Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Radiologi adalah suatu ilmu kedokteran yang digunakan untuk melihat
tubuh manusia dengan menggunakan pancaran radiasi sinar – x, namun dengan
kemajuan teknologi modern telah memakai pemindaian (scanning) gelombang
sangat tinggi (ultrasonic) seperti ultrasonography (USG) dan juga MRI
(magnetic resonance imaging). Radiologi ini biasanya digunakan sebagai
penunjang suatu tindakan yang akan dilakukan ataupun untuk mengetahui
proses dan hasil dari perawatan ataupun tindakan yang telah dilakukan yang
tidak bisa diamati secara klinis. Pemeriksaan dengan memanfaatkan sinar – X
pertama kali ditemukan pada tanggal 8 November 1895 oleh Wilhelm Conrad
Rontgen. Penemuan ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran
karena dengan hasil penemuan ini dapat digunakan untuk pemeriksaan bagian
– bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah tercapai.
Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sekarang
ini dunia radiologi sudah banyak mengalami perkembangan dalam segi
peralatan maupun dalam tata cara pemeriksaannya. Adapun pemeriksaan di
radiologi ada dua macam yaitu :
1) Pemeriksaan Kontras
Merupakan pemeriksaan radiologi yang menggunakan media kontras.
Media kontras adalah suatu bahan yang digunakan untuk membedakan
dan menambah kontras dari struktur atau cairan dalam tubuh dalam
pencitraan medik. Yang termasuk pemeriksaan dengan kontras antara
lain, pemeriksaan pada traktus urinarius, saluran pencernaan, pembuluh
darah, pembuluh limfe, dan sebagainya.

2) Pemeriksaan Non Kontras


Merupakan pemeriksaan radiologi tanpa menggunakan media kontras.
Yang termasuk pemeriksaan non kontras antara lain, pemeriksaan
ekstremitas atas, ekstremitas bawah, tengkorak, vertebra, dan sebagainya.

1
Pemeriksaan tulang mandibula adalah salah satu pemeriksaan radiologi
tanpa menggunakan media kontras atau pemeriksaan non kontras. Untuk
menunjang diagnosis dari suatu pemeriksaan dengan cara rontgen. Indikasi
pada tulang mandibula yang sering terjadi adalah fraktur, fissure, osteomyelitis
dll. Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan
otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis. Fraktur
Comminuted didefinisikan sebagai adanya lebih dari satu garis fraktur yang
menyebabkan terdapatnya beberapa fragmen tulang pada satu daerah tulang
mandibula (simfisis, parasimfisis, ramus, angulus). Fraktur ini dapat terjadi
akibat energi tinggi yang mengenai salah satu bagian dari mandibula. Contoh
energi tinggi tersebut dapat berasal dari tembakan pistol, kecelakaan lalu lintas
dan jatuh yang mengakibatkan terkonsentrasinya tekanan pada tulang
mandibula yang menyebabkan fraktur comminuted pada lebih dari satu bagian
mandibula.. Proyeksi yang digunakan dalam pemeriksaan os mandibula secara
umum adalah proyeksi PA, PA axial dan lateral, dan ada juga beberapa
pemeriksaan khusus yang akan diulas dalam makalah ini, termasuk
pemeriksaan mandibular menggunakan pesawat panoramik. Pada laporan kasus
ini, penulis ingin mengetahui kelebihan dan kekurangan pemeriksaan os
mandibula dengan proyeksi PA, PA axial dan lateral dalam mendukung
diagnosa suatu penyakit atau fraktur, serta untuk mengetahui perbedaan dengan
proyeksi-proyeksi lain yang terdapat pada literatur yaitu proyeksi PA, PA axial
dan Proyeksi lateral. Dengan alasan tersebut maka penulis tertarik untuk
mengangkatnya dalam bentuk laporan makalah dengan judul “Teknik
Radiografi Os Mandibula”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur pemeriksaan os mandibula ?
2. Bagaimana perbedaan dengan proyeksi – proyeksi lainnya yang terdapat
pada literature pemeriksaan os mandibula ?
3. Bagaimana pemeriksaan panoramic tomography dari mandibula ?

2
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan os mandibula.
2. Untuk mengetahui perbedaan dengan proyeksi – proyeksi lainnya yang
terdapat pada literatur.
3. Untuk mengahui pemeriksaan panoramic tomography dari mandibular.

D. Manfaat Penulisan
Dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1) Manfaat untuk ilmu pengetahuan yaitu untuk memberikan informasi tentang
prosedur pemeriksaan os mandibula dengan berbagai macam proyeksi.
2) Manfaat untuk pelayanan kesehatan yaitu memberikan pertimbangan dalam
penentuan proyeksi yang tepat pada saat pemeriksaan os mandibula sesuai
keadaan umum pasien.

3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Anatomi Os. Mandibula

1 10
8
2
9
7

3 6

4 5

Gambar 2.1. Anatomi mandibula aspek anterior (Sumber:Merril’s Atlas of radiographicPosition &
radiographic Procedures Vol II, St. Louis Missouri, 2003, Hal 292)

1. Condylus 6. Body
2. Neck 7. Ramus
3. Angle 8. Prosessus Koronoid
4. Menal Forament 9. Sympisis
5. Mental Probulance 10. Aveolar Portion

10 9

11
7
1
6

2 5

3 4
Gambar 2.2. Anatomi mandibula aspek lateral (Sumber:Merril’s Atlas of
radiographicPosition & radiographic Procedures Vol II, St. Louis Missouri, 2003, Hal 292)

4
1. Sysmpisis 7. Mandibular Notch
2. Mental 8. Processus Condylus
3. Mental foramen 9. Neck
4. Body 10. Processus Coroid
5. Angle 11. Alveolar Portion
6. Ramus

Mandibula, tulang terbesar dan terpadat wajah, terdiri dari bagian horizontal
melengkung, disebut tubuh, dan dua bagian vertikal, yang disebut rami, yang
bersatu dengan tubuh pada sudut manilible, atau gonion. Saat lahir mandibula
terdiri dari potongan bilateral yang disambungkan oleh pubis fibrosa yang
mengeras selama tahun pertama kehidupan. Simfisis adalah bagian paling anterior
dan tengah mandibula. Di sinilah bagian kiri dan kanan mandibula telah menyatu.
Perbatasan dari badan mandibula terdiri dari tulang spons, yang disebut bagian
alveolar, sabagai tempat dari akar gigi. Di bawah gigi premolar kedua antara
perbatasan superior dan inferior dari tulang, adalah lubang kecil di setiap sisi untuk
transrfussion saraf dan pembuluh darah. Kedua bukaan disebut foramen mental.
Proyeksi rami superior pada sudut tumpul pada tubuh mandibula, dan permukaan
yang luas membentuk sudut sekitar 110 sampai 120 derajat. Setiap ramus memiliki
dua prosessus di atasnya, satu coronoid dan satu condylar, yang dipisahkan oleh
daerah cekung disebut notch mandibular.

B. Patologi
1. Dislokasi
Dislokasi adalah adalah keadaan dimana tulang – tulang yang
membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari
sendi). Dislokasi ini merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan
pertolongan segera.
Pada os mandibula dapat terjadi dislokasi pada satu bagian yaitu
dislokasi pada sendi temporo mandibular joint (TMJ)

5
2. Fraktur
Fraktur adalah patah atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang.
Fraktur dapat terjadi jika tulang dikenai tekanan yang lebih besar dari
kemampuannya untuk mengabsorbsi tekanan tersebut.

3. Fissure
Fissure adalah terputusnya kontinuitas tulang (retak tulang) ditentukan
sesuai jenis dan luasnya.

4. Osteomyelitis mandibular
Osteomyelitis adalah suatu infeksi pada bagian ruang medula dari
tulang, atau proses inflamasi pada keseluruhan tulang termasuk korteks dan
periosteum, keadaan infeksi yang terjadi pada tulang dan sumsum tulang yang
dapat terjadi pada tulang rahang akibat infeksi kronis yang di sebabkan oleh
mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh melalui luka atau penyebaran
infeksi melalui darah.

C. Prosedur Pemeriksaan Os Mandibula


1. Persiapan pasien
Pada pemeriksaan os mandibula tidak memerlukan persiapan khusus,
namun pasien diharuskan melepaskan benda – benda logam yang berada di
sekitar area pemeriksaan.
2. Persiapan Alat
a. Pesawat sinar-X
b. Kaser ukuran 24 x 30 cm
c. Marker R dan L
d. Alat proteksi radiasi
e. Grid

6
3. Tenik Radigrafi
a. Proyeksi AP Axial (pemeriksaan simpisis mandibular)
1) Posisi Pasien
a) Kursi pasien di salah satu ujung meja pemeriksaan
b) Tinggikan IR dengan bantal yang tingginya sesuai sehingga
pasien dapat meletakkan dagunya di IR (untuk posisi erect)
c) Pasien tidur di atas meja pemeriksaan (untuk posisi supine)
d) Letakkan marker R/L
2) Posisi Objek
a) MSP pasien tegak lurus dan berada di pertengaha IR. Ganjalan
bawah dagu biasanya cukup untuk mempertahankan kepala
dalam posisinya (untuk posisi erect/duduk)
b) kepala pasien menghadap keatas, MSP tegak lurus terhadap IR
3) Central Ray (CR) : 400 – 450 untuk pasien tegak. atau 400
– 450 caudad (pasien terlentang)
4) Central Point (CP) : Simfisis mandibular (tengah antara
bibir dan ujung dagu)
5) Focus Film Distance (FFD) : 100 cm
6) Film : 18 x 24 cm melintang

Gambar 2.3. Proyeksi


AP axial

7
simpisis mandibular (Sumber:Merril’s Atlas of radiographicPosition & radiographic Procedures
Vol II, St. Louis Missouri, 2003, Hal 380)

7) Kriteria evaluasi
Berikut ini harus jelas menunjukkan akan: 1
a) Mandibular simfisis dan berdekatan dagu
2
b) Akar gigi anterior yang lebih rendah
c) Tidak ada rotasi mandibular 3

8
Gambar 2.4. Radiograf simpisis mandibula AP axial (Sumber:Merril’s Atlas of
radiographicPosition & radiographic Procedures Vol II, St. Louis Missouri, 2003, Hal 381)

Keterangan :
1. Simpisis mandibular
2. Mental foramen
3. Akar gigi

b. Proyeksi PA (pemeriksaan mandibular rami)


1) Posisi Pasien
a) Pasien prone di atas meja pemeriksaan
2) Posisi Objek
a) Muka pasien menghadap IR dan OML tegak lurus terhadap IR
b) Sesuaikan kepala sehingga MSP tegak lurus terhadap IR
c) Jangan sampai ada pergerakan pada kepala pasien
3) Centray Ray (CR) : Horizontal tegak lurus (posisi erect)
atau vertical tegak lurus (posisi prone)
4) Central Point (CP) : Menuju garis acantion
5) Focus Film Distance (FFD) : 100 cm
6) Film : 18 x 24 cm melintang

9
Gambar 2.5. Proyeksi PA mandibular rami (Sumber:Merril’s Atlas of radiographicPosition &
radiographic Procedures Vol II, St. Louis Missouri, 2003, Hal 382)

7) Kriteria Radiograf
a) Badan mandibula dan rami simetris pada setiap sisi
b) Terlihat seluruh mandibula

1
2
3

10
4

Gambar 2.6. Radiograf mandibular rami proyeksi PA (Sumber:Merril’s Atlas of


radiographicPosition & radiographic Procedures Vol II, St. Louis Missouri, 2003, Hal 382)

Keterangan :

1. Condylus 3. Fractur
2. Prosessus Mastoid 4. Badan

c. Proyeksi PA axial (mandibular rami)


1) Posisi Pasien
a) Pasien prone di meja pemeriksaan atau tegak menghadap bucky
stand
2) Posisi objek
a) Dahi dan hidung menempel pada IR
b) Sesuaikan OML tegak lurus terhadap bidang IR.
c) Atur kepala pasien sehingga MSP tegak lurus terhadap IR
d) Jangan ada pergerakan pada kepala pasien
3) Central Ray (CR) : 200 – 250 cepalad
4) Central Point (CP) : menuju garis acantion
5) Focu film distance (FFD) : 100 cm
6) Film : 18 x 24 cm melintang

11
Gambar 2.7. Proyeksi PA axial mandibular rami (Sumber:Merril’s Atlas of radiographicPosition
& radiographic Procedures Vol II, St. Louis Missouri, 2003, Hal 383)

7) Kriteria Radiograf
a) Badan mandibula dan rami simetris pada setiap sisi
b) Terlihat prosessus condylus
c) Terlihat seluruh mandibular

Gambar 2.8. Radiograf mandibular rami


proyeksi PA axial (Sumber:Merril’s Atlas of radiographicPosition & radiographic Procedures Vol
II, St. Louis Missouri, 2003, Hal 383)

d. Proyeksi PA (badan mandibula)


1) Posisi Pasien
a) Posisi pasien prone atau menghadap bucky stand
2) Posisi Objek
a) MSP berada pada garis tengah IR, dagu dan hidung menempel
pada IR, sehingga permukaan anterior simfisis mandibula
sejajar dengan bidang IR. Posisi ini menempatkan garis
acanthiomeatal (AML) hampir tegak lurus terhadap bidang IR.
b) Sesuaikan kepala pasien sehingga pesawat MSP tegak lurus
terhadap bidang IR

12
3) Central Ray (CR) : Vertikal tegak lurus (prone)
Horizontal tegal lurus (erect)
4) Central Point (CP) : Occipital menuju bibir
5) Focus Film Distance (FFD) : 100 cm
6) Film : 18 x 24 cm melintang

Gambar 2.9. Proyeksi PA


badan mandibula (Sumber:Merril’s Atlas of radiographicPosition & radiographic Procedures Vol
II, St. Louis Missouri, 2003, Hal 384)

7) Kriteria Radoigraf
a) Terlihat semua sisi dari mandibular secara asimteris

2
3
4

Gambar 2.10. Radiograf badan mandibuls proyeksi PA (Sumber:Merril’s Atlas of


radiographicPosition & radiographic Procedures Vol II, St. Louis Missouri, 2003, Hal 384)

13
Keterangan :
1. Ramus 3. Body
2. Simpisis 4. Angle

e. Proyeksi PA axial (badan mandibula)


1) Posisi pasien
a) Posisi pasien prone atau erect di depan bucky stand
2) Posisi objek
a) MSP kepala pasien berpusat pada garis tengah IR, dagu dan
hidung menempel IR sehingga permukaan anterior simfisis
mandibula sejajar dengan bidang IR. Posisi ini menempatkan
AML hampir tegak lurus terhadap bidang IR.
b) Sesuaikan kepala pasien sehingga pesawat midsagittal tegak
lurus terhadap bidang IR
3) Centray Ray (CR) : sudut 300 cephalad
4) Central Point (CP) : menuju tengah-tengah antara
sendi temporomandibular (TMJs)
5) Focus Film Distance (FFD) : 100 cm
6) Film : 18 x 24 cm memanjang

Gambar 2.11. Proyeksi PA badan


mandibula (Sumber:Merril’s Atlas of radiographicPosition & radiographic Procedures Vol II, St.
Louis Missouri, 2003, Hal 384)

7) Kriteria radiograf

14
a) TMJs berada di bawah proses mastoid
b) Rami Simetris
1
2
3

4
5

Gambar 2.12. Radiograf badan mandibuls proyeksi PA axial (Sumber:Merril’s Atlas of


radiographicPosition & radiographic Procedures Vol II, St. Louis Missouri, 2003, Hal 385)

Keterangan :

1. Condilus 4. Body
2. Prosessus koronoid 5. Simpisis
3. Ramus

f. Axiolateral oblique projection


Tujuan dari proyeksi ini adalah untuk menempatkan bagian mandibular
yang diinginkan paralel dengan IR.
1) Posisi pasien
a) Tempatkan pasien dalam duduk, semiprone, atau posisi
semisupine
2) Posisi objek
a) Tempatkan kepala pasien dalam posisi lateral dengan garis
interpupillary tegak lurus terhadap IR.
b) Mulut harus ditutup.
c) Leher pasien di panjangakan sehingga sumbu panjang
mandibula sejajar dengan sumbu melintang dari IR. Ini
mencegah superimposisi tulang belakang leher.

15
d) Jika proyeksi tersebut akan dilakukan di atas meja, posisi IR
sehingga tubuh lengkap mandibula adalah pada IR.
e) Atur rotasi kepala pasien untuk menempatkan area of interest
parallel untuk IR sebagai berikut: 1. Jauhkan kepala pasien
dalam lateralposition benar. 2. Tubuh :Putar kepala pasien 300
IR. 3. Simfisis : Putar kepala 45 derajat pasien terhadap IR
3) Central Ray (CR) : 250 cephalad
4) Central Point (CP) : mandibular
5) Focus Film Distance (FFD) : 100 cm
6) Film : 18 x 24 cm

Gambar 2.13. Proyeksi axiolateral oblique untuk mandibular dan mandibular simpisis
(Sumber:Merril’s Atlas of radiographicPosition & radiographic Procedures Vol II, St. Louis
Missouri, 2003, Hal 386)

7) Kriteria radiograf
a) Tidak ada tumpang tindih dari ramus dengan sisi berlawanan
dari mandibula
b) Tidak ada perpanjangan atau pemendekan dari rami atau badan
tidak superimposisi ramus dengan tulang belakang Simfisis
c) Tidak ada tumpang tindih wilayah mentum oleh sisi berlawanan
dari mandibula
d) Tidak ada penyusustan diwilayah mentum

16
1 1,2
2 3
3 4
4 5
5
6

17
Gambar 2.12. Radiograf bandan mandibuls dan ramus madibula proyeksi axiolateral oblique
(Sumber:Merril’s Atlas of radiographicPosition & radiographic Procedures Vol II, St. Louis
Missouri, 2003, Hal 387-388)

Keterangan badan mandibular :

1. Prosessue koronoid 4. Hyoid bone


2. Ramus 5. Angulus
3. Corpus

Keterangan ramus mandibular :

1. TMJ (temporomandibular joint) 4. Ramus


2. Condyles 5. Corpus
3. Prosessus koronois 6. Angulus

g. Proyeksi submentovertical
1) Posisi pasien
a) Tempatkan pasien tegak di depan bucky stand atau dalam posisi
supine. Ketika pasien terlentang, mengangkat bahu pada bantal
agar leher memanjang.
b) Melenturkan lutut pasien untuk mengendurkan otot-otot perut
dan dengan demikian meredakan ketegangan pada otot leher.
c) Pusat pesawat midsagittal tubuh di garis tengah IR

2) Posisi objek
a) Dengan leher sepenuhnya diperpanjang, beristirahat kepala pada
titik dan menyesuaikan kepala sehingga MSP vertikal.
b) Sesuaikan IOML paralel dengan IR
c) Ketika leher tidak dapat diperpanjang cukup IOML sejajar
dengan IR, sudut grid dan menempatkannya sejajar dengan
IOML.
d) Rilekskan kepala.
3) Central Ray (CR) : Vertikal tegak lurus dengan IOML
4) Central Point (CP) : Di tengah antara sudut mandibula
5) Focus film distance (FFD) : 100 cm

18
6) Film : 18 x 24 cm, memanjang

Gambar 2.14. Proyeksi submentovertikal


(Sumber:Merril’s Atlas of radiographicPosition & radiographic Procedures Vol II, St. Louis
Missouri, 2003, Hal 389)

7) Kriteria radiograf
a) Jarak antara batas lateral tengkorak dan rahang bawah yang
sama di kedua sisi
b) Kondilus dari anterior mandibula ke petrosae pars
c) Simfisis memperluas hampir ke perbatasan anterior wajah
sehingga mandibula tidak menyusut

1
2
3
4

5
6

19
Gambar 2.15. Radiograf proyeksi submentovertikal (Sumber:Merril’s Atlas of
radiographicPosition & radiographic Procedures Vol II, St. Louis Missouri, 2003, Hal 389)

Keterangan :

1. Simpisis 4. Ramus
2. Corpus 5. Condylus
3. Prosessus koronoid 6. Petrous ridge

h. Vertikosubmental proyeksi
1) Posisi pasien
a) Pasien prone di atas meja pemeriksaan atau pasien duduk
sehingga dagu dapat diposisikan di IR.
2) Posisi objek
a) Tempatkan IR diatas bantalan kecil dan menyesuaikan, dekat
dengan tenggorokan pasien.
b) Midsagittal kepala pasien ke garis tengah IR.
c) Letak dagu di atas IR.
d) Letakkan kepala pasien sehingga vertical terhadap IR.
e) Sesuaikan IOML menjadi paralel dengan IR
f) Jangan ada pergerakan kepala.
g) Lindungi gonad
3) Central Ray (CR) : Vertikal tegak lurus
4) Central Point (CP) : Midsagital masuk ke posterior canthi
luar, tegak lurus dengan baik IOML,
atau bidang oklusal.
5) Focus film distance (FFD) : 100 cm
6) Film : 18 x 24 cm

20
Gambar 2.16. Proyeksi vertkosubmetal (Sumber:Merril’s Atlas of radiographicPosition &
radiographic Procedures Vol II, St. Louis Missouri, 2003, Hal 390)

7) Kriteria radiograf
a) Jarak antara batas lateral tengkorak dan rahang bawah yang
sama di kedua sisi
b) Angulus dari anterior mandibula ke petrosae

Gambar 2.17. Radiograf proyeksi vertikosubmental dengan CR prependikular ke IOML dan oclusal
plane (Sumber:Merril’s Atlas of radiographicPosition & radiographic Procedures Vol II, St. Louis
Missouri, 2003, Hal 391)

D. PANORAMIC TOMOGRAPHY MANDIBULA


Panoramic tomography, pantomography, dan rotational tomography
adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk teknik yang digunakan untuk
menghasilkan tomogram dari permukaan melengkung. Teknik radiografi
penampang tubuh ini memberikan gambaran panoramik seluruh mandibula,
termasuk TMJ, dan dari kedua lengkung gigi pada satu panjang, film yang

21
melengkung agar sesuai dengan bentuk rahang pasien. Hanya struktur di dekat
sumbu rotasi yang didefinisikan dengan tajam.
Dua jenis peralatan tersedia untuk pantomografi. Pada tipe pertama
pasien dan film diputar sebelum tabung x-ray stasioner. Jenis mesin ini terdiri
dari (1) kursi yang dirancang khusus yang dipasang pada meja putar dan (2)
meja putar kedua untuk mendukung film 4 X 10 inci (10,2 X 25,4 cm) yang
tertutup IR fleksibel. Pasien yang duduk dan tidak bergerak dan film diputar
secara elektronik dalam arah yang berlawanan dengan kecepatan terkoordinasi.
Tabung x-ray tetap diam.
Pada unit tipe kedua, tabung x-ray dan IR berputar ke arah yang sama di
sekitar pasien yang duduk dan tidak bergerak. Tabung x-ray dan drum lR
terpasang ke carriage overhead yang didukung oleh unit dudukan vertikal.
Kursi unit ini dipasang di pangkalan tetapi dapat dilepas untuk mengakomodasi
pasien kursi roda. Dudukan kepala yang terpasang dan pusat alat gigitan
radiolusen dan imobilisasi kepala pasien. Skala pada dudukan kepala
menunjukkan ukuran rahang. Film, 5 X 1 2 inci (1 2,7 X 30,5 cm) atau 5 X 14
inci (1 2 0,7 X 35,6 cm) seperti yang ditunjukkan, ditempatkan dalam IR
fleksibel yang melekat kuat pada drum film.
Dalam kedua jenis peralatan, berkas radiasi secara tajam terkumpul pada
lubang tabung dengan diafragma timah dengan celah vertikal yang sempit.
Diafragma celah yang sesuai dipasang antara pasien dan IR sehingga pasien
dan IR (atau tabung dan film) berputar. Setiap area sempit dari bagian direkam
pada film tanpa tumpang tindih dan tanpa kabut dari radiasi yang tersebar dan
sekunder. Waktu rotasi bervariasi dari 10 hingga 20 detik dalam berbagai jenis
peralatan. Ini membutuhkan waktu pencahayaan yang lama. Karena celah
diafragma, bagaimanapun, paparan radiasi ke pasien pada setiap fraksi detik
terbatas pada permukaan kulit yang lewat sebelum celah celah vertikal yang
sempit.
Panoramic tomography menyediakan gambar lateral bebas distorsi dari
seluruh mandibula. Ini juga memberikan cara yang paling nyaman untuk
memposisikan pasien yang mengalami trauma mandibula atau TMJ yang

22
parah, baik sebelum dan sesudah pemasangan kawat gigi. Tentu saja harus
dilengkapi dengan AP, PA, atau proyeksi vertikal untuk membentuk posisi
fragmen
Teknik tomografi ini berguna untuk studi survei umum berbagai kelainan
gigi. Ini juga digunakan untuk melengkapi daripada mengganti radiografi
periapikal konvensional.

Gambar 2.18. Panograph


radiographic unit. (Sumber:Merril’s Atlas of radiographicPosition & radiographic Procedures Vol
II, St. Louis Missouri, 2003, Hal 398)

Gambar 2.19. Radiograf panoramic mandibular (Sumber:Merril’s Atlas of radiographicPosition &


radiographic Procedures Vol II, St. Louis Missouri, 2003, Hal 399)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. STUDI KASUS :
1. Fraktur comminuted bilateral pada mandibular

23
Pasien laki laki usia 31 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Hasan Sadikin
dengan keluhan perdarahan dari mulut. 1 jam sebelumnya saat pasien sedang
mengendarai sepeda motor tanpa helm dengan kecepatan sedang di daerah Buah
Batu, ketika akan mendahului mobil yang ada di depan pasien, tiba tiba pasien
kehilangan keseimbangan dan menabrak trotoar sehingga terjatuh dengan
mekanisme jatuh dagu membentur aspal jalan terlebih dahulu. Kemudian pasien
langsung dibawa ke IGD RSHS.
Pada pemeriksaan ekstraoral didapatkan wajah tidak simetris,
pembengkakan pada pipi kanan, ditemukan juga beberapa luka robek pada daerah
bibir atas dan luka tembus pada bibir bawah ukuran 1x1 cm.
Pasien diminta untuk melakukan pemeriksaan penunjang berupa rontgen
kepala. Dari hasil pemeriksaan fisik dan penunjang yang dilakukan, pasien
didiagnosa dengan fraktur comminuted bilateral, Tindakan penunjang tambahan
sebelum dilakukan operasi yaitu rontgen panoramik. Dari rontgen panoramik kesan
tampak fraktur comminuted pada daerah corpus mandibula kanan yang meluas ke
parasimfisis mandibula kiri.

Gambar 2.20. tampak gambaran luka intraoral

2. Persiapan alat
a. Pesawat panoramic
b. Kaset panoramic dan screen
c. Bite block

24
d. Apron
3. Indikasi pemeriksaan : Fraktur comminuted bilateral
4. Persiapan pasien
a. Pasien diminta melepas benda-benda yang terbuat dari logam yang
dapat menggangu hasil pemeriksaan
b. Istirahat kan pasien pada bite blog
5. Teknik pemeriksaan panoramic
a. Posisi pasien : pasien duduk tegap di kursi pesawat yang telah terpasang
atau pasien berdiri dan kedua tangan pasien berpegang pada hand
grips. Posisi tubuh, kepala dan leher tegak, jangan sampai melengkung
kedepan.
b. Posisi objek : ketinggian chin rest diatur sampai IOML sejajar dengan
lantai. Bidang oklusal turun 100 dari belakang ke depan. MSP diatur
segaris dengan garis tegak vertical dari chin rest tempatkan bite block
diantara gigi depan pasien. Kedua bibir menempel dan lidah naik ke
langit-langit mulut.
6. Hasil radiograf

25
Gambar 2.21 hasil rontgen panoramik

7. Bacaan radiograf :
a. kesan tampak fraktur comminuted pada daerah corpus mandibula kanan
yang meluas ke parasimfisis mandibula kiri

B. PEMBAHASAN
1. Fraktur Comminuted didefinisikan sebagai adanya lebih dari satu garis
fraktur yang menyebabkan terdapatnya beberapa fragmen tulang pada satu
daerah tulang mandibula (simfisis, parasimfisis, ramus, angulus). Fraktur
ini dapat terjadi akibat energi tinggi yang mengenai salah satu bagian dari
mandibula.
2. Selain dengan pemeriksaan proyeksi AP, PA ataupun Lateral pemeriksaan
mandibular juga dapat dilakakan pemeriksaan menggunakan pesawat
panoramic. Jika dibandingkan dengan proyeksi yang lainnya misalnya
proyeksi AP atau PA, pemeriksaan menggunakan panoramik lebih dapat
memberikan gambaran os mandibular dengan cukup jelas dan sudah dapat
membantu dokter dalam mendiagnosa suatu kelainan khususnya fraktur,
objek akan lebih terlihat jelas karena tidak superposisi dengan objek
lainnya. Dari segi kenyamanan pasien juga lebih diutamakan, tanpa harus
mengambil resiko membuat luka tambahan.

26
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparan yang telah dijelaskan sebelumnya penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam melakukan pemeriksaan mandibular memiliki banyak teknik
dan proyeksi yang bisa kita gunakan untuk menegakkan diagnosis,
yang umum dilakukan adalah pemeriksaan mandibular Proyeksi PA,
PA axial dan Lateral
2. Pemeriksaan panoramic merupakan salah satu teknik yang bisa kita
gunakan untuk pemeriksaan mandibular. Dimana hasil radiograf dari
panoramic ini akan menghasilkan gambaran radiograf tanpa
superposisi

A. Saran
1. Perlu adanya penjelasan kepada pasien tentang pemeriksaan yang
akan dilakukan yaitu pemeriksaan os mandibular baik itu proyeksi
PA, PA axial, Lateral, panoramic ataupun proyeksi lainnya
2. Lebih mengutamakan kenyaman pasien pada saat pemeriksaan dan
memaksimalkan lagi usaha proteksi radiasi terhadap pasien, petugas,
dan masyarakat umum.

27

Anda mungkin juga menyukai