OLEH :
RAHMAWATI NINGSIH
KLINIK UTAMA SUKMA WIJAYA SAMPANG
INSTALASI ANESTESI
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR
JL. JAKSA AGUNG SUPRAPTO NO 2
MALANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Hari : Selasa
Malang, 23-05-2023
Peserta Pelatihan
1.1 Pengertian
Fraktur merupakan suatu kondisi terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
rawan yang disebabkan oleh rudapaksa, dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak
langsung.
pada rahang bawah (mandibula) dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan benar.
Mandibula adalah tulang rahang bawah pada manusia dan berfungsi sebagai tempat
menempelnya gigi geligi. Faktor etiologi utama terjadinya fraktur mandibula bervariasi
paling utama. Beberapa peyebab lain berupa kelainan patologis seperti keganasan pada
oleh trauma wajah ataupun keadaan patologis. Pukulan keras pada muka dapat
Fraktur mandibula merupakan fraktur kedua tersering pada kerangka wajah, hal ini
disebabkan kondisi mandibula yang terpisah dari cranium. Diagnosis fraktur mandibula dapat
ditunjukkan dengan adanya rasa sakit, pembengkakan, nyeri tekan dan maloklusi. Patahnya
gigi, adanya gap, tidak ratanya gigi, tidak simetrisnya arcus dentalis, gigi yang longgar dan
krepitasi menunjukkan kemungkinan adanya fraktur mandibula. Selain itu mungkin juga
Mandibula adalah tulang rahang bawah pada manusia dan berfungsi sebagai tempat
menempelnya gigi geligi. Mandibula berhubungan dengan basis kranii dengan adanya
temporo mandibular joint dan disangga oleh otot-otot pengunyahan. Mandibula terdiri dari
korpus berbentuk tapal kuda dan sepasang ramus. Korpus mandibula bertemu dengan ramus
masing-masing sisi pada angulus mandibula. Pada permukaan luar digaris tengah korpus
mandibula terdapat sebuah rigi yang menunjukkan garis fusi dari kedua belahan selama
adanya penonjolan dipermukaan luar, sedangkan pada orang tua yang giginya telah tanggal
procesus alveolaris mengalami regresi. Bagian depan dari korpus mandibula terdapat
protuberantia mentale yang meninggi pada tiap-tiap sisi membentuk tuberculum mentale.
Bagian permukaan luar digaris vertical premolar kedua terdapat foramen mentale. Bagian
posterior korpus mandibula mempunyai dua procesus yaitu processus coronoideus anterior
yang merupakan insersio otot pengunyahan dan processus condylaris bagian posterior yang
mandibula terdapat foramen mandibula yang masuk kedalam kanalis mandibula sedangkan
permukaan korpus mandibula terbagi oleh peninggian yang miring disebut linea mylohyoidea
(Platzer, 2015).
Mandibula dipersarafi oleh 3 cabang nervus yaitu N. Bucalis Longus, N. Lingualis dan N.
Alveolaris inferior. Nervus mandibularis merupakan cabang terbesar yang keluar dari
ganglion gasseri. Saraf keluar dari cranium melalui foramen ovale dan bercabang menjadi 3
percabangan yaitu
a. N. Buccalis Longus
Nervus buccalis longus keluar tepat diluar foramen ovale. Saraf berjalan diantara kedua
caput m.pterygoideus externus, menyilang ramus untuk kemudian masuk kepipi melalui
menuju membrane mukosa bukal dan mukoperiosteum disebelah lateral gigi-gigi molar
b. N. Lingualis
Nervus lingualis cabag berikut berjalan kedepan menuju garis median. Saraf berjalan
kebawah superficial dari m. Pterygoideus internus berlanjut ke lingual apeks gigi molor
ketiga bawah. Pada titik ini saraf masuk kedalam basis lingual melalui dasar mulut dan
c. N. Alveolaris Inferior
Nervus alveolaris inferior adalah cabang terbesar dari N. mandibularis. Saraf turun balik
dari m. pterygoideus externus disebelah posterior dan dibagian luar N.lingualis, berjalan
percabangan untuk gigi geligi. Pada foramen mentale saraf bercabang menjadi dua salah
satunya adalah nervus incicivus yang berjalan terus kedepan menuju garis median
Rami dentalis brevis menginervasi gigi molar, premolar, proc. Alveolaris dan
periosteum
N. mentalis lekuar melalui foramen mentale untuk menginervasi kulit dagu, kulit
1.3 Etiologi
Menurut Helmi (2014) fraktur mandibula dapat disebabkan oleh trauma maupun proses
patologik.
b. Terjatuh (22,3%)
a. Kista
b. Tumor tulang
c. Osteogenesis imperfect
d. Osteomielitis
1) Fraktur traumatic
penderita
- Trauma tidak langsung (indirect), terjadi seperti pada penderita yang jatuh
dengan tangan menumpu dan lengan atas bawah lurus, berakibat fraktur kaput
Trauma yang berulang dan kronis pada tulang yang mengakibatkan tulang menjadi
lemah
3) Fraktur patologis
Trauma yang terjadi proses patologis yang mengakibatkan tulang tersebut rapuh
dan lemah
1) Fraktur simple/tertutup disebut juga fraktur tertutup oleh karena kulit disekeliling
struktur lain seperti saraf, pembuluh darah, organ visera atau sendi
1) Fraktur komplit, garis fraktur membagi tulang menjadi dua fragmen atau lebih.
Garis fraktur bias transversal, oblik atau spinal. Kelainan ini dapat
2) Fraktur inkomplit, kedua fragmen fraktur terlihat saling impaksi atau masih saling
tertancap
Hal tersebut diatas merupakan klasifikasi fraktur secara umum sedangkan klasifikasi fraktur
dapat pada satu, dua atau lebih pada region mandibula ini.
b. Berdasarkan ada tidaknya gigi. Klasifikasi berdasarkan gigi pasien penting diketahui
karena akan menentukan jenis terapi yang akan kita ambil. Dengan adanya gigi,
penyatuan fraktur dapat dilakukan dengan jalan pengikatan gigi dengan menggunakan
1) Fraktur kelas 1 : gigi terdapat di 2 sisi fraktur, penanganan pada fraktur kelas 1
3) Fraktur kelas 3 : tidak terdapat gigi dikedua sisi fraktur, pada keadaan ini
dilakukan melalui open reduction, kemudian dipasangkan plate and screw atau
Dengan melihat cara perawatan maka pola fraktur mandibula dapat digolongkan
menjadi :
Fraktur unilateral biasanya hanya tunggal, tetapi kadang terjadi lebih dari satu
fraktur yang dapat dijumpai pada satu sisi mandibula dan bila hal ini terjadi
Fraktur bilateral adalah suatu kombinasi antara kecelakaan langsung dan tidak
dan bagian leher kondilar yang berlawanan atau daerah gigi kanius dan
1.5 Patofisiologi
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya dalam
tubuh yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic dan patologik. Kemampuan otot
mendukung tulang turun baik yang terbuka maupun yang tertutup. Kerusakan pembuluh
darah akan mengakibatkan perdarahan, maka volume darah akan menurun. Hematoma akan
mengeksudasi plasma dan proliferasi menjadi edema local dan terjadi penumpukan didalam
tubuh. Fraktur terbuka dan tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan
gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi
neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu. Disamping
itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi
terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan
kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan metabolic, patologik yang terjadi baik terbuka atau tertutup.Pada umumnya pasien
fraktur terbuka maupun tertutup dilakukan imobilitas yang bertujuan untuk mmepertahankan
MRS Ansietas
Fraktur mandibula
B2 B3 B4 B6
B1
Perubahan jaringan sekitar Pergeseran fragmen tulang Perubahan jaringan sekitar Perubahan jaringan sekitar Perubahan jaringan sekitar
a) Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
b) Ekstermitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung
c) Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa
Gejala pada fraktur mandibula biasanya timbul rasa nyeri terus menerus pendarahan oral,
fungsi berubah, terjadi pembengkakan, krepitasi, sepsis pada fraktur terbuka dan deformitas.
Jika fraktur ini mengenai korpus mandibula akan terlihat gerakan yang abnormal pada
tempat fraktur sehingga gerakan mandibula menjadi terbatas dan susunan gigi menjadi tidak
teratur. Sebagian besar fraktur mandibula terjadi tanpa terbukanya tulang dan tanpa
1.7 Komplikasi
Menurut Helmi (2014) secara umum komplikasi fraktur terdiri atas komplikasi awal dan
a) Komplikasi awal
1. Syok
2. Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai oleh tidak adanya nadi, CRT
menurun, sianosis bagian distal, hematoma yang lebar serta dingin pada
3. Sindrom kompartemen
Adalah suatu kondisi dimana terjadi terjebaknya otot, tulang, syaraf dan
pembuluh darah dalam jaringan parut akibat suatu pembengkakan dari edema
tengah tulang.
4. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.Pada trauma
ortopedik infeksi dimulai pada kulit dan masuk kedalam. Hal ini biasanya terjadi
pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam
5. Avaskular nekrosis
Avaskular nekrosis terjadi karena aliran darah ketulang rusak atau terganggu
yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya volkman’s
ischemia
Adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang.
FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan sumsum tulang kuning masuk
ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang
jaringan lunak
f. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse atau cidera
hati
Ada dua cara penatalaksanaan fraktur mandibula yaitu close reduction dan open
reduction. Pada teknik tertutup yaitu reduksi/reposisi fragmen fraktur secara tertutup, reduksi
fraktur dan imobilisasi mandibula dicapai dengan jalan menempatkan peralatan fiksasi
edentulous disebelah proksimal dengan pergeseran yang hanya sedikit.Pada prosedur terbuka
yaitu reduksi/reposisi fragmen fraktur secara terbuka, bagian yang fraktur dibuka dengan
pembedahan dan segmen direduksi dan difiksasi secara langsung dengan menggunakan kawat
atau plat.Teknik terbuka dan tertutup tidaklah selalu dilakukan tersendiri, tetapi kadang-
kadang dikombinasikan.
Indikasi reduksi secara tertutup (close reduksi) digunakan pada kondisi-kondisi sebagai
berikut :
a) Fraktur yang tidak terdisplace dapat ditangani dengan jalan reduksi tertutup dan
fiksasi intermaxilla
b) Fraktur dikembalikan pada posisi yang sebenarnya dengan jalan reduksi tertutup dan
c) Kawat dapat dipasang pada gigi dikedua sisi fraktur untuk menyatukan fraktur
d) Fraktur yang hanya ditangani dengan jalan reduksi tertutup dipertahankan selama 4-6
e) Kepada pasien dapat dilakukan fiksasi intermaksila apabila dilakukan reduksi terbuka
Anestesia adalah suatu keadaan narcosis, analgesia, relaksasi dan hilangnya reflek.
dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
a. Anestesi Umum
Klien yang mendapat anestesi umum akan kehilangan seluruh sensasi dan
b. Anestesi Regional
Induksi anestesi regional menyebabkan hilangnya sensasi pada daerah tubuh tertentu.
Anestesi regional terdiri dari spinal anestesi, epidural anestesi, kaudal anestesi.
Metode induksi mempengaruhi bagian alur sensorik yang diberi anestesi. Ahli anestesi
memberi regional secara infiltrasi dan lokal. Pada bedah mayor, seperti perbaikan
hernia, histerektomi vagina, atau perbaikan pembuluh darah kaki, anestesi regional
atau spinal anestesi hanya dilakukan dengan induksi infiltrasi. Blok anestesi pada
saraf vasomotorik simpatis dan serat saraf nyeri dan motoric menimbulkan
vasodilatasi yang luas sehingga klien dapat mengalami penurunan tekanan darah yang
tiba – tiba.
c. Anestesi Lokal
Anestesi lokal menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat yang diinginkan. Obat
Anestesi lokal umumnya digunakan dalam prosedur minor pada tempat bedah sehari.
A. Pengertian
Anestesi umum ialah suatu keadaan yang ditandai dengan hilangnya persepsi terhadap
semua sensasi akibat induksi obat. Dalam hal ini, selain hilangnya rasa nyeri,
kesadaran juga hilang. Obat anestesi umum terdiri atas golongan senyawa kimia yang
heterogen, yang mendepresi SSP secara reversibel dengan spektrum yang hampir
sama dan dapat dikontrol. Obat anastesi umum dapat diberikan secara inhalasi dan
secara intravena.
B. Tujuan
sevofluran).
analgesik untuk nyeri, dan bila diindikasikan relaksan otot, atau anestesi
regional.
a) Menyediakan jalan napas yang bersih (masker laring atau selang trakea
C. Indikasi
memerlukan ketenangan pasien dan waktu pengerjaan bedah yang lebih panjang,
misalnya pada kasus bedah jantung, pengangkatan batu empedu, bedah rekonstruksi
tulang dan lain-lain. Selain itu, anestesi umum biasanya dilakukan pada pembedahan
yang luas
D. Kontra Indikasi
2) Hepar : hindarkan obat hepatotoksik, obat yang toksis terhadap hepar atau
melalui ginjal
darah.
Persiapan anestesi dapat dilakukan dengan adanya kunjungan pra anestesi, dimana hal
pasien
Anesthesiologist ) yaitu
pembatasan aktifitas
ASA 3 : pasien dengan penyakit sistemik berat yang tidak mengancam jiwa
ASA 4 : pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung bisa
ASA 5 : pasien dengan tidak ada harapan, dengan atau tanpa pembedahan
Adapun hal yang harus diperhatikan selain kesiapan pasien adalah kesiapan alat meliputi
T : Tape (plester)
A. Obat anestesi
1. Golongan sedasi
a. Midazolam
Efek induksi terjadi sekitar 1,5 menit setelah pemberian intravena bila
b. Pethidin
Dosis pemberian :
2. Analgesia
a. Fentanyl
analgesic dan obat bius jika diberikan bersamaan dengan obat lain. Obat
ini bekerja pada SSP. Efek samping dari fentanyl adalah mual dan
mengantuk.
Dosis pemberian :
Dosis pemebrian :
c. Morphin
Dosis pemberian :
3. Induksi
a) Propofol
jantung.
b) Tiopenthal
Dosis pemberian :
Dosis pemberian :
Adalah obat pelumpuh otot yang bekerja pada otot bergaris/otot lurik.
Atracurium
Dosis pemberian :
Rokuronium
kerugiannya adalah terjadi gangguan hati dan efek kerja yang lebih
lama
Dosis pemberian :
a. Isoflurane
pembedahan anestesi
1 MAC = 1,15%
b. Sevoflurane
jantung
Memicu bronchospasme
1 MAC = 2%
B. Obat emergency
1. Adrenalin
2. Sulfas Atropin
Dosis : 0,5-1 mg
3. Lidocain
4. Efedrin
Dosis : IV 5-10 mg
2.5 Tahap-Tahap General Anestesi
a) Stadium I (tahap analgesia) yaitu dari mulainya induksi anestesi hingga hilangnya
kesadaran
b) Stadium II (tahap eksitasi) yaitu dari hilangnya kesadaran hingga mulainya respirasi
teratur misalnya terdapat batuk, kegelisan, muntah dan perubahan tekanan darah serta
takikardi
c) Stadium III (pembedahan) yaitu dari mulai respirasi teratur hingga berhentinya
bola mata
Plane II yaitu dari tidak adanya pergerakan bola mata hingga mulainya paralisis
intercostals
Plane III yaitu dari mulainya paralisis interkostal hingga total paralisis intercostals
Dalam memberikan obat-obatan pada pasien yang akan menjalani operasi maka perlu
1) Pernapasan
Pasien dengan keadaan tidak sadar dapat terjadi gangguan pernapasan dan peredaran
menyebabkan hipersekresi ludah dan lendir sehingga terjadi penimbunan mukus di jalan
napas.
2) Kardiovaskuler
disebabkan oleh karena pemberian obat yang berlebihan, mekanisme reflek nervus yang
katekolamin darah berlebihan, keracunan obat, emboli udara dan penyakit jantung.
3) Gastrointestinal
Regurgitasi yaitu suatu keadaan keluarnya isi lambung menuju faring tanpa adanya
tanda-tanda. Salah satunya dapat disebabkan karena adanya cairan atau makanan dalam
lambung, tingginya tekanan darah ke lambung dan letak lambung yang lebih tinggi dari
letak faring. General anestesi juga menyebabkan gerakan peristaltik usus akan
menghilang.
4) Ginjal
Anestesi menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal yang dapat menurunkan filtrasi
5) Perdarahan
pernapasan, denyut nadi melemah, kulit dingin, lembab, pucat serta gelisah.
A. Pengertian
sehingga jalan nafas bebas hambatan dan pertukaran gas adekuat .Intubasi endotrakea
dapat dilakukan melalui beberapa lintasan antara lain melalui hidung (nasotrakeal),
B. Tujuan
C. Indikasi
3. Pemberian anestesi
4. Terdapat banyak sputum (pasien tidak dapat mengeluarkan sendiri)
D. Kontra Indikasi
1) Beberapa keadaan trauma jalan nafas atau obstruksi yang tidak memungkinkan
1. Cuci tangan
a) Laki-laki : no 7-8
b) Wanita : no 6,5-7,5
9. Minta pasien nafas dalam 3x atau oksigenasi dengan bag and mask atau ambu
propofol)
13. Masukkan ETT melalui hidung yang sudah diberi jelly sebelumnya
15. Dorong blade sampai pangkal epiglotis, dorong ETT sampai masuk pada
trakea
16. Cek apakah ETT benar masuk, isi cuff lalu fiksasi
F. Kriteria Ekstubasi
1. Hipoksia
2. Hipercarbi
4. Pernafasan reguler
7. Pasien sadar
BAB III
Riwayat penyakit saat ini : pasien dengan post debridement advancement flap dan archbar
wirring yang telah dilakukan pemasangan pada tanggal 18 maret 2023 di RSSA saat ini
pasien akan dilakukan pelepasan dan evaluasi
Riwayat penyakit yang lalu: pasien tidak ada riwayat diabetes mellitus dan hipertensi
Riwayat anestesi/ operasi terdahulu : pasien pernah dioperasi di RSSA pada tanggal 18 maret
2023 karena kecelakaan kerja pada area wajah
Riwayat kebiasaan pasien (Perokok, alcohol, obat obatan) : pasien mengatakan sudah lama
berhenti merokok kurang lebih 1 tahun yang lalu
DATA OBYEKTIF
a. Sistem Pernafasan (B1)
Jalan Nafas : Paten / Obstruksi
Sesak nafas : Ya / Tidak terpasang O2 nasal : -lpm
Artificial airway : Oro/Nasofaringeal tube/ ETT / Tracheocanule
RR : 18x/menit
SpO2 : 98%
Gigi : Palsu ( - ) Cakil ( - ) Tongos ( - ) Ompong ( - )
Buka Mulut : 2 jari
MALAMPATTI : 1 / 2 / 3 / 4
Jarak Mentothyroid : 6 cm
Gerak leher : Flexy / Ekstensi
Suara nafas : Vesikuler / Bronkovesikuler
Ronchi : - - Whezing : - -
- - - -
Riwayat Asthma : Ya / Tidak
Lain lain : -
a. Sistem Kardiovaskuler (B2)
Tensi : 110/73 mmHg
Nadi : 72x/menit
Suhu : 36,5’C
CRT : <2’ , >2’
Sirkulasi : S1 S2 Tunggal ( reguler / irreguler) / extra systole / Gallop
Lain2 :
Konjungtiva : Anemis / Pink pale
Sianosis : Ya / Tidak
Perfusi : AHKM
Data Penunjang :
Foto Rontgen : -
CT Scan : -
MRI :-
EKG :-
ANALISA DATA( PRE ANESTESI)
03-04-2023 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, dan frekuensi nyeri 03-04-2023 S : pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang Ningsih
08.30 2. Mengidentifikasi skala nyeri 08.45
3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
O:
memperingan nyeri
- Pasien tampak tenang
4. Memberikan teknik relaksasi dan distraksi nyeri - TTV dalam batas normal
- Skala nyeri 3
5. Berkolaborasi pemberian analgetik jika perlu
P : intervensi dilanjutkan
INTRA ANESTESI
Anestesi mulai : 09.10 WIB s/d 12.30 WIB
Jam Nama Obat/ Dosis Jam Nama Obat/ Dosis Jam Nama Obat/dosis
09.10 Midazolam 2 mg 09.18 Ondansentron 4 mg
09.11 Fentanyl 200 mcg 09.19 Asam traneksamat 1 g
09.14 Propofol 100 mg
09.15 Atracurium 30 mg
09.16 Lidocain 60 mg
09.17 Ketorolac 30 mg
N TD
220
200
180 180
160 160
140 140
120 120
100 100
80 80
60 60
40
20
Keseimbangan Cairan
BALANCE CAIRAN 1 2 3 4 5 6
BB : 50 kg Hb : 10,5 Kristaloid 1000 2000
EBV : 3.250 cc Input Koloid 1000 1500
ABL (10) : 154 cc Darah 0 0
M: 90 cc Urine 300 500
O:200 Output Darah 1000 1500
M+O 290 580
Defisit / Excess Defisit / Excess Defisit / Excess Defisit / Excess Defisit /Excess Defisit /Excess
TOTAL
+410 +920
BALANCE CAIRAN 7 8 9 10 11 12
BB: Hb: Kristaloid
EBV : Input Koloid
ABL : Darah
M: Urine
O: Output Darah
M+O
Defisit / Excess Defisit / Excess Defisit / Excess Defisit / Excess Defisit /Excess Defisit /Excess
TOTAL
ANALISA DATA (INTRA ANESTESI)
Amasalah teratasi
P : intervensi dihentikan
POST ANESTESI
Data Subyektif :-
Data Obyektif
( √ ) KU Cukup, GCS 456 TD : 118/60 mmHg ( √ ) Skala nyeri = 1
( -) Sesak (-) Nadi : 78x/mnt ( √ ) Menggigil
( √) Terpasang O2 NRBM 8 lpm SpO2 :98 % ( - ) Mual & Muntah
RR :18 x/mnt ( √ ) Aldrete/Bromage skore = 10
12.30 13.30 14.30
N TD
220
200
180 180
160 160
140 140
120 120
100 100
80 80
60 60
40
20
03-04-2023 1. Memonitoring suhu tubuh 03-04-2023 S : pasien mengatakan badannya hangat dan tidak Ningsih
12.30 2. Memonitoring tanda dan gejala akibat hipotermia 13.30 menggigil lagi
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
Medika
Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis Ed. 3. Jakarta :
Salemba Medika.
Perry & Potter. 2006.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik
Sarwadi & Erwanto. 2014. Buku Pintar Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta : Dunia Cerdas