Anda di halaman 1dari 36

TUTORIAL SKENARIO 2

BLOK 17
Kelompok 10

Yusrinie Wasiaturrahmah, S. Farm, M. Farm, Apt.


Anggota Kelompok
1. Melati Ainun Nisa 1811111120015
2. Siti Rohmah 1811111120005
3. Siti Norsholehah Fajria 1811111120013
4. Siti Raudah 1811111320011
5. Dian Rahmadania 1811111120021
6. Nur Atika 1811111120012
7. Rizkia Putri Rahmayanti 1811111220018
8. M. Ridho Anugerah 1811111310024
9. Siti Rayyan Azizah 1811111320013
Skenario
Identifikasi dan Klarifikasi Istilah Asing

GCS E4V4M5
• Glasgow Coma Scale untuk pasien yg mengalami penurunan/hilang kesadaran, Eye movement
reponse 4 (spontan), verbal response 4 (kebingungan), motoric response 5 (dpt menunjukkan
lokasi nyeri)

Allo anamnesa
• Kegiatan yg menyampaikan informasi ke dokter dari keluarga pasien
False movement (+)

• Pergerakan yg salah/abnormal

Vulnus aperatum dan vulnus laceratum


• Luka sayatan
Analisis dan Klarifikasi Masalah
1. Tindakan pertama yg dilakukan kepada pasien?
• Primary survey (airway,breathing, circulation, disability, environment)
• Memeriksa kesadaran, memeriksa GCS, melepaskan benda yang dapat memperparah pasien
(seperti yang dapat menghambat jalan nafas)
• Secondary survey dan mengendalikan serta menghentikan perdarahan

2. Diagnosis pada kasus di scenario?


• Fraktur mandibula

3. Pemeriksaan penunjang yg memperkuat diagnosis kasus tsb?


• CT Scan, rontgen panoramic untuk mengetahui spesifikasi dan letak serta keparahan fraktur
pasien.
• Rontgen antero-posterior

4. Bagaimana pemeriksaan status kesadaran pasien tsb?


• GCS eye movement 1-4, verbal 1-5, motoric 1-6
Analisis dan Klarifikasi Masalah
5. Apa komplikasi yg dapat terjadi jika kasus di scenario tidak ditangani?
- Kelainan bentuk tulang malunion, infeksi
- Osteomyelitis
- Maloklusi yang buruk mengganggu makan dan berbicara
- Delayed union, non-union
PowerPoint
6. Apa hubungan nilai GCS yang terdapat di skenario dgn penanganan pasien?
Presentation

Sasaran Belajar

7. Bagaimana prognosis masalah tsb?


Prognosis akan baik jika pasien kooperatif dan jika penanganan awal baik serta dapat
ditangani dengan cepat karena penanganan fraktur mandibula yang terlambat dapat
mengakibatkan komplikasi.

8. Apa tindakan yg dihindari saat menangani pasien?


Ketika mengamankan pasien, pasien menggunakan helm dan dilepaskan dengan hati-hati
untuk menghindari bertambahparahnya fraktur serta perdarahan dan infeksi.
Topic Tree
Konsep
Kegawatdaruratan Mekanisme:
Direct & Indirect
Anatomi dan Efeknya
Fraktur Mandibula
Mandibula terhadap Keluhan

Definisi Klasifikasi Tata Laksana Prognosis


Manifestasi
Etiologi Epidemiologi Komplikasi Klinis

Pemeriksaan Pemeriksaan
Penanganan
Awal Penunjang
Sasaran Belajar
1. Anatomi Mandibula
2. Definisi dari Fraktur Mandibula
3. Etiologi dari Fraktur Mandibula
4. Klasifikasi dari Fraktur Mandibula
5. Mekanisme Direct & Indirect dan Efeknya terhadap Keluhan Pasien
6. Epidemiologi dari Fraktur Mandibula
7. Manifestasi Klinis dari Fraktur Mandibula
8. Tatalaksana dari Fraktur Mandibula: Pemeriksaan Awal, Pemeriksaan Penunjang, Penanganan
9. Konsep ABCDE Kegawatdaruratan
10. Komplikasi dari Fraktur Mandibula
11. Prognosis dari Fraktur Mandibula
12. Hubungan nilai GCS dan Status Kesadaran penanganan pasien
Mandibula
Insidensi terbanyak fraktur mandibula terjadi pada fraktur bagian simpisis, hal ini dikarenakan
bagian simpisis merupakan tulang rahang mandibula yang paling menonjol dan satu-satunya
tulang rahang yang dapat bergerak sehingga berpeluang untuk terjadinya fraktur pada tulang
rahang tersebut.
PowerPoint
Presentation

(Hakim dkk, 2016)


Anatomi Mandibula
Definisi Fraktur Mandibula

Fraktur mandibula adalah putusnya kontinuitas tulang mandibular. Hilangnya


kontinuitas pada rahang bawah (mandibula), dapat berakibat fatal bila tidak
ditangani dengan benar.

Mandibula adalah tulang rahang bawah pada manusia dan berfungsi sebagai
tempat menempelnya gigi geligi. Klasifikasi fraktur mandibula berdasarkan pada
letak anatomi dari fraktur mandibula dapat terjadi pada daerah-daerah dento
alveolar, kondilus, koronoideus, ramus, sudut mandibula, korpus mandibula,
simfisis, dan parasimfisis.

(Hakim, 2016)
Etiologi Fraktur Mandibula
Traumatik (96%) Patologis (4%)
• Kecelakaan kendaraan • Kista
bermotor • Tumor tulang
• Terjatuh • Osteogenesis imperfekta
• Kekerasan atau • Osteomielitis
perkelahian • Osteoporosis
• Kecelakaan kerja • Nekrosis tulang
• Kecelakaan saat
berolahraga
• Senjata api
(Hadira,2016; Reksodiputro, 2017)
Klasifikasi Fraktur Mandibula
1. Klasifikasi dari Fraktur Mandibula
Klasifikasi Dingman dan Natvig Menurut Posisi Anatomisnya
• Fraktur simfisis: Terjadi di garis tengah, di antara dua insisivus
sentralis.
• Fraktur parasimfisis: regio di mana garis fraktur berjalan mesial dari
kaninus.
• Fraktur body: regio di mana garis fraktur membentang dari distal ke
kaninus ke sisi distal dari molar kedua.
• Fraktur angle: Regio segitiga memanjang dari batas anterior
masseter ke batas posterior masseter, biasanya distal dari molar
ketiga, jika ada, mereka terlibat dalam sudut patah tulang.
• Fraktur ramus: Regio yang memanjang dari batas posterior regio
masseter & angle, meluas ke kranial hingga sigmoid notch.
• Fraktur kondilus: dapat dibagi lagi menjadi fraktur intrakapsular, yaitu
fraktur kepala condylar, dibatasi oleh kapsul & leher
ekstrakapsular/condylar di mana fraktur ada di ketinggian sigmoid
notch ke perlekatan kapsul.
• Fraktur koronoid: fraktur prosesus koronoideus di atas ketinggian
sigmoid notch
2. Klasifikasi Menurut karakteristik lokal fraktur

• Fraktur terbuka: Fraktur yang berhubungan dengan lingkungan eksternal melalui intraoral atau laserasi ekstraoral

• Fraktur tertutup: Fraktur yang tidak berhubungan dengan lingkungan eksternal.

• Fraktur kominutif: Beberapa segmen tulang yang telah terfragmentasi.

• Fraktur greenstick atau nondisplaced: Fraktur tidak lengkap melibatkan satu korteks.

• Fraktur patologis: terjadi dari lesi patologis yang sudah ada sebelumnya yang melemahkan tulang.

• Fraktur kompleks: fraktur yang memiliki cedera jaringan lunak yang berdekatan secara signifikan.

• Fraktur multipel: Dua atau lebih fraktur mandibula tetapi fraktur tidak berhubungan dengan satu sama lain.

• Fraktur atrofi: Fraktur tubuh spontan yang dapat diprediksi terjadi pada tubuh edentulous rahang bawah

• Fraktur langsung: fraktur yang terjadi pada titik tumbukan.

• Fraktur tidak langsung: Fraktur yang terjadi di lokasi yang jauh dari area tumbukan, seperti pukulan di dagu menyebabkan beberapa

fraktur, fraktur simfisis langsung dan fraktur leher kondilus tidak langsung.

• Fraktur impaksi atau teleskopik: Fraktur yang satu segmennya didorong dengan kuat ke segmen lain.
3. Klasifikasi Kazanjian dan Converse
menurut gigi

• Kelas I: Gigi ada di kedua sisi garis fraktur &


dapat dirawat dengan menggunakan gigi
untuk fiksasi monomaksial atau intermaksila.

• Kelas II: Gigi hanya ada pada satu sisi dari


garis fraktur, biasanya melibatkan kondilus.
ramus, regio sudut & badan pada mandibula
tak bergigi. Tipe ini membutuhkan reduksi
terbuka & fiksasi internal untuk stabilisasi.

• Kelas III: Fraktur pada pasien edentulous.


4. Klasifikasi Fraktur Angle Menurut Arah Garis
Fraktur & Efek Tarikan Otot

• Horizontal favourable fracture

• Horizontal unfavourable fracture

• Vertical favourable fracture

• Vertical unfavourable fracture


5. Klasifikasi Internasional WHO Untuk Fraktur Mandibula

• Fractura corpus mandibulae

• Fractura processus condylaris

• Fractura processus coronoideus

• Fractura ramus mandibu lae

• Fraktur simfisis

• Fractura angulus mandibulae

• Fraktur mandibula multipleks

• Fraktur mandibula yang tidak ditentukan


6. Klasifikasi untuk membuat cakronim FLOSID (O) Nature of occlusion/Sifat oklusi :
Menilai fraktur mandibula menggunakan taksonomi yang (a) Normal (b) Maloklusi (c) Edentulous  
dijelaskan

(S) Soft Tissue damage/Luas kerusakan jaringan


(F) Fracture Type/Jenis fraktur: lunak :
• Tidak lengkap (a) Tertutup
• Simple (b) Terbuka intra-oral
• Comminuted/Dipotong (c) Terbuka ekstraoral
• Cacat tulang. (d) Terbuka intra dan ekstraoral
(e) defek jaringan lunak
(L) Location Fracture/Lokasi fraktur:
• Kiri dari garis tengah (L1) ke kepala condylar (L8) (I) Adanya infeksi : (a) Ya (b) Tidak  
• Kanan dari garis tengah (R1) ke kepala condylar (R8)  

(D) Displacemet/Analisis radiografik perpindahan


antar fragmen : (a) Ringan (b) Sedang (c) Parah
7. Klasifikasi FLOATIS

Klasifikasi mandibula terbaru dengan


menggunakan (FLOATIS), hampir mencakup
semua kriteria yang diperlukan

(Mohamed, 2021; Passi, 2017; Singh, 2021)


Mekanisme Direct dan Indirect dan Efeknya Terhadap Keluhan Pasien

Mekanisme Direct Fraktur

Trauma ini menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada
daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan lunak
ikut mengalami kerusakan. Misalnya karena trauma yang tiba-tiba mengenai
tulang dengan kekuatan yang besar dan tulang tidak mampu menahan trauma
tersebut sehingga terjadi fraktur.

(Asrizal, 2014)
Keluhan Pasien Direct Fraktur

Keluhan: Nyeri hebat di tempat fraktur dan tak mampu menggerakkan dagu bawah

Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti :


• fungsi berubah
• bengkak,
• kripitasi,
• sepsis pada fraktur terbuka,
• deformitas.

(Asrizal, 2014)
Mekanisme Indirect Fraktur

Terjadi apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah
fraktur. Pada keadaan ini jaringan lunak tetap utuh, tekanan membengkok
menyebabkan fraktur transversal dan tekanan berputar yang menyebabkan
fraktur bersifat spiral/oblik.

(Asrizal, 2014)
Keluhan Pasien Direct Fraktur

Keluhan:
• Bentuk tulang mandibula seperti sepatu kuda mempengaruhi terjadinya fraktur
mandibula secara indirect
• Adanya tekanan pada suatu sisi mandibula menyebabkan ada tekanan secara
indirect pada bagian lain sisi mandibula yang lebih tipis
• Terjadi kontraksi otot yang berlebihan secara refleks pada m. temporalis
• Terkadang dapat menyebabkan terjadi lebih dari satu fraktur pada mandibular

(Asrizal, 2014)
Epidemiologi Fraktur Mandibula
 Insidensi fraktur mandibula tertinggi terjadi pada pasien muda dalam rentang usia 6-12 tahun.
 Di Banjarmasin Usia paling banyak mengalami fraktur mandibula yaitu 11-30 tahun.
 Jenis kelamin paling sering mengalami fraktur mandibula adalah Laki-laki > Perempuan 3:1
 Lokasi paling banyak mengalami fraktur mandibula yaitu Simpisis dan Parasimpisis.
 Etiologi paling sering menjadi penyebab fraktur mandibula adalah Kecelakaan sepeda motor.
 Fraktur mandibula memiliki insiden sebanyak 73,7% pada laki-laki, dan 26,3% pada wanita.
Terjadi pada usia produktif: 20-30 tahun sebanyak 38,5%
 Fraktur Mandibula merupakan fraktur tersering dari pada fraktur dentofacial lainnya dengan
persentase :

57,69% 13,46% 3,85% 0,96% 1,92%

Mandibula Maksila Nasal Dentoalveolar Kondilus

(Marantson, 2019; Hakim,2016)


Manifestasi Klinis Fraktur Mandibula
Pembengkakkan, ekimosis atau laserasi kulit mandibula

Deformitas tulang

Nyeri

Asimetris
Maloklusi gigi geligi

Gangguan mobilitas atau adanya krepitasi

Palpasi teraba garis fraktur

Malfungsi
(trismus)
Bibir bawah mati rasa

Gangguan jalan nafas

(Birnbaum, 2016)
Tatalaksana Fraktur Mandibula
Airway
Memastikan ada/tidaknya benda asing yang
menghalangi jalan napas. Mulai dengan
melakukan chin lift atau jaw thrust.

A
Breathing Exposure
Memperhatikan proses repirasi spontan dan
juga kecepatan, kedalaman serta usaha untuk
B E Pemeriksaan kembali bagian tubuh yang
terluka lalu setelah fungsi vital stabil
melakukan --> look listen and feel dilakukan secondary survey.

Circulation Disability
Evaluasi pendarahan, denyut nadi, dan C D Menggunakan metode APVU (allert, voice,
pain, dan unresponse) dengan skor GCS.
perfusi.

(Birnbau, 2016; Cottrell, 2017; Hartanto dkk, 2019; Munakomi, 2015)


Secondary Survey

Anamnesis
• Keluhan subyektif berkaitan dengan fraktur mandibula dicurigai dengan adanya rasa nyeri,
pembengkakkan, terjadi kecelakaan lalu lintas, dsb.

Pemeriksaan Klinis:
• Intraoral
• Ekstraoral

Pemeriksaan Fisik

(Dorafshar dkk, 2019)


Pemeriksaan Penunjang
• Town′s view untuk melihat proyeksi tulang maksila, zigoma dan mandibula.
• Foto Reverse Town′s view untuk melihat adanya fraktur neck condilus
mandibula terutama yang displaced ke medial dan bisa juga untuk melihat
dinding lateral dari maksila.
• Foto panoramic untuk mengetahui kondisi mandibula mulai dari kondilus kanan
sampai kiri beserta posisi geliginya termasuk oklusi terhadap gigi maksila.
• Orbitocondylar view untuk melihat TMJ pada saat membuka mulut
lebar,menunjukkan kondisi strutur dan kontur dari kaput kondilus tampak dari
depan.
• CT Scan digunakan terutama untuk fraktur maksilofasial yang sangat kompleks.

(Dorafshar dkk, 2019)


Penanganan
a. Prinsip perawatan
• Reduksi: Mengembalikan fragmen fraktur ke posisi normal
• Fiksasi: Mengepaskan dan mengunci ujung tulang yang fraktur konstan / tidak bergerak
• Immobilisasi: Mengurangi pergerakan agar penyembuhan berjalan baik.

b. Perawatan konservatif
• Kontrol rasa sakit dengan analgesik yang cukup kuat seperti pentazosin
• Kontrol infeksi dengan antibiotik
• Stabilisasi sementara dengan perban barel
• Diet dan menjaga OHIS
• Instruksi pergerakan rahang perlahan
• Follow up
(Hupp dkk, 2014; Moore, 2011)
Konsep ABCDE Kegawatdaruratan
Circulation with Haemorrhage Control
Hal–hal yang dapat dilihat untuk mengidentifikasi
masalah circulation secara cepat adalah tingkat
kesadaran, warna kulit yang menandakan perfusi
jaringan, dan nadi.
Breathing Disability
Distress napas antara lain dapat Hal-hal yang dapat dilakukan untuk

C
disebabkan oleh pneumotorakss, flail mengidentifikasi masalah disability adalah
chest dengan contusio pulmonum, memeriksa skala kesadaran antara lain
dengan metode AVPU (Alert, Verbal, Pain,

B D
hematotoraks, atau fraktur costa.
Unresponsive) atau GCS (Glasgow Coma
Scale) dan memeriksa adakah lateralisasi
dengan melihat ukuran pupil dan reflek
cahaya.

Airway with C-spine Exposure


Control
Masalah airway dapat
dilihat dengan memeriksa
A E Pakaian pasien harus dibuka
semua agar dapat dilakukan
pemeriksaan dan evaluasi
secara menyeluruh namun
suara napas dengan
metode look, listen, dan harus tetap dijaga agar tidak
feel. terjadi hipotermi.
(Hidayati dkk, 2018.)
Komplikasi Fraktur Mandibula

01 Osteomyelitis 02 Non-union
Komplikasi yang paling umum terjadi pada • Fibrous non-union
fraktur mandibula. Fraktur sembuh dengan adanya jaringan fibrous.

• Pseudoarthrosis
Non-union terjadi karena gerakan yang terjadi
terus menerus pada sisi fraktur, menstimulasi
terjadinya false joint.

(Manalu, 2018)
Prognosis Fraktur Mandibula
Prognosis fraktur mandibula baik bila penatalaksanaan dilakukan sesuai
prosedur dari tahap reduksi, fiksasi, immobilisasi, rehabilitasi serta
dilakukan sesegera mungkin. Penatalaksaaan fraktur yang tertunda akan
menyebabkan gangguan penyembuhan tulang antara lain delayed union,
malunion, dan non union.
Hubungan Nilai GCS dan Status Kesadaran Penanganan
Pasien
Nilai GCS
• Cedera Kepala Ringan GCS 15-13

Biasanya terjadi penurunan kesadaran dan apabila ada penurunan kesadaran hanya terjadi beberapa detik sampai
beberapa menit saja. Tidak ditemukan kelaianan pada pemeriksaan CT-scan, LCS normal, dapat terjadi amnesia
retrograde.

• Cedera Kepala Sedang GCS 12-9

Sering tanda neurologis abnormal, biasanya disertai edema dan kontusio serebri. Terjadi juga drowsiness dan confusion
yang dapat bertahan hingga beberapa minggu. Fungsi kognitif maupun perilaku yang terganggu dapat terjadi beberapa
bulan bahkan permanen.

• Cedera Kepala Berat GCS <8

Terjadi hilangnya kesadaran yang berkepanjangan atau yang disebut koma. Penurunan kesadaran dapat hingga beberapa
bulan. Pasien tidak mampu mengikuti, bahkan perintah sederhana, karena gangguan penurunan kesadaran. Termasuk juga
dalam hal ini status vegetatif persisten.
(Moore, 2011)
Daftar Pustaka
• Ary S Hartanto,Andi Basuki,Cep Juli. Correlation of Glasgow Coma Scale Score at Hospital Admission with Stroke
Hemorrhagic Patient Mortality at Hasan Sadikin Hospital. Journal of Medicine and Health. Vol.2 No.4 August 2019.
• Asrizal, RA. 2014. Closed Fracture 1/3 Middle Femur Dextra. Medula. 2(3):95.
• Birnbaum, Warren. 2016. Oral Diagnosis The Clinician’s Guide. Jakarta: EGC.
• Cottrell JE, Patel P. 2017. Brain Metabolism, The Pathophysiology Of Brain Injury, And Potential Beneficial Agents And
Techniques Neuroanesthesia 6th Edition. USA: Elsevier.
• Dorafshar A, Rodriquez E, Manson P. 2019. Facial Trauma Surgery from Primary Repair to Reconstruction. English:
Elsevier.
• Hadira, Syamsudin E, Zulkifli BF. Penatalaksanaan Fraktur Mandibula pada Anak dengan Cedera Kepala Sedang. MKGK.
2016. 2 (1):7-12.
• Hakim AHA, Adhani R, Sukmana BI. 2016. Deskripsi Fraktur Mandibula pada Pasien Rumah Sakit Umum Daerah Ulin
Banjarmasin Periode Juli 2013 – Juli 2014. Dentino; 1(2): 192-194.
• Hakim AWA dkk. Deskripsi Fraktur Mandibula Pada Pasien Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin Periode Juli
3013- Juli 2014 (Studi Retrospektif Berdasarkan Insidensi, Etiologi, Usia, Jenis kelamin, dan Tatalaksana). Dentino
Jurnal vol 1 no 2. 2016.
• Hidayati AN, Akbar MIA, Rosyid AN. 2018. Gawat Darurat Medis dan Bedah. Airlangga University Press: Surabaya.
• Hupp JR, Elis III, Tucker MR. Contemporary Oral and Maxilofacial Surgery. Ed.6. Rivertport Lane. Elsevier. 2014
• Manalu, Eben E. 2018. Hubungan Antara Lokasi Fraktur Mandibula dengan Kejadian Maloklusi Pasca ORIF di RSUP H.
Adam Malik Medan. USU: Medan.
• Marantson N. Penggunaan Arch Bar pada Fraktur Dentoalveolar. Majalah Biomorfologi. 2019; 29(1): 19-26.
• Mohamed, H. M. A. (2021). STABILITY OF UNFAVORABLE ANGLE FRACTURE FIXATION WITH (K) SHAPED TITANIUM
MINIPLATE VERSUS TWO MINIPLATES.(RANDOMIZED CLINICAL TRIAL). Cairo University.
• Moore U J. Principle of Oral and Maxillofacial Surgery. Ed 6. UK. Blackwell : 2011.
• Munakomi S, Kumar BM. Neuroanatomical Basis of Glasgow Coma Scale-A Reappraisal. Neuroscience and Medicine.
2015; 6.
• Passi, D., Malkunje, L., Atri, M., Chahal, D., Singh, T. K., & Goyal, J. (2017). Newer proposed classification of mandibular
fractures: A critical review with recent updates. Annals of Medical and Health Sciences Research, 7(5).
• Paulsen F, Waschke J. 2010. Sobotta Atlas Anatomi Manusia Jilid 3 Edisi 23. Jakarta: EGC.
• Reksodiputro MH, Aldino N. Penatalaksanaan Fraktur Simfisis Mandibula dengan dua Perpendicular Mini-plates. Orli.
2017. 47 (2): 185-191.
• Singh, A. K., Samal, D., & Singh, A. (2021). Introduction to Mandibular Fractures. Maxillofacial Trauma: A Clinical Guide,
177.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai