihat. Keadaan
ini dikenal sebagai katarak. Kondisi mungkin disebabkan oleh bertumpuknya
pigmen atau substansi lain dan keterpaparan sinar ultra violet secara berlebihan. Di
samping itu pada orang tua terjadi suatu keadaan yang dikenal sebagai presbiopia
yaitu ketidakmampuan mata untuk melihat benda-benda dalam jarak dekat yang
disebabkan karena menurunnya elastisitas lensa akibat proses penuaan. Sebagai
akibatnya lensa tidak dapat mencembung guna memfokuskan bayangan benda
secara tepat pada retina. Keadaan ini dapat diatasi dengan pemakaian kaca mata.
Lensa digantung ke korpus siliaris oleh penggantung lensa yang dikenal sebagai
zonula Zinii.10

e. Korpus Vitreus

Korpus vitreus merupakan suatu agar-agar jernih yang mengisi ruang vitreus
(ruang antara lensa dan retina). Korpus vitreus disusun hampir seluruhnya oleh air
(99%) dan mengandung elektrolit, serat-serat kolagen dan asam hialuronat. Korpus
vitreus melekat pada seluruh permukaan retina. Di tengah korpus vitreus berjalan
sisa suatu saluran yang berisi cairan dikenal sebagai kanal hialoidea, yang semula
mengandung arteri hialodea pada masa janin. Badan vitreus berfungsi untuk
memelihara bentuk dan kekenyalan bola mata.8

f. Ruang-ruang mata

Ada 2 ruang mata yaitu kamera okuli anterior dan posterior. Kamera okuli
anterior merupakan suatu ruangan yang dibatasi di sebelah depan oleh sisi belakang
kornea dan di sebelah belakang dibatasi oleh lensa, iris dan permukaan depan badan
siliar. Batas lateralnya adalah sudut iris atau limbus yang ditempati oleh trabekula
yang merupakan tempat penyaluran humor akweus ke kanal schlemm.5

10
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

Kamera okuli posterior adalah ruangan yang dibatasi di sebelah depan oleh iris
dan disebelah belakang oleh permukaan depan lensa dan zonula Zinii serta diperifer
oleh prosessus siliaris.

Kedua ruangan mata ini terisi oleh humor akweus, yaitu suatu cairan encer yang
disekresi sebagian oleh epitel siliar dan oleh difusi dari kapiler dalam prosessus
siliaris. Cairan ini mengandung materi yang dapat berdifusi dari plasma darah,
tetapi mengandung kadar protein yang rendah. Humor akweus disekresi secara
kontinu ke dalam kamera okuli posterior, mengalir ke ruang kamera okuli anterior
melalui pupil dan disalurkan melalui jaringan trabekula ke dalam kanal Schlemm.
Dalam kondisi normal jumlah cairan yang disekresi dan dikeluarkan berimbang
sehingga tekanan di dalam ruang mata ini berkisar kira-kira 23 mmHg. Bila terjadi
sumbatan dalam pengeluaran cairan sementara sekresi berlangsung terus, maka
tekanan dalam bola mata akan meningkat. Keadaan ini disebut glaukoma dan dapat
mengakibatkan kerusakan retina dan kebutaan bila dibiarkan.8

Gambar 2.3 Komponen Bola Mata9

11
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

2.1.3 Lapisan Mata Bagian Dalam

Tunika Neuralis (Retina) merupakan lapisan terdalam bola mata, mengandung


sel-sel fotoreseptor yaitu sel-sel batang dan kerucut. Retina berkembang dari cangkir
optik (optic cup ) suatu struktur berbentuk cangkir yang terbentuk sebagai hasil
proses invaginasi (penonjolan ke arah dalam) gelembung optik primer (primary optic
vesicle). Gelembung optik primer ini berkembang dari penonjolan keluar
prosencephalon (otak depan). Tangkai dari cangkir optik (optic stalk) akan
berkembang menjadi saraf optikus (optic nerve). Dinding luar cangkir optik (optic
cup) berkembang menjadi lapisan pigmen luar sementara bagian saraf retina (neural
retina) berkembang dari lapisan dalam cangkir optik.10
Lempeng optik (optik disk) yang terletak di dinding belakang bola mata
merupakan tempat keluarnya nervus optikus. Serat-serat saraf di daerah ini akan
bertumpuk membentuk suatu tonjolan yang disebut papila nervus optikus. Daerah
ini tidak mengandung sel-sel fotoreseptor, tidak peka terhadap cahaya, sehingga di
sebut juga sebagai bintik buta (blind spot).11
Pada papila nervus optikus terdapat arteri dan vena sentralis. Pada umumnya
arteri sentralis merupakan satu-satunya arteri bagi retina. Sumbatan pada arteri ini
dapat mengakibatkan kebutaan yang menetap. Pada beberapa individu sebagian
kebutuhan darah untuk retina juga disuplai dari arteri silioretina untuk makula.
Penyumbatan arteri sentralis pada individu ini mengakibatkan kehilangan
penglihatan perifer, karena makula tak terganggu.7

Saraf optik bukan merupakan saraf perifer tetapi suatu traktus sistem saraf pusat
antara sel ganglion retina dan otak tengah (midbrain). Saraf ini berjalan ke posterior
ke kiasma optikus dan mengandung lebih dari seribu berkas serat saraf bermielin
yang disokong oleh neuroglia (astrosit) dan bukan endoneurium. Selaput otak dan
ruang subarakhnoid melanjutkan diri dari otak sebagai sarung pembungkus saraf
optik.7
Kira-kira 2,5 mm lateral dari bintik buta terdapat daerah berpigmen kuning yang
dikenal sebagai Makula lutea (bintik kuning). Bagian tengah makula lutea dikenal

12
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

sebagai fovea sentralis yang merupakan daerah penglihatan yang paling peka. Fovea
sentralis merupakan suatu sumur dangkal berbentuk bulat terletak 4 mm ke arah
temporal dari lempeng optik dan sekitar 0,8 mm di bawah meridian meridian
horizontal. Cekungan ini disebabkan tidak adanya lapisan dalam retina, pada retina
di daerah ini. Sel penglihat pada lantai fovea terdiri dari hanya kerucut yang tersusun
rapat dan berukuran lebih panjang di bandingkan dengan yang dibagian perifer
retina.11
Retina optikal atau neural melapisi khoroid mulai dari papila saraf optik di
bagian posterior hingga ora serrata di anterior. Terdapat 10 lapisan retina dari luar
ke dalam, yaitu:3,10

1. Epitel pigmen
2. Lapisan batang dan kerucut
3. Membran limitans luar
4. Lapisan inti luar
5. Lapisan pleksiform luar
6. Lapisan inti dalam
7. Lapisan pleksiform dalam
8. Lapisan sel ganglion
9. Lapisan serat saraf
10. Membran limitans dalam

Epitel pigmen adalah suatu lapisan sel poligonal yang teratur, ke arah ora serrata
bentuk selnya menjadi lebih gepeng. Inti sel berbentuk kuboid dengan sitoplasmanya
kaya akan butir-butir melanin.
Fungsi epitel pigmen adalah
1. Menyerap cahaya dan mencegah terjadinya pemantulan.
2. Berperan dalam nutrisi fotoreseptor
3. Penimbunan dan dan pelepasan vitamin A
4. Berperan dalam proses pembentukan rhodopsin
Lapisan batang dan kerucut mengandung 2 jenis sel fotoreseptor yaitu sel
batang dan sel kerucut yang merupakan modifikasi sel saraf. Lapisan ini

13
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

mengandung badan sel batang dan kerucut. Sel batang merupakan sel khusus yang
ramping dengan segmen luar berbentuk silindris dengan panjang 28 mikrometer
mengandung fotopigmen rhodopsin dan suatu segmen dalam yang sedikit lebih
panjang yaitu sekitar 32 mikrometer. Keduanya mempunyai ketebalan 1,5
mikrometer. Inti selnya terletak di dalam lapisan inti luar. Ujung segmen luar
tertanam dalam epitel pigmen. Segmen luar dan dalam dihubungkan oleh suatu leher
yang sempit. Dengan mikroskop electron segmen luar tampak mengandung banyak
lamel-lamel membran dengan diameter yang seragam dan tersusun seperti tumpukan
kue dadar. Sel batang ini di sebelah dalam membentuk suatu simpul akhir yang
mengecil pada bagian akhirnya pada lapisan pleksiform luar yang disebut sferul
batang (rod spherule). Sel batang yang hanya teraktivasi dalam keadaan cahaya
redup (dim light) sangat sensitive terhadap cahaya. Sel ini dapat menghasilkan suatu
sinyal dari satu photon cahaya. Tetapi sel ini tidak dapat menghasilkan sinyal dalam
cahaya terang (bright light) dan juga tidak peka terhadap warna.
Cahaya yang masuk ke dalam retina diserap oleh rhodopsin, suatu protein
yang tersusun dari opsin (protein transmembran) yang terikat pada aldehida vitamin
A. Penyerapan cahaya ini akan menyebabkan isomerisasi rhodopsin dan
memisahkan opsin dari ikatannya dengan aldehida vitamin A menjadi opsin bentuk
aktif. Opsin bentuk aktif kemudian memfasilitasi pengikatan guanosin triphosphate
(GTP) dengan protein transducin. Kompleks GTP-transducin ini kemudian
mengaktifkan ensim cyclic guanosin monophosphate phosphodiesterase suatu ensim
yang berperan dalam pembentukan senyawaan cyclic guanosin monophosphate
(cGMP). Siklik guanosin monophosphate (cGMP) ini berperan dalam pembukaan
kanal natrium di dalam plasmalema sel batang dan menyebabkan masuknya natrium
dari segmen luar sel batang menuju ke segmen dalam sel batang. Keadaan ini akan
menyebabkan hiperpolarisasi di segmen dalam sel batang dan merangsang
dilepaskannya neurotransmitter dari sel batang menuju ke sel bipolar. Oleh sel
bipolar rangsang kimiawi ini dirubah menjadi impuls listrik yang akan diteruskan
menuju ke sel ganglion untuk selanjutnya dikirim ke otak.
Sel kerucut mempunyai struktur yang mirip dengan sel batang tetapi segmen
luar yang mengecil dan membesar ke arah segmen dalam, sehingga berbentuk seperti

14
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

botol. Inti sel kerucut lebih besar dibandingkan dengan sel batang. Sel kerucut di
sebelah dalam melebar pada bagian akhirnya pada lapisan pleksiform luar
membentuk kaki kerucut (cone pedicle). Sel kerucut teraktivasi dengan cahaya
terang (bright light) dan menghasilkan aktivitas visual yang lebih besar di
bandingkan sel batang. Sel kerucut merupakan sel fotoreseptor yang peka terhadap
warna. Ada 3 jenis sel kerucut yang masing-masing mengandung pigmen iodopsin
yang berbeda. Setiap jenis iodopsin mempunyai sensitivitas tertentu terhadap warna
merah, biru dan hijau.
Membran limitans luar merupakan rangkaian kompleks tautan antara sel
batang, sel kerucut, dan sel Muller. Dengan mikroskop cahaya tampak sebagai garis.
Lapisan inti luar merupakan lapisan yang terdiri atas inti-inti sel batang dan
kerucut bersama badan selnya.
Lapisan pleksiform luar dibentuk oleh akson sel batang dan kerucut bersama
dendrit sel bipolar dan sel horizontal yang saling bersinaps.

Lapisan inti dalam dibentuk oleh inti-inti dan badan sel bipolar, sel horizontal,
sel amakrin, dan sel Muller. Sel bipolar dapat mempunyai dendrit yang panjang atau
pendek. Aksonnya lurus dan berjalan vertikal ke dalam lapisan pleksiform dalam
disini berhubungan dengan dendrit sel ganglion. Sel horizontal mempunyai badan
sel yang lebih besar daripada sel bipolar. Dendritnya berakhir dalam keranjang
berbentuk cangkir disekeliling sejumlah besar kaki kerucut. Sel amakrin terletak
pada baris kedua atau ketiga sebelah dalam lapisan inti dalam. Bentuknya seperti
buah pir dengan sebuah tonjolan yang berjalan ke arah dalam untuk berakhir pada
lapisan pleksiform dalam. Di lapisan ini tonjolan sel ini bercabang secara luas dan
bersinaps dengan beberapa sel ganglion. Sel Muller disebut juga gliosit retina,
berukuran raksasa dengan intinya terletak pada lapisan inti dalam. Dari badan sel,
juluran sitoplasma yang panjang dan tipis meluas ke membran limitans luar dan
dalam.
Lapisan pleksiform dalam dibentuk oleh sinaps antara sel bipolar, amakirn, dan
sel ganglion.
Lapisan ganglion dibentuk oleh badan dan inti sel ganglion. Sel ganglion
merupakan sel yang besar, sangat mirip dengan neuron pada otak dengan suatu

15
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

massa terdiri dari materi kromofil (badan Nissl) dalam badan sel. Akson sel ganglion
membentuk serat saraf optik. Aksonnya tak pernah bercabang
Lapisan serat saraf optikus dibentuk oleh akson sel ganglion.
Membran limitans dalam sebenarnya adalah membrana basalis sel Muller yang
memisahkan retina dari korpus vitreum.

Pada bagian retina ini ada dua yang terpenting, yaitu:3


1) Bintik kuning (vovea centralis), merupakan bagian yang paling peka terhadap
kemampuan melihat atau kemampuan menerima reaksi penglihatan paling cepat.
2) Bintik buta (blind spot) Disebut demikian karena bagian ini tidak mengandung
reseptor penglihatan baik sel batang maupun sel kerucut sehingga tidak berfungsi
untuk melihat. Nama lain dari bintik buta adalah papila nervus optice yaitu tempat
keluarnya nervus opticus.

Gambar 2.4 Lapisan Retina8

16
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

2.1.4 Organ Tambahan Mata

Bola mata terletak di dalam rongga tulang yang membuka ke anterior. Celah ini
ditutup oleh kelopak mata atas dan bawah yang bila saling mendekat akan bertemu
di fissura palpebra. Konjungtiva akan melipat dari bagian tepi kornea untuk melapisi
permukaan dalam kelopak mata. Lipatan ini disebut forniks superior dan inferior.
Organ-organ tambahan mata terdiri atas5,8
1. Kelopak mata
2. konjungtiva
3. Kelenjar lakrimal

a. Kelopak Mata
Kelopak mata terdiri atas lempeng penyokong di bagian tengah yang terdiri dari
jaringan ikat dan otot rangka yang diliputi kulit di bagian luar dan suatu membran
mukosa di dalam.
Kulit di bagian depan merupakan kulit tipis dengan rambut kecil, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea dan suatu dermis yang terdiri dari jaringan ikat halus yang
banyak serat elastin. Dermis lebih padat pada tepi kelopak mata dan disini
mengandung tiga atau empat baris rambut panjang yang kaku disebut bulu mata,
yang menembus dalam ke dermis. Di antara dan sebelah belakang bulu mata terdapat
kelenjar apokrin yang saluran keluarnya bermuara pada folikel bulu mata disebut
kelenjar Moll.5
Di bawah kulit terdapat lapisan otot lingkar mata (muskulus orbikularis okuli)
yang merupakan otot rangka. Bagian atau berkas serat otot ini yang berada di
belakang saluran keluar kelenjar Meibom disebut muskulus siliaris Riolani.
Di bagian tengah palpebra terdapat jaringan ikat fibrosa yang menjadi kerangka
kelopak mata yang disebut tarsus. Tarsus ini tebal pada pangkal kelopak mata dan
makin ke ujung makin semakin sempit. Di dalam tarsus terdapat untaian kelenjar
sebasea yang disebut kelenjar Meibom yang bermuara bersama ke dalam satu
saluran keluar dan tidak berhubungan dengan folikel rambut. Epitel konjungtiva
makin ke pangkal makin tinggi dan di dalam forniks terdapat lipatan mukosa.5

17
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

b. Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa jernih yang melapisi permukaan dalam
kelopak mata (konjungtiva palpebra) dan menutupi permukaan sklera pada bagian
depan bola mata (konjungtiva bulbi). Konjungtiva di susun oleh epitel berlapis
silindris yang mengandung sel goblet yang terletak di atas suatu lamina basal dan
lamina propia yang terdiri atas jaringan ikat longgar. Sekret sel-sel goblet ikut
menyusun tirai air mata yang berfungsi sebagai pelumas dan pelindung epitel mata
bagian depan. Pada corneoscleral junction, tempat berawalnya kornea, konjungtiva
melanjutkan diri sebagai epitel kornea berlapis gepeng kornea dan tidak
mengandung sel goblet.5
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang biasanya ditandai oleh
konjungtiva yang hiperemis (merah) dan sekret yang banyak. Hal ini mungkin
disebabkan oleh bakteri, virus, alergen atau parasit-parasit lainnya.5

Gambar 2.5 Anatomi Konjungtiva6

c. Kelenjar Lakrimal
Kelenjar lakrimal utama terletak pada sudut superolateral rongga mata.
Ukurannya sebesar kenari, tubuloasinar dan serosa, dengan sel mioepitel yang
menyolok. Lobus kelenjar yang terpisah mencurahkan isinya melalui 10-15 saluran

18
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

keluar ke dalam bagian lateral forniks superior konjungtiva. Juga ditemukan banyak
kelenjar lakrimal tambahan/ assesoris dalam lamina propria kelopak mata atas dan
bawah.3

Air mata mengandung banyak air dan lisosim suatu zat anti bakteri. Air mata
berfungsi untuk memelihara agar epitel konjungtiva tetap lembab, kedipan kelopak
mata akan menyebabkan air mata tersebar di atas kornea seperti wiper pada kaca
mobil dan berguna untuk mengeluarkan benda asing seperti partikel debu.
Penguapan air mata yang berlebihan dicegah oleh suatu lapisan/film mukus (dari sel
goblet konjungtiva tarsal) di atas film air dan minyak (dari kelenjar meibom). Air
mata disapukan ke arah medial dan kelebihannya memasuki pungta lakrimal
(lacrimal puncta) yang terletak disetiap sudut medial palpebra superior dan inferior.
Dari sini air mata kemudian masuk ke kanalikuli lakrimal (lacrimal canaliculi), dan
akhirnya masuk sakus lakrimal. Dinding kanalikuli lakrimal tersusun oleh epitel
bertingkat silindris bersilia. Sakus lakrimalis merupakan bagian superior duktus
nasolakrimalis yang melebar. Air mata kemudian masuk ke duktus nasolakrimal
yang juga dilapisi epitel bertingkat silindris bersilia. Dari sini air mata kemudian
dikeluarkan ke meatus inferior yang terletak di dasar rongga hidung.3

Gambar 2.6 Anatomi kelenjar lakrimal dan duktus nasolakrimal6

19
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

2.1.5 Otot Penggerak Bola Mata

Otot ekstraokular terdiri dari 6 otot utama yaitu rektus superior, rektus medial,
rektus inferior, rektus lateral dan 2 otot oblik yaitu oblik superior dan oblik inferior.
Otot-otot ini terletak di dalam rongga orbita dan dikelilingi oleh lemak serta
jaringan ikat fibroelastik. Otot ekstraokular membentuk kerucut otot (muscle cone)
pada bagian posterior dari garis ekuator bola mata. Jaringan lemak mengisibagian
dalam kerucut tersebut.11,12

Gambar 2.7 Otot Ekstraokular6

Otot ekstraokular mendapat inervasi dari tiga nervus kranial. Nervus kranial III
(nervus okulomotor) memiliki dua cabang yaitu superior dan inferior. Cabang
superior memberi inervasi kepada otot rektus superior dan otot levator palpebral
superior. Cabang inferior memberi inervasi kepada otot rektus medial,
rektusinferior, dan oblik inferior. Nervus kranial IV (nervus troklear) memberi
inervasi kepada otot oblik superior. Nervus kranial VI (nervus abdusens) memberi
inervasi kepada otot rektus lateral.13,14,15
Otot ekstraokular mendapat suplai darah dari arteri oftalmik cabang muskular
superior, muskular inferior, lakrimal dan supraorbital serta dari arteri maksilaris
cabang infraorbital. Arteri oftalmik cabang muskular lateral memberikan suplai
darah untuk otot rektus lateral, otot rektus superior dan otot oblik superior. Arteri
oftalmik cabang muskular medial memberikan suplai darah untuk otot rektus

20
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

medial, rektus inferior dan oblik inferior. Arteri lakrimalis memberikan suplai
darah untuk otot rektus lateral dan otot rektus superior. Arteri supraorbital
memberikan suplai darah untuk otot rektus superior dan oblik superior. Arteri
supraorbital memberikan suplai darah untuk otot rektus inferior dan otot oblik
inferior.11,12
Sistem vena pada otot ekstraokular terdiri dari vena oftalmik superior dan vena
oftalmik inferior. Vena oftalmik superior mendapat aliran darah dari otot
ekstraokular bagian superior dan medial. Vena oftalmik inferior mengalirkan
darah dari otot ekstraokular bagian lateral dan inferior. Kedua vena tersebut akan
bergabung dan membentuk sinus kavernosa.11,12

Gambar 2.8 Vaskularisasi Pada Otot Ekstraokular11

21
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

2.2 Fisiologi Penglihatan

Sistem visual meliputi pengambilan informasi dari luar dalam bentuk cahaya
serta analisis dan intepretasi informasi visual. Proses penglihatan dan persepsi
visual ini melibatkan sistem struktur yang kompleks, yang masing-masing
dirancang untuk tujuan tertentu. Rangkaian proses penglihatan meliputi masuknya
cahaya pada media refraksi, fototransduksi, pengiriman impuls melalui jaras
penglihatan, serta intepretasi dan persepsi visual oleh korteks visual.16

a. Media Refraksi
Komponen optik mata yang berperan sebagai media refraksi adalah kornea,
humor akuos, lensa, dan badan vitreus. Cahaya yang masuk ke dalam mata
mengalami pembiasan melewati media refraksi pada aksis visual, lalu ditangkap
oleh sel fotoreseptor retina. Aksis visual merupakan garis yang menghubungkan
antara fovea sentralis retina dengan bagian anterior dari kornea, sedangkan aksis
optik adalah garis yang menghubungkan antara poros anterior dengan poros
posterior.5
Kekuatan refraksi lensa memiliki kekuatan mencapai 20 dioptri dengan indeks
refraksi 1,36 pada bagian perifer dan 1,4 pada bagian sentral. Lensa mata
berakomodasi melalui kontraksi otot siliaris yang melepaskan regangan zonula
sehingga lensa membulat ketika melihat objek dekat. Otot siliaris akan relaksasi
dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh. Badan vitreus adalah gel transparan
dengan kandungan air 98% dan indeks refraksi 1,33 yang sama dengan indeks
refraksi pada humor akuos. Vitreus meneruskan cahaya yang ditangkap menuju
retina, serta sebagai tempat penyimpanan substansi kimia yang berperan dalam
metabolisme retina.11

b. Fototransduksi

Fototransduksi merupakan proses penangkapan cahaya oleh fotoreseptor retina


untuk diubah menjadi impuls saraf, kemudian memicu terjadinya kaskade reaksi
kimia yang mengubah energi elektromagnetik menjadi stimulus elektrik. Retina
memiliki dua tipe sel fotoreseptor, yaitu sel kerucut dan sel batang. Fotoreseptor sel

22
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

batang dan sel kerucut memiliki perbedaan morfologi, pigmen, dan distribusi pada
retina. Masing-masing sel fotoreseptor tersusun atas segmen luar, segmen dalam,
dan badan sel. Bentuk segmen luar fotoreseptor kerucut meruncing, sedangkan
fotoreseptor sel batang tidak meruncing. Segmen luar tersusun atas 600- 1000
diskus yang mengandung fotopigmen, enzim, dan protein yang terlibat dalam
fototransduksi, yaitu opsin, rodopsin, transdusin, phosphodiesterase (PDE), dan
kromofor 11-cis-retinal. Fotoreseptor sel kerucut sensitif terhadap cahaya terang,
terutama pada siang hari (fotopik). Fotoreseptor sel batang sensitif terhadap cahaya
redup (skotopik).12

Gambar 2.9 Sel Fotoreseptor Retina12

c. Jaras Penglihatan

Jaras penglihatan merupakan rangkaian proses pengiriman informasi visual


yang terdapat pada impuls saraf menuju korteks visual. Retina meneruskan impuls
saraf ke saraf optik, kiasma optik, traktus optik, badan genikulatum lateralis, radiasi

23
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

optik hingga korteks visual. Korteks visual terdiri dari area korteks visual primer
dan sekunder. Area lain yang berhubungan dengan penglihatan adalah area korteks
frontal.17

Gambar 2.10 Skema Jaras Penglihatan17

Sel ganglion retina menerima impuls saraf dari sel bipolar, kemudian sebanyak
1-1,2 juta serabut saraf sel ganglion bersatu menuju diskus optik dan melewati
lamina kribosa memasuki rongga orbita. Serabut saraf bagian nasal retina tersusun
5 dalam pola radial sederhana. Serabut saraf bagian temporal membentuk berkas
papilomakular yang menuju langsung ke diskus. Serabut paling medial merupakan
serabut retina bagian nasal, sedangkan area lateral mewakili serabut temporal.
Serabut makula yang menyusun sepertiga dari serabut saraf optik, terletak pada
bagian lateral. Serabut retina nasal berdekusasi pada kiasma optik dan memasuki
traktus optik kontralateral. Serabut saraf akan sedikit melengkung pada area knee
of Wilbrand sebelum berdekusasi ke kontralateral. Serabut saraf retina temporal
memasuki traktus optik secara ipsilateral.18
Korpus genikulatum lateralis terletak di posterior talamus dan terdiri dari enam
lapisan. Empat lapis bagian superior merupakan terminal dari akson neuron

24
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

parvoselular, sedangkan dua lapis bagian inferior merupakan terminal dari akson
neuron magnoselular. Jalur magnoselular berkaitan dengan persepsi gerak dan
kedalaman. Jalur parvoselular berhubungan dengan fungsi spasial dan persepsi
warna. Serabut saraf retina bagian perifer akan berakhir di bagian anterior. Serabut
saraf kuadran atas retina berakhir di sisi medial. Serabut saraf kuadran makula
berakhir di tengah dan posterior nukleus. Akson yang berasal dari serabut saraf
kontralateral akan berakhir di lapisan ke-1, 4, dan 6, sedangkan akson yang berasal
dari serabut saraf ipsilateral akan berterminasi pada lapisan ke-2, 3, dan 5. Impuls
saraf kemudian akan diteruskan melalui radiasi optik menuju korteks area visual
primer.18

d. Korteks Visual
Korteks visual primer pada manusia berada pada lobus oksipital serebrum dan
mengisi bibir superior dan inferior dari sulkus kalkarina. Korteks visual primer ini
disebut juga sebagai area V1, korteks striata, atau area Broadmann 17. Korteks
visual primer memiliki enam lapisan seluler fungsional. Lapisan keempat akan
menerima input dari akson korpus genikulatum lateral yang dibawa oleh radiasi
optik.19

Gambar 2.11 A. Korteks Area Visual Primer, B. Korteks Striata dan


Ekstrastriata20

25
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

Area korteks visual menerima informasi penglihatan berdasarkan distribusi


retinotopik. Korteks visual dari penglihatan sentral makula mengisi posisi ujung
paling posterior pada lobus oksipital. Bagian superior dari korteks menerima
informasi dari proyeksi retina superior. Bagian inferior dari korteks merupakan
proyeksi dari retina inferior.21
Komponen dari area ekstrastriata adalah V2-V5 yang berkaitan dengan area
Broadmann 18 dan 19. Korteks ekstrastriata ini menerima informasi dari V1. Area
V3 mengirimkan informasi eferen menuju mesensefalon dan ganglia basalis.
Integrasi visual terjadi pada area V3 tersebut. Area V4 adalah area untuk persepsi
warna. Area V5 atau medial temporal (MT) adalah area yang berfungsi sebagai
persepsi pergerakan dan arah. Jalur informasi dari oksipitotemporal adalah jalur
informasi ventral atau what. Jalur informasi oksipitoparietal adalah jalur dorsal atau
where. Korteks visual mendapat vaskularisasi utama dari arteri serebral posterior
sebagai cabang dari pembuluh arteri basilaris. Bagian ujung anterior sulkus
kalkarina dan sisi lateral dari ujung oksipital mendapat vaskularisasi dari arteri
serebral media.20,21

26
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

BAB III

KESIMPULAN

Sebagai kesimpulan, pemahaman mengenai ilmu kedokteran dasar dari

suatu bidang kedokteran khusus seperti Ophthalmology dapat disebutkan sebagai

salah satu kewajiban utama seorang praktisi kesehatan. Kaitan erat anatomi, dan

fisiologi, baik perihal kemampuan penglihatan dan persepsi seorang individu yang

keseluruhannya bersifat representatif satu sama lain juga turut menjustifikasi

pemahaman ilmu dasar sebagai salah satu faktor integral dalam mempelajari ilmu

kedokteran. Oleh sebab itu, diharapkan tujuan atau bahkan manfaat utama dari

tulisan ini dapat tercapai secara komprehensif khususnya bagi penulis yang

bertanggung jawab langsung terhadap proses pengerjaannya atau bahkan konten

yang dijabarkan secara umum.

27
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

DAFTAR PUSTAKA

1. Marlinda, L., Widiyawati. Sistem Pakar Diagnosa Penyakiti Mata


Menggunakan Metode Certainy Factor. JISAMAR (Journal of Information
System, Applied, Management, Accounting and Researh). 2019. 3(4).
2. World Health Organization. Blindness and Visual Impairment. [Internet].
World Health Organization; 2017 [cited 2018 Aug19]. Available from:
http://www.who.int/en/news-room/fact-sheets/detail/blindness-and-visual-
impairment
3. Ilyas, S., dan Yulianti, S. R. 2015, Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
4. Forrester J V, Dick AD, McMenamin PG, Roberts F, Pearlman E. The Eye:
Basic Science in Practice. Edisi ke-4. Edinburgh: Elsevier; 2016. hlm. 269-336.
5. Jogi R. Errors of Refraction. In: Basic Ophthalmology. 5th ed. Raipur: Jaypee
Borthers Medical Publishers(P)LTD; 2016. p. 57–8.
6. Netter FF. Atlas Anatomi Manusia. 5 ed. Indonesia: Elsevier; 2014.
7. Iswari, M., dan Nurhastuti. Anatomi dan Fisiologi dan Genetika: Alat-Alat
Indra. 2018. Padang
8. Eva PR, JP W. Anatomy and embryology of the eye. In Vaughan & Asbury’s
General Ophthalmology, 18th ed. 2011:1-7.
9. Forrester, J.V., Dick, A.D., McMenamin, P.G., Roberts, F., Pearlman, E..
Anatomy of the Eye and Orbit. In the Eye Basic Sciences in Practice, 4th ed.
2016:1-102.
10. Moestidjab, Sasono, W., Firmansjah, M., dan Widjaja, S. A. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Mata. Edisi pertama. Airlangga University Press. 2013
11. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. The Eye. Dalam: American Academy of
Ophthalmology. Basic Clinical Science Course Section 2: Fundamentals and
Principles of Ophthalmology. San Fransisco: American Academy of
Ophthalmology; 2018. hlm.44-8.
12. Skalicky SE. Ocular And Visual Physiology. Singapore: Springer; 2016. hlm.
231-265.

28
PAPER NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 200131058
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

13. American Academy of Ophthalmology. 2016-2017 Basic and Clinical


Science Course, Section 5 : Neuro-Ophthalmology. San Fransisco:
American Academy of Ophthalmology; 2016. hlm. 142-148.
14. Leigh RJ, Zee DS. The Neurology of Eye Movement. Edisi ke-5. New
York: Oxford University Press; 2015. hlm. 3-15
15. Somlai J, Kovacs T. Neuro-Ophthalmology. Switzerland: Springer; 2016.
hlm. 523-533
16. Forrester J V, Dick AD, McMenamin PG, Roberts F, Pearlman E. The Eye:
Basic Science in Practice. Edisi ke-4. Edinburgh: Elsevier; 2016. hlm. 269-336.
17. Joukal M. Anatomy of the Human Visual Pathway. Dalam: Skorkovská
K,editor. Homonymous Visual Field Defects. Cham: Springer International
Publishing; 2017. hlm. 1-16.
18. Hall JE, Michael E. Hall MDMS. Guyton and Hall textbook of medical
physiology. Edisi ke-14. Philadelphia: Elsevier; 2020. hlm. 639-63.
19. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Neuro-Ophthalmic Anatomy. Dalam:
American Academy of Ophthalmology. Basic Clinical Science Course Section
5: Neuro-Ophthalmology. San Fransisco: American Academy of
Ophthalmology; 2018. hlm. 30–3.
20. Bhatti MT, Biousse V, Bose S, Danesh-Meyer HV, Falardeau J, Levin LA, et
al. Neuro-ophthalmology. Dalam: Cantor LB, Rapuano CJ, McCannel CA,
editor. Basic and clinical science course. San Francisco: American Academy
of Ophthalmology; 2019. hlm. 5-56.
21. Miller NR, Subramanian PS, Patel VR. Walsh and Hoyt's Clinical Neuro-
Ophthalmology: The Essentials. Edisi ke-3. Philadelphia: Wolters Kluwer
Health/Lippincott Williams & Wilkins; 2016. hlm. 63-108.

29

Anda mungkin juga menyukai