Anda di halaman 1dari 33

REFERAT

BAGIAN ILMU RADIOLOGI


RSUD. JEND. AHMAD YANI METRO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

“Efusi Pleura”

Oleh :

Aditya Pradana Putra, S.Ked

21360107

Masa KKM : 31 Oktober 2022 – 03 Desember 2022

Pembimbing :

dr. Enid Sola Gratia Ireschka Pattiwael, Sp. Rad, M.Sc

BAGIAN ILMU RADIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MALAHAYATI
RSUD. JENDRAL AHMAD YANI METRO
LAMPUNG 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Referat yang berjudul

“Gambaran Radiologi Efusi Pleura”

Oleh:

Aditya Pradana Putra, S.Ked

21360107

Masa KKM : 31 Oktober 2022 – 03 Desember 2022

Pembimbing Referat :

dr. Enid Sola Gratia Ireschka Pattiwael, Sp. Rad, M.Sc


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, karena atas
berkat rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan presentasi refrat dengan judul “Efusi
Pleura.”
Presentasi ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam kepaniteraan
klinik di bagian Radiologi RSUD Ahmad Yani Metro.
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu dalam penyusunan penyelesaian kasus ini, terutama kepada:
1. dr. Enid Sola Gratia Ireschka Pattiwael, Sp. Rad, M. Sc selaku Ka SMF sekaligus

pembimbing dalam stase radiologi yang telah memberikan bekal ilmu

pengetahuan dan arahan yang membangun selama proses pembelajaran di RSUD

Ahmad Yani Metro.

2. dr. Rima Saputri, Sp. Rad selaku pembimbing dalam stase radiologi yang telah

senantiasa membimbing dan memotivasi kami selama proses pembelajaran di

RSUD Ahmad Yani Metro.

3. Rekan-rekan Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Ahmad Yani Metro atas


bantuan dan dukungannya.
Saya menyadari dalam pembuatan presentasi kasus ini masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran guna penyempurnaan presentasi
kasus ini sangat saya harapkan.
Akhir kata, semoga presentasi refrat ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
terutama dalam bidang ilmu radiologi.

Kota Metro, 11 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL vi
BAB I PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang 1
1. 2. Tujuan Penulisan 2
1. 3. Manfaat Penulisan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi 3
2.2. Fisiologi 3
2.3. Etiologi 3
2.4. Manifestasi Klinis 4
2.5. Pemeriksaan Fisik 4
2.6. Faktor Risiko 4
2.7. Diagnosis 5
2.8. Penatalaksanaan 5
2.9. Prognosis 8
BAB III GAMBARAN RADIOLOGI
3.1. Radioposisi.10
3.2. Radioanatomi 13
3.3. Radiopatologi 15
BAB IV KESIMPULAN 21
DAFTAR PUSTAKA 22
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Metode torakosentesis………………………………………. 6

Gambar 2 Pemasangan jarum WSD…………………………………… 7


Gambar 3 Proyeksi Foto X Ray ………………………………………………. 11

Gambar 4 Film X Ray ………………………………………………………… 11

Gambar 5 Prinsip CT SCAN …………………………………………………. 13

Gambar 6 Potongan CT SCAN ………………………………………………. 13

Gambar 7 Foto X Ray Normal PA …………………………………………… 15

Gambar 8 Foto X Ray Normal Lateral ……………………………………….. 15

Gambar 9 Anatomi X Ray Normal PA ……………………………………….. 15

Gambar 10 Anatomi X Ray Normal Lateral …………………………………… 15

Gambar 11 Foto X-ray Efusi Pleura AP………………………………………….. 16

Gambar 12 Foto X-ray Efusi Pleura Lateral.............…………………………….. 16

Gambar 13 CT-scan Efusi Pleura..............……………………………………… 19

Gambar 14 CT-scan Efusi Pleura dengan kontras...................…………………... 19

Gambar 13 Massa Paru...................................... ………………………………... 20

Gambar 14 Hemidiafragma Meninggi………………………………………….. 29


DAFTAR TABEL

Tabel 1 Keuntungan dan Kerugian Foto X Ray …………………………………...22

Tabel 2 Kegunaan, Keuntungan dan kerugian …………………………………….25

Tabel 3 Hal yang Dinilai pada Foto Thorax ……………………………………….26

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura akibattransudasi atau
eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura bukan merupakan suatu
penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit.1
Akibat adanya carian yang cukup banyak dalam rongga pleura, maka kapasitas paru
akan berkurang dan di samping itu juga menyebabkan pendorongan organ-organ
mediastinum, termasuk jantung. Hal ini mengakibatkan insufisiensi pernafasan dan juga dapat
mengakibatkan gangguan pada jantung dan sirkulasidarah.2
Di negara-negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh
gagal jantung kongestif, sirosis hati, keganasan, dan pneumonia bakteri, sementara dinegara-
negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia, lazim diakibatkan olehinfeksi
tuberkulosis. Efusi pleura keganasan merupakan salah satu komplikasi yang biasa ditemukan
pada penderita keganasan dan terutama disebabkan oleh kanker paru dan kanker payudara.
Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapatdijumpai pada sekitar 50-60% penderita
keganasan pleura primer atau metastatik.Sementara 5% kasus mesotelioma (keganasan pleura
primer) dapat disertai efusi pleura dan sekitar 50% penderita kanker payudara akhirnya
akan mengalami efusi pleura.2
Data epidemiologi menunjukkan bahwa efusi pleura merupakan salah satu penyebab
morbiditas dan mortalitas tertinggi terkait penyakit pulmonal. Namun, data mengenai
insidensi pasti efusi pleura pada dasarnya sulit ditentukan karena efusi pleura hanyalah
manifestasi dari penyakit yang mendasarinya.
Data epidemiologi menunjukkan sebanyak 1.5 juta kasus atau sekitar 5 % dari populasi
Amerika Serikat mengalami efusi pleura setiap tahunnya. Efusi pleura paling banyak
disebabkan oleh gagal jantung kongestif, pneumonia bakterial, keganasan, dan emboli paru.
Insidensi efusi pleura diyakini setara antara pria dan wanita, meskipun 2/3 kasus efusi pleura
akibat keganasan muncul pada wanita, umumnya terkait kanker payudara.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran radiologi Efusi Pleura

1
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mempelajari gambaran radiologi Efusi Pleura secara radioposisi.
2. Mempelajari gambaran radiologi Efusi Pleura secara radioanatomi.
3. Mempelajari gambaran radiologi Efusi Pleura secara radiopatologi.
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1. Bidang Akademis
Penulisan ini bermanfaat sebagai sarana pendidikan dalam rangka menjadi salah satu
kontribusi keilmuan, pemeriksaan penunjang dan tatalaksana Efusi Pleura.
1.3.2. Bidang Penelitian
Memberikan informasi ilmiah tentang gambaran radiologi pada Efusi Pleura.
1.3.3 Bidang Pelayanan
Hasil penulisan ini dapat memberikan informasi tentang gambaran radiologi Efusi Pleura
sehingga dapat mempersiapkan keluarga meghadapi kemungkinan yang akan terjadi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari
dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa
cairan transudat atau cairan eksudat.Cairan pada efusi pleura dapat bebas yg
generalized atau setempat (circumscribed) dan encapsulated (terbungkus kapsul).
Pada keadaan normal rongga pleura hanya mengandung cairan sebanyak 10- 20 ml,
cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura
mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl.1

2.2. Fisiologi
Volume cairan pleura selalu konstan, akibat dari:
 P. hidrostatik : 9 mmHg, produksi oleh pleura parietalis
 P. koloid osmotik : 10 mmHg, absorbsi oleh pleura viseralis 2

2.3. Etiologi
Pembentukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh banyak
keadaan yang berasal dari :
- Kelaian paru : infeksi, baik oleh bakteri maupun virus atau jamur, tumor paru,
tumor mediastinum, metastase.
- Kelainan sistemik : penyakit-penyakit yang mengakibatkan hambatan aliran getah
bening, hipoproteinemia pada penyakit ginjal, hati, dan kegagalan jantung.
- Trauma kecelakaan atau tindakan pembedahan.
- Idiopatik.
Cairan pada efusi pleura dapat berupa :
- Cairan transudate
Terdiri atas cairan yang bening, biasanya ditemukan pada kegagalan jantung,
kegagalan ginjal akut atau kronik, keadaan hipoproteinemia pada kegagalan
fungsi hati, pemberian cairan infuse yang berlebihan, dan fibroma ovarii (meig’s
syndrome).

3
- Cairan eksudat
Berisi cairan kekeruhan, paling sering ditemukan pada infeksi tuberculosa, atau
nanah (empiema) dan penyakit-penyakit kolagen (SLE, RA)
- Cairan darah
Dapat disebabkan trauma tertutup atau terbuka, infark paru dan karsinoma paru
- Cairan getah bening
Meskipun jarang terjadi tetapi dapat diakibatkan oleh sumbatan aliran getah
bening thoraks, misalnya pada filiariasis atau metastasis pada kelenjar getah
bening dari suatu keganasan.

2.4. Manifestasi Klinis


Gejala-gejala timbul jika cairan bersifat inflamatoris atau jika mekanika paru
terganggu. Gejala yang paling sering timbul adalah sesak, berupa rasa penuh dalam
dada atau dispneu . Nyeri bisa timbul akibat efusi yang banyak, berupa nyeri dada
pleuritik atau nyeri tumpul. Pada efusi unilateral, biasanya penderita mengeluh lebih
nyaman tidur miring kearah bagian paru yang mengalami efusi. Adanya gejala-
gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis
(pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk,
banyak riak. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi
penumpukan cairan pleural yang signifikan.

2.5. Pemeriksaan Fisik


• Inspeksi : pengembangan paru menurun, gerakan dada sisi sakit tertinggal,
tampak lebih cembung
• Palpasi : penurunan fremitus vocal atau taktil, gerak dada sisi sakit tertinggal
• Perkusi : perkusi pada sisi yang sakit redup pada bagian bawah garis Ellis
Damoiseu
• Auskultasi : penurunan bunyi napas Jika terjadi inflamasi, maka dapat terjadi
friction rub.
Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena
cairan akan berpindah tempat.

4
2.6 Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko yang meningkatkan seseorang mengidap efusi pleura, antara lain:
 Memiliki riwayat tekanan darah tinggi (hipertensi), merokok, mengonsumsi minuman
beralkohol, atau terkena paparan debu asbes.
 Menjalani perawatan atau pengobatan untuk penyakit kanker yang memengaruhi cara
tubuh dalam menahan cairan.
2.7 Diagnosis
Diagnosis efusi pleura dicurigai pada pasien dengan keluhan sesak napas, nyeri dada,
dan batuk serta riwayat komorbid seperti pneumonia, gagal jantung kongestif, keganasan dan
lainnya. Pada diagnosis, perlu dilakukan penentuan jenis cairan efusi pleura, serta penentuan
penyebab efusi pleura.
Anamnesis
Poin-poin anamnesis yang perlu digali pada kecurigaan efusi pleura dapat dibedakan antara
anamnesis gejala efusi pleura dan anamnesis gejala etiologi penyebab efusi pleura.
Gejala Efusi Pleura
Gejala efusi pleura yang perlu ditanyakan adalah eksplorasi dari gejala sistem pernapasan
berupa sesak, nyeri dada dan batuk.
Gejala Penyebab Efusi Pleura
Anamnesis juga dilakukan untuk mengarahkan kepada penyebab efusi pleura.
 Adanya keluhan/ riwayat pneumonia atau infeksi paru lainnya
 Gejala penyakit jantung, ginjal, liver mengarah kepada efusi pleura transudat
 Demam mengarah kepada etiologi infeksi
 Usia tua, penurunan berat badan, riwayat merokok mengarah kepada etiologi keganasan
 Riwayat kaki bengkak unilateral mengarah kepada etiologi emboli paru
 Riwayat trauma mengarah kepada etiologi hemothorax/ chylothorax
 Riwayat pekerjaan & sosial yang meningkatkan risiko ruptur esofagus: paparan asbestos,
konsumsi alkohol berlebih
 Riwayat obat-obatan/ operasi sebelumnya: methotrexate, phenytoin,
nitrofurantoin, isoniazid, dasatinib, amiodarone
 Riwayat penyakit inflamatori/ sistemik sebelumnya, misalnya lupus, arthritis rheumatoid.

5
2.8 Penatalaksanaan
Torakosentesis.
Aspirasi cairan pleura selain bermanfaat untuk memastikan diagnosis,
aspirasi juga dapat dikerjakan dengan tujuan terapetik. Torakosentesis dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Penderita dalam posisi duduk dengan kedua lengan merangkul atau diletakkan
diatas bantal; jika tidak mungkin duduk, aspirasi dapat dilakukan pada penderita
dalam posisi tidur terlentang.
2. Lokasi penusukan jarum dapat didasarkan pada hasil foto toraks, atau di daerah
sedikit medial dari ujung scapula, atau pada linea aksilaris media di bawah batas
suara sonor dan redup.
3. Setelah dilakukan anastesi secara memadai, dilakukan penusukan dengan jarum
berukuran besar, misalnya nomor 18. Kegagalan aspirasi biasanya disebabkan
karena penusukan jarum terlampaui rendah sehingga mengenai diahfrahma atau
terlalu dalam sehingga mengenai jaringan paru, atau jarum tidak mencapai rongga
pleura oleh karena jaringan subkutis atau pleura parietalis tebal.

Gambar 1. Metode torakosentesis


4. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500 cc pada setiap
aspirasi. Untuk mencegah terjadinya edema paru akibat pengembangan paru
secara mendadak. Selain itu pengambilan cairan dalam jumlah besar secara
mendadak menimbulkan reflex vagal, berupa batuk, bradikardi, aritmi yang berat,
dan hipotensi.

6
Pemasangan WSD
Jika jumlah cairan cukup banyak, sebaiknya dipasang selang toraks
dihubungkan dengan WSD, sehingga cairan dapat dikeluarkan secara lambat dan
aman. Pemasangan WSD dilakukan sebagai berikut:
1. Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea
aksillaris anterior dan media.
2. Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan.
3. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai
muskulus interkostalis.
4. Masukkan Kelly klemp melalui pleura parietalis kemudian dilebarkan. Masukkan
jari melalui lubang tersebut untuk memastikan sudah sampai rongga pleura /
menyentuh paru.
5. Masukkan selang ( chest tube ) melalui lubang yang telah dibuat dengan
menggunakan Kelly forceps
6. Selang ( Chest tube ) yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan ke dinding
dada
7. Selang ( chest tube ) disambung ke WSD yang telah disiapkan.
8. Foto X- rays dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan.

Gambar 2. Pemasangan jarum WSD


WSD perlu diawasi tiap hari dan jika sudah tidak terlihat undulasi pada selang,

7
kemungkinan cairan sudah habis dan jaringan paru mengembang. Untuk
memastikan dilakukan foto toraks. Selang torak dapat dicabut jika produksi
cairan/hari <100ml dan jaringan paru telah mengembang. Selang dicabut pada saat
ekspirasi maksimum.
Pleurodesis
Bertujuan melekatkan pleura viseralis dengan pleura parietalis, merupakan
penanganan terpilih pada efusi pleura keganasan. Bahan yang digunakan adalah
sitostatika seperti tiotepa, bleomisin, nitrogen mustard, 5- fluorourasil, adramisin,
dan doksorubisin. Setelah cairan efusi dapat dikeluarkan sbanyak-banyaknya, obat
sitostatika (misal; tiotepa 45 mg) diberikan selang waktu 710 hari; pemberian obat
tidak perlu pemasangan WSD. Setelah 13 hari, jika berhasil, akan terjadi pleuritis
obliteratif yang menghilangkan rongga pleura, sehingga mencegah penimbunan
kembali cairan dalam rongga tersebut.
Obat lain adalah tetrasiklin. Pada pemberian obat ini WSD harus dipasang dan
paru dalam keadaan mengembang. Tetrasiklin 500 mg dilarutkan dalam 3050 ml
larutan garram faal, kemudian dimasukkan ke dalam rongga pleura melalui selang
toraks, ditambah dengan larutan garam faal 1030 ml larutan garam faal untuk
membilas selang serta 10 ml lidokain 2% untuk mengurangi rasa nyeri yang
ditimbulkan obat ini. Analgetik narkotik diberikan 11,5 jam sebelum pemberian
tetrasiklin juga berguna mengurangi rasa nyeri tersebut. Selang toraks diklem selama
6 jam dan posisi penderita diubah-ubah agar penyebaran tetrasiklin merata di seluruh
 bagian rongga pleura. Apabila dalam waktu 24 jam - 48 jam cairan tidak keluar,
selang toreaks dapat dicabut.

2.10 Prognosis
Prognosis efusi pleura dilaporkan semakin buruk pada kondisi efusi bilateral. Pada
umumnya, prognosis efusi pleura dapat berbeda terkait dengan etiologi penyakit yang
mendasarinya, tingkat keparahan penyakit dan staging bila disebabkan keganasan, serta hasil
temuan biokimia dari analisis cairan pleura.
Prognosis pasien dengan efusi pleura sangat erat terkait dengan penyakit yang
mendasarinya, namun secara umum makin parahnya efusi pleura juga telah diketahui
berhubungan dengan prognosis yang buruk. Hal ini ditunjukkan mortalitas efusi pleura

8
bilateral sebesar 26% yang lebih tinggi 4 kali lipat dibandingkan tingkat mortalitas efusi
pleura unilateral sebesar 5.9%.
Pada efusi pleura tidak terkait keganasan, prognosis bervariasi tergantung penyakit
yang mendasarinya. Contoh pada efusi pleura akibat gagal jantung kongestif, mortalitas 30
hari 22% dan 1 tahun 53% sedangkan pada efusi pleura akibat gagal ginjal, mortalitas 30 hari
14% dan 1 tahun 57%
Di sisi lain, pasien dengan efusi pleura terkait keganasan umumnya memiliki prognosis
buruk:
 Mortalitas 30 hari 37%, dan 1 tahun 77%[6]
 Median survival 4 bulan dan mean survival <1 tahun
 Kematian dalam 12-24 bulan, terlepas dari etiologi spesifik dari efusi pleura akibat
keganasan tersebut
 Efusi akibat keganasan yang responsif terhadap kemoterapi, seperti limfoma, kanker
payudara, umumnya memiliki survival lebih baik dibandingkan kanker paru
atau mesothelioma
 Semakin rendah pH cairan pleura, maka semakin parah dan prognosis semakin buruk

9
BAB III
GAMBARAN RADIOLOGI

3.1 Radioposisi
3.1.1 Foto X Ray Thorax
Densitas tiap organ / struktur tubuh berbeda-beda, ditentukan berdasarkan pada
kemampuan substansi menembus sinar X. Substansi yang mudah ditembus sinar X akan
memberikan bayangan hitam (radiolusen) sedangkan yang sulit ditembus akan memberikan
bayangan putih (radiopak). Berikut beberapa keuntungan dan kerugian pada pemeriksaan foto
X-Ray24
Tabel 1. Keuntungan dan Kerugian Foto X-Ray27
Keuntungan Kerugian
1. Biaya murah 1. Terdapat efek paparan sinar radiasi
2. Murah 2. Hanya menampilkan gambar dalam format 2 dimensi
3. Sederhana 3. Gambaran anatomi tampak tumpeng tindih
4. Banyak tersedia

Proyeksi foto thorax dengan sudut pandang standar yang digunakan adalah proyeksi
posteroanterior (PA), dengan bagian depan dada pasien berlawanan dengan film dan pancaran
sinar-X diarahkan pada punggung, posisi lainnya disebutkan di bawah ini:
1. Anteroposterior (AP digunakan untuk pasien yang sakit, karena adanya perbesaran).
2. Lateral mengetahui lokasi kelainan yang terlihat pada posisi PA.
3. Supine berguna pada bayi dan pasien yang sakit sulit untuk menilai ukuran jantung pada
proyeksi ini.
4. Tegak mendeteksi gas di bawah diafragma pada kecurigaan perforasi viskus abdominalis.
proyeksi berikur jarang digunakan:
1. Oblik: berguna untuk memperlihatkan kelainan pleura, dinding dada, dan iga.
2. Posisi apikal pasien berdiri tegak dan bersandar ke belakang untuk memberikan pandangan
bebas-tulang pada apeks paru.
3. Ekspirasi pneumotoraks akan tampak lebih jelas.
4. Lateral dekubitus efusi pleura yang sedikit atau efusi subpulmonal dapat diketahui lebih
mudah dengan miring ke sisi yang rerkena. Namun demikian, pemeriksaan ultrasonografi
merupakan pilihan yang lebih mudah.

10
Gambar 3. Proyeksi Foto X -Ray
Gambar 4. Film X - Ray (Proyeksi PA: Calvicula mendatar dan Scapula ke lateral;
proyeksi AP: Clavicula terangkat dan Scapula ke Medial)

3.1.2 Computed tomography (CT – SCAN)


CT Scan menggunakan pancaran sinar-X terkolimasi pada pasien untuk mendapatkan
citra potongan melintang yang tipis dari kepala dan tubuh pasien. Sebagai pengganti pancaran
pada film sinar-X, digunakan sistem deteksi yang lebih sensitif dengan tabung fotomultiplier.
Tabung sinar-X berputar mengelilingi pasien beberapa kali. Citra didapatkan melalui
pembacaan digital dari tabung fotomultiplier yang diproses oleh komputer dan analisis pola
penyerapan pada tiap jaringan. Nilai penyerapan dinyatakan pada skala +1000 unit untuk
tulang, yaitu penyerapan maksimum pancaran sinar-X, hingga -1000 unit untuk udara, yang
merupakan penyerap terendah.
Setiap gambar mewakili suatu potongan tubuh, dengan ketebalan bervariasi dari 1
hingga 10 mm. Jaringan yang berada di atas atau di bawah potongan ini tidak tercakup
sehingga diambil suatu seri potongan untuk mencakup daerah tertentu. Dengan pemindaian
spiral, urutan potongan-potongan tersebut dapat diperoleh dengan cepat, bahkan pemeriksaan
toraks dapat dilakukan hanya dalam sekali menahan napas dan seluruh abdomen dapat
digambarkan hanya dalam beberapa detik.

11
Citra pada CT mengandung sebuah matriks elemen gambar (pixel), ketebalan potongan
menggambarkan komponen volume (voxel). Setiap voxel menggambarkan nilai penguatan
pancaran sinar-X pada titik tubuh tertentu.
Kontras oral digunakan untuk memperlihatkan saluran pencernaan atau kontras
inravena untuk memperlihatkan sistem vaskular dan untuk mempelajari perbaikan organ
tertentu pada berbagai kondisi patologis.

Tabel 2. Kegunaan, Keuntungan dan Kerugian CT SCAN


Kegunaan Keuntungan Kerugian

1. Setiap bagian tubuh dapat 1. Memilikiresolusikontras 1. Biaya yang tinggi untuk


yang peralatan dan
dipindai; otak, leher, baik. pemindaian.
abdomen, pelvis, dan
tungkai.
2. Staging tumor primer
seperti 2. Memberikan detail 2. Artefak tulang Pada
pada kolon dan paru untuk anatomis yang tepat. pemindaian otak,
mengetahui adanya biasanya pada Fosa
penyebaran sekunder,
untuk posterior, Menurunkan
menentukan kelayakan kualitas citra.
operasi atau dasar
kemoterapi.
3. Suatu teknik
3. Perencanaan radioterapi. pemeriksaan 3. PemindaianSebagian
yang cepat, sehingga besar terbatas pada
baik bidang
untuk pasien yang sakit. transversal, Walaupun
pengulangan Dapat
dilakukan pada Bidang
lain.
4. Mendapatkan detail 4. Berlawanan dengan 4. Menimbulkan Radiasi
ionisasi dosis tinggi
anatomis yang tepatjika ultrasonograf, citra pada
diagnostik dapat
Tidak berhasil dengan diperoleh setiap pemeriksaan.
dari pasien obes
ultrasonografi. walaupun
terdapat lemakyang
memisahkan organ-
organ
abdomen.

12
Gambar 6. Potongan a.Coronal;
Gambar 5. Prinsip CT SCAN b. Axial; c. Sagittal

3.2. Radioanatomi
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam menilai foto thorax:
a. Bayangan hilus: secara dominan disebabkan oleh arteri pulmonalis. Hilus kiri lebih kecil
dan sedikit lebih tinggi dibandingkan hilus kanan.
b. Fissura horizontal: suatu bayangan garis rambut / hair line berwarna putih yang
memisahkan lobus kanan atas dan tengah dan meluas sampai hilus kanan. Fissura ini tidak
selalu terlihat.
c. Bayangan jantung: atrium kanan terlihat sedikit disebelah kanan tulang belakang torakal.
Batas inferior dibentuk oleh ventrikel kanan dan batas kiri oleh ventrikel kiri
d. Diafragma: diafragma kanan biasanya lebih tinggi dibandingkan sisi kiri.
e. Trakea: berada pada garis tengah dengan bifurkasio setinggi T6. Trakea mengalami sedikit
deviasi kanan setinggi tonjolan aorta.
f. Lapangan paru: arteri intrapulmonal menyebar dari hilus pulmonal dan semakin mengecil
menuju perifer. Paru kanan dibagi menjadi tiga lobus yaitu lobus atas, lobus tengah, dan
lobus bawah. Paru kiri memiliki dua lobus yaitu lobus atas dan lobus bawah.

13
Tabel 3. Hal yang dinilai pada foto thoraks.
Identitas Pasien
Nama, tanggal lahir dan nomor rekam medis

Radioposisi Posteroanterior (PA), Anteroposterior (AP) dan Lateral

Neurofibromatosis, Emfisema Subkutis, Tumor dinding thorax,


Jaringan
Lunak penampakan bayangan payudara & apakah telah dilakukan masektomi.

Simetris Clavicula sejajar processus spinosus.

Inspirasi
Kubah diafragma menyentuh costae anterior 6 dan costae dorsal 8 – 10.
cukup
Amati kedua paru dimulai dari bagian apeks dan terus kebawah.
Bandingkan penampakan setiap zona (atas/tengah/bawah) paru kiri dan
Paru
kanan. Carilah bayangan homogen pada tiap area atau lesi massa.
Perhatikan corakan bronkovaskular.

Merupakan tempat tersering limfadenopati dan karsinoma bronkus. Cari


peningkatan densitas dan ketidakteraturan seperti pembesaran bayangan
Hilus hilus.

Perhatikan ukuran dan bentuk jantung. (CTR PA = 0,5 AP = 0,56


Jantung anak=<0,6).

Aorta Apakah terdapat elongation aortae.


Mediastinum Nilai adanya massa dan pergesaran mediastinum.
Diafragma Sudut costofrenikus harus terlihat jelas dan lancip.
Perhatikan costa dan klavikula untuk mengetahui adanya fraktur. Normal =
Tulang intak.
Mediastinum Nilai adanya massa dan pergesaran mediastinum.

14
Gambar 7. Foto x ray normal PA Gambar 8. Foto x ray normal Lateral

Gambar 9. Anatomi thorax PA Gambar 10. Anatomi thorax Lateral

3.3. Radiopatologi
3.3.1 Macam – Macam Gambaran Radiopatologi Pada Efusi Pleura.
1. X-ray Efusi Pleura
Jumlah cairan minimal yang terdapat pada thoraks tegak adalah 250- 300ml.
bila cairan kurang dari 250ml (100-200ml), dapat ditemukan pengisian cairan di
sudut costofrenikus posterior pada foto thorak lateral tegak. Cairan yang kurang
dari 100ml (50-100ml), dapat diperlihatkan dengan posisi lateral dekubitus dan
arah sinar horizontal dimana caran akan berkumpul disisi samping bawah.
a. Posisi Tegak posteroanterior (PA) : Pada pemeriksaan foto thorak rutin tegak,
cairan pleura tampak berupa perselubungan homogen menutupi struktur paru
bawah yang biasanya relative radioopak dengan permukaan atas cekung
berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Karena cairan mengisi ruang

15
hemithorak sehingga jaringan paru akan terdorong kea rah sentral / hilus, dan
kadang-kadang mendorong mediastinum kearah kontralateral.
Gambar 11. Efusi pleura sinistra. Sudut Costophrenicus yang tumpul
karena efusi pleura
Gambar 12. Efusi pleura dextra
Gambar 13. Efusi pleura sinistra massif. Tampak mediastinum
terdorong kontralateral

Gambar 14. Efusi pleura bilateral


Gambar 15. Loculated pleural effusion. Tampak berbatas cukup
tegas dan biconvex. Sering disebabkan oleh empiema dengan
perlekatan pleura

16
b. Posisi Lateral: Bila cairan kurang dari 250ml (100-200ml), dapat
ditemukan pengisian cairan di sudut costofrenikus posterior pada foto thorak
lateral tegak. Pada penelitian mengenai model roentgen patologi Collins
menunjukkan bahwa sedikitnya 25ml dari cairan pleura ( cairan saline yang
disuntikkan ) pada radiogram dada lateral tegak lurus dapat dideteksi sebagai
akumulasi cairan subpulmonic di posterior sulcus costophrenic, tetapi hanya
dengan adanya pneumoperitoneum yang terjadi sebelumnya.

Gambar 16. Gambaran efusi pleura pada foto posisi lateral


c. Posisi Lateral Decubitus: Radiografi dada lateral decubitus digunakan selama
bertahun-tahun untuk mendiagnosis efusi pleura yang sedikit. Cairan yang kurang
dari 100ml (50-100ml), dapat diperlihatkan dengan posisi lateral dekubitus dan
arah sinar horizontal dimana cairan akan berkumpul disisi samping bawah.

Gambar 17. Efusi pleura pada posisi right lateral decubitus


(penumpukan cairan yang ditunjukkan dengan panah biru).

17
Gambar 18. Efusi pleura pada posisi left lateral decubitus

2. Ultrasonografi
Penampilan khas dari efusi pleura merupakan lapisan anechoic
antara pleura visceral dan pleura parietal. Bentuk efusi dapat bervariasi
dengan respirasi dan posisi.
Para peneliti memperkenalkan metode pemeriksaan USG dengan apa
yang disebut sebagai “elbow position”. Pemeriksaan ini dimulai
dengan pasien diletakkan pada posisi lateral decubitus selama 5 menit
( serupa dengan radiografi dada posisi lateral decubitus) kemudian
pemeriksaan USG dilakukan dengan pasien bertumpu pada siku (gambar
12). Maneuver ini memungkinkan kita untuk mendeteksi efusi subpulmonal
yang sedikit, karena cairan cenderung akan terakumulasi dalam pleura
diaphragmatic pada posisi tegak lurus.

Gambar 19. Menunjukkan posisi siku dengan meletakaan


transduser selama pemeriksaan untuk melihat keadaan rongga
pleura kanan.

Ultrasonografi pada pleura dapat menentukan adanya cairan


ronggapleura. Pada dekade terakhir ultrasonografi (USG) dari
rongga pleura menjadi metode utama untuk mendemonstrasikan adanya

18
efusi pleura yang sedikit. Kriteria USG untuk menentukan efusi pleura adalah
setidaknya zona anechogenic memiliki ketebalan 3mm diantara
pleura parietal dan visceral dan atau perubahan ketebalan lapisan cairan
antara ekspirasi dan inspirasi, dan juga perbedaan letak posisi pasien.
Karena USG adalah metode utama maka sangatlah penting untuk
melakukan pengukuran sonografi dengan pemeriksaan tegak lurus terhadap
dinding dada.

Gambar 20.Small Pleural Efusion pada pemeriksaan sonografi4

Gambar diatas menunjukkan adanya cairan bebas ( anechoic diatas


supradiafragma kiri ) ini menunjukkan adanya efusi pleura.4

Gambar 21. Moderate Pleural Efusion pada pemeriksaan sonografi 4

19
Gambar diatas menunjukkan adanya cairan bebas pada cavum pleura yang
menyebabkan paru menjadi terkompresi ini memperlihatkan adanya moderate
pleural efusion.4

Gambaran anechoic terutama diamati pada transudat. Dalam


sebuah  penelitian terhadap 320 pasien dengan efusi, transudat memberikan
gambaran anechoic, sedangkan efusi anechoic dapat transudat atau eksudat.
Adanya penebalan pleura dan lesi parenkim di paru-paru menunjukkan
adanya eksudat. Cairan pleura yang memberikan gambaran echoic dapat
dilihat pada efusi hemoragik atau empiema.
Doppler berwarna ultrasonografi dapat membantu dalam membedakan
efusi kecil dari penebalan pleura dengan menunjukkan tanda-warna cairan
(yaitu, adanya sinyal warna dalam pengumpulan cairan).

3. CT-scan Efusi Pleura


CT scan dada akan terlihat adanya perbedaan densitas cairan
dengan jaringan sekitarnya. Pada CT scan, efusi pleura bebas diperlihatkan
sebagai daerah berbentuk bulan sabit di bagian yang tergantung dari hemithorax
yang terkena. Permukaan efusi pleura memiliki gambaran cekung ke atas karena
tendensi recoil dari paru-paru. Karena kebanyakan CT pemeriksaan dilakukan
dalam posisi terlentang, cairan mulai menumpuk di posterior sulkus
kostofrenikus. Pada efusi pleuran yang banyak, cairan meluas ke aspek apikal dan
anterior dada dan kadang-kadang ke fisura tersebut. Dalam posisi tengkurap atau
lateral, cairan bergeser ke aspek yang tergantung dari rongga pleura. Pergeseran
ini menegaskan sifat bebas dari efusi tersebut.

20
Gambar 19. CT Scan pada efusi pleura (kiri atas : foto rontgen thoraks PA)

Gambar 20. CT Scan thorak pada seorang pria 50-tahun dengan


limfoma non-Hodgkin dan efusi pleura yang ditunjukan tanda
panah

4. Magnetic Resonanca Imaging (MRI)

MRI dapat membantu dalam mengevaluasi etiologi


efusi pleura. Nodularity dan / atau penyimpangan dari kontur
pleura, penebalan pleura melingkar, keterlibatan pleura mediastinal,
dan infiltrasi dari dinding dada dan / atau diafragma sugestif
penyebab ganas kedua pada CT scan dan MRI.

21
Gambar 21. Seorang neonatus 2-bulan-tua disajikan di gawat darurat
dalam kesulitan jantung dan respiratory distress. Resusitasi tidak berhasil.
Coronal T2-W MRI menunjukkan hematopericard (panah terbuka),
hematothorax (panah) dan efusi pleura (kepala panah) (ketebalan irisan: 1
mm, TR: 4000, TE: 80, FA: 90 °). Ada vena paru abberant mengalir ke
ventrikel kiri (buka panah). Perut menunjukkan asites (tanda bintang)

3.3.2 Gambaran Efusi Pleura Lainnya


1. Efusi Pleura Laminar
Efusi laminar adalah efusi yang diprediksikan berisi cairan yang tipis
(sedikit),gambarannya berupa band like density pada lateral hemitoraks terutama
dekat dengan sudut costophrenicus.Laminar efusi paling banyak terjadi karena
peningkatan tekanan arteri seperti pada CHF atau penyebaran limphangitis atau

keganasan.Biasanya tidak free flowing.

Gambar 21 .( A )Foto Toraks Normal (B) Efusi Pleura Laminar


Gambar diatas menunjukkan adanyanya gambaran band like density pada
laterobasal hemitoraks kanan yang hampir mirip dengan batas costa.

2. Localuted Efusion
Loculated efusion disebabkab karena adanya adhesi ( perlengketan )
darikavum pleura penyebab terbanyak karena emphiema dan hematotoraks.Hal ini
menyebabkan mobilitas normal dari cairan efusi dapat terhambat.Letak dari loculated
efusion tetap sama meskipun dengan berubahnya posisi pasien.

22
Gambaran loculated efusion dapat dicurigai apabila ada efusi pleura dengan
bentuk yang tidak biasa dan lokasi yang tidak biasa pada toraks seperti pada posisi
erect biasanya efusi pleura karena gravitasi terdapat pada basal toraks tetapi pada
loculated efusion lokasinya dapat berada pada apek toraks.

Gambar 22 . Loculated Efusion


Gambar diatas menunjukkan gambaran opasitas bentuk bulat batas tegas pada
lapangan atas paru kanan ( gambar A. proyeksi AP ) sedangkan pada proyeksi lateral
( gambar B ) terdapat pada posterior.Ini menunjukkan adanya loculated efusion.

3. Fissural Pseudomotor
Fissural pseudotumor atau nama lainnya yaitu vanishing tumor adalah pleural
fluid collection dengan batas tegas yang terisi diantara fissura interlobaris pulmo atau
pada subpleura berada dibawah fissura.
Cairan ini merupakan jenis transudat dan paling banyak ditemukan pada pasien
dengan CHF.Gambaran dari fissural pseudotumor ini hampir mirip dengan massa
pada paru.Bentuknya biasanya lentikuler dan tidak berubah dengan posisi
pasien.Dapat menghilang dengan perbaikan pada penyakit primernya.

23
Gambar 23. Fissural Pseudotumor

4. Hydropneumothoraks
Hydropneumotoraks adalah terdapatnya pneumotoraks disertai
adanya cairan yang abnormal pada kavum pleura ( efusi pleura atau
hydrotoraks ).Penyebab paling banyak karena trauma atau
pembedahan.Bronchopleural fistula adalah salah satu penyebabnya bisa
karena pembedahan dan trauma ,adanya hubungan yang abnormal anatara
bronkus dan kavum pleura menyebabkan timbulnya udara dan cairan pada
cavum pleura.Gambaran hydropneumotoraks yang khas adalah adanya air
fluid level seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

24
Gambar 24. Hydropneumotoraks proyeksi AP ( A) dan lateral ( B)
BAB IV

KESIMPULAN

Efusi Pleura adalah terdapat penumpukan cairan dari dalam kavum pleura

diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudat atau

cairan eksudat dengan gejala yang paling sering timbul adalah sesak, berupa rasa

penuh dalam dada atau dispneu terkadang disertai nyeri yang timbul akibat efusi

yang banyak.

Rontgen thorax merupakan salah satu alat utama yang memiliki sensitifitas tinggi untuk

mendiagnosis Efusi Pleura. Temuan radiologis yang paling umum yaitu

ditemukan pengisian cairan di sudut costofrenikus sehingga sudutnya terlihat tumpul

(tidak lancip).

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Bartlett JG. Peran bakteri anaerob pada Efusi Pleura. Clin Infect Dis Off Publ Infect Dis Soc
Am. 2005;40(7):923–5.
2. Desrumaux A, Francois P, Pascal C, et al. [Epidemiology and clinical characteristics of
childhood parapneumonic empyemas]. Arch Pediatr 2007;14:1298—303.
3. Doherty G, Companies M. Current diagnosis and treatment surgery. McGraw Hill
Professional. (2009) ISBN:0071590870.
4. Ewingsa. 2009. Efusi Pleura. Diakses dari
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/efusipleura.pdf 
5. Halim, Hadi. Penyakit Penyakit Pleura. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
2007. Balai Penerbit FK UI Jakarta.
6. Haryadi. 2010. Thorax ppt. Lampung : RSUAM Lampung
7. Hirshberg B, Sklair-Levi M, Nir-Paz R, Ben-Sira L, Krivoruk V, Kramer MR, et al. Factors
predicting mortality of patients with lung abscess. Chest 1999;115:746—50
8. Jameson JL, Fauci DL, Kasper SL, Hauser DL, Prinsip Loscalzo J. Harrison Penyakit Dalam.
20thed. New York: McGraw-Hill; 2018.
9. Kuhajda I, Zarogoulidis K, et al. Lung abscess-etiology, diagnostic and treatment options.
Ann Transl Med. 2015;3(13):183.
10. Loscalzo J, Harrison TR. Pengobatan paru-paru dan perawatan kritis Harrison. 2daned. New
York: McGraw-Hill; 2013.
11. Maryani. 2008. Efusi Pleura. Diakses dari
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/pleura.pdf 
12. Mohapatra MM, Rajaram M, Mallick A. Clinical, Radiological and Bacteriological Profile of
Lung Abscess - An Observational Hospital Based Study. Open Access Maced J Med Sci.
2018;6(9):1642–6.
13. Moreira JdaSCJJ, Felicetti JC, Goldenfun PR, et al. Lung abscess: analysis of 252 consecutive
cases diagnosed between 1968 and 2004. J Bras Pneumol 2006;32:136—43.
14. Mustafa M, Iftikhar H, Hamid S, Sien M. Efusi Pleura: Diagnosis, pengobatan, dan kematian.
Int J Pharm Sci Invent. 2015;4(2):37–41.
15. Nicod ECLP. Abcès pulmonaires : évolution dans la prise en charge ? Rev Med Suisse
2015;11:2176—83

26
16. Nicolini A, Cilloniz C, Senarega R, Ferraioli G, Barlascini C. Efusi Pleura karena
Streptococcus pneumoniae: Serangkaian kasus dan tinjauan singkat literatur. Pneumonol
Alergol Pol. 2014;82(3):276–85
17. Omar Lababede, dkk. 2011. Pleural Effsion Imaging,
www.emedicine.medscape.com
18. Pohlson ECMJ, Char C, Kurata L. Lung abscess: a changing pattern of the disease. Am J Surg
1985;150:97—101.
19. Rasad, Sjahriar.2009. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta : FKUI
20. Schweigert M, Dubecz A, Stadlhuber RJ, Stein HJ. Modern history of surgical management
of lung abscess: From Harold Neuhof to current concepts. Ann Thorac Surg.
2011;92(6):2293–7.
21. Seo HCS, Shin KM, et al. Focal necrotizing pneumonia is a distinct entity from lung abscess.
Respirology 2013;18:1095—100.
22. Takayanagi N, Kagiyama N, et al. Etiology and outcome of community-acquired lung
abscess. Respiration. 2010;80(2):98–105.
23. Wang J, Chen K, Fang C, et al. Changing Bacteriology of Adult Community‐Acquired Lung
Abscess in Taiwan: Klebsiella pneumoniae versus Anaerobes. Clin Infect Dis.
2005;40(7):915–22.
24. Yazbeck MF, Dahdel M, Kalra A, Browne AS, Pratter MR. Efusi Pleura-paru: Pembaruan
mikrobiologi dan manajemen. Apakah J Ada. 2014;21(3):217–21.
25. Yen CCTR, Chen SJ, Chin TW. Pediatric lung abscess: a retrospective review of 23 cases. J
Microbiol Immunol Infect 2004;37:45—9

27

Anda mungkin juga menyukai