MAKALAH
disusun oleh:
WIANA ARIZTRIANI 160112170097
NOVRI FIRMANSYAH 160110130091
Dosen pembimbing:
drg. Farina Pramanik, MM. Sp. RKG
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR
penulisan makalah ini yaitu agar lebih mengetahui dan memahami cara
Apabila masih terdapat kesalahan, penulis bersedia menerima kritik dan saran
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur akar vertikal merupakan fraktur yang terjadi mulai dari mahkota
hingga apeks gigi, biasanya pada permukaan fasial dan lingual akar. Fraktur
vertikal biasanya terjadi pada gigi molar pada pasien dewasa. Fraktur vertikal bisa
diakibatkan oleh insersi baut retensi atau pin; gaya oklusal yang tinggi, terutama
pada gigi yang telah direstorasi; atau iatrogenik. Selain itu, gigi posterior yang
Penegakan diagnosis pada kasus ini cukup sulit, karena tanda-tanda klinis
tidak selalu menjadi ciri khas dari kasus ini, dan radiografi periapikal
konvensional sering kali tidak bisa dijadikan acuan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan teknik khusus untuk membantu menegakan diagnosis dari fraktur akar
1.2 Tujuan
akar vertikal
4. Mengetahui pemilihan teknik radiografi yang tepat untuk fraktur akar vertikal
1
2
vertikal
TINJAUAN PUSTAKA
Fraktur akar vertikal merupakan fraktur yang berjalan sepanjang akar gigi
dari batas mahkota hingga apeks. Biasanya, kedua sisi dari akar terlibat pada
kasus ini. Letak fraktur biasanya terjadi pada lingual atau fasial gigi anterior
maupun posterior. Fraktur ini paling sering terjadi pada gigi posterior orang
Tanda dan gejala klinis fraktur akar vertikal bervariasi, bergantung kepada
posisi fraktur, tipe gigi, lamanya waktu yang berlalu setelah fraktur terjadi,
kondisi periodontal gigi dan struktur tulang di sebelah gigi yang fraktur. Tanda
dan gejala ini sulit dideteksi saat pemeriksaan pasien, karena gejala-gejala tersebut
dapat mirip dengan diagnosis lainnya seperti masalah sinus, sakit kepala, atau
nyaman, bengkak pada jaringan lunak, rasa nyeri sedang atau berat, dan nyeri saat
menggigit. Pembengkakan biasanya luas dan berada pada tengah akar jika
3
4
2. Traktus sinus
gingiva, berbeda dengan gigi non-vital, di mana traktus sinus berada lebih ke
apikal.
3. Poket
Pada kasus fraktur vertikal, poket periodontal yang dalam, sempit,, dan
terisolasi biasa ditemukan. Selain itu, probing yang dalam pada salah satu sisi gigi
juga mengindikasikan adanya fraktur akar vertikal. Hal ini berbeda degnan
penyakit periodontal, di mana poket yang dalam biasanya terdapat hampir pada
sekeliling gigi.
Salah satu faktor predisposisi dari fraktur vertikal akar adalah akar yang
1. Anatomi akar yang rentan terhadap fraktur, yaitu akar dengan diameter mesio-
distal yang sempit, akar dengan kurvatur, akar dengan depresi pada akar
mandibular molar rahang bawah, dan akar bukal pada premolar rahang atas
fraktur setelah struktur gigi dikurangi saat preparasi saluran akar dan preparasi
dowel.
5
2. Hilangnya jaringan gigi yang sehat (kehilangan gigi akibat karies). Sisa
struktur gigi yang masih ada secara langsung memengaruhi gigi dalam
3. Hilangnya kelembaban pada gigi tanpa pulpa dapat menyebabkan gigi yang
4. Perubahan struktur pada gigi yang telah dirawat endodontik membuat gigi
Penyebab iatrogenik dari fraktur vertikal akar paling sering terjadi pada
saat prosedur perawatan saluran akar, antara lain ialah (Dhawan, Gupta and
Mittal, 2014):
Etiologi dari fraktur yang terjadi pada gigi yang tidak dirawat endodontik
yang besar dan repetitif. Selain itu etiologi lainnya dapat berupa (Dhawan, Gupta
7. Gigi dengan saluran akar yang lebar dan apeks yang terbuka
2.2.3 Predileksi
Fraktur akar vertikal paling sering terjadi pada gigi molar orang dewasa,
terutama gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar yang belum diresotrasi
2.2.4 Patofisiologi
pada stadium awal. Fraktur ini dapat diidentifikasi gdi kemudian waktu saat telah
resorpsi angular pada area servikal. Terlihat area radiolusen dengan bentuk ‘J’
sepanjang apeks hingga permukaan lateral akar. Akan tetapi, fraktur vertikal
biasanya baru diidentifikasi setelah dilakukan ekstraksi gigi, bedah flap, atau
mendeteksi fraktur vertikal. Namun, yang paling sering digunakan pada praktik
Fraktur vertikal sering kali tidak terlihat pada teknik periapikal biasa, oleh
karena itu, dapat dilakukan teknik khusus, yaitu teknik DSR (Digital Subtraction
perubahan radiografi yang kecil antara dua gambar radiografi yang baik dengan
akar, seperti fraktur prosessus alveolar; kanal neurovascular yang kecil; atau
8
struktur jaringan lunak seperti bibir, ala nasal, atau lipatan nasolabial (Pharoah
LAPORAN KASUS
3.1 Pendahuluan
Fraktur akar vertikal merupakan salah satu fraktur yang diketahui dapat
terjadi pada gigi. Fraktur akar vertikal memiliki orientasi vertikal yang
fraktur akar vertikal terjadi pada 10% gigi dengan perawatan saluran akar. Fraktur
akar vertikal diklasifikasikan menjadi fraktur akar complete dan incomplete sesuai
dengan persebaran dari fraktur terrsebut. Fraktur akar vertikal dapat disebabkan
oleh tekanan pada proses pengisian saluran akar, tekanan oklusal, restorasi yang
mengganjal, korosi, dan korosi juga diketahui menjadi salah satu penyebab dari
Indikator gejala klinis dan radiografi dari fraktur akar vertikal tidak
sepenuhnya menjadi ciri khas dari fraktur akar vertikal. Temuan klinis yang biasa
ditemukan adalah sensivitas pada tes perkusi dan pada saat menggigit,
pembengkakan yang terasosiasi dengan sinus, poket periodontal yang dalam, dan
sakit yang terlokalisir. Pada foto radiografi biasanya dapat terlihat daerah
radiolusen dengan bentuk “J” sepanjang apkes sampai permukaan lateral dari akar
gigi. Konfirmasi diagnosis fraktur akar vertikal dilakukan setelah ekstraksi gigi
9
10
kecil dari 2 atau lebih foto radiografi dengan menghilangkan bagian anatomis
yang tidak berubah. Fungsi dari perangkat lunak ini berdasarkan dari dua atau
lebih gambaran radiografi yang diinput secara digital, kemudian ditentukan titik-
titik acuan oleh pengguna yang akan digunakan oleh aplikasi untuk mengkoreksi
distorsi geometris pada foto. Koreksi ini dilakukan agar foto-foto radiografis yang
perbedaan kontras dan kecerahan foto. Proses terakhir dari DSR adalah proses
subtraksi dan superimposisi. Pada tahap ini area yang memiliki kesamaan
terdapat pada daerah yang lebih radiopak dari foto sebelumnya, sedangkan pada
daerah yang lebih radiolusen dari foto sebelumnya ditampilkan dengan warna
11
mengigit makanan yang keras, sakit terjadi pada gigi 34 pasien yang pernah
mesial akar sepanjang 2/3 panjang akar. Pasien dijadwalkan untuk dilakukan
ekstraksi.
Gambar 1. (a) Radiografi post perawatan endodontik. (b) 3 tahun kemudian, gambaran
radiolusen pada area mesial dan distal akar, garis fraktur tidak dapat terlihat. (c) hasil foto
dengan menggunakan tehnik DSR. Terdapat ga,baran gelap pada bagian akar mesial. (d)
Proses gambar dengan menggunakan CEt. (e) proses gambar dengan menggunakan PCt. (f)
penampakan fraktur akar verikal pada gigi setelah ekstraksi.
3.3 Diskusi
fraktur akar vertikal secepat mungkin penting dilakukan untuk mencegah adanya
yang mengindikasikan adanya fraktur pada akar. Garis fraktur pada akar gigi
gigi sebagai alat yang digunakan untuk pemeriksaan periodontal. Alat ini
bidang oral implantology. DSR juga dapat digunakan untuk mendiagnosis adanya
penyembuhan dan mendeteksi perubahan kecil pada lesi periapikal. Studi in vitro
resorpsi akar internal dan eksternal. Pada studi ex vivo, Querioz et al menemukan
rendah, biaya yang murah, dan perangkat yang diperlukan sederhana. Proses
karakteristik foto yang terdiri dari kecerahan, kontras, dan geometri harus relatif
3.4 Kesimpulan
DSR adalah tehnik yang dapat dipertimbangkan sebagai alat bantu dalam
dilakukan dalam proses diagnosis fraktur akar vertikal, dan penggunaan metode
modern seperti DSR tidak dapat diabaikan karena efisiensi biaya dan radiasinya.
BAB IV
DISKUSI
4. Pemeriksaan Ekstraoral :-
mesial gigi.
DSR pada foto periapikal gigi 34 dengan melakukan subtraksi foto periapikal
Gambar 2. Radiografi yang telah diproses dengan DSR, Cet, dan PCt.
14
15
ujung akar, terdapat garis merah setelah diproses menggunakan PCt sepanjang
2/3 akar pada bagian mesial. Gambaran gelap (radiografi akar lebih radiolusen
Furkasi :-
Fraktur akar vertikal incomplete gigi. Hal tersebut ditandai dengan tanda dan
gejala klinis yang sesuai, yaitu adanya poket periodontal sedalam 9 mm dan
tes perkusi positif (+) pada gigi 34. Pemeriksaan radiografi pun menunjukkan
rediolusen pada akar berbentuk garis yang pada kasus ini nampak berwarna
(PCt).
BAB V
SIMPULAN
sepanjang 2/3 akar pada bagian mesial setelah diproses menggunakan PCt,
membran periodontal yang lebih radiolusen, dan lamina dura yang lebih
17
DAFTAR PUSTAKA
Dhawan, A., Gupta, S. & Mittal, R. 2014. Vertical root fractures: An update
review. Journal of Restorative Dentistry. 2(3): 107.
Mikrogeorgis, G. et al. 2017. Diagnosis of vertical root fractures in
endodontically treated teeth utilising Digital Subtraction Radiography: A
case series report. Australian Endodontic Journal. 3: 1-6.
Pharoah, M. J. & White, S. C. 2009. Oral Radiology: Principles and Interpretaion
6th ed. Missouri: Elsevier.
Pharoah, M. J. & White, S. C. 2014. Oral Radiology Principles and Interpretaion
7th ed. Missouri: Elsevier.
18