Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK RADIOGRAFI 4

TEKNIK PEMERIKSAAN MYELOGRAPHY


Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Radiografi 4 Semester IV
Dosen Pengampu : Emi Murniati, S.ST, M.Kes

Disusun Oleh :
DAMARA MARELL FERDYANSYAH
2B/P1337430118045

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah memberikan rahmat

serta hidayah-Nya, sehingga berkat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan

Teknik Radiografi 4 dengan judul “Teknik Pemeriksaan Myelography” tanpa ada halangan

yang berarti dan selesai tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada

Ibu Emi Murniati, S.ST, M.Kes selaku dosen mata kuliah Teknik Radiografi 4, serta teman-

teman jurusan yang telah membantu dan memberi dukungan sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu

kritik dan saran dari semua pihak selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Terima kasih saya sampaikan kepada kerabat penulis yang senantiasa memberi

dukungan dan membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa

meridhai segala usaha kita. Aamiin

Rembang, 19 April 2020

DAMARA MARELL FERDYANSYAH

NIM. P1337430118045

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………..……………………………………………………………….


KATA PENGANTAR ………..……………………………………………………………2
DAFTAR ISI ………..………………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………...…4
A. TUJUAN PELAKSANAAN …………………………………………………….5
B. DASAR TEORI YANG RELEVAN …………………………………………….5
BAB II PELAKSANAAN PRAKTEK …………………………………………………….9
A. INDIKASI & KONTRAINDIKASI ...…………………………………………..9
B. PERSIAPAN PASIEN …………………………………………………………9
C. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN …………………………………………..10
D. PROSEDUR RADIOGRAFI …………………………………………………11
E. HASIL RADIOGRAF …………………………………………………………14
BAB III PEMBAHASAN ………………………………………………………………...15
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………….18

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. TUJUAN PELAKSANAAN
1. Untuk menguji suatu pengujian susunan sistem syaraf pusat yang berada dalam
saluran vertebra. (Rasad, 2005)
2. Untuk memperlihatkan struktur canalis spinalis dengan menggunakan bahan kontras,
baik kontras positif maupun kontras negatif. (Rasad, 2005)
B. DASAR TEORI YANG RELEVAN
1. PENGERTIAN MYELOGRAFI
Myelografi adalah pemeriksaan radiografi dari canalis spinalis dengan penyuntikkan
kontras media positif atau negatif ke dalam ruangan subarachnoid secara lumbal atau
cisterna punksi. Myelografi pertama dilakukan Dandy (1919) dengan media udara
(kontras negatif). Myelografi pertama dengan media kontras positif dilakukan Sicard
dan Forstier (1922). (Rasad, 2005)
Pada pemeriksaan ini pemasukan bahan kontras dapat dilakukan dengan
beberapa cara penyuntikan menuju ruangan subaracnoid. Adapun cara yang di
gunakan yakni:
a. Punksi Cervical
b. Punksi Lumbal
c. Punksi Cistern
2. ANATOMI DAN FISIOLOGI
a. Columna Vertebralis
Columna Vertebrae adalah sebuah struktur lentur yang di bentuk oleh sejumlah
tulang yang disebut vertebrae atau ruas tulang belakang. Di antara tiap dua ruas
tulang belakang terdapat bantalan tulang rawan. Panjang rangkaian tulang belakang
pada orang dewasa dapat mencapai 57 sampai 67 cm. Seluruhnya terdapat 33 ruas
tulang, 24 buah di antaranya adalah tulang-tulang terpisah dan 9, ruas sisanya
bergabung membentuk 2 tulang. (Pearce.C.Evelyn, 2008)

4
Gambar. 1 Columna Vertebrae CV. (Pearce C. Evelyn, 2008)
 Columna Vertebralis terdiri dari:
1) Cervical 7 ruas
2) Thoracal 12 ruas
3) Lumbal 5 ruas
4) Sacrum 5 ruas
5) Coccyxgeus 4 ruas
 Fungsi columna vertebralis, antara lain :
1) Menahan kepala dan alat-alat tubuh yang lain.
2) Pendukung badan yang kokoh
3) Melindungi alat halus yang ada didalamnya (sumsum tulang belakang)
4) Tempat melekatnya tulang iga dan tulang panggul
5) Menentukan sikap tubuh
b. Vertebrae Lumbalis

\\\\

Gambar. 2 Vertebrae Lumbalis. (Netter dkk, 2014)

5
Vertebrae Lumbal atau tulang pinggang merupakan bagian dari columna vertebralis yang
terdiri dari lima ruas tulang dengan ukuran ruasnya lebih besar di bandingkan dengan
ruas tulang leher maupun tulang punggung. Di bagian atas tulang lumbal terdapat tulang
punggung, yang persendianya disebut thoracolumbal joint atau articulation thoraco
lumbalis. Di bagian bawah tulang lumbal terdapat tulang sacrum dan persendianya
disebut lumbosacral joint atau articulation lumbo sacralis. (Pearce C. Evelyn, 2008)
c. Medulla Spinalis
Medulla Spinalis (Spinal Cord) merupakan saraf pusat (central nervous system) yang
terletak di dalam canalis vertebralis bersama ganglion radik posterior yang terdapat
pada setiap foramen intervertebralis terletak berpasangan kiri dan kanan. Medulla
Spinalis ini bermula pada medulla oblongata menjulur ke arah caudal melalui foramen
magnum dan berakhir diantara vertebra lumbalis-I dan lumbalis-II, kemudian meruncing
sebagai conus medularis. (Pearce C. Evelyn, 2008)
Dalam medulla spinalis keluar 31 pasang saraf, terdiri dari :
1) Cervical 7 ruas
2) Thoracal 12 ruas
3) Lumbal 5 ruas
4) Sacrum 5 ruas
5) Coccyxgeus 4 ruas
Panjang normal medulla spinalis orang dewasa adalah 42 cm sampai 45 cm.
Canalis Vertebralis mempunyai bentuk menyerupai segitiga, yang relatif membesar pada
cervical dan mengecil pada daerah thoracal, ini disebabkan pada daerah cervical terdapat
syaraf-syaraf untuk tungkai atas sedangkan pada daerah lumbal terdapat persyarafan
untuk tungkai bawah. (Pearce C. Evelyn, 2008)
Medulla spinalis di kelilingi oleh tiga membran yaitu :
1) Piamater merupakan lapisan yang paling dalam, berupa serabut halus dan lapisannya
yang lebih tebal dan kasar dibanding dengan lapisan pada otak. (Pearce C. Evelyn,
2008)
2) Arakhnoid merupakan lapisan bagian tengah, berupa serabut halus yang memisahkan
piamater dengan duramater, dimana lapisan ini berjalan sampai ke sacral-I. (Pearce
C. Evelyn, 2008)

6
3) Duramater merupakan lapisan terluar, berupa serabut kasar dimana bentuknya
menyerupai tabung yang di dalamnya terdapat radiks anterior dan posterior dan
syaraf-syaraf spinalis yang keluar melalui canalis intervertebralis. (Pearce C. Evelyn,
2008)
Diantara masing-masing membran terdapat ruangan yang memisahkan keduanya
seperti ruang subarakhnoid yang memisahkan antara piamater dengan arachnoid
sedangkan subdural memisahkan antara arakhnoid dan duramater. (Pearce C. Evelyn,
2008)
 Fungsi Medulla spinalis
1) Pusat gerakan otot tubuh
2) Pusat refleksi spinal
3) Menghantarkan rangsangan koordinasi dari otot dan sendi ke cerebelum
4) Sebagai penghubung antara segmen medulla spinalis
5) Mengadakan komunikasi antara otak dengan semua bagian tubuh
3. PATOFISIOLOGI
a. Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
Hernia nukleus pulposus adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan discus
intervertebralis ke arah posterior atau lateral yang dapat menimbulkan penekanan
atau penyempitan radiks syaraf-syaraf, penekanan medula spinal serta
menimbulkan gejala-gejala neurologis. (Sjahriar Rasad, 2005)
b. Tumor
Tumor-Tumor spinal menurut lokalisasinya di bagi atas :
1) Tumor Ekstradural
Lesi yang mengelilingi dural sac seperti suatu manset dan menimbulkan
penyempitan yang konsentris terhadap kontras sekeliling medula spinal. Lesi
asimetris atau lesi lateralis akan menimbulkan pelebaran jarak antara medula
spinal dengan pedikel. (Sjahriar Rasad, 2005)
2) Tumor Intradural
a) Tumor Intradural intramedular
Dural sac berbentuk oval dengan diameter anteroposterior-nya yang lebih
kecil, sehingga pada lesi yang lebih kecil ruang subaracnoid pada posisi
anteroposterior yang lebih dulu menyempit. Pada lesi yang lebih besar
terjadi pelebaran medula spinalis sehingga menimbulkan penyempitan
ruang subaracnoid secara keseluruhan. (Sjahriar Rasad, 2005)

7
b) Tumor Intradural ekstramedular
Lesi ini memberikan filling defect yang jelas dan berbatas tegas didalam
dural sac. Tampak penekanan dan pendesakan spinal cord jika lesi cukup
besar. Pada lesi dibawah konus medularis, maka radiks akan terdesak.
(Sjahriar Rasad, 2005)
c. Arachnoiditis
Istilah arachnoiditis sebenarnya kurang tepat, karena tidak adanya pembuluh darah
pada arachnoid yang memungkinkan terjadinya statuitis (radang). (Sjahriar Rasad,
2005)
Ada beberapa tipe yang di kenal yaitu :
1) Pure Arachnoiditis, yakni penyebab yang sering adalah pemberian obat-obatan
secara suntikan.kebanyakan terdapat di daerah thoracal. Pada myelogram akan
tampak kontras pecah-pecah oleh karena adhesi arachnoid, berbentuk seperti
stalagtid, stalagmid, dan kantung-kantung. (Sjahriar Rasad, 2005)
2) Concoinitant arachnoiditis, yakni gangguan ini merupakan komplikasi
kelainan-kelainan terdahulu di daerah tersebut seperti akibat operasi spinal,
fraktur vertebrae. (Sjahriar Rasad,

8
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTEK

A. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI


1. INDIKASI
Kelainan klinis yang sering dijumpai pada pemeriksaan Myelografi. (Sjahriar Rasad,
2005)
a. HNP (Hernia Nukleus Pulposus)
b. Tumor
1) Tumor Ekstradural
2) Tumor Intradural
a) Intramedular
b) Ekstramedular
c. Kongenital (malformasi)
d. Arachnoiditis
2. KONTRAINDIKASI
Di samping ada indikasi yang dijumpai saat pemeriksaan berlangsung terdapat juga
kontraindikasi yang terjadi saat pemeriksaan myelografi. (Sjahriar Rasad, 2005)
a. Alergi terhadap kontras media
b. Tekanan Intra Kranial yang meninggi
c. Epilepsi
B. PERSIAPAN PASIEN
Menurut buku Sjahriar Rasad Tahun 2005 yang penulis temukan, berikut beberapa
persiapan pasien sebelum melaksanakan pemeriksaan myelografi.
1. Berpuasa dan membatasi cairan selama 8 jam sebelum pemeriksaan.
2. Pemberitahuan tentang pemeriksaan myelografi, termasuk siapa yang akan melakukan
pemeriksaan myelografi, di mana dan berapa lama pemeriksaan myelografi
berlangsung. Pasien perlu di rawat inap semalam di rumah sakit.
3. Pasien harus mengatakan kepada dokter jika pasien alergi terhadap media kontras.
Pasien akan di beri tahu efek samping dari cairan cairan kontras yang di suntikan pada
pemeriksaan myelografi. Anda akan merasa sedikit nyeri karena posisi anda selama
pemeriksaan myelografi dan pada saat memasukan jarum punksi.

9
4. Pasien harus mengatakan kepada dokter jika pasien pernah mengalami kejang, tepat
sebelum pemeriksaan myelografi serta anda harus melepas semua perhiasan / benda-
benda logam lain yang akan menghalangi sinar-x.
5. Pasien akan mendapat oabt emergency, seperti obat tidur untuk membuat anda rileks,
dan obat untuk mengurangi pembengkakan selama pemeriksaan myelografi
6. Pasien harus menandatangani surat yang menyatakan persetujuan untuk melakukan
pemeriksaan myelografi. Pastikan untuk membacanya dengan hati- hati
C. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
Menurut buku Sjahriar Rasad Tahun 2005 yang penulis temukan, berikut beberapa alat
dan bahan yang disiapkan selama pemeriksaan myelografi.
1. Alat-alat yang digunakan :
a. Pesawat yang dilengkapi dengan Flouroscopy
b. Meja pemeriksaan yang dilengkapi dengan Tilting Table, kalau mungkin dengan
Biplane
c. Control Table
d. Kaset
e. Film
2. Bahan-bahan yang digunakan :
a. Non steril
1) Jarum disposible
2) Skin Cleaner (contoh : Hebitadhine )
3) Anastesi Lokal (contoh : Lignokain 4 % )
4) Media Kontras
5) Botol LCS
6) Plester
7) Obat-obatan Emergensi
b. Steril
1) Jarum punksi 2 buah
2) Spuit 2 cc dan 10 cc masing-masing 1 buah
3) Sarung tangan
4) Kain kassa
5) Korentang
6) Media Kontras (Bahan Kontras)

10
a) Bahan kontras
Bahan kontras adalah bahan yang di gunakan dalam pemeriksaan radiografi
yang memberikan kepada citra radiograf dengan hasil Radiopaque atau
Radiolucent. (Sjahriar Rasad, 2005)
Secara garis besar penggunaan bahan kontras pada pemeriksaan myelografi
terdiri dari dua jenis, yaitu :
i. Bahan kontras negatif ( Udara )
Jenis bahan kontras negatif ini lebih ringan dari cairan cerebro spinalis dan
dapat mencapai tempat tinggi dari medula spinalis tetapi sudah jarang
digunakan, karena kesulitan teknis radiografinya dan posisi pemeriksaan
yang sangat mengganggu penderita. Pemeriksaan dengan kontras jenis ini
disebut Pneumomyelogram. (Sjahriar Rasad, 2005)
ii. Bahan kontras positif
Pada bahan kontras positif ini dikelompokkan menjadi dua jenis : Bahan Oil
Soluble (media kontras jenis minyak), bahan kontras ini merupakan jenis
cair yang pertama kali digunakan pada pemeriksaan myelografi.
Contoh : Pantopaque, Myodil (Sjahriar Rasad, 2005).
Kemudian Bahan Water Soluble (media kontras yang larut dalam air),
bahan kontras ini dapat memberikan informasi yang baik, terutama untuk
melihat akar-akar syaraf dan dapat diserap tubuh. (Sjahriar Rasad, 2005)
D. PROSEDUR RADIOGRAFI
1. TEKNIK PEMASUKAN KONTRAS
Pada pemeriksaan myelografi terdapat beberapa teknik punksi (penyuntikkan)
dengan menggunkan bahan kontras ke dalam ruang subarachnoid.

Gambar. 3 Punksi Lumbal, Lateral


Decubitus Kanan. (Sjahriar Rasad, 2005)

11
Gambar. 4 Punksi Lumbal, Lateral
Decubitus Kiri. (Sjahriar Rasad, 2005)

a. Pungsi Lumbal
Metode ini dapat digunakan untuk penderita dengan kelainan daerah cervical ,
thoracal dan lumbal. Adapun langkah-langkah pelaksanaan adalah sebagai
berikut. (Sjahriar Rasad, 2005)
a. Pasien dalam posisi duduk atau lateral decubitus kiri atau kanan
b. Daerah yang akan di punksi di desinfektan dengan menggunakan betadine
c. Bila perlu dilakukan anastesi.
d. Tilting table diposisikan 39° cranial, kemudian lakukan punksi. Sebagai
indikator jarum telah memasuki ruangan subarachnoid adalah ditandai dengan
keluarnya cairan cerebro spinal dari jarum dan bila cairan tersebut belum
keluar maka jarum ditusukkan ke arah yang lebih dalam.
e. Cairan cerebro spinal yang keluar di tampung ke dalam botol specemen untuk
di analisa di laboratorium.
f. Setelah itu media kontras di masukkan ke dalam ruang subarachnoid melaui
jarum punksi dimana jumlahnya sebanyak cairan cerebro spinal yang keluar
2. TEKNIK RADIOGRAFI
Setelah pemeriksaan selesai jarum punksi langsung dicabut karena bahan kontras
tersebut dapat diserap oleh tubuh. Umumnya posisi yang dapat dilakukan pada
pemeriksaan myelografi ini adalah AP dan Lateral. (Sjahriar Rasad, 2005)
a. Posisi pasien saat pengeluaran CSF dan memasukkan media kontras melalui
lumbal
1) Erect (berdiri) atau LLD/RLD
2) Dilakukan penyuntikan dengan jarum spinal setinggi L3 – L4 atau L4 – L5. jika
diperlukan dilakukan penyuntikan setinggi L2 – L3.
3) Kontras disiapkan sebanyak 4 – 6 ml. Lalu disuntikkan ke dalam ruang lumbal
4) Kontrol pemasukan bahan kontras dilakukan dengan fluoroscopy.

12
b. Proyeksi yang digunakan.
1) Posisi pasien prone dengan sinar PA
2) Lateral
3) Oblique, jika diperlukan
4) Prone dengan sinar horizontal, jika diperlukan.
Pada pasien dengan kelainan di daerah lumbal, foto diambil dengan posisi erect
sampai tredelenberg ± 15°. Pada pasien dengan kelainan didaerah thoracal dan
cervical, foto diambil dengan posisi tredelenberg mencapai 45 – 60°. (Sjahriar
Rasad, 2005)
3. PROTEKSI RADIASI
a. Proteksi Radiasi Untuk Petugas Radiasi
Menurut badan tenaga atom nasional 1985, dosis radiasi yang di berikan terhadap
petugas radasi sebesar 50 mSv pertahun. Usaha - usaha yang dilakukan adalah :
1) Radiografer harus berlindung di balik tabir proteksi radiasi pada saat di lakukan
penyinaran.
2) Radiografer tidak di perkenankan untuk memegang pasien pada saat di lakukan
penyinaran
3) Radiografer harus menggunakan alat pencatat dosis radiasi personil (film badge)
4) Radiografer diharapkan jangan mengulang foto rontgen
b. Proteksi Radiasi Untuk Pasien
Menurut buku Ballinger Tahun 1995 yang penulis temukan, tindakan proteksi
radiasi yang bisa dilakukan sebagai berikut.
1) Filtration (penyaringan)
Filtrasi minimal adalah 2,5 mm Al untuk semua tabung fluoroscopy dan untuk
tabung radiografi di atas 75 kVp tujuan dari pemberian filtrasi adalah untuk
mengurangi jumlah sinar-x berenergi rendah yang mencapai pasien, karena
hanya Sinar-X yang berenergi tinggi yang berguna untuk menghasilkan sebuah
gambar. Sinar-X berenergi rendah di serap oleh pasien dan menjadi dosis
pasien. (Ballinger, 1995)
2) Collimaton (kolimasi)
Kolimasi adalah pembatasan Sinar-X yang mencapai objek yang diperiksa,
faktor kolimasi sangat penting. Sinar-X harus selalu di batasi pada objek yang
akan di periksa, semakin lebar kolimasi semakin besar dosis yang diterima.
(Ballinger, 1995)

13
3) Shielding khusus
Gonad shielding di gunakan pada stuasi berikut ini.
a. Orang yang tidak berkepentingan dilarang berada di dalam kamar
pemeriksaan
b. Arah penyinaran diusahakan ke bawah dan apabila penyinaran ke arah
samping atau menyudut maka diusahakan tIdak mengarah ke pintu.
c. Pada saat melakukan penyinaran maka pintu harus selalu ditutup.
4. HASIL RADIOGRAF

Gambar. 5 Hasil Radiograf Myelografi. (Sjahriar Rasad, 2005)


 Kriteria radiograf
a. Tampak kontras yang telah mengisi vertebrae lumbal.
b. Tampak lumbal I-V terproyeksi AP, Lateral, oblique.
5. PASCA PEMERIKSAAN
Bed-Rest 24 jam, Kontrol KU Pasien selama bed-Rest, setiap setengah jam selama 4
jam pertama, dan berikutnya setiap 4 jam sekali sampai selesai bed-rest. (Sjahriar
Rasad, 2005)

14
BAB III
PROFIL KASUS & PEMBAHASAN

A. PROFIL KASUS
(PERAN MEDIA KONTRAS PANTOPAQUE UNTUK MELIHAT INDIKASI lesi
DISKUS INTERVERTEBRALIS PADA MYELOGRAPHY)
Selama penyelidikan ditemukan satu kasus tumor yang menyebabkan nyeri panggul.
Kasus tersebut adalah kista hidatidosa ekstratekal yang dapat dibedakan dengan
myelography. Tampaknya dari penelitian dari jurnal A. CHARLES BEGG dkk, 1946
yang penulis temukan bahwa lesi diskus intervertebralis adalah satu-satunya penyebab
umum nyeri panggul dan nyeri punggung bawah yang parah.
Di awal seri peneliti menemukan 9 kasus di mana myelogram tidak dapat memberikan
informasi yang akurat karena artefak yang timbul dari teknik yang salah. Berdasarkan
pengalaman, peneliti mempelajari penyebab dan pentingnya artefak ini, dan kemudian
bagaimana menghindarinya. Analisis utama didasarkan pada 86 kasus di mana
myelogram dapat memberikan informasi. Dalam 42 pantopaque ini adalah media
kontras, dan sisanya (44) lipiodol. Pantopaque digunakan untuk preferensi, tetapi karena
persediaan tidak selalu tersedia, lipiodol terkadang harus digunakan. Myelography tidak
dilakukan dalam 4 kasus karena tidak ada media yang cocok tersedia saat itu.
B. PEMBAHASAN
Apakah myelography memberikan informasi berguna yang tidak dapat diperoleh
sebelum operasi. Peneliti baru saja menunjukkan bagaimana prosedur menunjukkan
dengan tingkat keparahan diskus patologis yang akurat, dan dengan demikian
memungkinkan ahli bedah untuk mengekspos dan mengeksplorasi dengan minimum
keterlambatan dan trauma. Dalam salah satu kasus peneliti, yang telah dieksplorasi di
tempat lain tanpa informasi yang memberi manfaat, myelogram menunjukkan bahwa
diskus yang salah telah terekspos, dan bahwa diskus yang menyinggung tidak terganggu.
Myelography awal mungkin akan mencegah kesalahan yang tidak menguntungkan
ini. Demikian pula itu mengungkapkan adanya beberapa prolaps, yang dalam seri
peneliti terjadi di daerah pinggang bawah di 17 persen.
Sepotong informasi yang paling berguna adalah apakah diskus prolaps ditempatkan
secara terpusat atau menyamping. Dalam seri peneliti sekitar sepertiga dari prolapses
ditempatkan secara terpusat sementara dua pertiga ditempatkan secara lateral.

15
Peneliti belajar dari pengalaman pahit bahwa dengan prolaps sentral seringkali
mustahil untuk menghapus secara memuaskan semua jaringan diskus yang mengalami
degenerasi hanya dari satu sisi theca, dan bahwa kemudian perlu untuk mengekspos dan
kuret disk yang terkena dari sisi yang berlawanan juga. Pada tahap awal penelitian
peneliti beberapa pasien peneliti setelah operasi masih memiliki gejala, seperti sakit
punggung parah atau sakit parah di kaki yang berlawanan. Sebagian besar contoh prolaps
sentral di mana prosedur unilateral telah dilakukan. Ketika pada operasi kedua peneliti
datang untuk mengeksplorasi disk yang terpengaruh dari sisi lain, peneliti sering terkejut
menemukan sejumlah besar materi diskus yang terdegenerasi masih ada di ruang diskus,
dan penghapusan ini biasanya menghilangkan gejala. Konsekuensinya kita sekarang
mengeksplorasi prolaps pusat dari kedua sisi teka, dan pengetahuan yang diberikan
mielografi tentang situasi lesi sehingga membantu dalam merencanakan operasi.
Keuntungan lain dari myelography adalah membantu dalam membedakan tumor
cauda equina yang mungkin mensimulasikan lesi disk. Peneliti hanya bertemu dengan
satu contoh, kista hidatidosa ekstratekal di daerah lumbosakral yang menyebabkan linu
panggul. Love (1944) ~ melaporkan, di Mayo Clinic, selama periode ketika 100 pasien
berturut-turut menjalani operasi untuk diskus intervertebralis yang menonjol, 8 kasus
tumor tulang belakang yang menghasilkan 'sindrom diskus' ditemukan, dan bahwa
diagnosis yang benar dibuat sebelum -operatif dalam kasus-kasus ini sebagian besar
karena tusukan tulang belakang dan myelography kontras dilakukan sebelum operasi.
Dengan tidak adanya myelography, seorang ahli bedah harus memaparkan kedua disk
intervertebralis lumbal yang lebih rendah dari kedua sisi theca jika ia ingin menghindari
melihat lesi atau berurusan dengan yang tidak lengkap. Peneliti mengikuti praktik ini
ketika mielogram normal atau dikaburkan oleh artefak, tetapi itu bukan kebijakan yang
baik untuk diikuti sebagai rutin, karena itu berarti bahwa sering kali jumlah yang tidak
perlu dari trauma bedah ditimbulkan pada kolom vertebral. Untuk mengekspos disk
secara memadai sehingga seseorang dapat yakin itu normal, seringkali memerlukan
pengangkatan tulang belakang dan lamina, karena pemaparan yang diperoleh dengan
pendekatan interlaminar terlalu terbatas untuk visualisasi yang tepat dari banyak prolaps
sentral. Sekali lagi, jika ada tumor, pajanan harus lebih lebar. Pengetahuan sebelumnya
tentang apa yang secara wajar dapat diharapkan untuk ditemukannya di operasi biasanya
memungkinkan ahli bedah untuk menangani lesi dengan trauma minimum dan
keterlambatan.

16
C. HASIL RADIOGRAF
Gambar. 6 Prolaps central disk yang besar
menyebabkan blok lengkap, dengan media
kontras yang terperangkap di dalamnya. Film
yang diambil dengan kepala dimiringkan ke
bawah 60 "di bawah horisontal. A, pandangan
Anteroposterior yang menunjukkan gerigi pada
blok karena gambaran saraf. B, Lateral view,
menunjukkan bahwa ujung kolom dapat
dipindahkan ke belakang oleh prolaps.
A B

Gambar. 7 Dua contoh penyempitan gelas jam pada kolom tulang belakang, yang
menunjukkan variasi lebar isthmus: A, Perhatikan garis-garis akar saraf ketika mereka
memeluk dinding anterolateral di mana terbentang di selokan sempit. kubah prolaps.
C, pandangan lateral yang cenderung lesi yang digambarkan dalam A, menunjukkan
invaginasi anterior dari kolom thecal

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Ballinger, W, Phillips. Merill’s atlas of Radiographic Positions and Radiologic


Procedures sixth edition, vol : 3, Mosby
2. Rasad Sjahriar,2005 Radiologi Diagnostik.balai penerbit FKUI, Jakarta.
3. Ballinger W. phillips, 1995 Merill’s atlas of Radiographic position and Radiologic
4. Ballinger W Phillips, 1999 Merrill’s atlas of Radiographic position and Radiologic
volume one, ninth Edition, Mosby
5. Frank D Eugene, Merrill’Atlas of Radiographic Position and Prosedures vol one,
Elevent Edition,Mosby
6. Pearce.C. Evelyn,2008 Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedic, Jakarta.
7. Myelography in lumbar intervertebral disk lesions; a correlation with operative
findings _ https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20278124

18

Anda mungkin juga menyukai