Anda di halaman 1dari 6

4.

1 Tatalaksana Restorasi GigiSulung Posterior


4.1.1 Komposit
1. Definisi
Komposit adalah tipe dari resin sintetik yang digunakan dalam bidang
kedokteran gigi sebagai bahan restorative atau adhesive. Resin komposit memiliki
sifat tidak mudah larut, estetik yang baik, mudah dimanipulasi. Resin komposit terdiri
dari Bis-GMA, monomer dimethacrylate dan semen silica. .
2. Indikasi dan Kontraindikasi
ADA (American Dental Association) mendukung resin komposit digunakan
dalam :
1) Resin preventive pada pit dan fisur
Preventive resin restoration merupakan suatu prosedur klinik yang digunakan
untuk mengisolasi pit dan fisur dan sekaligus mencegah terjadinya karies pada
pit dan fisur dengan memakai tehnik etsa asam. Tehnik ini diperkenalkan
pertama kali oleh Simonsen pada tahun 1977, meliputi pelebaran daerah pit
dan fisur kemudian pembuangan email dan dentin yang telah terkena karies
sepanjang pit dan fisur. Tujuan dari restorasi pencegahan (resin preventive)
adalah untuk menghentikan proses karies awal yang terdapat pada pit dan
fisur, terutama pada gigi molar permanen yang memiliki pit dan fisur,
seklaigus melakukan tindakan pencegahan terhadap karies pada pit dan fisur
yang belum terkena karies pada gigi yang sama. Pit dan fisur yang dalam dan
sempit atau pit dan fisur yang memiliki bentuk seperti leher botol, secara
klinis merupakan daerah yang sangat mudah terserang karies, karena sewaktu

gigi disikat bagian dalam pit dan fisur tidak dapat dijangkau oleh bulu sikat
gigi menyerupai warna gigi, tidak larut dalam cairan mulut, dan kemampuannya
berikatan dengan gigi secara mikromekanis.
2) Restorasi pada pasien yang alergi atau sensitivitas terhadap logam
Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam
yang terkandung dalam bahan tambal seperti amalgam. Selain itu, beberapa
waktu setelah penambalan, pasien seringkali mengeluhkan rasa sensitif
terhadap rangsang panas atau dingin.
3) Sebagai prosedur estetis tambahan:
a. Partial veneers
b. Full veneers
c. Modifikasi kontur gigi
d. Penutup diastema
4) Periodontal splinting
5) Lesi interproksimal (klas III) pada gigi anterior
6) Lesi oklusal dan interproksimal gigi posterior (klas I dan II) dengan
Keterbatasan.
ADA tidak mendukung penggunaan komposit (kontraindikasi) pada gigi dengan:
1) Tekanan oklusal yang besar
Jika semua kontak oklusi terletak pada bahan restorasi maka resin komposit
sebaiknya tidak digunakan. Hal ini karena resin komposit mempunyai
kekuatan menahan tekanan oklusi lebih rendah dibandingkan amalgam.
Tumpatan menggunakan komposit pada gigi posterior akan cepat rusak pada

pasien dengan tenaga pengunyahan yang besar atau bruxism.


2) Tempat atau area yang diisolasi
Resin komposit tidak dianjurkan untuk diaplikasikan pada dinding kavitas
yang hanya terdapat sedikit, atau sama sekali tidak ada email. Lalu, pada
penggunaan bahan restorasi resin komposit, daerah operasi harus sama sekali
terbebas dari kontaminasi cairan seperti saliva atau darah.

3. Klasifikasi Resin Komposit


1) Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Polimerisasi
a. Resin komposit diaktivasi kimia
Resin ini disebut juga resin komposit self-cured, yang terdiri dari dua pasta.
Salah satu pasta berisi inisiator benzoyl peroxide dan pasta lainnya berisi activator
tertiary amine. Kedua bahan tersebut dicampur sekitar 20-30 detik, maka amine akan
bereaksi dengan benzoyl peroxide dan membentuk radikal bebas sehingga mekanisme
pengerasan dimulai.2,3,7,16
b. Resin komposit diaktivasi oleh sinar
Bahan resin komposit yang dipolimerisasi dengan sinar dipasarkan dalam bentuk
suatu pasta dalam sebuah tube.3 Resin ini merupakan tipe resin komposit paling
sering digunakan pada praktek/ klinik dokter gigi. Resin ini mudah dimanipulasi
karena mengeras bila sudah diaplikasikan sinar (working time dapat dikontrol). Blue
light memiliki panjang gelombang sekitar 468 nanometer (nm) sebagai aktivasi setiap
inisiator (camphoroquinone) dan akan bereaksi dengan accelerator (amine organik).
Bila tidak di curing dengan blue light, maka kedua komponen ini tidak bereaksi.2,7

c. Resin komposit dual-cured


Resin ini merupakan sistem dua pasta, yang mengandung inisiator dan
aktivator cahaya dan kimia. Keuntungannya ketika dua pasta dicampur dan
ditempatkan, lalu di curing dengan light cure unit sebagai reaksi pengerasan awal
kemudian secara kimia akan melanjutkan reaksi pengerasan pada bagian yang tidak
terkena sinar sehingga pengerasan sempurna.

2) Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Viskositas


a. Resin komposit packable
Resin komposit ini memilik viskositas yang tinggi. Resin ini memiliki filler
70% volume. Komposisi filler yang tinggi menyebabkan peningkatan viskositas resin
komposit sehingga resin komposit ini menjadi kental dan sulit mengisi celah kavitas
yang kecil. Sebaliknya, dengan semakin besarnya komposisi filler akan dapat
mengurangi pengerutan selama polimerisasi.
b. Resin komposit Flowable
Resin komposit flowable memiliki viskositas/ kekentalan yang rendah.
Komposisi filler yang rendah dan kemampuan flow yang tinggi sehingga dapat
dengan mudah mengisi atau menutup kavitas kecil.

4. Prosedur
1. Menentukan outline form.
2. Memperluas kavitas sampai jaringan gigi yang sehat, resistance form.
3. Membangun retention form berupa dovetail, atau undercut.
4. Membentuk kavitas untuk memudahkan bekerja, convinience form.
5. Membulatkan tepi kavitas guna meminimalkan kebocoran tepi, beveling.
6. Membersihkan kavitas, toilet of cavity.

5. Sifat
1. Kelebihan:
1) Eliminasi merkuri
2) Estetik
3) Menurunkan rangsangan termal terhadap pulpa
4) Cukup ekonomis
5) Color-matching
6) Memiliki kemampuan untuk berikatan dengan dinding kavitas yang
dipreparasi
7) Tahan lama
2. Kerugian:
1) Lebih abrasive
2) Memungkinkan untuk membuka kontak proksimal
3) Memunculkan porus mikroskopis yang dapat menyebabkan karies rekuren
4) Tidak banyak resin komposit yang memiliki sifat radioopak
5) Membutuhkan proteksi pulpa
6) Mengalami shrinkage selama polimerisasi, mempengaruhi adaptasi marginal
3. Permasalahan
1) Resin komposit merupakan bahan yang tidak dapat dipadatkan seperti
amalgam, sehingga terbukanya kontak interproksimal sering terjadi
2) Defek dan porus makroskopis dapat terjadi
3) Pada gigi permanen dapat terjadi sensitifitas post-operative
4) Bonding agent yang berlebih menimbulkan radiolusensi

Dapus
Anusavice, J.K: Phillip's Science of Dental Materials.
Repositori FKG USU Bagian Pedodonsia

Anda mungkin juga menyukai