• Pertumbuhan kranium terjadi sangat cepat pada tahun pertama dan kedua setelah
lahir dan lambat laun akan menurun kecepatannya.
• Pada anak usia 4-5 tahun, besar kranium sudah mencapai 90% kranium dewasa.
• Maksilofasial tergabung dalam tulang wajah yang tersusun secara baik dalam
membentuk wajah manusia (Pappachan, 2012 ).
Papachan Abosadegh, M.M.A.A., 2012. Association of traumatic head injuries and maxillofacial fractures among patients treated at Hospital Universiti Sains
Malaysia (Doctoral dissertation, Pusat Pengajian Sains Perubatan, Universiti Sains Malaysia).
Maksilofasial dibagi menjadi tiga
bagian :
• Sepertiga atas wajah :
Tulang frontalis, regio supra
orbita, rima orbita dan sinus
frontalis.
• Sepertiga tengah :
maksila, zigomatikus, lakrimal,
nasal, palatinus, nasal konka
inferior, dan tulang vomer
• Sepertiga bawah : mandibula
Papachan Abosadegh, M.M.A.A., 2012. Association of traumatic head injuries and maxillofacial fractures among patients treated at Hospital Universiti Sains Malaysia (Doctoral dissertation, Pusat
Pengajian Sains Perubatan, Universiti Sains Malaysia).
Trauma
Maksilofasial
Definisi
Fraktur ialah hilang atau terputusnya kontinuitas jaringan keras tubuh.
Fraktur maksilofasial ialah fraktur yang terjadi pada tulang-tulang
pembentuk Wajah (Grace and Borley, 2007)
.
Grace,Pierce A, neil R. Borley.2007.At a Glance Ilmu Bedah.edisi ketiga.Jakarta:Erlangga.
Hwang K, You SH. Analysis of facial bone fracture: An 11 – year study of patients. Indian J Plast Surg 2010; 43(1): 42 – 48
Epidemiologi
Kejadian trauma maksilofasial sekitar 6% dari seluruh trauma yang ditangani
oleh SMF Ilmu Bedah RS Dr. Soetomo. Kejadian fraktur mandibula dan maksila
terbanyak diantara 2 tulang lainnya, yaitu masing-masing sebesar 29,85%,
disusul fraktur zigoma 27,64% dan fraktur nasal 12,66%. Penderita fraktur
maksilofasial ini terbanyak pada laki-laki usia produktif, yaitu usia 21-30 tahun,
sekitar 64,38% disertai cedera di tempat lain dan trauma penyerta terbanyak
adalah cedera otak ringan sampai berat sekitar 56%. Penyebab terbanyak
adalah kecelakaan lalu lintas dan sebagian besar adalah pengendara sepeda
motor
Penelitian yang dilakukan oleh Hwang Kun dan You Sun Hye dari tahun 1996-
2007 di Inha University Hospital, bahwa kelompok usia yang paling umum terjadi
adalah kelompok usia 21 – 30 tahun (29%), diikuti oleh usia 11 – 20 tahun
(22,3%) dan 31 – 40 tahun (21%). Laki – laki lebih umum terjadi dibandingkan
dengan perempuan (3,98:1)
Etiologi
Pedersen GW. Buku ajar praktis bedah mulut. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1996
Manifestasi Klinis
✔ Dislokasi ✔ Krepitasi
✔ Pergerakan yang abnormal ✔ Laserasi
✔ Rasa nyeri pada sisi fraktur ✔ Diskolorisasi
✔ Perdarahan pada daerah fraktur ✔ Numbness
yang dapat menyumbat saluran ✔ Pada fraktur orbita dapat
napas dijumpai penglihatan kabur atau
✔ Pembengkakan dan memar ganda, penurunan pergerakan
bola mata dan penurunan visus
KLASIFIKASI TRAUMA
MAKSILOFASIAL
A. Trauma Jaringan Lunak
Trauma benda tajam, akibat peca-han kaca pada
kecelakaan lalu lintas atau pisau dan golok pada perkelahian:
1. Berdasarkan jenis luka dan penyebab
a. Ekskoriasi
b.Luka sayat (vulnus scissum), luka robek(vulnus
laceratum) , luka tusuk (vulnus punctum)
c. Luka bakar (combustio)
d. Luka tembak (Vulnus Sclopetorum)
2.Berdasarkan ada atau tidaknya kehilangan jaringan
(Skin Avulsion & Skin Loss)
3. Dikaitkan dengan unit estetik
Menguntungkan atau tidak mengun- tungkan, dikaitkan
dengan garis Langer Gambar 1. Laserasi yang menyilang garis Langer tidak
menguntungkan mengakibatkan penyem-buhan yang
secara kosmetik jelek. B. Insisi fasial ditempatkan
sejajar dengan garis Langer
4. Berdasarkan Derajat Kontaminasi c. Luka Tercemar
a. Luka Bersih • Potensi terinfeksi Spillage traktur
• Luka Sayat Elektif elementarius, dan traktur
• Steril Potensial Terinfeksi genitourinarius dan kandung empedu.
• Tidak ada kontak dengan orofaring, • Luka trauma baru: laserasi,fraktur
traktus respiratorius, traktur elemen- terbuka dan luka penetrasi.
tarius, dan traktur genitourinarius. d. Luka Kotor
• Akibat pembedahan yang sangat
b. Luka Bersih Tercemar terkontaminasi.
• Luka sayat elektif. • Perforasi viscera,abses dan trauma
• Potensial terinfeksi : lama.
Spillage minimal, Flora normal. 5. Klasifikasi Lain
• Kontak dengan orofaring, traktus •Luka dengan pergeseran flap pedicle
respi-ratorius, traktur elementarius, (trapp door).
dan traktur genitourinarius. •Luka Tusukan (puncture).
• Proses penyembuhan lebih lama. •Luka pada kulit yang berhubungan
dengan mukosa secara langsung.
B. Trauma Jaringan Keras Wajah
Berdasarkan fraktur tulang yg terjadi. Secara
umum dilihat dari terminologinya, trauma pada
jaringan keras wajah dapat diklasifikasikan
berdasarkan:
1. Lokasi anatomic dan estetika Gambar 2. Fraktur pada daerah mandibula
Anamnesis
→Bagaimana mekanisme cedera?
→Apakah pasien kehilangan kesadaran atau mengalami perubahan status mental?
Jika demikian, untuk waktu berapa lama?
→Apakah terdapat gangguan penglihatan? Kilatan cahaya, fotofobia, diplopia,
pandangan kabur, nyeri, atau perubahan dengan gerakan mata?
→Apakah pasien mengalami tinitus atau vertigo?
→Apakah pasien memiliki kesulitan bernapas melalui hidung?
DIAGNOSIS
Anamnesis
→Apakah pasien memiliki manifestasi berdarah atau yang jelas cairan dari hidung
atau telinga?
→Apakah pasien memiliki kesulitan membuka atau menutup mulut?
→Apakah ada rasa sakit atau kejang otot?
→Apakah pasien dapat menggigit tanpa rasa sakit, dan pasien merasa seperti
kedudukan gigi tidak normal?
→Apakah ada daerah mati rasa atau kesemutan pada wajah?
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik
→Inspeksi
Secara sistematis bergerak dari atas ke f. Otorrhea/Rhinorrheaf. Telecanthus,
bawah : Battle's sign, Raccoon's sign.
a. Deformitas, memar, abrasi, laserasi, g. Cedera kelopak mata.
edema. h. Ecchymosis, epistaksisi.
b. Luka tembus. i. Defisit pendengaran.
c. Asimetris atau tidak. j. Perhatikan ekspresi wajah untuk rasa
d. Adanya Maloklusi/trismus, nyeri, serta rasa cemas
pertumbuhan gigi yang abnormal.
DIAGNOSIS
• Pemeriksaan Fisik
Palpasi
DIAGNOSIS • Pemeriksaan Fisik
Palpation of Palpasi
Nose
DIAGNOSIS
Palpation of
Zygoma
• Pemeriksaan Fisik
Palpasi
DIAGNOSIS
Palpation of
Orbita
• Pemeriksaan Fisik
Palpasi
DIAGNOSIS
Palpation of maxilla
• Pemeriksaan Fisik
Palpasi
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang
X-ray kepala
Panoramic X-Ray
Tatalaksana
Airway
Nasofaringeal Airway
Circulation
• Menilai frekuensi nadi dan
suhu akral
• Tanda-tanda syok (perdarahan) resusitasi