id
TUGAS AKHIR
PENELITIAN BIOMEKANIK EKSPERIMENTAL
Oleh :
Dr. Najmudin
Pembimbing :
Dr. Iwan Budiwan Anwar Sp.OT
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN
(…........…………………………….)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dr. Ismail Mariyanto, SpOT. FICS Dr. Mujaddid Idul Haq, SpOT. FICS
NIP. 19570907198410100 NIP. 197110222009121001
Mengetahui :
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT oleh karena nikmat dan anugerahnya
semata maka penelitian ini dapat selesai tepat waktu. Sholawat dan salam semoga
selalu tercurah pada Nabi Muhammad SAW. Semoga kita tetap berpegang pada
tali yang kuat dan selalu berada pada jalan yang lurus.
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui penurunan kekuatan tulang
bila dilakukan prosedur pencabutan screw yang patah dengan hollow reamer,
sehingga kita bisa lebih berhati – hati untuk melakukannya dan menyiapkan
perawatan pasca operatif yang lebih baik.
Terima kasih kami haturkan kepada semua pihak yang membantu
menyelesaikan penelitian ini :
1. Dr. Iwan Budiwan Anwar Sp.OT selaku pembimbing utama penelitian ini
dan staf senior orthopedi / pembimbing semester VII (Adult Recontruction
Surgery) di RSOP. Prof. DR. R. Soeharso Surakarta
2. Prof. DR. Dr. Respati Suryanto Dradjat Sp.OT selaku pembimbing
metodologi penelitian ini dan direktur utama / staf senior orthopedi /
pembimbing semester VIII (Spine Surgery) di RSOP. Prof. DR. R.
Soeharso Surakarta
3. DR. Suyitno ST. MSc. selaku pembimbing mekanik di Laboratorium
Material Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Univ. Gadjah Mada.
4. DR. Rahmad Dwi Jatmiko SE. MM. selaku pembimbing statistik.
5. Dr. Ismail Maryanto Sp.OT selaku Kepala Program Studi (KPS) dan staf
senior orthopedi / pembimbing semester III dan IX di RSOP. Prof. DR. R.
Soeharso Surakarta
6. Dr. Puntodewo Sp.OT selaku staf senior orthopedi di RSUP. Dr. Sardjito
Jogjakarta atas ijin untuk melakukan penelitian di Laboratorium Material
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Univ. Gadjah Mada.
7. Dr. Tangkas Sibarani Sp.OT selaku Kepala SMF Orthopedi dan staf senior
orthopedi / pembimbing semester V di RSOP. Prof. DR. R. Soeharso
Surakarta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penulis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Manfaat praktis yang akan didapat ahli orthopedi dari penelitian ini adalah :
· Dapat memberi penjelasan kepada ahli bedah ortopedi tentang seberapa
besar penurunan kekuatan tulang beserta peningkatan resiko refraktur
setelah dilakukan pencabutan screw yang patah.
· Mengetahui bagaimana gaya bending dan torsional dapat menyebabkan
refraktur sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan paska operatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 1. (1) Menunjukkan union radius-ulna post ORIF pada wanita 40 tahun. (2) Empat belas
hari setelah dilakukan pencabutan implant terjadi refraktur yang melewati initial / original fracture
(4)
site dan hanya disebabkan oleh trauma yang umumnya tidak mengakibatkan patah tulang .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 2. (1) Menunjukkan tempat dari countersunk interfragmentary screw. (2) Refraktur
(9)
nampak melewati residual hole ini dan bukan melewati initial / original fracture site .
Tabel 2. Insiden refraktur pada radius-ulna yang dilakukan pencabutan implant sebelum dan
(9)
sesudah 12 minggu. Dihitung dengan chi-squared test (Yates’ correlation)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.2 Screw
Screw merupakan salah satu komponen dasar internal fiksasi. Karakter
dari screw tergantung dari (1) Material pembuatnya, (2) Dimensinya, (3) Desain
ujung dan kepalanya (11).
Kegunaan screw adalah untuk (1) Memfiksasi plate pada tulang dan
(2) Memfiksasi fragmen tulang dan menjaganya pada posisi yang anatomis.
