TESIS
TESIS
Pembimbing:
dr. Agi Satria Putranto, SpB(K)BD
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME, karena atas berkat dan rahmatNya,
saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Spesialis Bedah pada Program
Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Saya yakin bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
tidak mungkin saya dapat menyelesaikan tesis ini. Saya mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Kedua orang tua, istri, saudara kandung, dan teman seperjuangan saya
2. dr. Agi Satria Putranto, SpB(K)BD selaku pembimbing akademik yang selalu
menyemangati saya serta meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
mengarahkan penyusunan tesis ini.
3. dr. Retno Asti W, M.Epid selaku pembimbing statistik
4. Dr. dr. Yefta Moenadjat, SpBP(K) selaku Koordinator Penelitian, serta
sekretaris Koordinator Penelitian Dina Dwi Mulia.
5. Dr. dr. Toar JM Lalisang, SpB(K)BD selaku Kepala Departemen Ilmu Bedah
FKUI-RSCM
6. dr. Riana S Tamba SpB, SpBA selaku Ketua Program Studi Ilmu Bedah FKUI-
RSCM
Akhir kata, semoga Tuhan YME membalas kebaikan semua pihak yang telah
membantu. Semoga penelitian ini membawa manfaat dalam pengembangan ilmu
dan pelayanan di bidang ilmu bedah terutama bedah digestif.
Penulis
v Universitas Indonesia
vi Universitas Indonesia
ix Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
Belum pernah ada evaluasi dan data mengenai angka kejadian komplikasi
pasca tindakan kolostomi serta faktor-faktor yang berhubungan sehingga angka
kejadian komplikasi pasca tindakan kolostomi serta faktor-faktor yang
berhubungan di RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 2012 – 2014 yang saat ini
belum tercatat dibutuhkan sebagai bahan evaluasi tindakan kolostomi.
1.3 Hipotesis
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Stoma [berasal dari bahasa Yunani: mouth / mulut] atau ostomy adalah
muara alami atau buatan (melalui prosedur bedah) yang menghubungkan suatu
rongga atau bagian tubuh tertentu dengan dunia luar. Stoma intestinal adalah stoma
yang dibuat (melalui prosedur bedah) pada intestin (baik usus besar, maupun usus
halus) yang memungkinkan diversi feses dan gas keluar melalui muara yang
ditempatkan di dinding anterior abdomen karena feses tidak dapat keluar secara
alami oleh karena berbagai kondisi atau penyakit yang menyebabkan gangguan
pada sistem gastrointestinal. Berdasarkan hal ini, maka stoma disebut juga sebagai
anus praetor naturalis.6
Jenis-jenis stoma intestinal dapat dibagi berdasarkan waktu pembuatannya
yaitu stoma yang bersifat hanya untuk sementara dan stoma yang dibuat secara
permanen. Sedangkan berdasarkan indikasi pembuatan stoma dapat dibagi sebagai
stoma pengalihan atau diverting stoma bertujuan untuk mengistirahatkan usus besar
yang sakit, melindungi anastomosis distal atau mengatasi obstruksi usus, dan stoma
yang diindikasikan bukan sebagai pengalihan namun digunakan secara permanen
sebagai pengganti fungsi anus atau digunakan pada kasus yang disertai dengan
reseksi usus besar bagian distal ketika anastomosis primer tidak dianjurkan.
Contohnya, kontaminasi fekal sangat banyak atau materi terinfeksi lainnya, ketika
adanya keraguan suplai darah yang mempengaruhi usus besar atau jika anastomosis
primer tidak memungkinkan.7,8
Berdasarkan jenis tindakannya terdapat dua tipe stoma intestinal, loop dan
end stoma. Loop stoma, double-barrelled stoma, dibentuk dengan membawa
sebuah loop dari usus besar ke permukaan kulit dan membuat bukaan proksimal
dan distal pada dinding perut. Aliran fekal terjadi melalui bukaan proksimal menuju
kantong stoma. Bagian akhir distal memudahkan stoma ditutup kembali suatu saat
nanti bila diperlukan, yaitu dengan menggerakan satu loop usus besar, re-
5
Universitas Indonesia
anastomosis kedua bagian ujung usus besar, mengembalikan usus besar ke dalam
perut kemudian menutup stoma. Tipe loop stoma termasuk loop colostomy,
transverse dan sigmoid loop colostomy.8
End stoma terbentuk dari ujung bagian proksimal pada usus yang terbagi.
Sebuah end colostomy biasanya melibatkan kolon sigmoid dan diposisikan di fossa
iliaka kiri. Sebagai contoh penggunaan prosedur ini pada operasi darurat adalah
prosedur Hartmann. Ini adalah operasi yang dilakukan apabila terjadi obstruksi,
perforasi atau iskemia usus besar. Segmen usus yang sakit direseksi dan ujung
proksimal yang sehat, perfusi usus besar baik, akan digunakan untuk membentuk
end colostomy. Ujung distal dari usus ditutup dengan perangkat stapel dan/atau
jahitan dan dibiarkan di dalam rongga peritoneal. Pada kasus yang elektif, end
colostomy digunakan saat restorasi kontinuitas usus tidak mungkin terjadi, biasanya
dilakukan reseksi dari anus pada reseksi abdominoperineal dari rektum.8
2.2 Kolostomi
Kolostomi adalah operasi dengan cara membuat bukaan pada dinding perut
lalu membuat stoma dari usus besar (kolon). Perlengkapan ostomi terdiri atas satu
lapis atau dua lapis dengan barier kulit hipoalergenik untuk mempertahankan
integritas kulit peristomal. Kantong harus cukup besar untuk menampung feses dan
flatus dalam jumlah sedang tetapi tidak terlalu besar. Lokasi kolostomi menentukan
konsistensi tinja baik padat ataupun cair. Pada kolostomi transversum umumnya
menghasilkan feses lebih padat.7,12
A. Loop Colostomy
Pembuatan loop colostomy biasa paling sering digunakan pada kasus
obstruksi usus besar bagian bawah atau sepsis pelvis disertai tumor keganasan,
divertikulitis, trauma kolorektal, peradangan usus besar yang berat dan radiation
injury. Selain itu, tindakan tipe ini dapat digunakan untuk melindungi anastomosis
koloanal pada kanker midrektal, strikutur akibat radiasi atau fistula. Pada kasus
dengan trauma tembus yang melewati bagian kolon juga merupakan indikasi
pembuatan loop colostomy.7,14
Universitas Indonesia
C. Transverse Colostomy
Pemilihan prosedur ini dilakukan apabila pada kasus divertikulitis, trauma,
gangguan sejak lahir, kanker descending colon maupun sigmoid, obstruksi usus
besar, dan paralisis usus besar.14
Tindakan ini dibagi menjadi dua jenis, loop transverse colostomy dan
double barrel transverse colostomy. Loop transverse adalah semua loop usus besar
bagian transversal dibawa ke permukaan kulit lalu dibuat bagian distal atau ujung
yang tidak fungsional. Sedangkan double barrel colostomy adalah stoma pada usus
besar dibagi menjadi dua terpisah yaitu stoma proksimal dan stoma distal. Stoma
Universitas Indonesia
distal untuk mengeluarkan produksi mukus fistula, dan stoma proksimal untuk
produksi feses. Transverse colostomy biasa dilakukan pada perut bagian atas atau
bagian tengah di sisi kanan tubuh.14
Universitas Indonesia
Komplikasi infeksi peristomal dan abses merupakan kasus yang tidak biasa
terjadi, angka kejadian dilaporkan 2-48%. Meskipun jarang, komplikasi
tersebut menjadi masalah yang serius pada pasien yang mengalaminya.
Abses pada stoma dapat berkembang menjadi folikulitis dan penyakit
inflamsi usus besar yang rekurens. Tindakan untuk mengatasinya adalah
dengan cara dilakukan drainase. Setelah dilakukan drainase abses,
komplikasi berikut yang jarang terjadi adalah terbentuknya fitula.5
5. Parastomal Hernia Akut/Obstruksi Usus
Angka kejadian komplikasi ini secara keseluruhan dari pasien dengan stoma
kolostomi, mencapai 4.6-13%. Kasus ini sering terjadi akibat dari tidak
sesuainya perkiraan dalam membuat besarnya situs stoma, meskipun secara
teori situs stoma berukuran dua jari tangan namun beberapa pasien memiliki
standard yang berbeda. Oleh karena itu, perlu disesuaikan dengan keadaan
klinis pasien saat operasi. Komplikasi terjadinya parastomal hernia sering
juga akiba dari edema dan distensi yang berlebihan dari stoma. Beberapa
kasus dapat berkembang menjadi inkarserata hernia dan terjadi obstruksi
usus.5
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Indikasi pemasangan
stoma
Pro Kolostomi
1. Loop
colostomy
2. End
colostomy
Elektif Cito
Universitas Indonesia
Kerangka Konsep
Jenis Operasi
x Cito
x Elektif
Komplikasi Stoma
Jenis Stoma
a) Ya
x Loop stoma
x Early Onset
x End stoma
x Late Onset
Usia Ada atau tidaknya b) Tidak
Jenis Kelamin hubungan
Status gizi
Universitas Indonesia
Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari 2012 hingga Desember 2014 di
Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo Jakarta Departemen Ilmu Bedah
divisi Bedah Digestif.
Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang telah menjalani
tindakan kolostomi. Sebagai populasi terjangkau adalah seluruh pasien yang telah
menjalani tindakan kolostomi di Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo
Jakarta, di Departemen Ilmu Bedah Divisi Bedah Digestif selama periode Januari
2012 – Desember 2014.
14
Universitas Indonesia
n: Zα2PQ
d2
n = jumlah sampel
α = batas kemaknaan Æ digunakan 5%
Z1-α = derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95% dengan α = 0,05
sehingga Z1-α = 1,96,
p = angka rekurensi menurut literatur 0,38
q = 100% - p = % Æ 0,62
d = derajat kesalahan yang masih dapat diterima sebesar 10%
Universitas Indonesia
Persiapan penelitian
Persiapan penelitian
x Sumber data dan pengumpul data
Sumber data dari rekam medis RSUPN Cipto Mangunkusumo yang
dikumpulkan dan dicatat oleh peneliti sendiri, sehingga reliabilitas
terjamin.
x Cara pengambilan data
Pengambilan data penelitian berdasarkan pencatatan pasien dari
rekam medis yang telah menjalani prosedur kolostomi, baik bersifat
elektif maupun/cito. Dari data tersebut, dipilih subjek yang sesuai
dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Kemudian dicatat berbagai
variabel yang dibutuhkan dari rekam medis yang tersedia.
Universitas Indonesia
Pengolahan Data
1. Pengolahan data dilakukan setelah semua data dikumpulkan yaitu melalui
proses editing, coding, entry dan verification. Selanjutnya data diubah ke
dalam bentuk angka, dimasukkan ke dalam komputer pada program SPSS
versi 11.5 dan kemudian diolah. Penyajian data dalam bentuk tabel, grafik
dan deskripsi.
2. Data diambil dari rekam medis dan dicatat berbagai variabel yang
dibutuhkan. Setelah itu dilakukan analisis deskriptif untuk melihat
insidens kejadian komplikasi lokal pada awitan dini dan awitan lambat
pasca tindakan kolostomi di antara seluruh data rekam medis yang ada.
Analisis bivariat dilakukan bila jumlah seluruh komplikasi pasca
kolostomi mencapai 100 sampel.
3. Analisis bivariat data pada penelitian ini menggunakan variabel kategorik
sehingga uji yang dipakai adalah uji Chi Square. Bila syarat Chi Square
tidak terpenuhi dapat menggunakan uji Fisher. Sedangkan untuk data usia
dan IMT akan disajikan dalam bentuk mean bila sebaran data terdistribusi
normal, atau median bila sebaran data terdistribusi tidak normal. Analsis
uji t-test tidak berpasangan dilakukan untuk melihat ada atau tidak
perbedaan rata-rata usia pada kelompok komplikasi awitan dini dan
awitan lambat, bila tidak terdistribusi normal dilakukan uji non
parametrik Mann Whitney.
x Prosedur Kolostomi
Semua tindakan pembuatan stoma pada bagian usus besar di
Departemen Ilmu Bedah RSUPN Cipto Mangunkusumo Divisi Bedah
Digestif, baik elektif maupun segera/cito.
x Faktor-faktor yang berhubungan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada penelitian 3 tahun antara bulan Januari 2012 sampai Desember 2014
didapatkan 167 kasus dengan tindakan pasca kolostomi yang tercatat dalam rekam
medis di RSCM. Dari 167 kasus dari catatan rekam medis tersebut terdapat 136
kasus yang memiliki catatan rekam medis yang lengkap, 31 kasus di eksklusi karena
tidak memiliki catatan rekam medis yang lengkap.
Dari 136 kasus yang sesuai dengan kriteria inklusi, didapatkan 66 pasien
mendapatkan komplikasi pasca kolostomi, dimana 14 kasus komplikasi awitan dini
dan 52 kasus komplikasi awitan lambat. Sedangkan 70 kasus tindakan pasca
kolostomi adalah tanpa komplikasi.
Komplikasi kolostomi
10.3%
Awitan dini
Awitan lambat
51.5% 38.2%
Tanpa komplikasi
19
Universitas Indonesia
Komplikasi
Frekuensi Pesentase (%)
Tanpa komplikasi 70 51,5
Dermatitis 31 22,8
Necrosis/gangren 3 2,2
Retraksi 2 1,5
Infeksi/abses/fistula 13 9,6
parastoma hernia 4 2,9
obstruksi usus 5 4,4
prolaps stoma 3 2,2
stenosis/striktur stoma 4 2,9
Total 136 100
Universitas Indonesia
N % n % n %
Berdasarkan Jenis
Operasi
x Cito 10 25.6 16 41 13 33.4
x Elektif 4 4.1 36 37.1 57 58.8
Universitas Indonesia
Berdasarkan Jenis
Stoma
x Loop stoma 13 13.9 32 34 49 52.1
x End stoma 1 2.4 20 47.6 21 50
Usia
x > 60 tahun 8 23.5 13 38.3 13 38.2
x < 60 tahun 6 5.9 39 38.2 57 55.9
Jenis Kelamin
x Laki-laki 11 13.8 31 38.7 38 47.5
x Perempuan 3 5.4 21 37.5 32 57.1
Status gizi (IMT)
x Gizi kurang 2 5.2 16 41 21 53.8
x Gizi normal 8 10.5 26 34.2 42 55.3
x Gizi berlebih 4 19 10 47.6 7 33.4
Operator
x Konsulen 3 5.9 10 19.6 38 74.5
x Trainee 8 12.3 32 49.2 25 38.5
x Residen (PPDS) 3 15 10 50 7 35
Universitas Indonesia
Tabel 4.6 Hasil analisis bivariat antara usia dan status gizi pasien dengan
komplikasi pasca kolostomi.
Komplikasi Tanpa komplikasi Nilai p
Variabel
mean±SD median mean±SD median
Usia 50.94±14 54 45.14±14.9 48 0.018
Status Gizi 21.2±4.4 20.4 20.1±4.2 19.8 0.172
Universitas Indonesia
24
Universitas Indonesia
Tidak ada 13 57 70
Dermatitis 10 21 31
Necrosis/gangren 2 1 3
Retraksi 0 2 2
Infeksi/abses/fistula 8 5 13
parastoma hernia 1 3 4
obstruksi usus 3 3 6
prolaps stoma 2 1 3
stenosis/striktur stoma 0 4 4
Total 39 97 136
Universitas Indonesia
memperkuat hasil dari penelitian di RSCM ini bahwa operator memiliki pengaruh
terjadinya angka kejadian komplikasi kolostomi, yaitu antara konsulen, trainee dan
residen. Dimana konsulen memiliki resiko komplikasi lebih kecil daripada trainee
maupun residen.5,17
Tiga faktor lain yang tidak memiliki pengaruh bermakna terhadap
meningkatnya angka kejadian komplikasi pasca kolostomi di RSCM adalah
berdasarkan jenis stoma, status gizi dan jenis kelamin. Pada penelitian Harris DA,
et al, justru mengatakan jenis stoma memiliki peran untuk meningkatkan angka
kejadian komplikasi, dimana jenis stoma loop colostomy memiliki angka kejadian
komlikasi paling tinggi.
Status gizi dengan indikator IMT pada hasil penelitian ini tidak memiliki
pengaruh yang bermakna, namun ada satu studi yang mengatakan bahwa penderita
obesitas atau yang memilliki berat berlebih memiliki resiko terjadinya retraksi
stoma. Dua pasien dengan komplikasi retraksi pasca kolostomi pada penelitan di
RSCM memiliki IMT > 25, dimana merupakan bagian dari kriteria obesitas.18
Kepustakaan yang mengatakan bahwa jenis kelamin menjadi faktor yang
berpengaruh terjadinya komplikasi pasca kolostomi tidak satupun dapat ditemukan,
sesuai dengan penelitian yang dilakukan di RSCM dimana dapat diambil
kesimpulan bahwa jenis kelamin tidak menjadi faktor terjadinya komplikasi pasca
kolostomi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
6.1 Simpulan
1. Angka kejadian komplikasi terbanyak adalah dermatitis, diikuti kasus
infeksi/abses/fistula dan obstruksi usus.
2. Sedangkan berdasarkan komplikasi awitan dini terbanyak adalah
necrosis/ gangren dan pada awitan lambat terbanyak dermatitis,
parastomal hernia, obstruksi usus, stenosis/striktur stoma lalu diikuti
dengan prolaps stoma.
3. Faktor-faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan peningkatan
angka kejadian komplikasi pasca kolostomi di RSCM adalah faktor
berdasarkan jenis operasi (cito atau elektif), faktor usia, dan faktor
operator pembuat kolostomi.
6.2 Saran
1. Dengan adanya hasil penelitian ini akan menjadi bahan pertimbangan
dan evaluasi pada prosedur yang membutuhkan tindakan kolostomi.
Sehingga dengan mengetahui macam-macam komplikasi dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya dapat menjadi bahan bagi rumah sakit
dan tenaga medis memperkecil angka kejadian komplikasi pasca
kolostomi dan morbiditas pasien terutama di RSCM.
2. Penelitian ini memiliki kelemahan pada indikator sistemik atau
metabolik pasien seperti status albumin, laboratorium, kondisi
komorbid yang berat pada subjek penelitian tidak diikutsertakan dalam
pengolahan data. Namun diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan
untuk dilakukan penelitian-penelitian berikutnya untuk dikembangkan.
28
Universitas Indonesia
29
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia