BLOK 17
Kelompok 10
GCS E4V4M5
• Glasgow Coma Scale untuk pasien yg mengalami penurunan/hilang kesadaran, Eye movement
reponse 4 (spontan), verbal response 4 (kebingungan), motoric response 5 (dpt menunjukkan
lokasi nyeri)
Allo anamnesa
• Kegiatan yg menyampaikan informasi ke dokter dari keluarga pasien
False movement (+)
• Pergerakan yg salah/abnormal
Sasaran Belajar
Pemeriksaan Pemeriksaan
Penanganan
Awal Penunjang
Sasaran Belajar
1. Anatomi Mandibula
2. Definisi dari Fraktur Mandibula
3. Etiologi dari Fraktur Mandibula
4. Klasifikasi dari Fraktur Mandibula
5. Mekanisme Direct & Indirect dan Efeknya terhadap Keluhan Pasien
6. Epidemiologi dari Fraktur Mandibula
7. Manifestasi Klinis dari Fraktur Mandibula
8. Tatalaksana dari Fraktur Mandibula: Pemeriksaan Awal, Pemeriksaan Penunjang, Penanganan
9. Konsep ABCDE Kegawatdaruratan
10. Komplikasi dari Fraktur Mandibula
11. Prognosis dari Fraktur Mandibula
12. Hubungan nilai GCS dan Status Kesadaran penanganan pasien
Mandibula
Insidensi terbanyak fraktur mandibula terjadi pada fraktur bagian simpisis, hal ini dikarenakan
bagian simpisis merupakan tulang rahang mandibula yang paling menonjol dan satu-satunya
tulang rahang yang dapat bergerak sehingga berpeluang untuk terjadinya fraktur pada tulang
rahang tersebut.
PowerPoint
Presentation
Mandibula adalah tulang rahang bawah pada manusia dan berfungsi sebagai
tempat menempelnya gigi geligi. Klasifikasi fraktur mandibula berdasarkan pada
letak anatomi dari fraktur mandibula dapat terjadi pada daerah-daerah dento
alveolar, kondilus, koronoideus, ramus, sudut mandibula, korpus mandibula,
simfisis, dan parasimfisis.
(Hakim, 2016)
Etiologi Fraktur Mandibula
Traumatik (96%) Patologis (4%)
• Kecelakaan kendaraan • Kista
bermotor • Tumor tulang
• Terjatuh • Osteogenesis imperfekta
• Kekerasan atau • Osteomielitis
perkelahian • Osteoporosis
• Kecelakaan kerja • Nekrosis tulang
• Kecelakaan saat
berolahraga
• Senjata api
(Hadira,2016; Reksodiputro, 2017)
Klasifikasi Fraktur Mandibula
1. Klasifikasi dari Fraktur Mandibula
Klasifikasi Dingman dan Natvig Menurut Posisi Anatomisnya
• Fraktur simfisis: Terjadi di garis tengah, di antara dua insisivus
sentralis.
• Fraktur parasimfisis: regio di mana garis fraktur berjalan mesial dari
kaninus.
• Fraktur body: regio di mana garis fraktur membentang dari distal ke
kaninus ke sisi distal dari molar kedua.
• Fraktur angle: Regio segitiga memanjang dari batas anterior
masseter ke batas posterior masseter, biasanya distal dari molar
ketiga, jika ada, mereka terlibat dalam sudut patah tulang.
• Fraktur ramus: Regio yang memanjang dari batas posterior regio
masseter & angle, meluas ke kranial hingga sigmoid notch.
• Fraktur kondilus: dapat dibagi lagi menjadi fraktur intrakapsular, yaitu
fraktur kepala condylar, dibatasi oleh kapsul & leher
ekstrakapsular/condylar di mana fraktur ada di ketinggian sigmoid
notch ke perlekatan kapsul.
• Fraktur koronoid: fraktur prosesus koronoideus di atas ketinggian
sigmoid notch
2. Klasifikasi Menurut karakteristik lokal fraktur
• Fraktur terbuka: Fraktur yang berhubungan dengan lingkungan eksternal melalui intraoral atau laserasi ekstraoral
• Fraktur greenstick atau nondisplaced: Fraktur tidak lengkap melibatkan satu korteks.
• Fraktur patologis: terjadi dari lesi patologis yang sudah ada sebelumnya yang melemahkan tulang.
• Fraktur kompleks: fraktur yang memiliki cedera jaringan lunak yang berdekatan secara signifikan.
• Fraktur multipel: Dua atau lebih fraktur mandibula tetapi fraktur tidak berhubungan dengan satu sama lain.
• Fraktur atrofi: Fraktur tubuh spontan yang dapat diprediksi terjadi pada tubuh edentulous rahang bawah
• Fraktur tidak langsung: Fraktur yang terjadi di lokasi yang jauh dari area tumbukan, seperti pukulan di dagu menyebabkan beberapa
fraktur, fraktur simfisis langsung dan fraktur leher kondilus tidak langsung.
• Fraktur impaksi atau teleskopik: Fraktur yang satu segmennya didorong dengan kuat ke segmen lain.
3. Klasifikasi Kazanjian dan Converse
menurut gigi
• Fraktur simfisis
Trauma ini menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada
daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan lunak
ikut mengalami kerusakan. Misalnya karena trauma yang tiba-tiba mengenai
tulang dengan kekuatan yang besar dan tulang tidak mampu menahan trauma
tersebut sehingga terjadi fraktur.
(Asrizal, 2014)
Keluhan Pasien Direct Fraktur
Keluhan: Nyeri hebat di tempat fraktur dan tak mampu menggerakkan dagu bawah
(Asrizal, 2014)
Mekanisme Indirect Fraktur
Terjadi apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah
fraktur. Pada keadaan ini jaringan lunak tetap utuh, tekanan membengkok
menyebabkan fraktur transversal dan tekanan berputar yang menyebabkan
fraktur bersifat spiral/oblik.
(Asrizal, 2014)
Keluhan Pasien Direct Fraktur
Keluhan:
• Bentuk tulang mandibula seperti sepatu kuda mempengaruhi terjadinya fraktur
mandibula secara indirect
• Adanya tekanan pada suatu sisi mandibula menyebabkan ada tekanan secara
indirect pada bagian lain sisi mandibula yang lebih tipis
• Terjadi kontraksi otot yang berlebihan secara refleks pada m. temporalis
• Terkadang dapat menyebabkan terjadi lebih dari satu fraktur pada mandibular
(Asrizal, 2014)
Epidemiologi Fraktur Mandibula
Insidensi fraktur mandibula tertinggi terjadi pada pasien muda dalam rentang usia 6-12 tahun.
Di Banjarmasin Usia paling banyak mengalami fraktur mandibula yaitu 11-30 tahun.
Jenis kelamin paling sering mengalami fraktur mandibula adalah Laki-laki > Perempuan 3:1
Lokasi paling banyak mengalami fraktur mandibula yaitu Simpisis dan Parasimpisis.
Etiologi paling sering menjadi penyebab fraktur mandibula adalah Kecelakaan sepeda motor.
Fraktur mandibula memiliki insiden sebanyak 73,7% pada laki-laki, dan 26,3% pada wanita.
Terjadi pada usia produktif: 20-30 tahun sebanyak 38,5%
Fraktur Mandibula merupakan fraktur tersering dari pada fraktur dentofacial lainnya dengan
persentase :
Deformitas tulang
Nyeri
Asimetris
Maloklusi gigi geligi
Malfungsi
(trismus)
Bibir bawah mati rasa
(Birnbaum, 2016)
Tatalaksana Fraktur Mandibula
Airway
Memastikan ada/tidaknya benda asing yang
menghalangi jalan napas. Mulai dengan
melakukan chin lift atau jaw thrust.
A
Breathing Exposure
Memperhatikan proses repirasi spontan dan
juga kecepatan, kedalaman serta usaha untuk
B E Pemeriksaan kembali bagian tubuh yang
terluka lalu setelah fungsi vital stabil
melakukan --> look listen and feel dilakukan secondary survey.
Circulation Disability
Evaluasi pendarahan, denyut nadi, dan C D Menggunakan metode APVU (allert, voice,
pain, dan unresponse) dengan skor GCS.
perfusi.
Anamnesis
• Keluhan subyektif berkaitan dengan fraktur mandibula dicurigai dengan adanya rasa nyeri,
pembengkakkan, terjadi kecelakaan lalu lintas, dsb.
Pemeriksaan Klinis:
• Intraoral
• Ekstraoral
Pemeriksaan Fisik
b. Perawatan konservatif
• Kontrol rasa sakit dengan analgesik yang cukup kuat seperti pentazosin
• Kontrol infeksi dengan antibiotik
• Stabilisasi sementara dengan perban barel
• Diet dan menjaga OHIS
• Instruksi pergerakan rahang perlahan
• Follow up
(Hupp dkk, 2014; Moore, 2011)
Konsep ABCDE Kegawatdaruratan
Circulation with Haemorrhage Control
Hal–hal yang dapat dilihat untuk mengidentifikasi
masalah circulation secara cepat adalah tingkat
kesadaran, warna kulit yang menandakan perfusi
jaringan, dan nadi.
Breathing Disability
Distress napas antara lain dapat Hal-hal yang dapat dilakukan untuk
C
disebabkan oleh pneumotorakss, flail mengidentifikasi masalah disability adalah
chest dengan contusio pulmonum, memeriksa skala kesadaran antara lain
dengan metode AVPU (Alert, Verbal, Pain,
B D
hematotoraks, atau fraktur costa.
Unresponsive) atau GCS (Glasgow Coma
Scale) dan memeriksa adakah lateralisasi
dengan melihat ukuran pupil dan reflek
cahaya.
01 Osteomyelitis 02 Non-union
Komplikasi yang paling umum terjadi pada • Fibrous non-union
fraktur mandibula. Fraktur sembuh dengan adanya jaringan fibrous.
• Pseudoarthrosis
Non-union terjadi karena gerakan yang terjadi
terus menerus pada sisi fraktur, menstimulasi
terjadinya false joint.
(Manalu, 2018)
Prognosis Fraktur Mandibula
Prognosis fraktur mandibula baik bila penatalaksanaan dilakukan sesuai
prosedur dari tahap reduksi, fiksasi, immobilisasi, rehabilitasi serta
dilakukan sesegera mungkin. Penatalaksaaan fraktur yang tertunda akan
menyebabkan gangguan penyembuhan tulang antara lain delayed union,
malunion, dan non union.
Hubungan Nilai GCS dan Status Kesadaran Penanganan
Pasien
Nilai GCS
• Cedera Kepala Ringan GCS 15-13
Biasanya terjadi penurunan kesadaran dan apabila ada penurunan kesadaran hanya terjadi beberapa detik sampai
beberapa menit saja. Tidak ditemukan kelaianan pada pemeriksaan CT-scan, LCS normal, dapat terjadi amnesia
retrograde.
Sering tanda neurologis abnormal, biasanya disertai edema dan kontusio serebri. Terjadi juga drowsiness dan confusion
yang dapat bertahan hingga beberapa minggu. Fungsi kognitif maupun perilaku yang terganggu dapat terjadi beberapa
bulan bahkan permanen.
Terjadi hilangnya kesadaran yang berkepanjangan atau yang disebut koma. Penurunan kesadaran dapat hingga beberapa
bulan. Pasien tidak mampu mengikuti, bahkan perintah sederhana, karena gangguan penurunan kesadaran. Termasuk juga
dalam hal ini status vegetatif persisten.
(Moore, 2011)
Daftar Pustaka
• Ary S Hartanto,Andi Basuki,Cep Juli. Correlation of Glasgow Coma Scale Score at Hospital Admission with Stroke
Hemorrhagic Patient Mortality at Hasan Sadikin Hospital. Journal of Medicine and Health. Vol.2 No.4 August 2019.
• Asrizal, RA. 2014. Closed Fracture 1/3 Middle Femur Dextra. Medula. 2(3):95.
• Birnbaum, Warren. 2016. Oral Diagnosis The Clinician’s Guide. Jakarta: EGC.
• Cottrell JE, Patel P. 2017. Brain Metabolism, The Pathophysiology Of Brain Injury, And Potential Beneficial Agents And
Techniques Neuroanesthesia 6th Edition. USA: Elsevier.
• Dorafshar A, Rodriquez E, Manson P. 2019. Facial Trauma Surgery from Primary Repair to Reconstruction. English:
Elsevier.
• Hadira, Syamsudin E, Zulkifli BF. Penatalaksanaan Fraktur Mandibula pada Anak dengan Cedera Kepala Sedang. MKGK.
2016. 2 (1):7-12.
• Hakim AHA, Adhani R, Sukmana BI. 2016. Deskripsi Fraktur Mandibula pada Pasien Rumah Sakit Umum Daerah Ulin
Banjarmasin Periode Juli 2013 – Juli 2014. Dentino; 1(2): 192-194.
• Hakim AWA dkk. Deskripsi Fraktur Mandibula Pada Pasien Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin Periode Juli
3013- Juli 2014 (Studi Retrospektif Berdasarkan Insidensi, Etiologi, Usia, Jenis kelamin, dan Tatalaksana). Dentino
Jurnal vol 1 no 2. 2016.
• Hidayati AN, Akbar MIA, Rosyid AN. 2018. Gawat Darurat Medis dan Bedah. Airlangga University Press: Surabaya.
• Hupp JR, Elis III, Tucker MR. Contemporary Oral and Maxilofacial Surgery. Ed.6. Rivertport Lane. Elsevier. 2014
• Manalu, Eben E. 2018. Hubungan Antara Lokasi Fraktur Mandibula dengan Kejadian Maloklusi Pasca ORIF di RSUP H.
Adam Malik Medan. USU: Medan.
• Marantson N. Penggunaan Arch Bar pada Fraktur Dentoalveolar. Majalah Biomorfologi. 2019; 29(1): 19-26.
• Mohamed, H. M. A. (2021). STABILITY OF UNFAVORABLE ANGLE FRACTURE FIXATION WITH (K) SHAPED TITANIUM
MINIPLATE VERSUS TWO MINIPLATES.(RANDOMIZED CLINICAL TRIAL). Cairo University.
• Moore U J. Principle of Oral and Maxillofacial Surgery. Ed 6. UK. Blackwell : 2011.
• Munakomi S, Kumar BM. Neuroanatomical Basis of Glasgow Coma Scale-A Reappraisal. Neuroscience and Medicine.
2015; 6.
• Passi, D., Malkunje, L., Atri, M., Chahal, D., Singh, T. K., & Goyal, J. (2017). Newer proposed classification of mandibular
fractures: A critical review with recent updates. Annals of Medical and Health Sciences Research, 7(5).
• Paulsen F, Waschke J. 2010. Sobotta Atlas Anatomi Manusia Jilid 3 Edisi 23. Jakarta: EGC.
• Reksodiputro MH, Aldino N. Penatalaksanaan Fraktur Simfisis Mandibula dengan dua Perpendicular Mini-plates. Orli.
2017. 47 (2): 185-191.
• Singh, A. K., Samal, D., & Singh, A. (2021). Introduction to Mandibular Fractures. Maxillofacial Trauma: A Clinical Guide,
177.
Terima Kasih