Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK RADIOGRAFI 4

TEKNIK PEMERIKSAAN DISCOGRAPHY


Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Radiografi 4 Semester IV
Dosen Pengampu : Emi Murniati, S.ST, M.Kes

Disusun Oleh :
DAMARA MARELL FERDYANSYAH
2B/P1337430118045

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah memberikan rahmat

serta hidayah-Nya, sehingga berkat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan

Teknik Radiografi 4 dengan judul “Teknik Pemeriksaan Discography” tanpa ada halangan

yang berarti dan selesai tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada

Ibu Emi Murniati, S.ST, M.Kes selaku dosen mata kuliah Teknik Radiografi 4, serta teman-

teman jurusan yang telah membantu dan memberi dukungan sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu

kritik dan saran dari semua pihak selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Terima kasih saya sampaikan kepada kerabat penulis yang senantiasa memberi

dukungan dan membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa

meridhai segala usaha kita. Aamiin

Rembang, 19 April 2020

DAMARA MARELL FERDYANSYAH

NIM. P1337430118045

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………..……………………………………………………………….


KATA PENGANTAR ………..……………………………………………………………2
DAFTAR ISI ………..………………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………...…4
A. TUJUAN PELAKSANAAN …………………………………………………….4
B. DASAR TEORI YANG RELEVAN …………………………………………….4
BAB II PELAKSANAAN PRAKTEK ……………………………………………………..7
A. INDIKASI & KONTRAINDIKASI ...…………………………………………..7
B. PERSIAPAN PASIEN …………………………………………………………7
C. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN ……………………………………………8
D. PROSEDUR RADIOGRAFI …………………………………………………...9
E. HASIL RADIOGRAF …………………………………………………………12
BAB III PEMBAHASAN ………………………………………………………………....14
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………...18

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. TUJUAN PELAKSANAAN
Untuk memperlihatkan herniasi atau discus atau degenerasi yang biasanya terjadi pada
daerah lumbo-sacral dan terkadang terjadi didaerah cervical
B. DASAR TEORI YANG RELEVAN
1. PENGERTIAN DISCOGRAPHY
Discography adalah istilah yang digunakan untuk memperlihatkan herniasi atau discus
atau degenerasi yang biasanya terjadi pada daerah lumbo-sacral dan terkadang terjadi
didaerah cervical. Pemeriksaan discography pertama kali diperkenalkan oleh seorang
radiolog asal Swedia yaitu K. Lindblom pada tahun 1948 dan dikembangkan oleh
Doward dan Butt.
2. ANATOMI DISCUS INTERVERTEBRAE
Discus adalah ruang persendian yang dibentuk antara dua vertebrae yang
dikuatkan oleh ligamentum yang berjalan di depan dan di belakang corpus vertebrae
sepanjang columna vertebralis. Discus pada masing-masing corpus berbentuk pendek
silindris.

Gambar. 1 Anatomi Discus Intervertebrae

Banyak lamella vertikal pada daerah discus yang berbentuk spons, sehingga
memungkinkan untuk menahan goncangan. Bagian luarnya dilingkupi tulang keras
yang tipis. Discus terdiri dari :
1. Lingkaran fibrus cartilago, merupakan lapisan cartilago yang menutupi permukaan
atas dan bawah dari setiap body vertebrae.

4
2. Annulus fibrosus, merupakan lapisan jaringan fibrus dan cartilago yang
membentuk bantalan diantara lingkaran cartilago.
3. Nucleus pulposus ; yaitu pusat dari annulus fibrosus.
Pada keadaan normal, discus berfungsi sebagai penahan goncangan dan
memberikan keseimbangan pada columna vertebralis pada saat tubuh dalam keadaan
tegak. Sendi yang terbentuk antara discus dan vertebrae adalah persendian dengan
gerakan yang terbatas saja dan termasuk sendi jenis simphisis, yaitu sebuah
persendian yang hanya dapat bergerak sedikit, tetapi jumlahnya yang banyak memberi
kemungkinan membengkok kepada columna secara keseluruhan. Selama menjadi
bagian yang tidak kaku dari columna vertebralis, maka discus ini akan memberikan
flexibilitas dan mempunyai tekanan yang sama, tetapi jika dalam keadaan fleksi ,
ekstensi atau salah satu sisinya menahan beban maka salah satu sisi discus tersebut
akan menambah tekanan sesuai dengan besar tekanan tersebut.

Gambar. 2 Potongan Sagittal Discus Intervertebrae

 Keterangan
(1) Annulus Fibrosus, yang menjadi dasar lingkaran fibrosus. (2) Nucleus
Pulposus, yang menjadi pusat dari discus dan merupakan target dari penyuntikan pada
discography. (3) Ligamen Longitudinal Anterior. (4) Ligamen Longitudinal Posterior.
(5) Canalis Vertebralis.

5
3. PATOLOGI
a. Spondylosis lumbal
Spondylosis lumbalis dapat diartikan perubahan pada sendi tulang belakang
dengan ciri khas bertambahnya degenerasi discus intervertebralis yang diikutu
perubahan pada tulang dan jaringan lunak, atau dapat berarti pertumbuhan
berlebihan dari tulang (osteosit), yang terutama terletak di aspek anterior lateral
dan kadang-kadang posterior dari tepi superior dan inferior vertebra centralis
(corpus). Kondidi ini terjadi pada usia 30-45 tahun dan lebih banyak terjadi pada
wanita daripada laki-laki. Faktor yang bisa menyebabkan spondylosis lumbalis
adalah usia, obesitas, duduk dalam waktu lama, kebiasaan postur yang jelek,
stress dalam aktivitas pekerjaan dan tipe tubuh. Gejala yang sering muncul adalah
nyeri pinggang, spasme otot, keterbatasan gerak kesegala arah hingga gangguan
fungsi seksual.
b. Spondyloatritis lumbal
Spondiloartritis adalah penyakit inflamasi rematik yang mempengaruhi
tulang belakang, persendian, dan enthesis (yaitu tempat masuknya ligamen,
tendon, atau kapsul artikular ke dalam tulang, misalnya Achilles tendonitis,
plantar fasciitis). Penyakit ini adalah gabungan dari beberapa penyakit terkait:
Ankylosing spondilitis, Artritis psoriasis, Artritis enteropatis, Artritis reaktif, dan
Spondiloartritis yang tidak dibedakan.

6
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTEK

A. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI


1. INDIKASI
Kelainan klinis yang sering dijumpai pada pemeriksaan discography. (Glenda J.
Bryan, 1974).
a. Ruptur Nukleus Pulposus
b. Lesi internal discus, yang tidak dapat dilihat pada pemeriksaan myelografi.
c. Hernia Nucleus Pulposus (HNP)
d. Penyempitan saluran spinal canal.
2. KONTRAINDIKASI
Di samping ada indikasi yang dijumpai saat pemeriksaan berlangsung terdapat juga
kontraindikasi yang terjadi saat pemeriksaan discography. (Glenda J. Bryan, 1974).
a. Alergi terhadap bahan kontras.
b. Pendarahan
c. Multiple sclerosis
B. PERSIAPAN PASIEN (Glenda J. Bryan, 1974)
Dalam beberapa pemeriksaan radiologi yang menggunakan bahan kontras, biasanya
pasien di minta untuk melakukan beberapa persiapan. untuk pemeriksaan discography,
persiapan pasien adalah sebagai berikut :
a. Jika pasien wanita, tanyakan apakah pasien hamil.
b. Tanyakan apakah pasien mengkonsumsi obat-obatan sebelumnya.
c. Tanyakan apakah pasien mempunyai riwayat asma.
d. Penandatanganan informed consent.
e. Melepaskan benda-benda logam pada daerah yang akan diperiksa.
f. Pasien puasa selama 5 jam sebelum pemeriksaan.
g. Pasien diberi penjelasan tentang prosedur pemeriksaan.
h. Dibuat plain foto posisi AP dan lateral pada daerah yang akan diperiksa.

7
C. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
Persiapan alat-alat dan bahan pada pemeriksaan discography ini dapat dibedakan
menjadi dua yaitu, alat-alat steril dan unsteril (Glenda J. Bryan, 1974).
1. Steril
a. Needle dengan ukuran 20 dan 25
b. Spuit 10 ml dan 2 ml
c. Drawing-up canule
d. Gallipot
e. Kain kassa
f. Kapas
g. Media kontras yang digunakan 0,5 cc – 2 cc Angiografin atau Conray 280 atau
garam meglumine dari iothalamate atau diatrizoate 0,5 cc – 2 cc.
2. Unsteril
a. Pesawat sinar-x dan fluroscopy
b. Kaset dan film
c. Grid/lysolm
d. Marker
e. Gonad shield
f. Apron
g. Botol obat antiseptik hibitane 0,5 %
h. Botol anastesi lokal lignocaine 1 %
i. Ampul media kontras
j. Jarum disposable
k. Peralatan dan obat-obat emergensi

8
D. PROSEDUR RADIOGRAFI
1. PRA-PEMERIKSAAN
a. Premedikasi (Glenda J. Bryan, 1974)
Diberikan obat sedatif, yaitu kombinasi dari 10 mg Drop ridol & 0,15 mg
phenoperidin.
b. Metode Penyuntikkan
Pada pemeriksaan discography, ada dua cara dalam penyuntikan media kontras
yaitu :
1) Dengan 1 jarum (Standard Spinal Puncture Needle).
2) Dengan 2 jarum (The Double Needle Combination).
3) Double jarum terdiri dari :
a) Jarum ukuran 20, yang akan digunakan untuk menyuntik spinal dan
mencapai annulus fibrosus.
b) Jarum ukuran 25 (lebih panjang dari jarum ke-1),yang akan digunakan
sebagai jarum penunjuk untuk menembus celah sampai menemukan pusat
dari nucleus pulposus.
Jarum yang digunakan untuk daerah cervical biasanya digunakan dengan
panjang 2 - 2,5 inchi, sedangkan untuk daerah lumbal 3,5 - 5 inchi. Penyuntikan
dilakukan di bawah kontrol fluoroskopi. Kombinasi dengan jarum double lebih
baik daripada dengan satu jarum.
2. TEKNIK RADIOGRAFI
a. DISCOGRAPHY PADA LUMBAL
1) Pasien diposisikan lateral decubitus, dengan punggungnya dilengkungkan
serta lutut difleksikan. Bantalan busa hendaknya ditempatkan di suatu tempat
yang dianggap perlu agar tulang belakang itu menjadi paralel dengan meja
pemeriksaan.

9
Gambar. 3 Posisi Lumbal Pungsi
2) Daerah yang akan dipunksi diberikan antiseptik.
3) Kemudian dengan kontrol fluoroscopy, jarum dengan ukuran 20 ditusukkan
diantara ruas spinosus dan langsung ketulang cincin dari discus yang akan
diperiksa dan ujung jarum menembus annulus fibrosus.
4) Kemudian masukkan jarum kedua,ke dlm jarum ke satu (jarum kedua lebih
panjang daripada jarum pertama), sehingga jarum tersebut terletak dalam
nucleus pulposus.

Gambar. 4 Injeksi Lumbal Pungsi


5) Kemudian dilakukan penyuntikan kontras media.

Gambar. 5 Penyuntikan Media Kontras

10
6) Lalu dibuat proyeksi lateral dengan jarum tetap berada di dalamnya. Bila
media kontras sudah cukup, jarum dicabut dan daerah penyuntikan ditutup.

CR : Tegak lurus kaset.

CP : Setinggi L3 (palpasi lower costal margin/4 cm di atas crista iliaka)

FFD : 100 cm

Eksposi : Ekspirasi tahan nafas.

7) Kemudian pasien diposisikan supine, paha di fleksi secukupnya agar bagian


belakang tubuh menempel meja pemeriksaan.
8) Kemudian dibuat posisi AP dengan 100 – 200 cranialy.
9) Jika dibutuhkan maka dibuat foto oblique.
b. DISCOGRAPHY PADA CERVICAL

Gambar. 6 Discography Cervical


1) Pasien diposisikan supine.
2) Kemudian prosedur penyuntikan dan pemasukkan kontras media sama seperti
prosedur lumbal discography.
3) Jika tidak ada peralatan biplane, dapat digunakan table top grid untuk
menempatkan film dengan CR vertikal dan mobile unit untuk proyeksi lateral
cross table.
4) Proyeksi yang dilakukan AP dengan CR 100º cranialy, yang bertujuan untuk
mengurangi kurva lordotik yang disebabkan oleh ketinggian kepala pasien.

11
3. PASCA PEMERIKSAAN
a. Bed rest selama 24 jam.
b. Periksa tekanan darah dan pernapasan setiap 30 menit selama 4 jam pertama dan
setiap 4 jam selama 24 jam.

E. HASIL RADIOGRAF
1. LUMBAL DISCOGRAPHY

Gambar. 7 Lumbal Discography


Kriteria radiograf :

a. Tampak gambaran jarum yang menusuk bagian diskus intervertebralis yang


telah terisi bahan kontras di lempengan atau ruas tulang belakang
b. Tampak foramen intervertebralis L1– L4, corpus vertebrae, space
intervertebrae, prosessusspinosus.
c. Tidak ada rotasi. Bila media kontras sudah cukup, jarum dicabut dan daerah
penyuntikan ditutup. Kemudian pasien diposisikan supine.

12
2. CERVICAL DISCOGRAPHY

Gambar. 8 Cervical Discography

13
BAB III
PROFIL KASUS & PEMBAHASAN

A. PROFIL KASUS
DISKOGRAFI DALAM EVALUASI LESI LUMBAR DISK
Sejak deskripsi diskografi asli LINDBLOM, minat yang cukup besar telah dibuktikan
dalam prosedur ini sebagai sarana untuk mengevaluasi lesi disk intervertebralis lumbal.
Atas dasar diseksi anatomi yang luas, Lindblom (4) membuat katalog karakter, frekuensi,
dan temuan patologis pada lesi disk pada 160 otopsi. Sebagai bagian dari penyelidikan
anatomi ini, ia menyuntikkan timbal merah ke dalam cakram lumbar dan mampu
mempelajari derajat degenerasi, arah penonjolan nukleus, dan adanya ruptur di dalam
cakram, secara roentgenografis.

Pada tahun 1948, ia pertama kali menggambarkan aplikasi klinis diskografi (5). Dengan
menyuntikkan 35 persen Perabrodil (Diodrast) sebagai bahan kontras langsung ke dalam
inti cakram, dengan menusuk dengan jarum tipis dan halus, ia dapat memvisualisasikan
arsitektur internal. Dia menggambarkan disk normal, derajat dan arah fisura, dan
penampilan disk yang menunjukkan derajat degenerasi, tonjolan, dan kebocoran epidural
yang bervariasi. Dia menunjukkan, juga, bahwa dalam persentase kasus yang tinggi,
injeksi disk yang patologis atau menyinggung akan mereproduksi rasa sakit pasien.
Dengan demikian orang dapat menentukan apakah disk yang disuntikkan adalah sumber
gejala, atau jika disk, meskipun mengalami degenerasi, masih belum menghasilkan
gejala. Dengan metode ini pemeriksa diberi pengetahuan langsung tentang kondisi
patologis disk, dan dalam persentase yang tinggi ia dapat mengkorelasinya dengan gejala
klinis.

Myelography telah menjadi bantuan dalam lokalisasi dan penentuan tonjolan disk.
Namun, dokter, mengevaluasi hasil prosedur ini saat operasi, telah menemukan bahwa
kesalahan terjadi dalam penggunaannya. Pasien dengan gejala yang jelas dan tonjolan
terbukti memiliki myelograms negatif sementara, seperti dalam banyak pemeriksaan
lainnya, positif palsu sesekali terjadi.

14
B. PEMBAHASAN
Poin-poin yang ditekankan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Seperti yang telah diamati oleh orang lain, reproduksi rasa sakit pada disk yang
mengalami degenerasi adalah tanda akurat dari sifat disk yang menyinggung. Dalam
kasus kebocoran epidural, rasa sakit mungkin sedikit. Meskipun nyeri punggung dapat
direproduksi, nyeri kaki mungkin tidak nyata karena tekanan tidak dapat dinaikkan
secara memadai dalam disk.
2. Kegagalan mielogram dalam pemeriksaan diagnostik telah ditekankan di masa lalu.
Kami telah terkesan dengan temuan, pada film lateral rutin dengan pasien cenderung,
suspensi posterior aspek anterior kantung tulang belakang, terutama di atas level L5-S1
dan pada tingkat yang lebih rendah di atas level L4-5. Jika film lateral semacam itu
dengan sinar terarah horizontal secara rutin dibuat dalam studi mielografi, orang
kemudian dapat menyadari kemungkinan diagnostik mielogram pada area ruang lumbar
yang lebih rendah ini.
3. Demonstrasi beberapa disk yang mengalami degenerasi sangat penting untuk
diagnosis lengkap dan untuk perawatan bedah yang lebih memadai. Saya mengerti
bahwa ketika tiga ruang terlibat, proses degeneratif luas dan hasil bedah kurang
memuaskan. Ini telah berfungsi sebagai pencegah dalam merekomendasikan operasi
dalam kelompok ini. Meskipun beberapa ruang tidak menghasilkan gejala langsung,
injeksi disk tidak mereproduksi pola nyeri yang mungkin ada pada waktu sebelumnya.
4. Dua puluh enam pasien dalam seri telah mengalami sakit perut, inguinal, atau
perineum yang terkait dengan nyeri punggung, atau gejala-gejala ini dihasilkan selama
injeksi cakram. Ini adalah gambaran klinis yang penting, karena banyak pasien
mengeluhkan distribusi nyeri yang tidak ortodoks dengan atau tanpa sakit punggung.

15
C. HASIL RADIOGRAF
Gambar. 9 A. Kontrol film lateral dengan jarum pada
posisi di empat ruang sebelum injeksi media kontras.
B. Discogram setelah injeksi kontras. Ruang L2-3 dan
L3-4 adalah normal, tanpa reproduksi rasa sakit saat
injeksi. L4-5 menunjukkan degenerasi, tonjolan
posterior yang ditandai, dan kebocoran epidural.
Injeksi menyebabkan rasa sakit di bagian belakang dan
bawah kedua kaki. L5-S1 menunjukkan cakram
penyempitan bawaan pada vertebra transisional,
dengan degenerasi. Injeksi menyebabkan rasa sakit di
kaki kiri.

Gambar. 10 A. Mielogram, proyeksi lateral dalam posisi


tengkurap, dengan sinar terarah horizontal, menunjukkan
defek pada kantung tulang belakang antara L4 dan L5.
B. Diskogram, proyeksi yang sama, menunjukkan korelasi
penonjolan bahan kontras melalui celah dengan lekukan
kantung tulang belakang antara L4-5 dalam mielogram.
Ruang di atas dan di bawah tidak menyinggung.

16
Gambar. 11 A dan C. Myelogram negatif. Perhatikan ruang antara kantung tulang belakang
dan aspek posterior tubuh LS dan ruang disk LS-S1 dalam "A.JJ Pemisahan ini diamati dalam
24 kasus SO di mana myelography dilakukan. Kemungkinan diagnosis yang buruk dapat
diprediksi ketika hubungan anatomis ini dicatat. B, D, dan E. Diskogram menunjukkan
degenerasi ruang disk L4-S, LS-S1. Tingkat penonjolan anterior dan posterior ditunjukkan
dalam "B." Spread dan kebocoran lateral dicatat pada "E." L4-S dan injeksi LS-S1
mengakibatkan sakit punggung dan sakit kaki kanan.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Merril’s Atlas Of Radiography Positions and Radiologic Prosedures Volume III,


Philip W. Ballinger
2. Diagnostic Radiography A Concise Practical Manual, Glenda J. Bryand
3. Discography, Bruno Grignon
4. Pearce.C. Evelyn, 2008 Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedic, Jakarta.
5. Discography in Evaluation of Lumbar Disk Lesions _
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/13273637

18

Anda mungkin juga menyukai