Anda di halaman 1dari 21

DIAGNOSIS FRAKTUR AKAR VERTIKAL PADA GIGI PASCA

PERAWATAN ENDODONTIK DENGAN MENGGUNAKAN


RADIOGRAFI SUBTRAKSI DIGITAL

(SEBUAH LAPORAN KASUS)

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi tugas


Seminar journal reading
Klinik Radiologi

disusun oleh:
WIANA ARIZTRIANI 160112170097
NOVRI FIRMANSYAH 160110130091

Dosen pembimbing:
drg. Farina Pramanik, MM. Sp. RKG

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Adapun makalah ini memiliki judul “Fraktur Akar Vertikal”, membahas

mengenai karakteristik fraktur akar vertikal secara radiografi.

Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

seminar journal reading Klinik Radiologi, sedangkan tujuan khusus dari

penulisan makalah ini yaitu agar lebih mengetahui dan memahami cara

menganalisis, mendiagnosis, menginterpretasi, dan memilih teknik radiografi

yang tepat untuk kasus fraktur akar vertical.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen

pembimbing, serta seluruh pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan

makalah ini, baik langsung maupun tidak langsung.

Penulis sudah berusaha mewujudkan makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Apabila masih terdapat kesalahan, penulis bersedia menerima kritik dan saran

yang bersifat membangun.

Bandung, Agustus 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i


DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................................ 1
1.3 Identifikasi Masalah .................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................. 3
2.1 Definisi Fraktur Akar Verikal .................................................................................... 3
2.2 Karakteristik Fraktur Akar Vertikal ........................................................................... 3
2.2.1 Gejala Klinis ..................................................................................................... 3
2.2.2 Etiologi dan Faktor Predisposisi ....................................................................... 4
2.2.3 Predileksi........................................................................................................... 6
2.2.4 Patofisiologi ...................................................................................................... 6
2.3 Gambaran Radiografi dan Prinsip Interpretasi dari Radiografi Fraktur Akar
Vertikal ...................................................................................................................... 7
2.4 Pemilihan Teknik Radiografi yang Tepat untuk Fraktur Akar Vertikal .................... 7
2.5 Diagnosis Banding Fraktur Akar Vertikal ................................................................. 7
BAB III LAPORAN KASUS.................................................................................................. 9
3.1 Pendahuluan............................................................................................................... 9
3.2 Laporan Kasus ......................................................................................................... 11
3.3 Diskusi ..................................................................................................................... 11
3.4 Kesimpulan .............................................................................................................. 13
BAB IV DISKUSI ................................................................................................................. 14
4.1 Informasi Pasien ...................................................................................................... 14
4.2 Interpretasi radiografi .............................................................................................. 15
BAB V SIMPULAN .............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fraktur akar vertikal merupakan fraktur yang terjadi mulai dari mahkota

hingga apeks gigi, biasanya pada permukaan fasial dan lingual akar. Fraktur

vertikal biasanya terjadi pada gigi molar pada pasien dewasa. Fraktur vertikal bisa

diakibatkan oleh insersi baut retensi atau pin; gaya oklusal yang tinggi, terutama

pada gigi yang telah direstorasi; atau iatrogenik. Selain itu, gigi posterior yang

pernah dilakukan endodontik juga memiliki risiko terjadinya fraktur vertikal

(Pharoah and White, 2014).

Penegakan diagnosis pada kasus ini cukup sulit, karena tanda-tanda klinis

tidak selalu menjadi ciri khas dari kasus ini, dan radiografi periapikal

konvensional sering kali tidak bisa dijadikan acuan. Oleh karena itu, perlu

dilakukan teknik khusus untuk membantu menegakan diagnosis dari fraktur akar

vertikal (Mikrogeorgis et al., 2017).

1.2 Tujuan

1. Mengetahui definisi fraktur akar vertikal

2. Mengetahui karakteristik fraktur akar vertikal

3. Mengetahui gambaran radiografi dan prinsip interpretasi dari radiograf fraktur

akar vertikal

4. Mengetahui pemilihan teknik radiografi yang tepat untuk fraktur akar vertikal

5. Mengetahui differensial diagnosis fraktur akar vertikal

1
2

1.3 Identifikasi Masalah

1. Apakah definisi fraktur akar vertikal?

2. Bagaimanakah karakteristik fraktur akar vertikal?

3. Bagaimanakah gambaran radiografi dan prinsip interpretasi dari radiograf

fraktur akar vertikal?

4. Bagaimanakah pemilihan teknik radiografi yang tepat untuk fraktur akar

vertikal

5. Apakah differensial diagnosis dari kasus fraktur akar vertikal?


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Fraktur Akar Verikal

Fraktur akar vertikal merupakan fraktur yang berjalan sepanjang akar gigi

dari batas mahkota hingga apeks. Biasanya, kedua sisi dari akar terlibat pada

kasus ini. Letak fraktur biasanya terjadi pada lingual atau fasial gigi anterior

maupun posterior. Fraktur ini paling sering terjadi pada gigi posterior orang

dewasa, terutama gigi molar mandibular (Pharoah and White, 2009)

2.2 Karakteristik Fraktur Akar Vertikal

2.2.1 Gejala Klinis

Tanda dan gejala klinis fraktur akar vertikal bervariasi, bergantung kepada

posisi fraktur, tipe gigi, lamanya waktu yang berlalu setelah fraktur terjadi,

kondisi periodontal gigi dan struktur tulang di sebelah gigi yang fraktur. Tanda

dan gejala ini sulit dideteksi saat pemeriksaan pasien, karena gejala-gejala tersebut

dapat mirip dengan diagnosis lainnya seperti masalah sinus, sakit kepala, atau

sakit telinga (Dhawan, Gupta and Mittal, 2014).

1. Nyeri dan bengkak

Inflamasi kronis lokal akibat infeksi dapat menyebabkan rasa tidak

nyaman, bengkak pada jaringan lunak, rasa nyeri sedang atau berat, dan nyeri saat

menggigit. Pembengkakan biasanya luas dan berada pada tengah akar jika

dibandingkan dengan abses periapikal yang berada pada apeks akar.

3
4

2. Traktus sinus

Pada kasus fraktur vertikal, traktus sinus berada mendekati margin

gingiva, berbeda dengan gigi non-vital, di mana traktus sinus berada lebih ke

apikal.

3. Poket

Pada kasus fraktur vertikal, poket periodontal yang dalam, sempit,, dan

terisolasi biasa ditemukan. Selain itu, probing yang dalam pada salah satu sisi gigi

juga mengindikasikan adanya fraktur akar vertikal. Hal ini berbeda degnan

penyakit periodontal, di mana poket yang dalam biasanya terdapat hampir pada

sekeliling gigi.

2.2.2 Etiologi dan Faktor Predisposisi

Fraktur akar vertikal memiliki etiologi yang multifaktorial. Etiologi ini

dibagi berdasarkan faktor predisposisi dan faktor iatrogenik.

Salah satu faktor predisposisi dari fraktur vertikal akar adalah akar yang

telah dirawat endodontik. Berikut ini adalah etiologi-etiologinya (Dhawan, Gupta

and Mittal, 2014):

1. Anatomi akar yang rentan terhadap fraktur, yaitu akar dengan diameter mesio-

distal yang sempit, akar dengan kurvatur, akar dengan depresi pada akar

mandibular molar rahang bawah, dan akar bukal pada premolar rahang atas

dengan bifurkasi. Anatomi-anatomi ini menjadi semakin rentan terhadap

fraktur setelah struktur gigi dikurangi saat preparasi saluran akar dan preparasi

dowel.
5

2. Hilangnya jaringan gigi yang sehat (kehilangan gigi akibat karies). Sisa

struktur gigi yang masih ada secara langsung memengaruhi gigi dalam

menahan fraktur setelah dirawat endodontik.

3. Hilangnya kelembaban pada gigi tanpa pulpa dapat menyebabkan gigi yang

telah dirawat endodontik menjadi lebih brittle.

4. Perubahan struktur pada gigi yang telah dirawat endodontik membuat gigi

semakin rentan terhadap fraktur dan memerlukan restorasi yang dapat

melindungi gigi saat fungsi.

5. Kehilangan dukungan tulang akibat penyakit periodontal, pre-endodontik, dan

perawatan prostodontik dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan gigi

untuk menahan beban fungsional.

6. Retakan yang sudah ada sebelum terjadi fraktur

Penyebab iatrogenik dari fraktur vertikal akar paling sering terjadi pada

saat prosedur perawatan saluran akar, antara lain ialah (Dhawan, Gupta and

Mittal, 2014):

1. Pemotongan yang berlebihan saat prosedur perawatan saluran akar

2. Meningkatnya tekanan dengan post threaded dan tapered

3. Meningkatnya gaya yang menekan dengan pemadatan lateral dari gutta-percha

(48%-84%). Tekanan ini menyebabkan retakan yang merambat hingga

terjadilah fraktur akar.

Etiologi dari fraktur yang terjadi pada gigi yang tidak dirawat endodontik

meliputi kebiasaan parafungsional seperti bruxism; clenching; dan gaya mastikasi


6

yang besar dan repetitif. Selain itu etiologi lainnya dapat berupa (Dhawan, Gupta

and Mittal, 2014):

1. Hilangnya struktur gigi

2. Adanya retakan pada dentin dan hilangnya dukungan tulang alveolar

3. Desain preparasi yang buruk

4. Pemilihan bahan restorasi yang tidak tepat

5. Restorasi intracoronal yang tidak pas

6. Pemilihan gigi sandaran yang kurang tepat

7. Gigi dengan saluran akar yang lebar dan apeks yang terbuka

2.2.3 Predileksi

Fraktur akar vertikal paling sering terjadi pada gigi molar orang dewasa,

terutama gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar yang belum diresotrasi

full coverage (Pharoah and White, 2014).

2.2.4 Patofisiologi

Perkembangan fraktur vertikal akar ke ligamen periodontal menyebabkan

pertumbuhan jaringan lunak ke dalam rongga fraktur. Hal ini meningkatkan

pemisahan dari segmen-segmen akar. Kemudian bakteri masuk ke area fraktur

melalui sulkus gingiva, sehingga terjadi proses inflamasi pada jaringan

periodontal sekitarnya. Hal ini mengakibatkan rusaknya ligamen periodontal,

kehilangan tulang alveolar, dan pembentukan jaringan granulasi (Dhawan, Gupta

and Mittal, 2014).


7

2.3 Gambaran Radiografi dan Prinsip Interpretasi dari Radiografi


Fraktur Akar Vertikal

Biasanya, radiografi tidak dapat mengidentifikasi fraktur akar vertikal

pada stadium awal. Fraktur ini dapat diidentifikasi gdi kemudian waktu saat telah

terjadi osteitis, sehingga terlihat adanya pengurangan tulang alveolar, termasuk

resorpsi angular pada area servikal. Terlihat area radiolusen dengan bentuk ‘J’

sepanjang apeks hingga permukaan lateral akar. Akan tetapi, fraktur vertikal

biasanya baru diidentifikasi setelah dilakukan ekstraksi gigi, bedah flap, atau

pemisahan fragment secara radiografis (Mikrogeorgis et al., 2017).

2.4 Pemilihan Teknik Radiografi yang Tepat untuk Fraktur Akar


Vertikal

Terdapat berbagai macam teknik radiografi yang dapat dilakukan untuk

mendeteksi fraktur vertikal. Namun, yang paling sering digunakan pada praktik

klinis yaitu teknik periapikal dan CBCT (Mikrogeorgis et al., 2017).

Fraktur vertikal sering kali tidak terlihat pada teknik periapikal biasa, oleh

karena itu, dapat dilakukan teknik khusus, yaitu teknik DSR (Digital Subtraction

Radiography). DSR merupakan analisis radiografi yang dapat mendeteksi

perubahan radiografi yang kecil antara dua gambar radiografi yang baik dengan

cara menghilangkan gambar anatomi yang tidak mengalami perubahan

(Mikrogeorgis et al., 2017).

2.5 Diagnosis Banding Fraktur Akar Vertikal

Beberapa gambar yang superimpose dapat menirukan gambaran fraktur

akar, seperti fraktur prosessus alveolar; kanal neurovascular yang kecil; atau
8

struktur jaringan lunak seperti bibir, ala nasal, atau lipatan nasolabial (Pharoah

and White, 2014).


BAB III

LAPORAN KASUS

Diagnosis Fraktur Akar Vertikal dengan Teknik Radiografi Digital

Substraction pada Gigi yang Mendapatkan Perawatan Saluran Akar

3.1 Pendahuluan

Fraktur akar vertikal merupakan salah satu fraktur yang diketahui dapat

terjadi pada gigi. Fraktur akar vertikal memiliki orientasi vertikal yang

menyebakan diagnosis sulit untuk dilakukan. Fuss et al menyimpulkan bahwa

fraktur akar vertikal terjadi pada 10% gigi dengan perawatan saluran akar. Fraktur

akar vertikal diklasifikasikan menjadi fraktur akar complete dan incomplete sesuai

dengan persebaran dari fraktur terrsebut. Fraktur akar vertikal dapat disebabkan

oleh tekanan pada proses pengisian saluran akar, tekanan oklusal, restorasi yang

mengganjal, korosi, dan korosi juga diketahui menjadi salah satu penyebab dari

fraktur akar vertikal.

Indikator gejala klinis dan radiografi dari fraktur akar vertikal tidak

sepenuhnya menjadi ciri khas dari fraktur akar vertikal. Temuan klinis yang biasa

ditemukan adalah sensivitas pada tes perkusi dan pada saat menggigit,

pembengkakan yang terasosiasi dengan sinus, poket periodontal yang dalam, dan

sakit yang terlokalisir. Pada foto radiografi biasanya dapat terlihat daerah

radiolusen dengan bentuk “J” sepanjang apkes sampai permukaan lateral dari akar

gigi. Konfirmasi diagnosis fraktur akar vertikal dilakukan setelah ekstraksi gigi

atau dengan menggunakan teknik radiografi.

9
10

Terdapat beberapa teknik radiografi dalam bidang kedokteran gigi yang

dapat digunakan untuk mendeteksi fraktur akar vertikal, diantaranya teknik

Digital Periapical Radiography (DPR), Cone Beam Computed Toography

(CBCT), Micro Computed Tomography (micro-CT), Tuned Aperture Computed

Tomography (TACT), Optical Coherence Tomography (OCT), Local Computed

Tomography (LCT), Flat Panel Detector-based Volume CT (FD-VCT),

Multidetector Computed Tomography (MDCT), dan Digital Substraction

Radiography (DSR) . Pada kasus ini klinisi menggunakan teknik Digital

Substraction Radiography (DSR) menggunakan perangkat lunak EIKONA

subtraction Radiography untuk menilai kelayakan DSR untuk digunakan sebagai

alat diagnosis fraktur akar vertikal.

DSR adalah teknik analisis radiografi yang dapat mendeteksi perubahan

kecil dari 2 atau lebih foto radiografi dengan menghilangkan bagian anatomis

yang tidak berubah. Fungsi dari perangkat lunak ini berdasarkan dari dua atau

lebih gambaran radiografi yang diinput secara digital, kemudian ditentukan titik-

titik acuan oleh pengguna yang akan digunakan oleh aplikasi untuk mengkoreksi

distorsi geometris pada foto. Koreksi ini dilakukan agar foto-foto radiografis yang

diinput tersebut memiliki kesamaan posisi anatomis. Proses berikutnya yang

dilakukan adalah proses registrasi atau normalisasi foto, dengan menghilangkan

perbedaan kontras dan kecerahan foto. Proses terakhir dari DSR adalah proses

subtraksi dan superimposisi. Pada tahap ini area yang memiliki kesamaan

intensitas visual ditampilkan dengan warna abu-abu, tampilan warna putih

terdapat pada daerah yang lebih radiopak dari foto sebelumnya, sedangkan pada

daerah yang lebih radiolusen dari foto sebelumnya ditampilkan dengan warna
11

hitam. Penggunaan Contrast Enhancement Technique (Cet) dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan dalam membedakan latr belakan abu-abu yang

seragam. Penggunaan Pseudocolouring Techniques (PCt) digunakan untuk

menyeleksi area yang penting dalam proses diagnosis.

3.2 Laporan Kasus

Seorang wanita berumur 60 tahun datang dengan keluhan sakit ketika

mengigit makanan yang keras, sakit terjadi pada gigi 34 pasien yang pernah

dilakukan perawatan saluran akar 3 tahun yang lalu. Pemeriksaan klinis

menunjukkan adanya sakit ketika perkusi dan menggigit, pemeriksaan periodontal

menunjukkan kedalaman poket 9 mm. Pada analisis radiografi dengan

menggunakan DSR menunjukkan adanya daerah berwarna gelap pada permukaan

mesial akar sepanjang 2/3 panjang akar. Pasien dijadwalkan untuk dilakukan

ekstraksi.

Gambar 1. (a) Radiografi post perawatan endodontik. (b) 3 tahun kemudian, gambaran
radiolusen pada area mesial dan distal akar, garis fraktur tidak dapat terlihat. (c) hasil foto
dengan menggunakan tehnik DSR. Terdapat ga,baran gelap pada bagian akar mesial. (d)
Proses gambar dengan menggunakan CEt. (e) proses gambar dengan menggunakan PCt. (f)
penampakan fraktur akar verikal pada gigi setelah ekstraksi.

3.3 Diskusi

Diagnosis dari fraktur akar vertikal menjadi salah satu tantangan

dalam dunia endodontik. Akurasi diagnostik dengan menggunakan teknik


12

radiografi konvensional dipertanyakan karena kurangnya bukti. Deteksi dini dari

fraktur akar vertikal secepat mungkin penting dilakukan untuk mencegah adanya

kehilangan tulang lebih jauh.

Pada kasus ini, proses subtraksi menghasilkan adanya garis gelap

yang mengindikasikan adanya fraktur pada akar. Garis fraktur pada akar gigi

dapat terlihat setelah melewati beberapa proses dalam Digital Subtraction

Radiography (DSR). DSR pertama kali diperkenalkan pada bidang kedokteran

gigi sebagai alat yang digunakan untuk pemeriksaan periodontal. Alat ini

digunakan untuk mengidentifikasi adanya perubahan tulang periodontal yang

berguna dalam diagnosis penyakit periodontal. Studi lebih lanjut menemukan

bahwa DSR berguna dalam memantau proses peyembuhan lesi periapikal.

Grondahl et al mendemonstrasikan DSR sebagai alat untuk mendeteksi karies

sedini mungkin, sedangkan beberapa peneliti menemukan penggunaan DSR pada

bidang oral implantology. DSR juga dapat digunakan untuk mendiagnosis adanya

defek pada sendi temporomandibular. Andersen dan Wenzel menggunakan DSR

pada bidang forensik kedokteran gigi untuk membantu identifikasi korban.

Pada bidang endodontik, DSR digunakan untuk mengamati proses

penyembuhan dan mendeteksi perubahan kecil pada lesi periapikal. Studi in vitro

menunjukkan menyimpulkan bahwa DSR dapat digunakan pada diagnosis

resorpsi akar internal dan eksternal. Pada studi ex vivo, Querioz et al menemukan

bahwa DSR mempunyai akurasi untuk mendiagnosis fraktur akar vertikal.

Keuntungan penggunaaan DSR antara lain adalah penggunaan radiasi yang

rendah, biaya yang murah, dan perangkat yang diperlukan sederhana. Proses

subtraksi mudah dilakukan dan tidak memakan banyak waktu.


13

Meskipun begitu, DSR juga memiliki beberapa batasan seperti kebutuhan

karakteristik foto yang terdiri dari kecerahan, kontras, dan geometri harus relatif

sama, sehingga ini mungkin menimbulkan kesulitan pada prosedur klinisnya.

Keterbatasan lainnya adalah sulitnya memproduksi foto radiografi dengan kondisi

yang konstan. Keadaan foto yang superimpose dapat menimbulkan adanya

misdiagnosis pada penggunaan DSR.

3.4 Kesimpulan

DSR adalah tehnik yang dapat dipertimbangkan sebagai alat bantu dalam

mendiagnosis fraktur akar vertikal. Metode diagnosis konvensional penting

dilakukan dalam proses diagnosis fraktur akar vertikal, dan penggunaan metode

modern seperti DSR tidak dapat diabaikan karena efisiensi biaya dan radiasinya.
BAB IV

DISKUSI

4.1 Informasi Pasien

1. Identitas Pasien : Perempuan, 60 Tahun

2. Diagnosis : Fraktur akar vertikal

3. Keluhan Utama : Sakit ketika memakan makanan keras

4. Pemeriksaan Ekstraoral :-

5. Pemeriksaan Intraoral : Gigi 34 menunjukkan respon positif pada tes

perkusi. Ditemukan poket periodontal sedalam 9 mm disekitar akar bagian

mesial gigi.

6. Pemeriksaan Penunjang : Radiografi Periapikal Gigi 34. Penggunaan tehnik

DSR pada foto periapikal gigi 34 dengan melakukan subtraksi foto periapikal

gigi 34 terkini dan foto periapikal gigi 34 post perawatan endodontik.

Gambar 2. Radiografi yang telah diproses dengan DSR, Cet, dan PCt.

14
15

4.2 Interpretasi radiografi

 Mahkota : Gambaran abu-abu (radiografi mahkota sama

dengan foto radiografi sebelumnya)

 Akar : Jumlah 1 lurus, membengkok ke arah mesial pada

ujung akar, terdapat garis merah setelah diproses menggunakan PCt sepanjang

2/3 akar pada bagian mesial. Gambaran gelap (radiografi akar lebih radiolusen

daripada foto radiografi sebelumnya)

 Membran Periodontal : Gambaran gelap (radiografi membran periodontal

lebih radiolusen daripada foto radiografi sebelumnya)

 Lamina Dura : Gambaran gelap (radiografi lamina dura lebih

radiolusen daripada foto radiografi sebelumnya)

 Furkasi :-

 Puncak Tulang Alveolar : Gambaran abu-abu (radiografi puncak tulang

alveolar sama dengan foto radiografi sebelumnya)

 Periapikal : Gambaran abu-abu (radiografi periapikal sama

dengan foto radiografi sebelumnya)

 Kesan : Terdapat kelainan di akar, membran periodontal,

dan lamina dura

 Suspek Radiologis : Fraktur akar vertikal incomplete gigi 34

 Pembahasan : Dari laporan kasus tersebut pasien didiagnosis

Fraktur akar vertikal incomplete gigi. Hal tersebut ditandai dengan tanda dan

gejala klinis yang sesuai, yaitu adanya poket periodontal sedalam 9 mm dan

tes perkusi positif (+) pada gigi 34. Pemeriksaan radiografi pun menunjukkan

interpretasi yang sesuai dengan tinjauan pustaka, yaitu adanya gambaran


16

rediolusen pada akar berbentuk garis yang pada kasus ini nampak berwarna

merah setelah diproses dengan menggunakan Pseudocolouring Techniques

(PCt).
BAB V

SIMPULAN

Laporan kasus menunjukkan pasien didiagnosis mengalami fraktur akar

vertikal incomplete. Radiografi periapikal yang diproses menggunakan DSR

menunjukkan kelainan akar yang menunjukkan adanya gambaran fraktur akar

sepanjang 2/3 akar pada bagian mesial setelah diproses menggunakan PCt,

membran periodontal yang lebih radiolusen, dan lamina dura yang lebih

radiolusen, sehingga gigi disuspek mengalami fraktur akar vertikal incomplete.

Teknik radiografi yang tepat untuk menunjang diagnosa kasus tersebut

adalah teknik radiografi periapikal dengan proses analisis foto menggunakan

tehnik Digital Subtraction Radiography (DSR) . Diagnosis banding kasus adalah

fraktur prosessus alveolaris.

17
DAFTAR PUSTAKA

Dhawan, A., Gupta, S. & Mittal, R. 2014. Vertical root fractures: An update
review. Journal of Restorative Dentistry. 2(3): 107.
Mikrogeorgis, G. et al. 2017. Diagnosis of vertical root fractures in
endodontically treated teeth utilising Digital Subtraction Radiography: A
case series report. Australian Endodontic Journal. 3: 1-6.
Pharoah, M. J. & White, S. C. 2009. Oral Radiology: Principles and Interpretaion
6th ed. Missouri: Elsevier.
Pharoah, M. J. & White, S. C. 2014. Oral Radiology Principles and Interpretaion
7th ed. Missouri: Elsevier.

18

Anda mungkin juga menyukai