Anda di halaman 1dari 40

MANAJEMEN AIRWAY SECARA

KOMPREHENSIF PADA PASIEN


DENGAN TRAUMA
MAKSILOFASIAL
Rudy Kartono

Oleh:

0710710014

Pembimbing:
Dr. dr. Hari Bagianto, Sp.An, K-IC, K-MN

Pendahuluan
Manajemen

jalan napas pada trauma


maksilofasial sulit dilakukan trauma
pada jalur intubasi
Truma maksilofasil memberikan tantangan
untuk manajemen airway saat di
UGD,operasi dan pasca operasi

Etiologi

Manajemen Airway Secara


Komprehensif

Manajemen Airway Di UGD

Saat ini telah banyak berbagai macam metode


manajemen jalan napas pada trauma maksilofasial.di
antaranya :
Rapid Sequence Induction
Manual Inline Stabilization
Intubasi orotrakeal dengan laringoskop direk
Ketiga metode di atas sudah teruji keberhasilannya dan
aman untuk digunakan

Sebelum

melakukan manajemen airway,pasien


trauma maksilofasial perlu dicurigai adanya
trauma cervical spine perlu stabilisasi spine
Pasien sadar dengan perdarahan yang hebat
sulit untuk distabilisasi servikalnyadipasang
cervical collar yang semirigid

Manuver Manual Inline


Stabilization

Intubasi Orotrakeal dengan


Laringoskop Direk
Teknik

ini mayoritas masih digunakan pada trauma


maksilofasial
Saat melakukan intubasi dengan laringoskop,visualisasi
dapat dipertajamdapat dengan cara :
- Penekanan terhadap kartilago krikoid
- Gum elastic bougie
- Video laringoskop ,seperti glideScope
(Verathon,Inc.,Bothell,WA)

Gum elastic Bougie

Glidescope Video Laryngoscope

10

Bronkoskopi fiberoptik
Alat

ini dilengkapi dengan


fiberoptik,lubang untuk suction dan injeksi
obat anastesi lokal
Alat ini didesain untuk memberikan
visualisasi saat intubasi melalui nasal
Dapat digunakan untuk pasien dengan
fraktur mandibula dengan basis cranii

11

Bronkoskopi fiberoptik yang ditempel ETT

12

Laryngeal Mask Airway (LMA)


LMA

Alat yang dimasukkan dalam


mulut dan memiliki cuff yang menutupi
hipofaring mencegah aspirasi
perdarahan dari kepala
Mudah digunakan untuk mengatasi
gangguan jalan napas dengan cepat

13

LMA
14

Intubating Laryngeal Mask Airway


ILMA

sama dengan LMA tetapi alat ini


memiliki lubang yang dapat dimasukkan
ETT membantu pemasangan ETT jika
gagal dengan laringoskop

15

Intubating Laryngeal Mask Airway


16

Esophageal/Tracheal Combination
(ETC)
Alat

ini memiliki lumen dan balon ganda


yang dimasukkan ke dalam esofagus
Balon kecil di distal dapat menutup
esofagusmencegah aspirasi lambung
Balon besar menutupi orofaring dan
memungkinkan ventilasi melalui lubang di
antara 2 balon

17

ETC

berbeda dengan ILMA karena alat ini


tidak dapat dimasukkan ETT sehingga
perlu dilepas bila ingin memasang ETT

18

Esophageal/Tracheal Combitube
19

Lighted Stylet
Alat

ini dilengkapi lampu di ujungnya


Alat ini juga membengkok 90 120
sepanjang 3-6 cm di di bagian distalnya
mudah dimasukkan dalam hipofaring
Berguna untuk intubasi nasotrakeal dan
intubasi pasien trauma maksilofasial
dengan immobilisasi servikal

20

Penempatan stylet yang benar


akan memberikan gambaran
traniluminasi pada pertengahan
hyoid

Lighted Stylet

21

Intubasi Retrograde

22

Krikotiroidotomi
Jika

semua metode intubasi atau ventilasi


yang telah dilakukan gagal dapat
dilakukan krikotiroidotomi
Krikotiroidotomi lebih banyak digunakan
karena tekniknya lebih mudah
dibandingkan trakeostomi

23

Indikasi

fraktur servikal,muntah yang


berlebihan atau perdarahan banyak,dan
kesulitan untuk melihat plica vokalis
Kontraindikasi pasien pediatric dan
separasi laringotrakea

24

25

Intraoperative Airway
Management
Saat

melakukan pembedahan pada


wajah,jalur pemasangan ETT menganggu
proses pembedahan dibutuhkan
metode pemasangan ETT yang tidak
menganggu proses pembedahan

26

Saat

ini,metode yang paling aman


digunakan dan tidak mengganggu proses
pembedahan antara lain : curved
nasotracheal tubes, intubasi retromolar
atau intubasi submental

27

Curved Nasotracheal Tube


Pada pasien yang difiksasi maksilomandibulanya tidak
dapat dilakukan intubasi lewat oral di intubasi lewat
hidung
Tube yang dipasang dihidungmenganggu lapangan
operasitube dapat dibengkokkan atau menggunakan
konektor yang bengkok dan difiksasi di dahi agar
mengurangi masuknya tube pada lapangan operasi

28

Curved Endotracheal tube Connector

29

Modified Nasal trumpet (MNT)


MNT

didesain agar dapat dimasukkan konektor


tube trakea universal berukuran 15 mm (ukuran
dewasa 28-34 Fr)
Berguna untuk manajemen airway yang sulit
Dapat digunakan bersama intubasi nasal/oral
dengan fiberoptik,dan juga memungkinkan untuk
suction

30

31

Split Naso-Pharingeal Airway


(SNPA)
Di

desain untuk membantu intubasi nasal dengan


fiberoptik
Alat ini dibuat dengan memotong soft rubber
secara longitudinal

32

Intubasi Submental
Dapat

digunakan pada pasien dengan


fraktur maksilomandibula dengan NOE
(naso orbital ethmoidalis) yang tidak
memungkinkan dilakukan intubasi
nasotrakeal karena menganggu proses
pembedahan

33

34

Intubasi retromolar
Intubasi

retromolar juga dapat digunakan


selama pembedahan maksilofasial
Metode ini lebih cocok untuk anak-anak
(karena M3 belum ada) sedangkan untuk
dewasa sudah tidak digunakan lagi karena
dapat menambah morbiditas (perlu
pencabutan gigi M3)

35

Postoperative Airway Management


Pasien

pasca operasi wajah berisiko


untuk obstruksi jalan napas karena edema
pasca operasiperlu monitoring dan bila
perlu dapat diberikan steroid

36

Jika

pasien pasca operasi membutuhkan


reintubasiExchange catheter pediatric
dapat digunakan untuk mempermudah
proses reintubasi pasca operasi

37

Penggunaan Exchange Catheter Pediatric

38

Kesimpulan
Manajemen

pasien dengan trauma maksilofasial


lebih sulit karena disertai cedera pada jalan
napas
Saat ini,sudah terdapat banyak metode untuk
membebaskan jalan napas dan intervensinya
bergantung pada ada tidaknya instrumentasi dan
pengalaman dari dokter sendiri

39

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai