PROPOSAL TESIS
NIM : 22040918310007
Spesialis Radiologi
i
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh :
David Gerry Simatupang
NIM : 22040918310007
Pembimbing I
Mengetahui,
Ketua Program Studi Radiologi PPDS I FK UNDIP
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
I. PENDAHULUAN 1
iii
4.4 Populasi dan Sampel Penelitian 24
4.5 Definisi Operasional, Skala Pengukuran Dan Variabel Penelitian 27
4.6 Variabel Penelitian 27
4.7 Metode Pengumpulan Data 27
4.8 Alur Penelitian 29
4.9 Pengolahan dan Analisis Data 30
4.10 Etika Penelitian 30
4.11 Jadwal Penelitian 31
V. DAFTAR PUSTAKA 32
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
terhitung sekitar 37,6% dari jenisnya dan diperkirakan 50% dari semua tumor
jinak otak. Meningioma berasal dari lapisan meningeal pada otak maupun
terapi pengganti hormon, penggunaan pil kontrasepsi oral dan tumor payudara
Organization (WHO) yaitu grade I (typical), grade II (atipikal) dan grade III
rutin. Sedangkan untuk tumor dengan pertumbuhan cepat, ukuran tumor yang
1
Baku emas pemeriksaan radiologis untuk mendiagnosis meningioma
grade tumor sehingga diperlukan teknik MRI yang lebih canggih yang dapat
membedakan meningioma ganas dan jinak. MRI memiliki teknik canggih yang
pemeriksaan yang non invasif tanpa menggunakan kontras, salah satu nya
adalah Nilai Tumor Blood Flow (TBF). TBF adalah salah satu parameter untuk
penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi hal ini. Yu-Fang Wang, dkk,
mendapatkan relative tumor blood flow (rTBF) dan relative cerebral blood flow
(rCBF) lebih tinggi pada kasus tumor otak high-grade dibandingkan low-grade.
2
tumor sementara penurunan TBF sebagai respon tumor.5,6
meningioma?
meningioma
pada meningioma
pada meningioma
3
b. Sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut dalam
Kariadi Semarang
Kariadi Semarang
berkaitan dengan nilai TBF untuk menentukan tipe low dan high grade
meningioma.
4
Tabel 1. Penelitian terdahulu
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
terhitung sekitar 37,6% dari jenisnya dan diperkirakan 50% dari semua tumor
jinak otak, berasal dari lapisan meningeal pada otak maupun spinal cord. Tumor
penggunaan pil kontrasepsi oral dan tumor payudara dapat meningkatkan resiko
kehamilan dan fase luteal dari siklus menstruasi. Peningkatan insiden pada
6
2.2 Epidemiologi meningioma
Insiden diseluruh dunia mengenai tumor primer otak pada tahun 2015
diperkirakan mencapai 10,82 per 100.000 orang per tahun. Antara tahun 2010
dan 2014, insiden sekitar 8,3 per 100.000 orang, yang mana telah terjadi
peningkatan. Rata-rata usia yaitu 66 tahun, dengan rasio wanita terhadap pria
2,3 : 1. Peningkatan terjadi pada orang afrika amerika dengan rasio wanita
tumor primer system nervus sentral dan 50% dari semua tumor primer jinak
100.000 orang per tahun. Prevalensi di amerika adalah 97,5 dari 100.000 orang
insiden 37,75 per 100.000 orang pada kelompok usia 75 hingga 84 tahun.
Sedangkan pada anak-anak, 0,14 per 100.000 orang dari usia 0 hingga 19 tahun.
atau grade 2 dan 1,7% nya adalah anaplastic atau grade 3 meningioma. Tingkat
rekurensi dilaporkan pada meningioma dengan grade yang lebih tinggi. Pada
7
grade 3, tingkat rekurensinya sekitar 50-94%. Sedangkan grade 1 dan 2, tingkat
hormon, kelainan genetik dan riwayat keluarga. Orang-orang dengan mutasi gen
Paparan radiasi dosis tinggi merupakan faktor risiko meningioma, namun jenis
dan kisaran dosis radiasinya masih merupakan kontroversi karena belum banyak
diteliti. Tumor ini lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria,
kontroversi.9,10
8
Gen NF 2 mengkode tumor suppresor merlin. Analisis asam amino
ERM yaitu exrin, radixin dan moesin yang menghubungkan integritas membran
memiliki peran penting dalam mengontrol pertumbuhan dan motilitas sel. Oleh
karena adanya kemiripan antara merlin dan protein ERM, merlin terlibat dalam
factors seperti epidermal growth factor (EGF), platelet derived growth factor
progesteron dan estrogen. EGF dan PDGF telah terbukti merangsang proliferasi
sel dan sintesis DNA pada meningioma. Vascular endothelial growth factor
plasma tanpa menyebabkan cedera sel endotel, degranulasi sel mast, atau respon
neoplasma sistem saraf ganas atau jinak berhubungan dengan derajat vaskular
tumor dan luas edema vasogenik peritumoral. Bentuk ekspresi dari VEGF dan
9
reseptornya pada tumor otak mengindikasikan bahwa VEGF memiliki peran
pria. Banyak studi yang dilakukan untuk mengetahui peran hormon seks dalam
pertumbuhan meningioma namun hingga saat ini belum ada mekanisme pasti.
fase luteal siklus menstruasi dan pada pasien dengan kanker payudara.
81% wanita, 40% pria dengan meningioma serta pada sebagian kecil sel
arachnoid normal.11,12,13,14
muncul pada ekstrakranial seperti pada medula spinalis, orbita, cavum nasi,
10
Secara umum WHO membagi meningioma menjadi 3 kelompok mayor
histologis dan jarang dengan gambaran anaplastic yang dapat terlihat pada
11
psammoma bodies. Hiperostosis tulang yang berdekatan dengan tumor kadang-
subtype pada grade ini yaitu sel atypical, clear cell dan sel choroid. Meningioma
metastasis jauh yang tinggi. Aktifitas mitosis yang tinggi yang mengindikasikan
lesi grade 3. Variasi histologi subtype ini termasuk papillary dan rhabdoid.1
apapun atau terdeteksi pada saat pasien melakukan scan kepala untuk keluhan
yang tidak terkait dengan kasus ini. Gejala klinis muncul tergantung dengan
ukuran dan lokasi tumor. Beberapa gejala klinis meningioma adalah nyeri
12
• Falx dan parasagittal : penurunan fungsi otak seperti pertimbangan dan
memori. Jika lokasi tumor berada pada bagian tengah, gejala kelemahan
2.7 Magnetic resonance imaging (MRI) dan arterial sign labelling magnetic
resonance
keterlibatan sinus venosus dan juga dapat menemukan lesi kistik pada
menunjukkan invaginasi tumor pada parenkim otak. Pada MRI kepala tanpa
kontras, meningioma biasanya terlihat sebagai lesi hipointens pada T1WI dan
13
hiperintens pada T2WI. Beberapa meningioma dapat terlihat sebagai lesi
isointens pada MRI kepala tanpa kontras. Tanda lain yang dapat terlihat yaitu
celah pada vaskular dari cairan cerebro spinal. Celah ini adalah sebuah
vasogenik dapat juga terlihat. Edema cerebri biasanya muncul karena disrupsi
dengan hiperintesitas pada T2WI, namun belum ada penyebab pasti edema
termasuk hilangnya lapisan arachnoid pada MRI kepala, peningkatan level dari
antigen labeling index Ki-67 maupun tepi tumor yang ireguler. Faktor lain
termasuk pelepasan vascular endothelial growth factor oleh sel tumor, yang
edema.1,17,18
White matter buckling sign adalah satu dari gambaran yang berguna
untuk menyingkirkan lesi ekstraaksial dari lesi intraaksial. Gambaran ini dapat
terlihat pada CT scan kepala maupun MRI kepala dan ditunjukkan dengan
14
kompresi ke dalam atau tekukan dari white matter, preservasi dari grey-white
matter junction bahkan dengan kemunculan edema. White matter buckling sign
meningioma. 1,17,18
adalah ginkgo leaf sign. Tanda ini lebih baik terlihat pada MRI otak dengan
kontras pada T1WI. Gambaran daun tersebut yang mewakili spinal cord
terdistorsi dan terdesak menuju satu sisi dari meningioma dengan sebuah garis
15
Gambar 1. Gambaran meningioma pada pemeriksaan CT scan dan MRI. (A,B) CT scan
tanpa kontras dan MRI sekuens T1WI dengan kontras memperlihatkan meningioma grade 1
dengan hiperostosis. (C,D) Meningioma grade 3 dengan erosi litik yang merupakan invasi
tumor pada tulang15
Gambar 2. Gambaran cleft CSF dan dural tail. (A) CT scan kepala tanpa kontras
menunjukkan massa hipodens ekstra aksial dengan CSF cleft diantara massa dan lobus frontal
kanan (panah). (B) MRI T2WI menunjukkan massa dengan sinyal hiperintens dengan CSF
cleft (panah). (C) potongan axial dan (D) coronal T1WI dengan kontras menunjukkan adanya
enhancement pada masa dan dural tail (panah)15
16
Penegakan diagnosis meningioma dilakukan dengan melihat
maligna tidak bisa dilakukan hanya dari sekuens MRI konvensional. MRI
cakupan luas dari perhitungan kuantitatif dan kualitatif dari aliran darah dan
hemodinamik termasuk volume darah, blood velocities dan waktu transit darah.4
primer untuk menilai perfusi cerebral pada opsi klinis. DSC bergantung pada
perhitungan dari penurunan sinyal T2WI maupun T2*WI pada bagian pertama
Arterial spin labeling (ASL) adalah tehnik MRI non-ionisasi dan non-
invasif untuk menilai perfusi jaringan, yang menggunakan proton air pada darah
arteri yang terlabel secara magnetis sebagai pelacak endogen. Keuntungan ini
yang membuat ASL sangat cocok untuk studi perfusi untuk individu yang sehat,
pasien dengan insufiensi renal dan yang membutuhkan follow up berulang. Hal
ini juga metode yang baik untuk studi perfusi pada populasi pediatrik yang
17
yaitu ASL dapat dihitung. Kuantitas perfusi mutlak dapat menilai adanya
yang non invasif dan non-pengion. Istilah perfusi adalah transportasi darah
menuju kapiler dan ruang interstisial pada otak, yang dapat dihitung dengan
kuantitas darah per unit waktu, per unit volume atau massa jaringan yang di
jaringan per unit waktu sebagai cerebral blood flow (CBF) dan dihitung sebagai
mililiter dari darah per 100 g jaringan per menit (ml/100g/min). Nilai normal
rendah pada white matter ± 20 ml/100gram/min dan nilai yang lebih tinggi pada
Tumor yang hipoperfusi pada ASL sering kali kistik atau tumor yang
tumor termasuk yang hipoperfusi dan low-grade. Pertama kali harus dipastikan
bahwa tumor tersebut memiliki perdarahan, jika itu kistik atau mengandung
kalsifikasi, jika terdapat hal tersebut, sinyal ASL dapat terlihat rendah. Jika
menyebabkan defek perfusi yang besar yang menutupi massa rekurens maupun
sentral nekrosis. Cerebral blood flow (CBF) pada area nekrosis ini secara
18
karakteristik rendah sinyal, tetapi tipikal lingkar disekitar nekrosis hiperperfusi
atau mirip dengan gray matter. Oleh karena itu, saat menghitung rata-rata
perfusi dari tumor dengan ASL, sangat penting untuk mengetahui komposis dari
memiliki perfusi yang tinggi. Lesi metastasis yang solid cenderung hiperperfusi,
predictive value yang relatif tinggi dalam mendiagnosis neoplasma dan non
tumor yang high-grade dari infeksi atau abses, karakteristik perfusi dari lesi
sangat ganas, tetapi perfusi tampak rendah, lesi mungkin mengandung beberapa
artifaktual, atau jika tidak ada faktor teknis perancu yang diidentifikasi, sifat lesi
19
Tabel 3. Temporal bone, jugular foramen and cerebellopontine angle lesions21
20
Gambar 3.Axial T1WI post-contrast MRI (a) Menunjukkan lesi dengan kontras
enhance yang homogen pada CPA kiri, sesuai dengan lesi yang berwarna merah pada
peta CBF (b) CBF juga dihitung dengan ukuran ROI yang sama pada cerebellar
hemisfer. Peta CBF menunjukkan lesi hipervascular yang tinggi (paragangglioma)
dengan nilai TBF yaitu 750,2 ml/100 g/min21
21
BAB III
• Usia
• Jenis kelamin
• Mutasi
kromosom 22q12
• Kadar epidermal Meningioma
growth factor
(EGF)
• Kadar platelet
derived growth
factor (PDGF)
• Kadar vascular Magnetic Resonance Imaging
endothelial
growth factor
(VEGF)
Meningioma Meningioma
Grade I/Benign Grade II/Atypical
Grade III/Malignant
Meningioma Meningioma
Grade I/Benign Grade II/Atypical
Grade III/Malignant
Gambar 5. Kerangka konsep
22
3.3 Hipotesis Mayor
Semarang
23
BAB IV
METODE PENELITIAN
24
4.4.1.2 Populasi terjangkau
Kariadi Semarang
rumus besar sampel untuk uji diagnostik terhadap rerata dua populasi
2
n1=n2 =2 (Zα+ Zβ)*S
(X1−X2)
0.11
n = 17,16 → 18
25
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah : 18
26
4.5 Definisi Operasional, Skala Pengukuran dan Variabel Penelitian
1. Nilai TBF
4.7.1 Alat
27
parameter nilai TBF
dilakukan clone pada semua serial. Satu buah ROI lainnya dibuat
dengan ukuran yang sama pada mid cerebellum sebagai batas nilai
28
4.8 Alur Penelitian
Pasien tumor intracranial usia
20-60 di RSUP Dr.Kariadi
Pemeriksaan magnetic
resonance imaging (MRI)
Kriteria ekslusi
Pemeriksaan arterial sign Nilai tumor blood
labelling magnetic resonance flow (TBF)
(ASL MR)
Pemeriksaan histologi
Penyusunan laporan
29
4.9 Pengolahan dan Analisis Data
Data penelitian dicatat pada formulir penelitian yang telah dipersiapkan.
Dilakukan analisis dan pengolahan data setelah data terkumpul. Nilai TBF yang
spesifisitas pemeriksaan. Dari analisis kurva ROC didapatkan nilai area under
30
dimintakan dari peserta tertulis. Pasien sebelumnya telah diberi penjelasan
31
DAFTAR PUSTAKA
32809373.
PMC6373228.
31578671.
32
Ellingson BM, Pope WB. Application of arterial spin labeling perfusion
6. Jain, R., & Essig, M. (Eds.). (2016). 6 Perfusion imaging arterial spin
7. Shao C, Bai LP, Qi ZY, Hui GZ, Wang Z. Overweight, obesity and
PMC3935973.
8. Holleczek, B., Zampella, D., Urbschat, S., Sahm, F., von Deimling, A.,
Semin Neurosurg.
33
10. Wiemels J, Wrensch M, Claus EB. Epidemiology and etiology of
PMCID: PMC2945461.
Neurosurg. 2003;14(3):169-185.
14. Haaga JR; Kieffer SA; Brace JR. Haga CT and MRI of the Whole Body-
2008:99- 101.
16. https://www.aans.org/Patients/Neurosurgical-Conditions-and-
Treatments/Meningiomas
34
17. Kimura H, Takeuchi H, Koshimoto Y, Arishima H, Uematsu H,
PMID: 16418363.
19. Pollock JM, Tan H, Kraft RA, Whitlow CT, Burdette JH, Maldjian JA.
PMCID: PMC4914489.
35
21. Geerts, B., Leclercq, D., Tezenas du Montcel, S. et al. Characterization
https://doi.org/10.1007/s00062-017-0623-7
36