Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PELATIHAN PERAWAT ANASTESI DASAR

ASUHAN KEPERAWATAN PERIANESTESI PADA KLIEN DENGAN


DIAGNOSA MEDIS TUMOR KULIT R. ABDOMEN SUSP GANAS
DENGAN ANASTESI UMUM TOTAL INTRA VENOUS ANESTHESIA
(TIVA)
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR PROVINSI JATIM

OLEH :

RAHMAWATI NINGSIH
KLINIK UTAMA SUKMA WIJAYA SAMPANG

INSTALASI ANESTESI
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR PROVINSI JATIM
2023
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PERIANESTESI


PADA Tn. H DENGAN DIAGNOSA TUMOR KULIT R. ABDOMEN SUSP GANAS
DENGAN ANESTESI UMUM TOTAL INTRA VENOUS ANESTHESIA (TIVA)
RSUD Dr SAIFUL PROVINSI JATIM

Telah Disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Tempat :

Malang, 2023
Peserta Pelatihan Pembimbing

(Rahmawati Ningsih)
(Ns. Dwi Herawan, S.Kep )
BAB I

KONSEP DASAR TENTANG PENYAKIT

1.1 Pengertian

Tumor kulit adalah suatu benjolan yang dapat berbentuk dari berbagai jenis sel-sel

dalam kulit (sel-sel epidermis, melanosit).Tumor-tumor ini dapat merupakan tumor jinak

atau tumor ganas, dapat terletak dalam epidermis atau menembus kedalam dermis dan

jaringan subkutan.

Tumor kulit adalalah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel kulit

yang tidak terkendali, dapat merusak jaringan disekitarnya dan mampu menyebar di

jaringan tubuh yang lain.

1.2 Etiologi

Penyebab pasti dari kanker kulit belum ditemukan secara pasti, namun ada beberapa

faktor resiko yang dapat menyebabkan timbulnya tumor atau kanker kulit yaitu

a) Paparan sinar ultraviolet (UV)

Penyebab yang paling sering adalah paparan sinar UV baik dari matahari maupun

dari sumber yang lain. Lama paparan, intensitas sinar UV, serta ada tidaknya

pelindung kulit baik dengan pakaian atau krim anti matahari

b) Kulit putih

Orang yang memiliki kulit putih lebih rentan terkena daripads orang yang

memiliki kulit lebih gelap.Hal ini dikarenakan jumlah pigmen melanin pada orang

kulit putih lebih sedikit.Kadar melanin yang tinggi bisa melindungi kulit dari

paparan sinar matahari, sehingga mengurangi resiko terkena kanker kulit.Namun,

orang-orang yang memiliki kulit gelap juga bisa terkena kanker kulit meskipun

jumlahnya cenderung lebih kecil.


c) Paparan karsinogen

Bahan kmia tertentu seperti arsenic, nikotin, tar dan minyak diyakini dapat

meningkatkan resiko terkena kanker kulit. Namun, dalam banyak kasus paparan

dalam jangka panjanglah yang biasanya menyebabkan kanker kulit. Gen pembawa

kanker atau tumor sudah dimiliki hampir seluaruh orang sejak lahir. Namun

dengan “bantuan” zat atau bahan karsinogen terjadi mutasi sel dan menimbulkan

kanker atau tumor. Akhir-akhir ini, para peneliti di University OfPittsburg Cancer

Institut di Amerika telah menemukan virus-virus yang dapat menyebabkan kanker

kulit diantaranya adalah Human Papiloma Virus (HPV).

d) Genetic atau faktor keturunan

Susunan genetic dalam keluarga bisa berpengaruh juga terhadap munculnya

kanker kulit. Jika ada salah satu anggota keluarga yang terkena kanker kulit, maka

resiko terkena kanker kulit pada anggota keluarga yang lain juga akan meningkat.

1.3 Patofisiologi

Perjalanan penyakit dari tumor kulit tidak dapat ditentukan dengan pasti, kadang-

kadang tumornya kecil akan tetapi telah bermetastasis jauh. Tumor yang besarpun juga

dapat setempat saja dalam jangka waktu yang lama.

Karsinoma sel squamosa berasal dari sel epidermis yang mempunyai tingkat

kematangan, dapat intraepidermal, dapat okula bersifat infasif dan bermetastasis jauh.

Lokasi kelainan penyakit paget ialah daerah kulit yang mempunyai kelenjar apokrin. Pada

payudara dikenal sebagai penyakit paget payudara (mammary paget’s disease), sedangkan

lokasi lainnya (extra mammary paget’s disease) secara berurutan ialah : vulva, perianal,

penis, skrotum, lipat paha, ketiak dan kelopak mata.

Penyakit paget merupakan epidermotrophic Ca of the mammary ducts sehingga yang

tampak dikulit meruoakan penyebaran dari saluran kelenjar payudara. Dengan demikian,

adenocarsinoma payudara merupakan asal usul penyakit paget payudara. Penyakit


pagetdisekitar alat kelamin dapat berasal dari adnexal carcinoma dibawahnya atau berasal

dari carcinoma saluran kemih bagian bawah.

1.4 Gejala Klinis

Karsinoma sel basal tumbuh dari lapisan sel basal pada epidermis atau folikel

rambut.Penyakit kanker ini merupakan tipe kanker kulit yang paling sering

ditemukan.Umumnya karsinoma sel basal timbul didaerah tubuh yang terpajan sinar

matahari dan lebih prevalen pada kawasan tempat populasi penduduk mengalami pajanan

sinar matahari yang intensif ektensif. Insidensi tersebut bberbanding lurus dengan usia

pasien (usia rata-rata 60 tahun) serta jumlah total pajanan sinar matahari, dan berbanding

terbalik dengan jumlah pigmen melanin dalam kulit.

Karsinoma sel basal biasanya dimulai sebagai nodul kecil seperti malam (lilin) dengan

tepi yang tergulung, trandusen dan mengkilap : pembuluh darah yang mengalami

telangiektasia dan dapat dijumpai. Dengan tumbuhnya sel basal akan terjadi pulserasi

pada bagian tengahnya dan kadang-kadang pembentukan krusta. Tumor paling sering

muncul didaerah muka.Karsinoma sel basal ditandai dengan infasi dan erosi jaringan yang

bersambung (saling menyatu).Karsinoma ini jarang bermetastase tetapi rekurensi sering

terjadi.Namun demikian, lesi yang diabaikan dapat menyebabkan hilangnya hidung,

telinga atau bibir. Lesi lain akibat penyakit ini dapat timbul sebagai plak yang mengkilap,

datar berawarna kelanu atau kekuningan.

Karsinoma sel squamosa merupakan poliferasi malignant yang timbul dari dalam

epidermis.Meskipun biasanya muncul pada kulit yang merusak karena sinar matahari,

karsinoma ini dapat pula timbul dari kulit yang normal atau lesi kulit yang sudah

sebelumnya.Penyakit kanker ini merupakan permasalahan yang lebih gawat daripada

karsinoma sel basal karena sifatnya yang sungguh-sungguh infasive dengan mengadakan

metastase lewat system limfatik atau darah.Metastase menyebbakan 75 % kematian

karena karsinoma sel squamosa. Lesinya dapat bersifat primer karena timbul pada kulit
maupun membrane mukosa, atau bia terjadi sekunder dari suatu keadaan precancerous

seperti keratosis aktinika (lesi pada bagian kulit yang terpajan sinar matahari), leukoplakia

(lesi pre malignan membrane mukosa) atau lesi degan pembentukan sikatrik atau ulkus.

Karsinoma sel squamosa tampak sebagai sebuah tumor yang kasar, tebal dan bersisik

tanpa memberikan gejala (asimtomatik) tetapi bisa menimbulkan perdarahan.Tepi lesinya

dapat lebih lebar, lebih terinfitrasi dan lebih memperlihatkan reaksi inflamasi bila

dibandingkan karsinoma sel basal.Infeksi sekunder dapat terjadi di daerah-daerah yang

terbuka, khususnya ektremitas atas, muka, bibir bawah, telinga, hidung dan dahi

merupakan lokasi kulitbyang sering terjadi kanker ini.

Kanker kulit diagnosis dari pemerikasaan biopsy dan hasil evaluasi histologik.Insiden

metastase berhubungan dengan tipe histology dan tingkat kedalaman infasinya.Biasanya

karsinoma sel squamosa yang tumbuh didaerah kulit yang rusak karena sinar matahari

tidak begitu invasive dan jarang menimbulkan kematian, sementara yang tumbuh tanpa

riwayat pajanan matahari atau arsen atau tanpa pembentukan sikatrik memiliki frekuensi

yang lebih tinggi untuk mengadakan penyebaran metastatic.Selanjutnya pasien harus

dievaluasi untuk mendeteksi metastase pada kelenjar tipe regional.

Ada beberapa kelainan kulit yang harus dicurigai sebagai kanker kulit yaitu

a) Benjolan kecil yang membesar

Benjolan terdapat diwajah, berwarna pucat seperti lilin, permukaannya mengkilap

tidak terasa sakit atau gatal, dan yang semula kecil makin lama makin

besar.Apabila diraba, benjolan terasa keras kenyal.Kadang-kadang benjolan

menjadi hitam atau kebiruan, bagian tengah mencekung dan tertutup kerak atau

keropeng yang mudah berdarah bila diangkat.

b) Benjolan yang permukaannya tidak rata dan mudah berdarah

Benjolan ini membasah dan tertutup keropeng, teraba keras kenyal dan mudah

berdarah bila disentuh.


c) Tahi lalat yang berubah warna

Tahi lalat menjadi lebih hitam, gatal sekitarnya berwarna kemerahandan mudah

berdarah.Tahi lalat ini bertambah besar dan kadang-kadang disekitarnya timbul

bintik-bintik.

d) Koreng atau borok dan luka yang tidak mau sembuh

Koreng dan luka yang sudah lama, tidak pernah sembuh walaupun sudah diobati,

koreng ii pinggirnya meniggi dan teraba keras serta mudah berdarah, adanya koreg

karena terjadi benturan bekas luka yang sudah lama atau terinfeksi.

e) Bercak kecoklatan pada orang tua

Bercak ini banyak ditemukan pada muka dan lengan, bercak ini makin lama

permukaannya makin kasar, bergerigi, tetapi tidak rapuh,tidak gatal dan tidak sakit

f) Bercak hitam yang menyebar pada kaki dan tangan

Bercak ini ditemukan pada kulit yang berwarna pucat seperti di telapak kaki dan

tangan.Bercak ini mula-mula dangkal, berwarna hitam keabuan, batas kabur, tei

tidak teraba, tidak sakit maupun gatal.Kemudian bercak cepat berubah jadi lebih

hitam, menonjol diatas permukaan kulit, dan tumbul kedalam kulit dan mudah

berdarah.

1.5 Klasifikasi

1. Tumor ganas dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :

a) Karsinoma sel basal

Merupakan tumor ganas pada kulit yang paling sering terjadi, berasal dari sel

epidermal sepanjang lamina basalis epodemis. Insiden karsinoma sel basal

berbanding lurus dengan usia pasien dan berbanding terbalik dengan jumlah pigen

melanin di epidermis. Pasien dengan riwayat karsinoma sel basal harus

menggunakan tabir surya untuk menghindari sinar karsinogenik matahari.Tumor

ini ditandai dengan nodul seperti mutiara, halus dan kemerahan.Karsinoma sel
basal harus diobati dengan tepat.Pengobatan meliputi kuretase dengan

elektrodesikasi, bedah skalpet, iradiasi, bedah dengan bahan kimia, bedah beku.

b) Karsinoma sel squamosa

Merupakan neoplasma ganas pada keratinosit yang berasal dari sel epidermis

yang lebih berdiferensiasi (keratinosid).Secara khas, tumor timbul diatas kulit yang

dirusak cahaya matahari dengan adanya banyak keratonis aktinik.Cahaya matahari

merupakan faktor etiologi utama yang menyebabkan karsinoma sel squamosa pada

kulit. Penyebab lain karsinoma sel squamosa meliputi menelan arsen, iradiasi sinar

X, luka bakar, jaringan parut, kerentanan genetic. Karsinoma sel squamosa yang

timbul pada kulit yang rusak akibat cahaya matahari biasanya tidak bermetastasis

dan jarang menyebabkan kematian, namun ada yang tidak terpajan sinar matahari

setelah menelan arsen atau diatas parut lama, mempunyai resiko metastasis

terbesar.

Suatu varian karsinoma sel squamosa yang terbatas pada epidermis disebut

penyakit bowen, penyakit ini biasanya disebabkan oleh pajanan sinar matahari

kronik. Karsinoma sel squamosa muncul karena bentuk tumor atau nodul yang

menebal, bersquama dan berulserasi yang kadang-kadang berdarah dan biasanya

timbul diatas kulit wajah, kepala, telinga, leher, tangan atau lengan yang rusak

oleh cahaya matahari. Pengebotan karsinoma sel squamosa dan variannya adalah

excise bedah.

c) Melanoma

Melanoma malignan hanyalah 3 % dari semua keganasan kulit primer tetapi

mengakibatkan hampir semua kematian yang disebabkan oleh kanker kulit.

Kebanyakan melanoma terjadi pada kelompok usia 40-70 tahun, tetapi jumlah

kasus telah meningkat diantara kelompok usia 20-40 tahun. Salah satu penjelasan

untuk peningkatan insiden ini adalah pajanan sinar matahari yang lebih besar saat
rekreasi dan perubahan cara berpakaian. Diagnosis didasarkan pada perubahan

bentuk, warna, ukuran dan konfigurasi lesi yang berpigmen.

Melanoma yang menyebar superficial merupakan jenis yang paling sering (60-

80%) dan mempunyai prognosis paling baik. Sebagain besar pasien mempunyai

harapan hidup 5 tahun atau lebih dan banyak yang sembuh.Diagnosis dini dan

pengobatan bedah berperan dalam perbaikan statistic.

Pengobatan melanoma malignant terutama dengan pembedahan.Pasien dengan

melanoma diseminata dilakukan kemoterapi.

