Oleh :
Noranida Bt Mohd
Azlar
C111 14 869
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN MAKASSAR
2017
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
mata kuliah skripsi. Dengan bimbingan, dorongan, semangat, bantuan serta doa
dari berbagai pihak, maka penelitian ini dapat diselesaikan. Untuk itu,
penghargaan yang tidak terhingga dan ucapan terima kasih sebanyak- banyaknya
kepada:
2. Wakil Dekan I, Wakil Dekan II, dan Wakil Dekan III Universitas
Hasanuddin Makassar
4. dr. Dario Agustino Nelwan Sp. Rad, selaku pembimbing yang dengan
5. dr. Rafikah Rauf dan dr. Mirna Muis,selaku penguji bermula dari ujian
proposal hingga ke ujian akhir yang sudi memberikan tunjuk ajar dan
vi
7. Ketua bagian dan seluruh staf dosen matakuliah Skripsi yang memberikan
10. Kedua orang tua saya, saudara dan keluarga tercinta yang selalu
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaikan skripsi ini yang
Saya menyadari bahwa apa yang telah dibuat ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga saya mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak
manfaat bagi semua pembaca dan semoga segala usaha ini mendapat redha Allah
SWT.
Makassar, 2017
C111 14 869
ABSTRAK
The fracture carries the meaning of continuity of the disconnected bone and is
determined by type and extent (Kumar et al, 2010). The incidence of fractures in
the upper extremity often occurs in all age ranks. For people with limb fractures
over young adults, it is usually caused by high-energy trauma such as traffic
accidents. When the elderly fracture which is accompanied by osteoporosis is
often caused by the incidence of fall (Thieme, 2009). Purpose:The purpose of this
study was conducted to determine the characteristics of conventional x-ray images
in patients with upper extremity fractures in January to July 2017 at RS Wahidin
Sudirohusodo Makassar. More specifically is to know the number of fractures, the
most common location of fractures, types of fractures, fractures accompanied by
osteomyelitis and the last was region and the projection of conventional x-ray
images on the occurrence of upper extremity fractures. Method: Descriptive
research used in this study. Through this research method, the researcher tries to
make a description or descriptive about fracture of the upper extremities
objectively based on secondary data recorded in the radiology department at Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar. The technique used in sampling is by using the
total sampling method that is all the population used as sampel. Results: Based on
data obtained from the radiology department in RS Wahidin Sudirohusodo,
Makassar 2017, there are 115 patients with upper limb fractures that have met the
inclusion criteria. Total fractures based on the study amounted to 209 fractures.
The location of the most common fracture is the distal radius os (63.93%) and the
os radius is the most accompanied by deformity. The most common type of
fracture is complete fracture; kominutif. Most x-ray photographs are antebrachii
areas with AP / Lateral projections.
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii-iii
HALAMAN PERSETUJUAN iv-v
KATA PENGANTAR vi-vii
ABSTRAK viii-ix
DAFTAR ISI x-xii
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR ISTIAH xvi
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum 5
1.3.2 Tujuan Khusus 5
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis 6
1.4.2 Manfaat Praktis 6
umur. 73
5.3 Distribusi penderita fraktur ekstremitas atas berdasarkan
lokasi fraktur. 74
BAB 6: PEMBAHASAN
6.1 Distribusi penderita fraktur ekstremitas atas berdasarkan
umur dan jenis kelamin 84
6.2 Distribusi penderita fraktur ekstremitas atas berdasarkan
lokasi fraktur 84
6.3 Distribusi penderita fraktur ekstremitas atas berdasarkan
tipe/ jenis fraktur 85
6.4 Distribusi penderita fraktur ekstremitas atas berdasarkan
deformitas fraktur 87
6.5 Distribusi penderita fraktur ekstremitas atas berdasarkan
regio dan proyeksi x-ray konvensional 87
6.6 Osteomyelitis 88
DAFTAR PUSTAKA 91
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Skapula 9
2.4 Humerus 12
xiv
2.37 Fraktur triquetrum 61
umur. 73
lokasi fraktur. 74
DAFTAR ISTILAH
O: Oblik/ oblique
PENDAHULUA
(Djamal et al, 2015 ). Fraktur merupakan tipe kerusakan atau kelainan yang sering
terjadi pada tulang. Penggunaan istilah fraktur juga membawa maksud kontinuitas
tulang yang terputus dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Kumar et al, 2010).
Tulang merupakan salah satu dari komponen tubuh yang paling penting. Antara
fungsi tulang itu sendiri adalah sebagai tempat melekatnya otot, penopang tubuh
organ dalam tubuh (Djamal et al, 2015). Berlakunya fraktur atau diskontinuitas
pada tulang secara langsung akan mengganggu fungsinya yang vital. Fraktur yang
manakala fraktur yang disebabkan oleh gaya penekanan yang terus menerus
Kejadian fraktur pada usia 45 tahun ke bawah lebih sering terjadi pada
laki-laki berbanding wanita. Hal ini adalah terkait dengan aktivitas seperti
Sebaliknya, pada usia lanjut fraktur lebih sering terjadi pada wanita disebabkan
osteoporosis meningkat (Bruder, 2011). Tambahan lagi, fraktur juga bisa terjadi
1
disebabkan bencana kebakaran dan bencana alam (Kumar et al, 2010). Menurut
2
Pengembangan Depkes RI tahun 2007 di Indonesia, kasus fraktur yang
disebabkan oleh cedera antara lain karena trauma benda tajam/tumpul, kecelakaan
Kejadian patah tulang pada ekstremitas atas sering terjadi pada semua
peringkat usia. Bagi penderita fraktur ekstremitas atas dewasa muda, biasanya
fraktur ketika usia lanjut yang mana disertai osteoporosis sering disebabkan oleh
prevalensi 3,5%. Faktor yang paling tinggi yang menyebabkan kasus fraktur
menurut RISKESDAS adalah kecelakaan lalu lintas, diikuti kejadian jatuh dan
scapula, humerus, radius dan ulna, tulang karpal, metakarpal dan phalangs
panjang (long bone) kecuali tulang karpal dan tulang skapula. OpenStax College
bone) dengan berbentuk kubus, yaitu sama panjang lebar dan tebal, manakala,
tulang panjang pula berbentuk silinder yaitu panjangnya melebihi lebar. Skapula
complete, tertutup (simple); yaitu kulit serta jaringan yang masih intak atau
terbuka (compound); yaitu kulit tidak intak serta sudah terkontaminasi dengan
dunia luar, comminuted; pecahnya tulang, dan displaced; ujung tulang yang sudah
tidak selaras (Mediarti et al, 2015). Fraktur hasil trauma langsung, tidak langsung,
stress maupun patologis, dapat dijelaskan dengan posisi ujung tulang, tahap
fraktur, impak dan angulasi, lokasi (segmen) pada tulang, jumlah fragmentasi
Pemeriksaan klinis pada pasien fraktur secara umum meliputi gejala klasik
gejala klasik fraktur untuk memastikan telah terjadinya fraktur adalah riwayat
trauma, rasa nyeri, bengkak pada tulang yang patah, gangguan musculoskeletal
(feel) untuk mengetahui nyeri tekan dan krepitasi. Palpasi pada daerah ekstremitas
tempat fraktur tersebut, di atas dan di bawah cedera, serta daerah yang mengakami
nyeri efusi dan krepitasi. Neurovaskularisasi pada bagian distal fraktur diperiksa
pulsasi arteri, warna kulit, pengembalian cairan kapiler serta sensasi. Kemudian,
hambatan atau keterbatasan pada pergerakan sendi yang hampir dengan lokasi
fraktur.
Pemeriksaan penunjang meliputi laboratorium dan radiologis.
anteroposterior (AP) dan lateral, memuat sendi proksimal dan distal fraktur,
disertakan dengan foto ekstremitas yang tidak terkena cedera (pada anak). Foto
dilakukan dua kali yaitu sebelum dan sesudah tindakan. Melalui citra yang
Perlunya klasifikasi fraktur yang terjadi adalah bagi memudahkan dokter untuk
pengobatan dan untuk evaluasi hasil (Pearce, 2009). Terdapat banyak sistem
klasifikasi fraktur yang diusulkan dalam orthopedi, tetapi hanya beberapa yang
long bones dan Orthopaedic Trauma Association (OTA) Fracture and Dislocation
Compendium.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Januari-Juli 2017.
3. Untuk mengetahui tipe fraktur yang terjadi pada tulang ekstremitas atas.
5. Untuk mengetahui region dan proyeksi foto yang diambil untuk kejadian
Sebagai sarana informasi dengan data hasil penelitian bagi perkembangan ilmu
a. Masyarakat
b. Peneliti
gambaran pada hasil foto x-ray konvensional pada pasien dengan fraktur
ekstremitas atas.
c. Institutional
Sebagai dasar untuk penelitian yang lebih lanjut di bidang ilmu kesehatan
TINJAUAN PUSTAKA
konvensional) Definisi
Sinar-X adalah sinar radiasi pengion yang dipancarkan dari tabung sinar-X
selama pemaparan. Meskipun "X-ray" adalah istilah yang sering digunakan untuk
merujuk pada gambar / film yang dihasilkan, radiograf adalah istilah yang benar.
dari struktur 3- dimensi. Oleh karena itu, gambar yang dihasilkan terdiri dari
beberapa struktur bertindih. Akurasi kelainan yang akurat sering memerlukan dua
radiograf yang diperoleh dengan sudut yang tepat antara satu sama lain yaitu;
film.Struktur kepadatan tinggi (misalnya tulang dan benda logam asing) akan
kelainan, hendaklah melihat pada benda asing yang tidak seharusnya muncul, dan
mencari jika ada bagian yang hilang, yang mana seharusnya ada.
2.2 Anatomi Tulang Ekstremitas Atas
adalah tulang skapula, klavikula, humerus, radius, ulna, karpal, metacarpal dan
phalangs (Pearce, 2009). Sebagian besar dari tulang ekstremitas atas terdiri
daripada tulang panjang kecuali tulang karpal yang merupakan tulang pendek
(short) dan tulang skapula sebagai tulang pipih (flat). Struktur tulang panjang
memberikan visualisasi yang baik untuk setiap bahagian pada sesebuah tulang.
Tulang panjang mempunyai dua bahagian yaitu diafisis dan epifisis (OpenStax
tulang panjang mempunyai struktur umum yang sama yaitu diafisis (shaft); yang
membentuk badan (corpus) tulang dan menjadi perantara proksimal dan distal
tulang, seterusnya epifisis; ujung tulang yang sering berkembang dan yang
Tungkai atas terbahagi kepada tiga bagian yaitu lengan (arm), lengan
bawah (forearm), dan tangan (hand). Lengan terletak di antara sendi bahu dan
siku, lengan bawah berada di antara siku dan sendi pergelangan tangan (wrist
di masing-masing tungkai atas. Humerus adalah tulang tunggal lengan atas, dan
ulna (medial) dan radius (lateral) adalah tulang pasangan lengan bawah. Bagian
dasar tangan berisi delapan tulang, masing- masing disebut tulang karpal, dan
8
2.2.1 Skapula
Bahu proyeksi AP: (12). Scapula (13). Scapular neck (14). Scapular spine
Tulang skapula adalah tulang yang turut membentuk bahu (shoulder) selain
klavikula. Tulang ini rata (flat) dan berbentuk segi tiga8. Skapula terletak di
bagian punggung sebelah luar atas tubuh yang mana panjangnya meliputi tulang
iga (rib) I hingga VIII. Spina skapula pula merupakan struktur yang terdapat di
sebelah atas skapula yang memisahkan dataran melekuk disebelah atasnya; fosa
bawah medial acromion terdapat prosesus korakoid yang bentuknya seperti paruh
tidak biasa yang mirip dengan kesan impaksi pada glenoid yang disertai
Humeroulnar joint 7.
silindris. Struktur pada humerus terdiri dari tiga bagian yaitu; proksimal (kaput),
badan (corpus) dan distal (ujung bawah)(Pearce, 2009). Humerus adalah tulang
tunggal dari daerah lengan atas. Pada ujung proksimalnya adalah kepala humerus
(caput). Ianya berukuran besar, berbentuk bundar, permukaan halus dan mengarah
benjolan kecil; tuberositas minor di bagian depan tulang humerus. Leher chirurgis
2009).
Menurut Pearce (2009) badan humerus (corpus) yaitu bagian tengah tulang
Seterusnya, ada struktur disebut celah spiralis atau radialis yang merupakan
tempat laluan saraf radialis atau saraf muskulo-spiralis, yaitu benjolan oblik di
dengan ulna di bagian medial manakala struktur kapitulum pada tulang humerus
epikondilus yaitu benjolan tulang pada sisi lateral dan medial pada distal humerus.
- Proximal humerus
sulit didapat karena nyeri yang dirasakan pasien. Proyeksi ini tidak
- Shaft humerus
- Distal humerus
o Pada fraktur nondisplaced, “fat pad sign” anterior atau posterior mungkin
16
adiposa yang menutupi kapsul sendi disertai dengan adanya efusi atau
hemarthrosis.
humerus.
styloid process
Gambar 2.12: Gambaran radiograf radius distal yang normal
lateral. Ianya merupakan tulang pipa dengan dua ujung yang lebih pendek
daripada ulna. Gerakan pronasi dan supinasi dapat dibuat kerana artikulasi antara
radius dan ulna di bagian proksimal. Pada bagian distal radius terdapat prosesus
styloid dan tempat melekatnya dua dari tulang karpal; scaphoid dan lunate.
Ulna membentuk sisi medial lengan bawah. Ulna mempunyai dua ujung
dengan struktur kepala berada di daerah distal; berlawanan dengan radius. Fossa
artikulasi dengan tulang humerus yang mana membolehkan gerakan fleksi dan
ekstensi untuk terjadi. Ulna juga mempunyai struktur prosesus styloid dibagian
- Caput radial
lanjut atau dalam kasus di mana dicurigai terdapat fraktur tapi tidak
lebih terlihat positive fat pad sign (posterior lebih sensitif dari anterior)
harus diperoleh.
- Ulna shaft
- Garis yang ditarik melalui kepala radial dan poros harus selalu berbaris
dengan capitellum.
- Distal radius
Proyeksi oblik perlu untuk melihat fraktur dengan lebih lanjut, jika perlu.
28 derajat)
phalanges
12. Pisiform 13. Proximal interphalangeal joints 14. Proximal phalanges 15.
Radius 16. Scaphoid 17. Sesamoid bones (of thumb) 18. Trapezium 19. Trapezoid
sendi geser pada tulang-tulang karpal. Karpal membentuk artikulasi pada ujung
distal dengan tulang lengan bawah, dan pada ujung proksimal dengan tulang
metacarpal.
tangan fleksibel. Struktur sendi pelana pada ibu jari antara karpal dan metacarpal
jari. Selain itu, terdapat tulang sesamoid khususpada metacarpal satu dan dua.
Phalangs mempunyai 14 buah tulang pipa pendek yaitu dua pada ibu jari
dan tiga pada setiap jari yang lain. Lima bagian tulang ini membentuk jari yang
oleh struktur sendi engsel pada tulang falang. Setiap jari selain ibu jari,
Karpal
Garis Gilula (tiga arkus radiografi) harus diperiksa pada proyeksi PA.
scapholunate.
ekstensi maksimal.
Posteroanterior, lateral, dan radiografi oblik dari digit atau tangan yang
terkena harus diperoleh. Digit (jari) yang tercedera harus dilihat secara
terpisah untuk meminimalkan overlap digit lain di atas area yang terlibat.
2.3 Fraktur
2.3.1 Definisi
wingren, 2009). Menurut Smeltzer dan Bare (2002), kontinuitas tulang yang yang
terputus tergantung jenis dan luasnya, akibat daripada stress yang besar melebihi
tahap absobsi tulang tersebut merupakan definisi fraktur. Prianto dan Widodo
2.3.2 Diagnosis
ditanyakan dengan rinci. Gejala nyeri dan bengkak perlu diperhatikan. daerah
yang mengalami trauma tidak selalu menjadi lokasi fraktur. Perlu diberi
II) Pemeriksaan fisis- selalu dimulai survei primer (ABC), seterusnya survei
tambahan lagi perlu dilakukan pemeriksaan arteri, vena dan nervus (AVN).
Riwayat trauma
Gangguan neurovaskuler
eksternal yang lebih besar yang tidak mampu diserap tulang. Oleh yang demikian,
termasuk saraf dan pembuluh darah (Apley, 1995).Apabila berlaku patah tulang,
perdarahan dan kerosakan berlaku pada jaringan lunak. Peningkatan aliran darah
disekitar jaringan menyebabkan akumulasi sel-sel darah putih dan sel anast.
Aktivitas osteoblast teransang dan membentu tulang baru yang imatur diistilahkan
tulang.
28
2.3.6 Penyembuhan fraktur
tulang namun ianya untuk kurangkan nyeri, jaminan penatuan tulang pada posisi
penyembuhan fraktur bisa dilakukan dengan cara penyatuan langsung (direct) dan
i) PENYATUAN LANGSUNG
kerana plate digunakan untuk immobilisasi daerah fraktur, lalu tidak memicu
kalus, tetapi pembentukan tulang baru dengan osteoblast terjadi di antara fragmen.
Kapiler baru menyelubungi ruang atau gap antara fraktur, osteoprogenitor pula
tumbuh mulai dari pangkal. Tulang baru pula terbentuk dari permukaan luar. Gap
fraktur akan semakin kecil dimulai dengan pembentukan tulang anyaman, diikuti
Fraktur dikira sudah dalam kondisi yang baik dan stabil untuk melakukan
penetrasi atau bridging pada fase penyembuhan setelah 3-4 minggu, yang mana
1. Pembentukan hematoma
- terbentuk hematom disekitar fraktur akibat pembuluh darah yang robek. Tulang
medullar dan sekitar otot dari periosteum. Selain itu terdapat juga sitokin dan
3. Pembentukan kalus
- Tulang dan kartilago terbentuk melalui differensiasi stem sel; sel kondrogenik
dan osteogenik. Tulang yang telah mati pula dibersihkan oleh osteoklas. Kalus /
rangka periosteum dan endosteum pula terbentuk daripada massa seluler, tulang
imatur dan kartilago. Anyaman tulang imatur menjadi lebih keras setelah
4. Konsolidasi
- Hasil kerja dari osteoklas dan osteoblast secara berterusan, mengubah tulang
anyaman menjadi tulang lamellar. Dalam membentuk tulang yang normal dan
5. Remodeling
- Setelah lapisan tulang menjadi solid, dan telah dijembatani frakturnya, proses
lebih. Antaranya:-
a) fraktur transversal:
d) fraktur impaksi
lanjut yang harus dilakukan setelah reduksi. Bagi fraktur transversal (a), fragmen
tetap pada tempatnya setelah direduksi, berbeda pula dengan spiral atau oblik (c)
yang memendek atau berlaku displacement walaupun tulang telah dibidai. Bagi
fraktur segmental (b) pula, terlihat tulang terbahagi menjadi 3 bagian. Fragmen
pada fraktur impaksi pula terlihat tumpang tindih dan garis fraktur pula tidak
jelas. Fraktur kominutif pula menghasilkan lebih daripada dua fragmen, akibat
c) fraktur kompresi:
melengkung atau bengkok seakan-akan ranting yang retak. Ianya sering terjadi
Gambar 2.18: Complete fractures: (a) transversal; (b) segmental; (c) spiral.
et al., 2010).
1. Translasi;
2. Angulasi;
3. Rotasi;
bagian distal
4. Panjang
.
Fraktur terbuka dan tertutup
1. Fraktur tertutup
intak.
Grade 0
Grade 1
Grade 2
O abrasi mendalam
Grade 3
O sindrom kompartemen
O avulsi subkutan
35
Tatalaksana
Tabel 2.1
terpisah.
ii) Fiksasi
iii) Rehabilitasi
2. Fraktur terbuka
- Klasifikasi:Gustilo classification
36
Tipe II: luka panjang> 1cm, remuk dan kominuon yang sedang.
jaringan lunak
5. Stabilisasi skeletal
2.3.8 FRAKTUR SKAPULA
i) Epidemologi
Cedera yang relatif jarang ini mewakili 3% sampai 5% patah tulang bahu
dan 0,4% sampai 1% dari semua patah tulang. Rata-rata pasien yang mendapatkan
fraktur skapula adalah pada usia 35 sampai 45 tahun. (Kenneth et al, 2015).
bermotor pada sekitar 50% kasus dan kecelakaan sepeda motor 11% sampai 25%.
Cedera tidak langsung terjadi melalui axial loading pada lengan terentang (fraktur
atau jatuhnya (fraktur tubuh scapula) atau melalui trauma langsung pada titik bahu
secara inferior
(Kenneth, 2015)
2002)
- Sekitar 80% melibatkan body atau leher skapula. Yang kurang umum adalah
fraktur dari akromion dan coracoid. Fraktur glenoid dapat terjadi bersamaan
dengan dislokasi bahu atau dari avulsi penyisipan trisep dari pelek glenoid
inferior.
i) Epidemologi
semua fraktur tulang. Insiden adalah 14,5 per 100.000 per tahun. 2% sampai 10%
- Fraktur distal humerus adalah cedera yang relatif jarang terjadi, terdiri dari
sekitar 2% dari semua fraktur dan sepertiga dari semua fraktur humerus. Kejadian
fraktur humerus distal pada orang dewasa adalah 5,7 per 100.000 per tahun.
Ekstra artikular (40%) dan fraktur intra-artikular bikondilar pada humerus distal
(37%) adalah pola fraktur yang paling umum. Fraktur suprakondilar tipe
ekstension humerus distal > 80% dari semua fraktur suprakondilar pada anak-
anak.
- Proximal humerus
dari kondisi berdiri di tempat tinggi, biasanya pada wanita yang lebih tua. Pasien
yang lebih muda biasanya mendapatkan fraktur humerus proksimal setelah trauma
impak dari energi yang tinggi. Sebagai contoh, kecelakaan kendaraan bermotor.
Ini biasanya disertai fraktur dan dislokasi yang lebih parah, rosaknya jaringan
Direk (paling umum): Trauma langsung pada lengan akibat benturan atau
menghasilkan fraktur spiral atau miring/ oblik terutama pada lanjut usia. Cedera
akibat melontar dan gusti tangan dengan kontraksi otot ekstrem dilaporkan
menyebabkan patah tulang humeri. Pola fraktur tergantung pada jenis gaya yang
diterapkan:
- Distal humerus
Sebagian besar fraktur humerus distal impak dari energy yang rendah
diakibatkan oleh jatuhan yang sederhana pada usia pertenganhan dan lanjut usia
Wanita di mana siku dipukul secara langsung atau secara aksial loaded dalam
merupakan penyebab cedera yang paling umum pada individu yang lebih muda.
iii) Klasifikasi fraktur
parsial)
I - undisplaced
olekranon
(a) (b)
Kerosakan pada saraf radial bisa terjadi apabila displacement yang besar
GAMBARAN RADIOLOGI(ELBOW)
- Siku adalah tempat yang umum cedera, terutama pada anak-anak karena
- „fat-pad’ sign
- garis radio-capitellar
a
Gambar 2.23: Avulsi pada lateral epikondilus
b c
Gambar 2.24: Terdapat dislokasi pada kepala radius
(Davies et al, 2002)
- terdapat cedera avulsi pada kondilus dan epikondilus humeral dan ada
yang menyebabkan displacement minor (a) dan displacement major (b, c).
Fraktur kapitellar
a b
Gambar 2.26
- Terjadi sekitar sepertiga dari semua patah tulang siku, paling umum pada
orang dewasa muda. Spektrum cedera dari yang terjadi bisa displacement
muncul sebagai fraktur greenstick pada leher radial (b) daripada fraktur
Fraktur olekranon
- Hasil dari pukulan langsung ke ujung siku atau avulsi oleh kontraksi otot
i) Epidemologi
Tabel 2.4
Bagian Epidemologi
Caput radial 1.7% - 5.4% dari semua fraktur, 1/3 dari semua
fraktur siku
Shaft ulna dan radial Fraktur lengan bawah biasa terjdi pada lelaki
bermotor.
Tabel 2.5
Bagian
murni,
posterior.
terulur supinasi)
dan 90 derajat .
Tabel 2.6
Bagian
• Displaced / angulated
• Komminutif
• Pronasi: Galeazzi
radioulnar distal
Fraktur Monteggia
- Fraktur shaft radius dan ulna paling sering terlihat pada anak-anak. Ada
tulang. Fraktur lengan bawah distal umum terjadi pada semua umur.
Fraktur Galeazzi
- Kejadian fraktur pada radius atau keduanya radius dan ulna sering terjadi
komplit. Pada dewasa muda growth plate atau lempeng adalah bagian
54
yang paling lemah sehingga sering terjadi fraktur pemisahan di lempeng
-
Gambar 2.32
Proyeksi PA Proyeksi lateral
Gambaran fraktur pada distal radius dan ulna dengan angulasi dorsal
Gambar 2.35: Gambaran fraktur pada distal radius dan ulna dengan
i) Epidemologi
Tujuh persen fraktur radius distal memiliki fraktur karpal yang terkait.
10% dari semua jenis fraktur; > 50% terkait dengan pekerjaan. Bagian batas jari
sering terlibat. Aksis jari kecil sering tercedera, meliputi 37% dari keseluruhan
fraktur tangan.
Karpal
yang terulur, sehingga terjadi gaya tekan aksial dengan pergelangan tangan dalam
berkembang dari sisi radial carpus ke midcarpus dan akhirnya ke ulnaris tulang
pergelangan tangan.
fraktur Karpal
Tabel 2.7
palmar
badannya.
Hamate - Deskriptif
Metakarpal dan Phalangs
Tabel 2.8
Metakarpal Phalangs
• Dasar
Bennett" • Dasar
• Tuft
Klasifikasi Salter-Harris
III - L - Lower; Fraktur melalui physis dan down melalui epifisis, 7-10%
Fraktur karpal
- Skafoid
a b
Fraktur pinggang skafoid tidak terlihat pada film PA (a) tapi mudah
Fraktur serpihan kecil dari aspek dorsal triquetrum, terlihat pada proyeksi
lateral cedera karpal kedua yang paling umum setelah fraktur skafoid.
Fraktur metakarpal
neck, shaft.
Gambar 2.38
Fraktur pada base metakarpal kedua Fraktur pada shaft metakarpal 4
dan 5
Gambar 2.39: ’Boxer’s fractures’ pada leher metakarpal ke 4 dan 5 dengan
a b
- Fraktur miring melintang atau pendek yang tidak melibatkan sendi (a).
Ini biasanya fraktur stabil yang bisa dirawat secara konservatif. Tipe
fraktur, b). Jenis cedera ini lebih serius dan, menjadi tidak stabil, sering
a b c
Gambar 2.41: Pola umum fraktur phalangeal; (a) fraktur ujung terminal
Phalangs;(b) fraktur transversal Phalangs tengah; (c) fraktur spiral dari
Phalangs.
Gambar 2.42
Trauma
Patologis Direk/ Indirek Kelelahan
(tumor, kongenital,
(Stress/ overuse)
osteoporosis)
Karakteristi
k gambaran
X-ray
konvensiona
l
Lokasi fraktur
64
3.2 KERANGKA KONSEP
Trauma Direk
Karakteristi
Fraktur ekstremitas atas k gambaran
X-ray
konvensiona
l
Trauma Indirek
Keterangan:
Variabel Independen
Variabel dependen
65
BAB IV
METODE PENELITIAN
atas, di bagian radiologi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo periode Januari – Juli
2017.
4.3.1 Populasi
Sudirohusodo.
4.3.2 Sampel
Semua pasien fraktur ekstremitas atas kausa trauma di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo periode Januari – Juli 2017 yang memiliki nomor rekam medik
penelitian ini terdiri dari lembar yang dengan tabel- tabel tertentu untuk merekam
atau mencatat data yang dibutuhkan dari data hasil pemeriksaan x-ray fraktur
ekstremitas atas.
- Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah fraktur ekstremitas atas kausa trauma.
- Variabel Tergantung
Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil karakteristik gambaran X-ray
ekstremitas atas.
dimensi dari struktur 3- dimensi. Oleh karena itu, gambar yang dihasilkan
sering memerlukan dua radiograf yang diperoleh dengan sudut yang tepat
68
antara satu sama lain yaitu; proyeksi anteroposterior (AP) dan proyeksi
III. Trauma
Alat ukur dalam penelitian ini adalah klasifikasi fraktur dan hasil
Klasifikasi fraktur
Tipe fraktur
kominutif.
- fraktur komplikasi
Lokasi fraktur
Deformitas fraktur
diantaranya:
1. Menentukan rumah sakit yang akan dijadikan sebagai tempat untuk penlitian.
pada hasil X-ray pasien dengan fraktur ekstremitas atas kausa trauma.
Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk table dan diagram
x-ray pada pasien fraktur ekstremitas atas akibat trauma di Rumah Sakit Wahidin
kesimpulan.
penelitian.
mor pasien dari rekam medis dan hasil pemeriksaan X- ray pada pasien fraktur ekstremitas atas di Bagian Radiologi RS Wah
Hasil penelitian
BAB V
HASIL PENELITIAN
penderita fraktur ekstremitas atas, periode Januari hingga Juli 2017 di RSUP Dr.
JENIS KELAMIN
LAKI-LAKIPEREMPUAN
72
62.61
43
39 37.39
33
26
17
didapatkan penderita fraktur lebih banyak terdiri dari laki- laki berbanding
72
UMUR
JUMLAHPERSEN (%) 42
36.5236
31.30
23
20.00
6 5.22 7 6.09
1 0.87
bahawa secara keseluruhan subjek terbanyak berada pada kelompok umur 12-25
tahun yaitu sebanyak 42 orang (36.52%), diikuti dengan kelompok umur 26-45
(6.09%), kelompok umur 5-11 tahun sebanyak 6 orang (5.22%), yang terakhir
1 1 1 1
didapatkan 4 fraktur pada os skapula yaitu di bagian neck, acromion, margo lateral
FRAKTUR HUMERUS
TOTALPERSEN
FRAKTUR(%)
54.55
31.82 31.82
9.09 18.18
11.11 11.11
12 4.55
5 2.22 7 4 7
1 1 2.22 5 1 2
fraktur ekstremitas atas periode Januari hingga Juli 2017 didapatkan sebanyak 45
surgical neck, tuberculum majus dan kondilus yaitu sebanyak 1 fraktur (2.22%).
FRAKTUR RADIUS
TOTALPRESENTASE
FRAKTUR(%)
63.93
39
18.03
11 4 6.56
1 1.64 1 1.64 3 4.92 2 3.28
Gambar 5.3.3: Distribusi fraktur radius periode Januari- Juli di RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo.
fraktur. Distal radius adalah bagian os radius yang terbanyak terjadinya fraktur
yaitu sebanyak 39 fraktur (63.93%), seterusnya diikuti fraktur pada shaft (medial/
adalah sebanyak 1 fraktur (1.64%) terjadi di lempeng epifisis dan growth plate.
FRAKTUR ULNA
TOTALPRESENTASE
FRAKTUR(%)
34.21
28.95
Gambar 5.3.4: Distribusi fraktur ulna periode Januari- Juli di RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo.
fraktur. Distal ulna adalah regio ulna yang terbanyak terjadinya fraktur yaitu
proksimal.
FRAKTUR KARPAL
TOTALPERSENTASE
FRAKTUR(%)
100.00
HAMATUM
FRAKTUR METAKARPAL
TOTALPERSEN (%)
63.64
18.18 18.18
7
2 2
FRAKTUR PHALANGS
38.78
30.61 30.61
19
15 15
Gambar 5.3.7: Distribusi fraktur phalangs periode Januari- Juli di RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo.
45 49
38
29.19
21.53 23.44
18.18
11
41.91 1 0.48 5.26
Gambar 5.4: Distribusi total fraktur ekstremitas atas periode Januari- Juli di
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.
atas yang terjadi sepanjang Januari hingga Juli 2017 di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo yaitu sebanyak 209 fraktur. Ekstremitas atas yang paling sering
41.15 38.28
4.31
2.39 2.87 4.31 2.87 3.83
Gambar 5.5.1: Distribusi tipe fraktur ekstremitas atas periode Januari- Juli
di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.
TIPE FRAKTUR
TOTAL
80
40
27
12 8 9
2 5 23 4 22 4 2 1 6
sebagai tipe fraktur tertinggi yaitu dengan total persen fraktur 41.15%. Fraktur
dan fraktur dengan klasifikasi, didapati mempunyai jumlah fraktur yang sama
terbanyak yaitu 4 fraktur (1.91%), diikuti fraktur Smith dan fraktur Salter Harris
(Tipe I) sebanyak 2 fraktur (0.96), dan yang terakhir fraktur Ideberg (tipe II) khas
diikuti fraktur komplikasidan fraktur lama (old fracture) dengan total persen
2.87%.Tipe fraktur yang terakhir adalah fraktur inkomplit dengan total persen
fraktur sebanyak 2.39%. Fraktur yang dilabel sebagai inkomplit didapati sebanyak
100.00
59.65
57
34
21.05
19.30 12
11
menghasilkan 57 deformitas.
PROYEKSI X-RAY
TOTAL
109
27
2 4 2 1
AP/ L AP/ O PA AP OL O
54
37.24
28 29
19.31 20.00
16
12
5 3.45 11.03 8.28 1 0.69
SHOULD…
ANTEBR…
WRIST…
HUMERUS
THORAX
MANUS
ELBOW
Sumber: Data Bagian Radiologi (diolah 2017).
adalah AP/ Lateral yaitu 109 foto, diikuti AP/ Oblique, AP, PA dan oblique/
yaitu dengan total sebanyak 54 foto (37.24%), diikuti region manus sebanyak 29
foto (20%), humerus sebanyak 28 foto (19.31%), elbow/ siku sebanyak 16 foto
(11.03%), wrist joint 12 foto (8.28%), thorax sebanyak 5 foto (3.45%), yang
PEMBAHASA
jenis kelamin.
sering terjadi fraktur dan sering pada laki-laki berbanding wanita. Hal ini adalah
terjadi pada wanita disebabkan oleh faktor hormon saat menopause seterusnya
osteoporosis (Bruder, 2011). Oleh itu, mayoritas dari penderita fraktur dalam
penelitian ini berada pada kelompok umur remaja dan dewasa yaitu 12-45 tahun
serta didominasi oleh laki- laki atas sebab aktifitas rutin yang lebih beresiko
karpal.
menua, jumlah yang paling banyak fraktur pada anggota tubuh bagian atas yang
umum yaitu fraktur humerus proksimal dan fraktur radius distal diperkirakan akan
meningkat sekitar 10% setiap lima tahun sampai 2036.Hal ini membuktikan
bahawa bagian os radius distal sering dan mudah untuk terjadinya fraktur.Fraktur
radius distal dihasilkan saat dorsofleksi pergelangan tangan bervariasi antara 40
dan 90 derajat..Posisi jatuh terentang dengan komposisi tulang kortikalyang
(Thompson, 2010).
cuma satu tulang karpal yang terjadi fraktur yaitu os hamatum dan turut disertai
fraktur metakarpal V. Insiden fraktur os hamatum adalah yang ke-5 tersering dari
8 tulang karpal per tangan (Kenneth et al, 2015).Os karpal yang paling tinggi
oshamulus proprium, yang merupakan pusat ossifikasi yang telah gagal untuk
fraktur.
Fraktur komplit adalah yang terbanyak dalam penelitian ini.Hal ini karena
rata-rata penderita dalam kalangan remaja hingga dewasa, yang mana struktur
tulangnya beda dengan anak. Maka, kejadian fraktur akibat trauma biasanya
yang terbanyak adalah kominutif yang mana butuh waktu yang lebih lama untuk
menyatu karena terjadi kerosakan jaringan lunak dan bersifat tidak stabil.Fraktur
avulsi pula terjadi apabila fragmen tulang mungkin avulsed (ditarik-off) pada
penyisipan ligamen atau tendon pada usia berapa pun. Padausia remaja, ini adalah
pusat pertumbuhan aksesori (apophyses) yang sangat rentan untuk terjadi cedera
inkomplit dan bowing.Bowing merupakan antara fraktur yang terjadi pada anak,
kerna pola cedera tulang pada anak agak berbeda dengan orang dewasa karena
tulangnya lebih elastis dan kurang rapuh (Davies, 2002).Namun, hasil penelitian
turut menjadi hasil penelitian. Non union biasanya terjadi akibat delayed union
melibatkan daerah growth plate (physis), adalah disebabkan karena daerah zona
degenerasi, dan oleh karena itu,rentan terhadap trauma. Cedera yang paling umum
fraktur pada physis tulang (UITH Surgery, 2013).Fraktur pada skapula pula
kejadian fraktur.
Colles atau patah Barton dorsal dan volar dalam fraktur jenis Smith atau volar
dorsaldari fragmen radial distal. Oleh itu, penilaian neurovaskular yang teliti perlu
pada terowong karpal adalah biasa (13% hingga 23%) kerana daya tarikan semasa
adalah AP/ Lateral, dan regio terbanyak adalah pada antebrachii, oleh karena
kejadian fraktur yang meninggi pada os radius dan os ulna. Wong et al, (2015),
menyatakan AP dan lateral x-rays selalunya cukup untuk diagnosis fraktur Colles
dan juga Smith yang khusus terjadi pada distal radius. Suatu proyeksi oblique
destruksi yang terjadi pada tulang akibat infeksi bakteri melalui pembuluh darah
terbuka atau operasi apapun yang mempengaruhi tulang atau jaringan sekitar
(Juutilainen, 2011).
BAB VII
7.1 Kesimpulan
konvensional pada penderita fraktur ekstremitas atas, periode Januari hingga Juli
bahwa:
osteomyelitis).
konvensional
7.2 Saran
konvensional pada penderita fraktur ekstremitas atas, periode Januari hingga Juli
yang dapat diberikan agar penelitian seperti ini dapat diperbaiki di masa akan
komplikasi.
1. Apley, A. Graham. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley.
3. Bruder, A., Taylor, N. F., Dodd, K. J., & Shields, N. 2011. Exercise
82.
Aesculapius.
377–386.
7. Djamal, R., Rompas, S., dan Bawotong, J. 2015. Pengaruh Terapi Music
Terhadap Skala Nyeri pada Pasien Fraktur di Irina A RSUP Prof. R.D.
Health.
10. Kumar, V., Abbas, A. K., Fausto, N., & Aster, J. C. 2010. Robbins and
Elsevier.
York.
16. Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT.
18. Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh
92
19. Solomon & Appley, A.G. 2010. Orthopedi dan Fraktur Sistem Appley.
Jakarta:Widya Medika.
21. Thompson Jon C. 2010. Netter‟s Consice Orthopaedic Anatomy. 2nd Ed.