Namun demikian, screw sendiri tidak bisa melindungi fragmen fraktur dari gaya
commit to user
bending, rotasi, maupun axial sekalipun (12).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dari segi thread dan tipnya, screw terbagi menjadi (1) Cortical screw
dengan bullet tip, (2) Cancellous screw dengan corkscrew tip, dan (3) Malleolar
screw dengan self tapping tip (11,13).
Sedangkan self tapping tip terbagi menjadi (a) Thread-forming tip, untuk
tulang cancellous, dan (b) Thread-cutting trocar tip, untuk tulang cortical (11,13).
Success
Success Failed
BROKEN SCREW
PROCEDURE
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.3.3 Alat Untuk Pencabutan Screw Yang Patah Dan Cara Penggunaannya
Adalah penting untuk selalu menyiapkan ‘broken screw set’ dalam kondisi
steril dan siap pakai, terutama untuk mengantisipasi kejadian yang tidak
diharapkan saat melakukan semua prosedur pencabutan implant. Selain itu setiap
ahli bedah juga harus mengetahui cara penggunaan masing – masing alat, oleh
karena tidak ada satupun teknik yang secara seragam dapat terbukti efektif (2,11).
Ada banyak jenis dan merk ‘broken screw set’ yang tersedia dipasaran,
masing – masing dengan kelebihannya. Namun disini kami mengambil contoh
dari ‘Screw Removal Set System’ buatan Synthes®, USA.
‘Screw Removal Set System’ buatan Synthes® ini terdiri atas tiga module,
berdasarkan atas ukuran screwnya, diantaranya :
· Screw extraction module untuk screw ukuran 1.0/1.5/2.0/2.4/2.7/3.0 mm
· Screw extraction module untuk screw ukuran 3.5/4.0/4.5 mm
· Screw extraction module untuk screw ukuran 5.0/6.0/6.5/7.0/7.3 mm
commit to user
Gambar 6. Synthes’ Screw Extraction Module untuk screw ukuran 3.5/4.0/4.5 mm (15)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar x. Screwdriver
(Hex, Stardrive and cruciform) (15)
Gambar 7. (1) T-handle with quick coupling (2) Universal chuck (3) Handle with quick couple (15)
Alat bantú :
Gambar 8. (1) Extraction pliers untuk pencabutan screw (2) Sharp hook untuk membersihkan
screw recess (15)
commit
Gambar 9. (1) Perhatikan bahwa screwdriver to user
tip harus masuk dan fit kedalam screw recess.
(2) Proses pencabutan screw normal (15)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Carbide / HSS dril bit : bor untuk merusak head screw dan lubang recessnya
(15)
Gambar 12. (1) Carbide dril bit (untuk screw titanium) (2) HSS dril bit (untuk screw dari baja)
Cara kerja :
Gambar 13. (1) Bor lubang recess dari screw dengan HSS dril bit. Lalu coba cabut screw tersebut
dengan conical extraction screw. (2) Bila gagal lanjutkan sampai head screw terlepas (15)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gouge :
Lebar 10 mm. Digunakan untuk mengekspose broken shaft screw
Gambar 14. (1) Gouge (2) Cara kerja : buat lubang pada tulang hingga shaft screw nampak (15)
(15)
Gambar 15. (1) Vise Grip-type Pliers (2) Cara kerja : putar anti clockwise
Cara kerja :
Gambar 17. Cara kerja hollow reamer : (1) Masukkan centering pin pada shaft, lalu (2) Masukkan
reamer tuve, lalu (4) Gunakan untuk mengekspose broken shaft screw yang tidak nampak. (15)
Extraction bolts :
Digunakan untuk mencabut shaft screw yang telah terekspose
Gambar 18. (1) Extraction bolts (2) Caracommit berlawanan dengan jarum jam (15)
to user
kerja : putar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.3.4 Cara Alternatif Untuk Pencabutan Screw Yang Rusak Atau Patah
Cara lain untuk melepaskan implant adalah dengan mencapainya melalui far
cortex. Caranya adalah dengan :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(18)
Gambar 22. Fase–fase bone healing
5. Remodelling
Pada fase ini external callus akan diresorbsi dan terjadi proses apoptosis.
Tulang akan kembali pada bentuk dan strukturnya yang asli (18).
Prinsip kontrol mekanik dari arsitektur internal tulang telah diteliti dengan
detil dan dirumuskan oleh Julius Wolff, anatomist Jerman (1892) dalam bukunya
“ Das Gesetz der Transformation der Knochen / The Law of Bone Remodelling
(1986) “. Ia menyebutkan bahwa orientasi trabeculae (struktur tulang) dapat
berubah bila terjadi perubahan arah pembebanan mekanik. Artinya remodelling
tulang berlangsung terus menerus sepanjang hidup untuk mempertahankan
keseimbangan tulang (19).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penelitian tentang hal ini pada manusia dilakukan oleh Rosson, Petley, dan
Shearer (1991) yang menyebutkan bahwa dibutuhkan waktu sekitar 21 bulan
setelah pemasangan plate-screw pada radius ulna untuk mengembalikan densitas
tulang seperti pada level sebelum fraktur. Penelitian mereka menggunakan single-
(21)
photon absorptiometry pada union radius ulna yang baru dicabut implantnya .
mempercepat proses pengisian lubang ini dengan jaringan tulang yang baru dan
tidak dapat mengurangi stress concentration baik pada gaya bending maupun
torsional. Meskipun adanya metal atau solid inclusion lainnya dapat menahan
beban kompressif pada tulang (22).
Jadi meskipun lubang bekas screw umumnya masih nampak pada foto
polos hingga beberapa bulan, hal itu tidak perlu dikhawatirkan karena lubang ini
akan segera diisi oleh woven bone, yang dapat menghilangkan efek stress riser
dalam waktu empat minggu (22).
Bilamana terjadi patah tulang baru pada tulang yang telah sembuh, maka
kita harus membedakan apakah ia tergolong ‘refracture atau secondary fracture’.
Kelima kriteria ini harus terpenuhi sebagai kriteria dari refraktur, yaitu :
1. Patah tulang melewati garis patah yang lama / original
2. Penyembuhan sebelumnya didapat melalui teknik osteosynthesis yang
sempurna atau perawatan non-operatif / konservatif yang layak
3. Rehabilitasi paska operatif yang benar
4. Pencabutan implant yang benar dan tepat waktu
5. Tidak adanya trauma baru yang adekuat
Jika salah satu dari kelima kriteria ini tidak terpenuhi, maka patah tulang
tersebut dapat digolongkan sebagai ‘secondary fracture’ (3).
(16)
Gambar 27. Bentukan garis fraktur yang disebabkan oleh berbagai gaya
Gaya yang bekerja pada tulang manusia sangat sulit diukur secara in-vivo,
namun batas atas kekuatan tulang manusia bisa diukur dengan pemberian beban
secara in-vivo. Secara in-vitro, dapat diketahui nilai ambang kekuatan tulang
(ultímate strength) melalui perhitungan dengan cadaver manusia, karena struktur
mekanis tulang tidak banyak terpengaruh dengan kematian dan pembekuan (27).
Dari sudut pandang biomekanik, tulang panjang paling rentan bila
menerima gaya bending dan torsional, dibanding gaya lainnya. Oleh sebab itu
biasanya dilakukan pengukuran dengan three-point dan four-point bending dan
torsional test untuk mengukur kekuatan tulang (ultímate strength) dan modulus
elastisitas. Keduanya merupakan indikator yang baik untuk mengukur kekuatan
mekanik dari tulang kortikal (28).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
TULANG
TIBIA TIBIA
KAMBING SAPI
(60) (60)
CORTEX CORTEX
SCREW SCREW
3, 5 MM 4, 5 MM
BF TF BF TF BF TF
BF TF BF TF BF TF
Catatan :
BF : Bending Force
TF : Torsional Force
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.8 Hipotesis
· Pencabutan screw yang patah dengan hollow reamer akan menyebabkan
perlemahan pada tulang saat menghadapi gaya bending dan torsional
sehingga meningkatkan resiko fraktur.
· Screw patah yang ditinggal akan lebih kuat dalam menahan gaya bending
dan torsional dibandingkan dengan pencabutan screw patah dengan hollow
reamer.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
Zα x s
n=2 ------------
đ
n commit
: besar to user
sampel masing-masing kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dari masing - masing sub-grup tersebut, pada 10 tulang sapi dan 10 tulang
kambing diberikan pembebanan dengan three-point bending force. Sedangkan
pada 10 tulang sapi dan 10 tulang kambing yang lain diberikan pembebanan
dengan torsional force dengan besar gaya yang meningkat secara konstan hingga
tulang tersebut menjadi fraktur.
Tes bending dapat dilakukan dengan 3-point bending test atau 4-point
bending test. Three-point bending test memiliki keuntungan sederhana dan mudah
dilakukan, namun menghasilkan beban shear yang tinggi pada bagian 1/3 tengah
tulang. Pada four-point bending test, beban shear ini nyaris tidak ada, namun tes
ini lebih sulit dilakukan dan tidak semua laboratorium memiliki alat ini (28).
commit to user
Gambar 31. Torsional test machineComputerized bending testing machine
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Alat yang digunakan untuk menilai gaya bending yang bekerja pada
tulang. Alat ini terdapat pada Laboratorium Material Jurusan Teknik
Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri 11 Maret ( UNS ) Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada penelitian yang dilakukan untuk mematahkan tulang kambing dan sapi ini,
didapatkan hasil sebagaimana dibawah ini :
4.1 Hasil Perhitungan Gaya Bending Yang Dibutuhkan Untuk Mematahkan Tulang
Tibia Kambing
Terdapat 30 tulang tibia kambing yang diberi 3 jenis perlakuan yang berbeda dan
dipatahkan dengan mengaplikasikan gaya bending. Masing – masing kelompok terdiri dari 10
tulang tibia kambing. Rata – rata gaya bending minimal yang diperlukan untuk mematahkan
tulang ini adalah :
Kelompok 1 : Pencabutan P+S normal ( kontrol ) sebesar 0,995 kN
Kelompok 2 : Pencabutan P+S dengan screw patah yang dibiarkan sebesar 0,638 kN
Kelompok 3 : Pencabutan P+S dengan screw patah yang dicabut sebesar 0,274 kN
Diagram 1. Rata – rata gaya bending yang diperlukan untuk mematahkan tibia kambing
Pada ketiga puluh tulang kambing yang dipatahkan dengan gaya bending ini, kesemua
garis fraktur melalui titik tengah pembebanan dimana gaya bending terbesar terjadi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4.2 Hasil Perhitungan Gaya Torsional Yang Dibutuhkan Untuk Mematahkan Tulang
Tibia Kambing
Terdapat 30 tulang tibia kambing yang diberi 3 jenis perlakuan yang berbeda dan
dipatahkan dengan mengaplikasikan gaya torsional. Masing – masing kelompok terdiri dari
10 tulang tibia kambing. Rata – rata gaya torsional minimal yang diperlukan untuk
mematahkan tulang ini adalah :
Kelompok 4 : Pencabutan P+S normal ( kontrol ) sebesar 5,72 KgM
Kelompok 5 : Pencabutan P+S dengan screw patah yang dibiarkan sebesar 2,35 KgM
Kelompok 6 : Pencabutan P+S dengan screw patah yang dicabut sebesar 1,66 KgM
Diagram 2. Rata – rata gaya torsional yang diperlukan untuk mematahkan tibia kambing
Pada ketiga puluh tulang kambing yang dipatahkan dengan gaya torsional ini, 8 dari 10
(80 %) garis fraktur pada perlakuan I melewati lubang tempat screw patah ditinggalkan.
Sedangkan pada perlakuan II, 9 dari 10 (90 %) garis fraktur melewati lubang tempat screw
patah diambil dengan hollow reamer.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4.3 Hasil Perhitungan Gaya Bending Yang Dibutuhkan Untuk Mematahkan Tulang
Tibia Sapi
Terdapat 30 tulang tibia sapi yang diberi 3 jenis perlakuan yang berbeda dan
dipatahkan dengan mengaplikasikan gaya bending. Masing – masing kelompok terdiri dari
10 tulang tibia sapi.
Rata – rata gaya bending minimal yang diperlukan untuk mematahkan tulang ini adalah :
Kelompok 7 : Pencabutan P+S normal ( kontrol ) sebesar 12,882 kN
Kelompok 8 : Pencabutan P+S dengan screw patah yang dibiarkan sebesar 8,793 kN
Kelompok 9 : Pencabutan P+S dengan screw patah yang dicabut sebesar 5,071 kN
Diagram 3. Rata – rata gaya bending yang diperlukan untuk mematahkan tibia sapi
Pada ketiga puluh tulang sapi yang dipatahkan dengan gaya bending ini, kesemua garis
fraktur melalui titik tengah pembebanan dimana gaya bending terbesar terjadi.
Terdapat 30 tulang tibia sapi yang diberi 3 jenis perlakuan yang berbeda dan
dipatahkan dengan mengaplikasikan gaya torsional. Masing – masing kelompok terdiri dari
commit
10 tulang tibia sapi. Rata – rata gaya torsional to user yang diperlukan untuk mematahkan
minimal
tulang ini adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Diagram 4. Rata – rata gaya torsional yang diperlukan untuk mematahkan tibia sapi
Pada ketiga puluh tulang sapi yang dipatahkan dengan gaya torsional ini, 7 dari 10
(70 %) garis fraktur pada perlakuan I melewati lubang tempat screw patah ditinggalkan.
Sedangkan pada perlakuan II, 9 dari 10 (90 %) garis fraktur melewati lubang tempat screw
patah diambil dengan hollow reamer.
· Pada tulang kambing yang dipatahkan dengan gaya torsional terdapat perbedaan yang
nyata antara kontrol (pencabutan P + S) dengan perlakuan (screw yang patah yang
ditinggal dan dicabut dengan hollow reamer). Namun tidak didapat perbedaan yang
bermakna antar perlakuan (screw yang patah yang ditinggal dan dicabut). Derajat
kemaknaan 0,01. Penurunan kekuatan tulang pada screw yang patah yang ditinggal
mencapai 58,92 % sedangkan pada screw yang patah yang dicabut dengan hollow
reamer mencapai 70,98 %. Dengan kata lain, screw yang patah yang dicabut dengan
hollow reamer memiliki kemungkinan patah 3,45 X dibanding pencabutan plate screw
dalam kondisi normal dan 1,42 X dibanding bila screw yang patah tersebut ditinggal.
· Pada tulang sapi yang dipatahkan dengan gaya bending terdapat perbedaan yang nyata
antara kontrol (pencabutan P + S) dengan perlakuan (screw yang patah yang ditinggal
dan dicabut dengan hollow reamer) serta antar perlakuan. Derajat kemaknaan 0,01.
Penurunan kekuatan tulang pada screw yang patah yang ditinggal mencapai 31,74 %
sedangkan pada screw yang patah yang dicabut dengan hollow reamer mencapai
60,63 %. Dengan kata lain, screw yang patah yang dicabut dengan hollow reamer
memiliki kemungkinan patah 2,54 X dibanding pencabutan plate screw dalam kondisi
normal dan 1,73 X dibanding bila screw yang patah tersebut ditinggal.
· Pada tulang sapi yang dipatahkan dengan gaya torsional terdapat perbedaan yang nyata
antara kontrol (pencabutan P + S) dengan perlakuan (screw yang patah yang ditinggal
dan dicabut dengan hollow reamer) serta antar perlakuan. Derajat kemaknaan 0,01.
Penurunan kekuatan tulang pada screw yang patah yang ditinggal mencapai 41,76 %
sedangkan pada screw yang patah yang dicabut dengan hollow reamer mencapai
69,82 %. Dengan kata lain, screw yang patah yang dicabut dengan hollow reamer
memiliki kemungkinan patah 3,31 X dibanding pencabutan plate screw dalam kondisi
normal dan 1,93 X dibanding bila screw yang patah tersebut ditinggal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
DISKUSI
Namun efek lokal dari lubang bekas screw patah tidak nampak bila
terpapar oleh gaya bending karena jalur patahan tulang yang terjadi berbentuk
transversal dan pada posisi dimana titik beban bending diberikan.
Penelitian ini dilakukan pada tulang hewan coba oleh karena tidak
mungkin menggunakan tulang manusia hidup (in-vivo) untuk dipatahkan.
Namun pemilihan tulang dilakukan dengan seleksi ketat berdasarkan dimensi
dan ukuran tulang agar dapat mengeliminir bias dan sekaligus dapat mendekati
kondisi yang nyata / realistis.
Penelitian ini tidak mempelajari tentang proses modeling dan
remodeling yang terjadi pada tulang yang menyembuh. Namun penelitian ini
menekankan tentang intervensi mekanik terhadap perlakuan berupa pencabutan
screw patah dengan hollow reamer. Perlakuan ini sama prosedur operasi yang
kadang kita lakukan, sehingga diharapkan hasil penelitian ini memiliki manfaat
praktis berupa masukan kepada dokter ahli bedah orthopedi dan residen
orthopedi tentang resiko refraktur yang akan dihadapi beserta cara
pencegahannya.
Dari perhitungan statistik, didapat hasil bahwa terdapat perbedaan yang
nyata (p<0,01) diantara semua tulang dan intervensi dalam 12 sub-grup,
kecuali pada tulang tibia kambing yang diberi gaya torsional (sub-grup 5 dan
6), yang tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara screw patah yang
ditinggalkan dan yang dicabut. Hal ini bila kita komparasikan pada ukuran dan
dimensi pada tulang manusia, maka didapatkan hasil pada tulang radius
manusia yang dilakukan pencabutan screw patah dengan hollow reamer akan
menjadi lebih lemah bila terpapar gaya bending jika dibandingkan dengan
screw patah yang ditinggalkan, namun tidak menjadi lebih lemah bila terpapar
gaya torsional jika dibandingkan dengan screw patah yang ditinggalkan.
Hal ini berarti bila kita terpaksa harus mencabut screw yang patah
dengan hollow reamer pada tulang radius manusia, maka tulang tersebut
menjadi lebih rentan terhadap gaya bending, namun tidak pada gaya torsional.
Dengan kata lain tulang tersebut membutuhkan external support yang mampu
menahan gaya bending.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Adanya screw yang patah akan mengurangi kekuatan tulang, baik screw
tersebut dicabut dengan hollow reamer maupun ditinggalkan.
2. Pencabutan screw patah dengan hollow reamer pada tulang tibia akan
mengurangi kekuatan tulang sebesar 60 % bila terpapar gaya bending
dan menjadi 1,73 X lebih mudah patah dibandingkan bila screw
tersebut ditinggalkan.
3. Pencabutan screw patah dengan hollow reamer pada tulang tibia akan
mengurangi kekuatan tulang sebesar 70 % bila terpapar gaya torsional
dan menjadi 1,93 X lebih mudah patah dibandingkan bila screw
tersebut ditinggalkan.
4. Pencabutan screw patah dengan hollow reamer pada tulang radius akan
mengurangi kekuatan tulang sebesar 72,5 % bila terpapar gaya bending
dan menjadi 2,33 X lebih mudah patah dibandingkan bila screw
tersebut ditinggalkan.
5. Pencabutan screw patah dengan hollow reamer pada tulang radius akan
mengurangi kekuatan tulang sebesar 70 % bila terpapar gaya torsional
dan menjadi 1,42 X lebih mudah patah dibandingkan bila screw
tersebut ditinggalkan. Perbedaan ini tidak bermakna secara statistik
6.2 Saran
1. Bila kita terpaksa melakukan pencabutan screw patah dengan hollow
reamer pada tulang radius, maka kita harus memasang external support
yang mampu menahan gaya bending.
2. Bila kita terpaksa melakukan pencabutan screw patah dengan hollow
reamer pada tulang tibia, maka kita harus memasang external support
yang mampu menahan gaya bending dan gaya torsional.
commit to user