2. Tumor jinak

a) Keratonis seboroid

Bermanifestasi sebagai neoplasma mirip kutil, berwarna coklat seperti

dilekatkan pada permukaan epidermis.Penyebab dari tumor jinak ini tidak

diketahui.Sel-sel tumor ini berasal dari sel basal kecil yang terlokalisasi pada

epidermis.Pasien yang lebih tua dapat mengalami keratosis seboroid multiple

diseluruh tubuh, wajah dan ektremitas atas.Pengobatan tidak diperlukan kecuali

atas alas an kosmetik atau diagnostic.

b) Keratonis aktinik

Biasanya timbul pada permukaan kulit yang terkena sinar matahari seperti wajah,

leher, kulit kepala dan ektremitas.Daerah yang terserang tampak seperti lesi

eritematosa, bersisik dan dengan permukaan yang kasar.Lesi ini disebabkan oleh

pajanan sinar matahari kronik, terutama pada pasien berusia lanjut.Neoplasma pra

kanker ini dapat berubah menjadi karsinoma sel squamosa dan harus

diobati.Tindakan pengobatannya termasuk elektrodesikasi dengan kuretase atau

bedah beku.Pasien diingatkan terhadap pajanan sinar matahari selanjutnya, dan

dianjurkan untuk memakai tabir surya yang dapat menghambat sinar UV B dan

UV A dengan faktor proteksi 15 atau 30.


c) Kerato akantoma

Tumor yang berbentuk kubah dengan bagian tengahnya berbentuk kawah atau

mengalami ulserasi.Tumor ini tumbuh dengan cepat dalam waktu beberapa bulan

dan biasanya timbul pada orang tua yang berkulit terang.Tumor ini jinak dan

mengalami involusi spontan, karena tumor ini dapat menyerupai karsinoma sel

squamosa maka tumor ini harus dieksisi untuk pemeriksaan histopatologi.

d) Dermatofibroma, Akrokordon dan Keloid

Empat tumor jinak yang paling sering ditemui adalah dermatofibroma,

akrokordon (skintags), keloid dan hyperplasia sebaseus.

Dermatofibroma adalah nodul coklat yang biasanya ditemukan pada kaki,

tubuh dan lengan.Pada palpasi konsistensinya keras seperti kancing.Tumor ini

hanya di eksisi karena alasan kosmetik atau diagnostic karena tumor ini jinak.

Skintags (akrokordon) sering kali terdapat dileher, axila dan lipat paha pada

pasien tua dan setengah baya.Akrokordon lebih banyak dijumpai pada pasien yang

gemuk dan pada wanita hamil daripada populasi secara umum. Tumor ini dieksisi

bila yeri dan alasan kosmetik.

Keloid disebabkan oleh pembentukan jaringan parut abnormal yang terjadi

bahkan setelah cidera minor.Keloid lebih sering pada orang Afrika Amerika

daripada keturunan Kaukasia dan ada kecenderungan genetic.Eksisi jaringan

keloid boleh diusahakan untuk alasan kosmetik.Eksisi keloid yang dikombinasi

dengan injeksi kortikostiroid kedalam lesi sering kali merupakan pengobatan yang

efektif.

e) Tumor jinak pembuluh darah

Diantara sejumlah tumor pembuluh darah kulit, jenis yang paling sering

ditemui adalah nevus flameus, angioma strawberi, angioma cery, angioma laba-

laba (spider navy) dan granuloma piogenik. Floriferasi kapiler-kapiler matur yang
menimbulkan perubahan warna menjadi merah muda pada kulit bayi baru lahir

disebut nevus flameus.Apabila kapiler ini mengikuti cabang saraf trigeminus,

maka kondisi ini dapat disertai angioma pada mata ipsilateral dan system saraf

pusat (sindrom sturgeweber).Keadaan ini dapat menimbulkan glaucoma dan

kejang kontra lateral.Nevus flameus dapat menghilang atau tetap bertahan untuk

waktu yang sangat lama.Jika lesinya tetep ada, direkomendasikan untuk

melakukan penyamaran dengan dandanan (covermark, dermabland).Laser pewarna

dengan pulsasi berguna untuk pengobatan hemangioma ini.

Angioma strawberi timbul setelah lahir dan mengalami involusi spontan

setelah usia 7 tahun pada 70-95% dari semua kasus. Proliferasi kapiler dalam

dermis menyebabkan nodula merah kebiruan yang meninggi biasanya dikepala dan

tubuh bagian atas, tetapi dapat pula timbul dimana saja dipermukan tubuh.Karena

sering kali berinvolusi spontan maka pengobatan tumor ini biasanya tidak

diperlukan.

Angioma cery adalah papula yang agak meninggi berwarna merah pada tubuh

dan ekstremitas orang tua dan setengah baya.Lesi asimtomatik dan jinak dan tidak

diperlukan pengobatan.

Angioma laba-laba timbul pada perempuan pada masa kehamilan, pada

peminum alcohol dan juga pada anak-anak.Sebuah arteriola sentral memberi

makan berbagai cabang kecil dari tumor ini.Angioma laba-laba multiple dapat

disebabkan oleh penyakit hati seperti sirosis.Umumnya angioma laba-laba pada

anak-anak dan wanita hamil dapat sembuh dengan sendirinya.Angioma laba-laba

yang persisten dapat dibuat dengan elektrodesikasi atau laser pewarna dengan

pilsasi.

Granuloma piogenik disebabkan oleh suatu proliferasi abnormal jaringan

granulasi.Tumor timbul pada tempat trauma yang terjadi.Timbul nodul-nodul


lembab berwarna merah atau ungu bertangkai.Tumor jinak ini kadang-kadang

berdarah dan diobati dengan pembedahan.

1.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium tes dan cuci darah

Tes laboratorium dan pemeriksaan darah membantu mendiagnosa kanker.Sebagian

malignasi dapat merubah komposisi atau status hematologic.

2. Biopsy jaringan

Hasil biopsy memastikan diagnosis melanoma. Spesimen biopsy yang diperoleh

dengan cara eksisi mengungkapkan informasi histologik mengenai tipe, taraf invasi

dan ketebalan lesi. Biopsy insisi harus dilakukan jika lesi yang dicurigai terlalu luas

untuk dapat diangkat dengan aman tanpa pembentukan sikatrik yang

berlebihan.Spesimen biopsy yang diperoleh dengan pemangkasan, kuretase atau

aspirasi jarum dianggap bukan bukti histologik penyakit yang dapat diandalkan.

3. Pemeriksaan darah, pemeriksaan sinar X atau CT Scan

Untuk melanoma yang lebih dalam, pemeriksaan mungkin diindikasikan untuk

menemukan adanya metastase penyakit. Ini meliputi pemeriksaan darah,

pemeriksaan sinar X atau CT Scan

1.7 Penatalaksanaan Medis

1. Pembedahan

Ahli bedah biasanya akan mengangkat lesi ditambah batas-batas jaringan

normall sekitarnya untuk mencegah berkembangnya kembali tumor tersebut.

Batas-batas reseksi sekeliling melanoma yang dalam ini biasanya

direkomendasikan menjadi paling sedikit 2-3 cm.

Bedah elektro merupakan teknik penghancuran atau penghilangan jaringan

dengan menggunakan energy listrik.Arus listrik dikonversikan menjadi panas yang

kemudian dihantarkan kejaringan dari elektroda dingin.Bedah elektro dapat


didahului dengan kuretase yang dilaksanakan lewat eksisi tumor dengan mengerok

permukaannya memakai alat kuret.Tumor diangkat dan bagian dasarnya dikauter.

Proses ini diulang sampai 3 kali. Biasanya kesembuhan terjadi dalam waktu satu

bulan

Bedah beku menghancurkan tumor dengan cara deep freezing. Alat jarum

termokopel ditusukkan kedalam kulit dan kemudian nitrogen cair dimasukkan

kedalam tumor sampai tercapai suhu -40 sampai -60 ‘C pada dasar tumor.

2. Kemoterapi

Kemoterapi dapat diberikan dengan berbagai cara salah satunya adalah secara

topical, dimana agen-agen tersebut diberikan secara langsung pada lesi. Agen-agen

yang digunakan meliputi 5 flourourasil atau psorelen.

3. Terapi biologis

Terapi biologis juga disebut bioterapi atau immunoterapi, bekerja baik secara

langsung ataupun tidak langsung melawan kanker dengan merubah cara-cara tubuh

untuk bereaksi terhadap kanker.

4. Terapi radiasi

Merupakan bentuk pengobatan lainnya, dengan penggunaan energy sinar X dosis

tinggi, kobalt, electron atau sumber-sumber radiasi lainnya untuk menghancurkan

atau membunuh sel-sel melanoma.


BAB II

KONSEP DASAR ANESTESI

2.1 Pengertian Anestesi

Anestesia adalah suatu keadaan narcosis, analgesia, relaksasi dan hilangnya reflek.

Anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan

pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.

2.2 Macam-Macam Anestesi

a. Anestesi Umum

Klien yang mendapat anestesi umum akan kehilangan seluruh sensasi dan

kesadarannya. Relaksasi otot mempermudah manipulasi anggota

tubuh.Pembedahan yang menggunakan anestesi umum melibatkan prosedur

mayor, yang membutuhkan manipulasi jaringan yang luas.

b. Anestesi Regional

Induksi anestesi regional menyebabkan hilangnya sensasi pada daerah tubuh

tertentu.Anestesi regional terdiri dari spinal anestesi, epidural anestesi, kaudal

anestesi.Metode induksi mempengaruhi bagian alur sensorik yang diberi

anestesi.Ahli anestesi memberi regional secara infiltrasi dan lokal.Pada bedah

mayor, seperti perbaikan hernia, histerektomi vagina, atau perbaikan pembuluh

darah kaki, anestesi regional atau spinal anestesi hanya dilakukan dengan induksi

infiltrasi.Blok anestesi pada saraf vasomotorik simpatis dan serat saraf nyeri dan

motoric menimbulkan vasodilatasi yang luas sehingga klien dapat mengalami

penurunan tekanan darah yang tiba – tiba.

c. Blok perifer

Blok perifer adalah teknik pembiusan yang hanya melibatkan sebagian tubuh saja

(misalnya lengan atas atau bawah, tangan, tungkai, kaki dan sebagainya). Teknik

ini dilakukan dengan menyuntikkan obat bius lokal didaerah syaraf yang
mensyarafi bagian tubuh yang akan dioperasi. Pada saat mencari lokasi syaraf

yang akan disuntik mungkin akan merasakan sedikit nyeri. Kadang bila syaraf

sudah tidak terkena maka akan terasa seperti kesetrum dibagian tubuh yang akan

dioperasi. Demikian juga pada saat penyuntikan obat bius lokal akan terasa nyeri,

tapi lama kelamaan bagian tubuh yang dioperasi akan terasa kesemutan dan

akhirnya terasa berat sampai tidak bisa digerakkan. Efek bius berlangsung antara

2-4 jam tergantung jenis obat yang dipakai.

d. Sedasi (TIVA)

 Sedasi ringan

Adalah teknik pembiusan dengan penyuntikan obat yang menyebabkan

pasien mengantuk, tetapi masih memiliki respon terhadap rangsangan verbal

dan tetap mempertahankan patensi dari jalan nafasnya, sedangkan fungsi

pernafasan dan kerja jantung serta pembuluh darah tidak dipengaruhi

 Sedasi sedang/moderate

Adalah teknik pembiusan dengan penyuntikan obat yang dapat menyebabkan

pasien mengantuk, tetapi masih bisa memiliki respon terhadap rangsangan

verbal dapat diikuti atau tidak diikuti oleh rangsangan tekan yang ringan dan

pasien masih dapat menjaga patensi nafasnya sendiri.Pada sedasi moderate

terjadi perubahan ringan dari respon pernafasan namun fungsi kerja jantung

dan pembuluh darah masih tetap dipertahankan dalam keadaan normal. Pada

sedasi moderat dapat diikuti gangguan orientasi lingkungan serta gangguan

fungsi motorik ringan sampai sedang

 Sedasi dalam

Teknik pembiusan dengan penyuntikan obat yang dapat menyebabkan pasien

mengantuk, tidur serta tidak mudah dibangunkan tetapi masih memberikan

respon terhadap rangsangan berulang atau rangsangan nyeri.Respon


pernfasan sudah mulai terganggu dimana nafas spontan sudah mulai tidak

adekuat dan pasien tidak dapat mempertahankan patensi dari jalan nafasnya

(mengakibatkan hilangnya sebagian atau seluruh reflek potensi jalan

nafas).Sedasi dalam dapat berpengaruh fungsi kerja jantung dan pembuluh

darah terutama pada pasien sakit berat sehingga tindakan sedasi dalam

membutuhkan alat monitoring yang lebih lengkap dari sedasi ringan maupun

sedasi moderate.

2.3 Konsep Anestesi Umum TIVA (Total Intra Venous Anesthesia)

A. Pengertian

TIVA (Total Intra Venous Anesthesia) adalah teknik anestesi umum di mana

induksi dan pemeliharaan anestesi didapatkan dengan hanya menggunakan

kombinasi obat-obatan anestesi yang dimasukkan lewat jalur intra vena tanpa

penggunaan anestesi inhalasi.TIVA dalam anestesi umum digunakan untuk

mencapai 4 komponen penting dalam anestesi yaitu ketidaksadaran, analgesia,

amnesia dan relaksasi otot.Namun tidak ada satupun obat tunggal yang dapat

memenuhi kriteria di atas, sehingga diperlukan pemberian kombinasi dari

beberapa obat untuk mencapai efek yang diinginkan tersebut.Sifat fisik dan

farmakologis anestetika intra vena yang ideal meliputi :

a. Larut dalam air dan stabil di dalam larutan

b. Tidak menimbulkan nyeri saat penyuntikkan dan tidak merusak jaringan saat

digunakan ekstravaskuler maupun intra arteri.

c. Tidak melepas histamin atau mencetuskan reaksi hipersensitifitas

d. Onset hipnotis yang cepat dan lembut tanpa menimbulkan aktifitas eksitasi

e. Metabolisme inaktivasi metabolit obat yang cepat

f. Memiliki hubungan dosis dan respon yang curam untuk meningkatkan

kefektifan titrasinya dan meminimalisir akumulasi obat di jaringan


g. Depresi pada respirasi dan jantung yang minimal

h. Menurunkan metabolisme serebral dan tekanan intra kranial

i. Pemulihan kesadaran dan kognitif yang cepat dan lembut

j. Tidak menimbulkan postoperative nausea and vomiting (PONV), amnesia,

reaksi psikomimetik, pusing, nyeri kepala maupun waktu sedasi yang

memanjang (hangover effects)

B. Keuntungan Anestesi TIVA

1) Induksi anestesi yang lebih lembut tanpa batuk ataupun cegukan

2) Mudah dalam mengendalikan kedalaman anestesi ketika menggunakan

obat dengan waktu kesetimbangan darah-otak yang singkat

3) Hampir semua agen TIVA memilki onset yang cepat dan dapat diprediksi

dengan efek hangover yang minimal

4) Angka kejadian PONV yang rendah

5) Sebagian besar menurunkan CBF dan CMRO2 sehingga ideal untuk bedah

saraf

6) Tingkat toksisitas organ yang rendahPembebasan jalan nafas

C. Metode Pemberian Anestesia TIVA

1. Bolus intermiten

2. Infus kontinyu menggunakan syringe infusion pumps atau sejenisnya

3. Dengan target controlled infusion system (TCI)

D. Induksi Anestesi TIVA

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan induksi dengan metode TIVA,

meliputi

1) Dosis induksi dan interaksi dari kombinasi obat yang digunakan.

2) Onset efek anestesi ditentukan oleh konsentrasi obat di otak, dapat dicapai

secara cepat maupun perlahan.


3) Pencapaian yang cepat biasanya dapat disertai efek samping yang nyata

seperti hipotensi, bradikardia dan depresi pernafasan. Semakin besar gradien

konsentrasi antara darah dan otak, semakin lama waktu yang dibutuhkan

untuk tercapainya induksi anestesi

4) Variasi pada dosis induksi ini juga dapat disebabkan perbedaan

farmakokinetik dan farmakodinamik masing-masing individu yang

dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, cardiac output, perokok, obat-obatan

yang dikonsumsi dan penyakit yang sudah diderita sebelumnya

5) Dikarenakan tidak adanya obat IV yang dapat memberikan efek hipnotik,

amnesia dan analgesi sekaligus (kecuali ketamin) maka diperlukan kombinasi

dari beberapa obat anestetik intra vena

6) Sebagian besar obat IV anestesi bekerja secara sinergis di dalam

kombinasinya. Keuntungannya adalah terjadinya kedalaman anestesi yang

adekuat terhadap stimuli noksius akibat laringoskopi dan intubasi tanpa

depresi kardiovaskuler yang signifikan

E. Obat-Obat Anestesi TIVA

1) Barbiturat

Barbiturat yang biasa digunakan adalah thiopental, methohexital dan

thiamylal (barash, miller). Ketiganya tersedia dalam bentuk garam sodium

dan harus dilarutkan ke dalam larutan isotonik NaCl (0,9%) atau air untuk

mendapatkan larutan thiopental 2,5%, methohwxital 1-2% dan thiamylal

2%.

Efek pada sistem organ :

a) Kardiovaskuler

Dosis induksi bolus barbiturat iv menyebabkan penurunan tekanan

darah dan peningkatan denyut jantung.


b) Respirasi

Barbiturat menekan pusat pernafasan di tingkat medulla, menurunkan

respon pernafasan terhadap hiperkapnia dan hipoksia.Sedasi dalam

barbiturat sering menyebabkan obstruksi jalan nafas atas, apnea (pada

dosis induksi).Volume tidal dan laju respirasi menurun saat induksi

dengan barbiturat.

c) Otak

Barbiturat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah otak yang

menimbulkan penurunan cerebral blood flow (CBF), cerebral blood

volume dan tekanan intra kranial. Barbiturat tidak memiliki efek

analgesia dan relaksasi otot

d) Ginjal

Barbiturat menurunkan aliran darah ke ginjal dan laju filtrasi

glomerolus terkait dengan penurunan pada tekanan darah

e) Hepar

Menurunkan aliran darah ke hepar.Barbiturat mendorong

pembentukan asam aminolevulinic yang merangsang pembentukan

porfi rin (mediator pembentukan heme). Hal ini dapat memicu

terjadinya porfi ria intermiten akut

2) Benzodiazepin

Golongan obat benzodiazepin yaitu midazolam, diazepam dan lorazepam.

Midazolam mempunyai keunggulan dibandingkan diazepam dan

lorazepam untuk induksi anestesi, karena ia mempunyai onset yang lebih

cepat. Kecepatan onset midazolam dan barbiturat lainnya ketika digunakan

untuk induksi anestesi ditentukan oleh dosis, kecepatan injeksi, tingkat


premedikasi sebelumnya, umur, status fisik ASA dan kombinasi obat

anestetik lain yang digunakan.

Efek pada sistem organ :

a) Kardiovaskuler

Benzodiazepin memiliki efek depresi kardiovaskuler yang minimal

meskipun pada dosis anestesi umum, kecuali jika diberikan bersama

dengan opioid. Jika diberikan tunggal, akan menurunkan tekanan

darah arteri, cardiac output dan resistensi pembuluh darah perifer yang

ringan, terkadang dapat meningkatkan denyut jantung.

b) Respirasi

Benzodiazepin IV menurunkan respon pernafasan terhadap CO2,

utamanya jika dikombinasikan dengan obat depresan nafas yang

lainnya. Meskipun apnea relatif jarang pada induksi dengan

benzodiazepin, pemberian dosis kecil IV dapat menyebabkan

respiratory arrest

c) Otak

Benzodiazepin menurunkan kebutuhan oksigen otak, CBF dan

tekanan intra kranial tetapi tidak sebanyak barbiturat.Menimbulkan

relaksasi otot ringan yang bekerja pada tingkatan corda spinalis bukan

pada neuromuscular junction. Pada dosis rendah menimbulkan efek

anti cemas, amnesia, dan sedasi, sedangkan pada dosis besar akan

menimbulkan efek stupor sampai hilangnya kesadaran. Tidak

mempunyai efek analgesik dan bila dibandingkan dengan propofol

dan thiopental, mempunyai onset yang lebih lambat dan durasi yang

lebih lama.
3) Ketamin

Di antara agen anestetik lainnya ketamin mempunyai keunggulan dengan

menimbulkan efek hipnotik dan analgesi sekaligus berkaitan dengan dosis

yang diberikan. Pada dosis sub anestesi ketamin dapat menimbulkan

halusinasi yang dapat dicegah dengan pemberian midazolam ataupun agen

hipnotik lainnya. Didahului dengan premedikasi benzodiazepin, ketamin 1-

2 mg/kg IV dapat digunakan untuk induksi anestesi dengan durasi sekitar

10-20 menit setelah dosis tunggal induksi, dengan tambahan waktu 60-90

menit untuk pulih sadar dengan orientasi yang utuh.

Efek pada sistem organ :

a) Kardiovaskuler

Ketamin meningkatkan tekanan darah arteri, denyut jantung dan

cardiac output, terutama setelah injeksi bolus cepat. Efek tersebut

disebabkan oleh stimulasi sentral pada sistem saraf simpatis dan

inhibisi pada reuptake norepinephrine setelah dilepaskan pada

terminal saraf

b) Respirasi

Ventilatory drive sedikit dipengaruhi oleh ketamin dosis induksi,

walaupun dengan pemberian bolus IV cepat atau kombinasi dengan

opioid dapat menyebabkan apnea. Ketamin racemic merupakan

bronkodilator yang poten, sehingga berguna sebagai agen induksi

untuk pasien ashma, sedangkan ketamin S(+) mempunyai efek

bronkodilator yang minimal. Refl eks saluran nafas atas terjaga

dengan baik, walaupun juga dapat terjadi obstruksi parsial, sehingga

pasien dengan resiko aspirasi (lambung penuh) sebaiknya diintubasi

selama anestesi umum dengan ketamin.


c) Otak

Ketamin meningkatkan konsumsi oksigen otak, CBF dan tekanan intra

kranial, sehingga penggunaannya dihindari pada keadaan space

occupying intracranial lesions seperti yang terjadi pada trauma kepala.

. Efek samping psikomimetik akibat ketamin jarang terjadi jika

dikombinasikan dengan benzodiazepin ataupun ketamin pada tehnik

TIVA

4) Propofol

Injeksi propofol IV akan menimbulkan nyeri yang dapat dikurangi dengan

pemberian injeksi lidokain sebelumnya atau dengan mencampurkan

lidokain 2%. Induksi anestesi dengan propofol berlangsung dengan lembut

dengan hanya sedikit menimbulkan efek samping eksitasi. Dosis 1-2,5

mg/kg (tergantung pada usia dan status fisik pasien serta penggunaan

premedikasi) menghasilkan induksi anestesi dalam waktu 30 detik. Pada

pasien dengan penyakit kardiovaskuler harus diberikan dosis induksi yang

lebih rendah.

Efek pada sistem organ :

a) Kardiovaskuler

Propofol menghambat aktivitas simpatis vasokonstriktor sehingga

menurunkan resistensi pembuluh darah perifer, preload dan

kontraktilitas otot jantung yang akhirnya akan menurunkan tekanan

darah arteri. Hipotensi yang terjadi saat induksi biasanya akan pulih

akibat dari stimulasi laringoskopi dan intubasi. Hipotensi pada iduksi

propofol dipengaruhi oleh dosis yang besar, kecepatan injeksi dan usia

tua.
b) Respirasi

Pada dosis induksi propofol menekan secara dalam fungsi pernafasan

hingga menyebabkan apnea. Meski hanya dengan dosis sub anestetik

propofol menghambat respon normal terhadap hiperkarbia. Propofol

menekan refl eks jalan nafas atas melebihi thiopental sehingga

tindakan intubasi, endoskopi dan pemasangan LMA dapat dilakukan

tanpa blokade neuromuskular

c) Otak

Propofol menurunkan CBF, cerebral metabolit rate dan tekanan intra

kranial.Ketika dosis besar diberikan, efek penurunan tekanan darah

sistemik yang nyata dapat menurunkan CPP. Propofol memiliki

kemampuan yang sama dengan thiopental sebagai protektor otak

terhadap fokal iskemia.


BAB III

PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANESTESI


PADA FASE PERIANESTESI

Nama Pasien : Tn. H No.Register : 11564487


Umur : 57 Tahun Dokter Operator : dr HRY
Ruang Rawat : Lawu Asisten Operasi : dr ANS
Diagnosa Medis : Tumor Kulit R Abdomen Perawat Instrumen : Zul
Susp Ganas Perawat Sirkuler :-
Dokter Anestesi :dr Numbi
Tindakan : Open Biopsy Perawat Anestesi : Qoyyum
Tgl. Pengkajian : 05 April 2023 Tanggal Operasi : 05 April 2023
Jam Mulai OP. : 08.25 WIB Jam Selesai OP. : 09.25 WIB

PENGKAJIAN PRE ANESTESI


DATA SUBYEKTIF
 Keluhan Utama : takut
 Riwayat penyakit saat ini: pasien dengan tumor kulit yang sudah menyebar hampir pada
semua bagian perut, luka bernanah dan berbau
 Riwayat penyakit yang lalu: pasien mengatakan sakit yang diderita sudah hampir 10
tahun, tidak pernah diperiksakan kemanapun sebelumnya karena takut. Pasien juga
mengatakan mulai diperiksakan karena luka semakin melebar dan bernanah.
 Riwayat anestesi/ operasi terdahulu : pasien mengatakan tidak pernah mengalami operasi
apapun sebelumnya
 Riwayat kebiasaan pasien (Perokok, alcohol, obat obatan) : pasien mengatakan dulunya
perokok tapi sudah lama berhenti.
DATA OBYEKTIF
a. Sistem Pernafasan (B1)
Jalan Nafas : Paten / Obstruksi
Sesak nafas : Ya / tidak, terpasang O2 : - lpm
Artificial airway : Oro/Nasofaringeal tube/ ETT / Tracheocanule
RR : 18 x/menit
SpO2 : 98%
Gigi : Palsu (-) Cakil (-) Tongos (-) Ompong (-)
Buka Mulut : 3 jari
MALAMPATTI : 1 / 2 / 3 / 4
Jarak Mentothyroid : 6 cm
Gerak leher : Flexy / Ekstensi
Suara nafas : Vesikuler / Bronkovesikuler
Ronchi : - - Whezing : - -
- - - -

Riwayat Asthma : Ya / Tidak


Lain lain : -
a. Sistem Kardiovaskuler (B2)
Tensi : 126/87 mmHg
Nadi : 72x/menit
Suhu : 36,5 ‘C
CRT : <2’ , >2’
Sirkulasi : S1 S2 Tunggal (reguler / irreguler) / extra systole / Gallop
Lain2 : -
Konjungtiva : Anemis / Pink pale
Sianosis : Ya / Tidak
Perfusi : AHKM
b. Sistem Persyarafan (B3)
Keadaan Umum : baik
GCS :E4V5M6
Skala nyeri :1
Reflek pupil : Isokor / Anisokor / Miosis / Pint point / Midriasis
Reflek cahaya : +/+
Motorik : 5 5
5 5
Plegi : Ya ( Tetra D S / Hemi D S ) Tidak
Parese : Ya ( Tetra D S / Hemi D S ) Tidak
Lain lain :-
c. Sistem Perkemihan (B4)
Produksi urine :BAK spontan
Keluhan : Kencing menetes (-), Inkontinensia (-), Retensi Urine (-)
Oliguri (-),Anuria (-), Hematuri (-),
Disuria (-), Poliuria (-), tidak ada keluhan (√)
Warna urine : kuning jernih
Kandung Kemih : Membesar / Tidak
Kateter : Terpasang / Tidak
Blass punctie : Terpasang / Tidak
d. Sistem Pencernaan (B5)
Mukosa bibir : Lembab / Kering
Abdomen : Supel / Distended / Nyeri tekan
Bising Usus : 10x/menit
Terpasang NGT : Tidak / Ya
Terpasang Drain : Tidak /Ya
Diare : Tidak / Ya Frekuensi : -
Lain-lain :-
e. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)
Pergerakan sendi : Bebas / terbatas
Fraktur : Tidak / Ya lokasi : -
Kompartemen Syndrom : Tidak / Ya lokasi : -
Turgor : Baik / Kurang / Jelek
Hiperpigmentasi : Tidak / Ya
Dekubitus : Tidak / Ya
Ikterik : Tidak / Ya
Lain -lain :-

Keadaan Umum : Baik


Tanda Vital : Tensi : 128/80 mmHg Nadi : 72x/menit Suhu : 36,5’C
RR : 18x/menit SpO2 : 99%
TB / BB : 160cm / 49 kg
Surat Persetujuan Operasi : Tidak ada / Ada
Protese dan Gigi Palsu : Tidak ada / Ada
Cat kuku dan Lensa Kontak : Tidak ada / Ada
Perhiasan : Tidak pakai / Pakai
Folley Catheter : Tidak ada / Ada produksi : - cc ( Ditampung / Dibuang )
NGT : Tidak ada / Ada
Persiapan Skiren / Cukur : Tidak / Ya
Huknah / Gliserin : Tidak / Ya Jam : -
Persiapan darah : Tidak ada / Ada, Berapa kantong (-)
Contoh darah : Tidak ada / Ada
IV line : Tidak ada / Ada: ( TaKa / TaKi )
Lokasi : Vena perifer / Central / Lain-lain ...............
Jenis Cairan : Kristaloid / Koloid / Darah Tetesan :20 tpm
Terakhir makan & minum : Makan : 02.00 WIB Minum : 02.00 WIB
Obat yang telah dikonsumsi :Tidak ada / Ada Jenis : -
Alergi obat : Tidak ada / Ada Jenis : -
Obat Premedikasi : Tidak ada / Ada Jenis :-
Jam : -
Status ASA : 1 2 3 4 5
Jenis Tindakan : Emergency/ Elektif

Pemeriksaan Penunjang
Data Penunjang Laboratorium :
Darah Lengkap
Hemoglobin (HGB) : 13,30 g/dl
Eritrosit (RBC) : 5,09 juta
Leukosit (WBC) : 7,60 10³/mm³
Hematokrit : 39,00 %
Trombosit (PLT) : 307,00 10³/mm³

Serum Elektrolit
Natrium (Na) : 138 mmol/L
Kalium (K) : 4,25 mmol/L
Clorida (Cl) : 111 mmol/L

Faal Hemostatis:
PPT
- Pasien : 10,20 detik
- Kontrol : 10,7 detik
- INR : 0,98
APTT
- Pasien : 31,40 detik
- Kontrol : 25,3 detik
Faal Ginjal:
Ureum : 20,0 mg/dl
Creatinin : 0,45 mg/dl

Faal Hati :
Bilirubin Total : 0,26 mg/dl
Bilirubin Direk : 0,12 mg/dl
Bilirubin Indirek : 0,14 mg/dl
AST/SGOT : 35 U/L
ALT/SGPT : 10 U/L
Albumin : 4,28 g/dl

Data Penunjang : -
Foto Rontgen : -

CT Scan : -

MRI :-

EKG :-
ANALISA DATA (PRE ANESTESI)

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1 DS: pasien mengatakan takut Krisis Situasional (D.0080)
menghadapi operasi Ansietas
DO:
- Pasien tampak gelisah dan
bingung
- TD : 130/80 mmHg
- N : 100x/menit
- RR : 20x/menit
- SpO2 : 98%
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama: Tn. H
No RM:11564487
Tanggal : 05 April 2023
NO Diagnosis Luaran Intervensi

1 (D.0080) Setelah dilakukan tindakan 1. Reduksi Ansietas


Ansietas berhubungan dengan keperawatan selama 15 menit Observasi
krisis situasional yang ditandai diharapkan ansietas menurun - Monitor tanda-tanda ansietas
dengan dengan kriteria luaran Terapeutik
- Pasien tampak gelisah dan - Verbalisasi khawatir akibat - Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
bingung kondisi menurun kepercayaan
- TD : 130/80 mmHg - Perilaku gelisah menurun - Pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan
- N : 100x/menit - Konsentrasi membaik dengan penuh perhatian
- RR : 20x/menit - - Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- SpO2 : 98% Edukasi
- Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin
terjadi
- Anjurkan keluarga tetap bersama pasien bila perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat anti ansietas jika perlu
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
Nama (Inisial) : Tn. H
No RM :11564487
OK : 606

TGL/ TINDAKANKEPERAWATAN TGL / JAM EVALUASI PPA


JAM
05/04/2023 1. Memonitoring tanda-tanda ansietas 05/04/2023 S : pasien mengatakan dirinya lebih tenang Ningsih
08.00 2. Menciptakan suasana terapeutik untuk 08.15 dan tidak takut lagi
menumbuhkan kepercayaan
3. Memahami situasi yang membuat ansietas
dengarkan dengan penuh perhatian 
4. Menggunakan pendekatan yang tenang dan - pasien tenang
meyakinkan - TD : 120/60 mmHg
5. Menjelaskan prosedur termasuk sensasi yang - N : 98x/menit
mungkin terjadi - RR : 18x/menit
6. Menganjurkan keluarga tetap bersama pasien bila - SpO2 : 99%
perlu
7. Berkolaborasi pemberian obat anti ansietas masalah teratasi

P : intervensi dihentikan


INTRA ANESTESI
Anestesi mulai : 08.15 WIB s/d 09.35 WIB

Pembedahan mulai : 08.25 WIB s/d 09.25 WIB


Jenis pembiusan : General : a. Intubasi Endotracheal Tube
b. Laringeal Mask Airway (LMA)
c. Face Mask
d. Total Intravena Anestesi (TIVA)
Regional : a. Sub Arachnoid Block (SAB)
b. Epidural Block
c. Combined Subarachnoid-epidural (CSE)
d. Block Ganglion / saraf perifer
e. Kaudal
Lain – Lain : -
Jenis Operasi : 1. Bersih 2. Bersih kontaminasi
3. Kotor 4. Kontaminasi
Golongan Operasi : 1. Khusus 2. Besar 3. Sedang 4. Kecil
Plate Diathermi : Lokasi : 1. Bokong 2. Tungkai kaki 3. Bahu
4. Tangan 5. Paha
Dipasang oleh : perawat sirkuler
Pemeriksaan sebelumnya : 1. Utuh 2. Menggelembung
Pemeriksaan sesudah : 1. Utuh 2. Menggelembung
Monitor Anestesi : 1. Tidak 2. Ya 3. Standby
Mesin Anestesi : 1. Tidak 2. Ya 3. Standby
Persiapan Statics : 1. Lengkap. 2. Belum Lengkap
Anestesi Dengan : 1. Induksi : Midazolam, Ketamin
2. Analgesik : Ketorolac
3. Maintenance : -
Relaksasi dengan :-
Ukuran ETT & kedalaman :-
Mode (Presure/Volume) :-
Teknik Anestesi : TIVA (Total Intra Venous Anesthesia)
Stadium Anestesi :-
Lembar observasi Intra operasi
Tabel 3.3 Obat obatan

Jam Nama Obat/ Dosis jam Nama Obat/ Dosis Jam Nama Obat/dosis
08.15 Midazolam 2 mg
08.16 Ketamin 50 mg
08. 18 Sulfat Atropin 0,25
mg
08.20 Ketorolac 30 mg
08.21 Asam Traneksamat
1 gr

08.15 09.15 10.15

N TD

220
200
180 180
160 160
140 140
120 120
100 100
80 80
60 60
40
20
Keseimbangan Cairan
BALANCE CAIRAN 1 2 3 4 5 6
BB : 49 kg
Kristaloid 500
Hb : 9,40
EBV :3675 cc Input Koloid 0
ABL (8) : 547
Darah 0
cc
M: 89 cc Urine 0
O: 49 cc Output Darah 50
M+O 138
Defisit / Excess Defisit / Excess Defisit / Excess Defisit / Excess Defisit /Excess Defisit /Excess
TOTAL
+212

BALANCE CAIRAN 7 8 9 10 11 12
BB: Hb: Kristaloid
EBV : Input Koloid
ABL : Darah
M: Urine
O: Output Darah
M+O
Defisit / Excess Defisit / Excess Defisit / Excess Defisit / Excess Defisit /Excess Defisit /Excess
TOTAL
ANALISA DATA (INTRA ANESTESI)

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1 DS : - Efek agen ( D.0005)
DO: farmakologis (obat Pola napas tidak
- Pasien tidak sadar anestesi) efektif
- Pasien terpasang O2 nasal 4 lpm
- TD : 140/80 mmHg
- RR : 22x/menit
- SpO2 : 99%
- Nadi : 110x/menit
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Tn. H
No RM :11564487
Tanggal : 05 April 2023
NO Diagnosis Luaran Intervensi

1 (D.0005) Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen jalan napas


Pola napas tidak efektif berhubungan keperawatan selama 1x60 menit Observasi
dengan efek agen farmakologis (obat diharapkan pola napas membaik - Monitor pola napas (frekuensi,
anestesi) yang ditandai dengan dengan kriteria luaran kedalaman dan usaha napas)
- Pasien tidak sadar - Dispnea menurun - Monitor TTV pasien
- Pasien terpasang O2 nasal 4 lpm - Frekuensi napas membaik Terapeutik
- TD : 140/80 mmHg - Kedalaman napas membaik - Pertahankan kepatenan jalan napas
- RR : 22x/menit 2. Pemantauan respirasi
- SpO2 : 99% Observasi
- Nadi : 110x/menit - Monitor saturasi oksigen
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor nilai BGA jika perlu
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
Nama (Inisial) : Tn. H
No RM : 11564487
OK : 606

TGL/ JAM TINDAKANKEPERAWATAN TGL / JAM EVALUASI PPA

05-04-2023 1. Memonitoring pola napas (frekuensi, 05-04-2023 S : pasien mengatakan masih Ningsih
08.15 kedalaman dan usaha napas) 09.35 mengantuk

2. Memonitoring TTV pasien



3. Mempertahankan kepatenan jalan napas
- Jalan napas paten
4. Memonitoring saturasi oksigen - Tidak ada lendir/sekret
5. Memonitoring adanya produksi sputum - SpO2 : 99%
- Nadi : 94x/menit
6. Memonitoring nilai BGA jika perlu - RR : 20x/menit
- TD : 130/70 mmHg

masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan (1,2,3 dan


4)
POST ANESTESI

Data Subyektif : pasien mengatakan masih mengantuk


Data Obyektif
( √ ) KU Cukup, GCS 456 TD : 130/70 mmHg ( √ ) Skala nyeri = 1
( - ) Sesak (+) Nadi : 94x/mnt ( - ) Menggigil
( √ ) Terpasang O2 nasal 4lpm SpO2 : 99 % ( - ) Mual & Muntah
RR : 20x/mnt (√) Aldrete/Bromage skore= 9
09.35 10.35 11.35

N TD

220
200
180 180
160 160
140 140
120 120
100 100
80 80
60 60
40
20

A. Bromage score Nilai


Jika terdapat gerakan penuh tungkai 3
Jika mampu fleksikan lutut ttp tidak bisa angkat tungkai 2
Jika tidak mampu memfleksikan lutut 1
Jika tidak mampu memfleksikan pergelangan kaki 0
Pasien boleh pindah ruang jika nilai bromage score ≥ 2
B. Aldrete Score (dewasa)
Nilai Warna:
 Merah muda (2)√
 Pucat (1)
 Sianosis (0)
Pernapasan:
 Dapat bernapas dalam dan batuk (2)√
 Dangkal namun pertukaran udara adekuat (1)
 Apnoea atau obstruksi (0)
Sirkulasi:
 Tekanan darah menyimpang <20% dari normal (2)√
 Tekanan darah menyimpang 20-50 % dari normal (1)
 Tekanan darah menyimpang >50% dari normal (0)
Kesadaran:
 Sadar, siaga dan orientasi (2)
 Bangun namun cepat kembali tertidur (1)√
 Tidak berespons (0)
Aktivitas:
 Seluruh ekstremitas dapat digerakkan (2)√
 Dua ekstremitas dapat digerakkan (1)
 Tidak bergerak (0)
Jika jumlahnya > 8, pasien dapat dipindahkan ke ruangan.

C. Steward Score (anak-anak)


Pergerakan: Kesadaran:
 Gerak bertujuan (2)  Menangis (2)
 Gerak tak bertujuan (1)  Bereaksi terhadap rangsangan (1)
 Tidak bergerak (0)  Tidak bereaksi (0)
Pernafasan:
 Batuk, menangis (2) Jika jumlah > 5, pasien dapat
 Pertahankan jalan nafas (1) dipindahkan ke ruangan

 Perlu bantuan (0)


ANALISA DATA (POST ANESTESI)
NO DATA PENYEBAB MASALAH
1 DS : pasien mengatakan masih Pasien pasca ( D.0136)
mengantuk anestesia Resiko cedera
DO:
- Pasien terlihat masih mengantuk
- Terpasang O2 nasal 4 lpm
- TD : 120/60 mmHg
- Nadi : 80x/menit
- SpO2 : 99%
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Tn. H
No RM : 11564487
Tanggal : 05 April 2023
NO Diagnosis Luaran Intervensi

1 ( D.0136) Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Pemantauan cedera


Resiko cederayang ditandai dengan selama 60 menit diharapkan resiko cedera Terapeutik
- Pasien terlihat masih mengantuk menurun dengan kriteria luaran - Pasang alat pengaman misal pagar tempat tidur
- Terpasang O2 nasal 4 lpm - Tingkat kesadaran membaik untuk membatasi mobilitas fisik pada situasi
- TD : 120/60 mmHg - Orientasi waktu, tempat dan orang yang membahayakan
- Nadi : 80x/menit meningkat - Beri pemantauan selama proses pemulihan
- SpO2 : 99%
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
Nama (Inisial) :Tn. H
No RM :11564487
OK : 606

TGL/ JAM TINDAKANKEPERAWATAN TGL / JAM EVALUASI PPA

05-04-2023 1. Memasang alat pengaman misal pagar 05-04-2023 S : pasien mengatakan sudah tidak Ningsih
09.35 tempat tidur untuk membatasi mobilitas 10.35 mengantuk lagi

fisik pada situasi yang membahayakan



2. Memberikan pemantauan selama proses
- Pasien sadar
pemulihan - Komunikasi baik
- Pola napas membaik
- Nadi : 80x/menit
- RR : 18x/menit
- SpO2 : 99%
- TD : 120/60 mmHg

masalah teratasi

P : intervensi dihentikan


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan.Edisi 2.


(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC.Jakarata.

Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan).
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan).


Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.Volume 2,


(terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Hamzah Mochtar.(1999). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketiga. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai