1. Pemeriksaan dermoskopi
Dermoskopi adalah suatu metode non invasif yang memungkinkan dalam
evaluasi warna dan struktur epidermis secara mikro (histologis) yang tidak
bisa dilihat dengan mata telanjang. Evaluasi penyebaran warna dari lesi dan
struktur histologis dapat membedakan apakah lesi tersebut jinak atau ganas
terutama pada lesi kulit berpigmen. Hal yang diperhatikan adalah ABCDE
(asymmetry, irregular borders, multiple colors, diameter >6 mm, enlarging
lesion), bila hal tersebut didapatkan pada lesi yang diperiksa, kemungkinan
lesi tersebut bersifat ganas (karsinoma).
2. Pemeriksaan Biopsi
Tujuannya untuk memperoleh material yang cukup untuk pemeriksaan
histologis, untuk membantu menetapkan diagnosis, serta staging tumor
(menentukan keganasan). Waktu pelaksanaan biopsy sangat penting sebab
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan radiologis yang dipergunakan pada
staging. Apabila pemeriksaan CT-Scan dibuat setelah dilakukan biopsy, maka
akan Nampak perdarahan pada jaringan lunak yang memberikan kesan
gambaran suatu keganasan pada jaringan lunak.
Dikenal dua metode pemeriksaan biopsy, yaitu:
a. Biopsy tertutup, dengan menggunakan FNAB (Fine Needle Aspiration
Biopsy) untuk melakukan sitodiagnosis. Merupakan salah satu cara biopsy
untuk melakukan diagnosis pada tumor. Keuntungan dari FNAB adalah:
1) Tidak perlu perawatan
2) Risiko komplikasi kecil
3) Mencegah penyebaran tumor
4) Cepat mendapatkan hasil
b. Biopsy terbuka adalah metode biopsy melalui tindakan operatif.
Keunggulannya yaitu dapat diambil jaringan yang lebih besar untuk
pemeriksaan histologik dan pemeriksaan ultramikroskopik, mengurangi
kesalahan pengambilan jaringan dan mengurangi kecenderungan perbedaan
diagnostic tumor jinak dan tumor ganas seperti antara enkodroma dan
kondrosarkoma, osteoblastoma dan osteosarkoma. Biopsy terbuka tidak
boleh dilakukan bila dapat menimbulkan kesulitan pada prosedur operasi
berikutnya, misalnya pada reseksi en-bloc (Brunner & Suddarth. 2013).
G. Penatalaksanaan
Terapi pada kanker kulit terdiri dari terapi pembedahan dan non pembedahan
(Brunner & Suddarth. 2013).
1. Terapi pembedahan terdiri dari pembedahan dengan eksisi, pembedahan
dengan menggunakan teknik Mohs Micrographic Surgery (MMS), curretage
and cautery, dan cryosurgery.
a. Pembedahan dengan eksisi
Pada teknik ini , tumor di eksisi beserta dengan jaringan normal
disekitarnya dengan batas yang telah ditentukan sebelumnya untuk
memastikan seluruh sel kanker sudah terbuang.
b. Pembedahan dengan teknik Mohs Micrographic Surgery (MMS)
Mohs Micrographic Surgery (MMS) adalah sebuah teknik pembedahan
yang pertama kali dilakukan oleh Frederic Mohs di tahun 1940. Pada teknik
ini , tumor di eksisi beserta dengan jaringan normal disekitarnya dengan
batas yang telah ditentukan sebelumnya. Indikasi penggunaan teknik Mohs
Micrographic Surgery (MMS) antaralain: Lokasi tumor : terutama di bagian
tengah wajah, sekitar mata, hidung,dan telinga. Ukuran tumor : berapapun,
tapi khususnya >2cm. Subtipe histologi : morfoik, infiltratif, mikronodular,
dan subtipe basoskuamosa. Definisi batas tumor yang kurang baik melalui
klinis. Lesi yang berulang (rekuren). Ada keterlibatan perivaskular dan
perineural.
c. Curretage and cautery
Merupakan metode tradisional dalam terapi pembedahan kanker kulit.
Metode ini merupakan metode kedua terbanyak yang dilakukan setelah
metode eksisi. Curretage and cautery bila dilakukan untuk terapi pada lesi
yang terdapat di wajah akan mengakibatkan angka rekurensi yang tinggi,
sehingga merupakan suatu kontraindikasi.
d. Cryosurgery
Cryosurgery menggunakan cairan nitrogen dalam temperatur-50 hingga
-60 º C untuk menghancurkan sel kanker. Teknik double freeze
direkomendasikan untuk lesi yang terdapat di wajah. Fractional cryosurgery
direkomendasikan untuk lesi yang berukuran besar dan lokasinya tersebar.
Keberhasilan dari teknik ini tergantung dari seleksi jaringan dan
kemampuan operator.
e. Photodynamic therapy
Photodynamic therapy melibatkan penggunaan reaksi fotokimia
dimediasi melalui interaksi agen photosensitizing, cahaya, dan oksigen.
Karena fotosensitizer diarahkan secara langsung ditargetkan pada jaringan
lesi, photodynamic therapy dapat meminimalkan kerusakan pada struktur
sehat berdekatan. Metode ini efektif untuk lesi pada wajah dan kulit kepala
yang bersifat primer dan superfisial.
2. Radiasi
Radiasi menggunakan sinar x-ray dengan energi tinggi untuk membunuh
sel kanker. Dikatakan bahwa, radiasi bukanlah untuk menyembuhkan kanker,
melainkan sebagai terapi adjuvan setelah pembedahan untuk mencegah
rekurensi dari sel kanker atau untuk mencegah metastasis.
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah metode dengan menggunakan obat-obatan untuk
membunuh sel kanker khusus pada tipe Melanoma Maligna. Hal ini
disebabkan karena sifat dari Melanoma Maligna yang sering melakukan
metastasis ke organ lain. Beberapa jenis obat kemoterapi yang digunakan
adalah Dacarbazine (DTIC), Cisplatin yang dikombinasikan dengan
Vinblastine, Temozolomide (Temodar), dan Paclitaxel.
4. Terapi biologis
Terapi biologis juga disebut bioterapi atau immunoterapi, bekerja baik
secara langsung ataupun tidak langsung melawan kanker dengan mengubah
cara-cara tubuh untuk bereaksi terhadap kanker. Bentuk umum dari bioterapi
dibawah penyelidikan untuk melanoma meliputi paksin, injeksi bskterium
yang diketahui sebagai BSG (basilus calmeete Guerin) dan enggunaan
interperon, interleunkin, dan antibiotic monoclonal.
Vaksinasi tersebut dibuat dari melanoma yang diradiasi dan di nonaktifkan.
Diharapkan vaksin-vaksin tersebut akan mensintesis system imun untuk
mengenal melanoma dan oleh karenanya akan meningkatkan kemampuan
system untuk menghancurkan melanoma tersebut. Injeksi BSG mempengaruhi
stimulasi non spesifik dari system imun dan sedang dipelajari sebagai terapi
untuk asien-pasien fase awal. Diharapkan bahwa bahwa injeksi BSG secara
langsung kedalam metastase nodul-nodul subkutan dapat menyebabkan regresi
lesi.
H. Komplikasi Kanker Kulit
Komplikasi yang terdapat terjadi antara lain : Selulitis adalah lesi kanker yang
terkontaminasi bakteri, tanda-tanda yang dapat dilihat pada kulit adalah tanda-
tanda inflamasi seperti rubor, kalor, dolor, dan functiolesa. Abses pada kulit.
Penyebaran kanker ke organ lain terutama pada jenis Melanoma Maligna yang
merupakan tipe yang paling sering bermetastasis ke organ lain dan dengan jarak
yang jauh. Peningkatan resiko infeksi diakibatkan oleh kurangnya higienitas saat
perawatan lesi maupun saat proses pembedahan. Terjadi efek samping akibat
radioterapi seperti kulit terbakar, susah menelan, lemah, kerontokan rambut, nyeri
kepala, mual muntah, berat badan menurun, kemerahan pada kulit. Terjadi efek
samping akibat kemoterapi seperti anorexia, anemia aplastik, trombositopeni,
leukopeni, diare, rambut rontok, mual muntah, mulut kering, dan rasa lelah
(Brunner & Suddarth. 2013).
II. Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian menurut Nurarif & kusuma (2013) :
1. Identintas pasien.
a. Usia. : Lebih sering pada usia 15- 44 tahun, lebih meningkat pada usia 20
tahun yang selalu terpapar sinar matahari.
b. Jenis kelamin : Jenis kelamin pria dan wanita memiliki resiko yang sama
untuk terjadinya kanker kulit, semua tergantung pada aktifitas ( terpapar
sinar UV) atau pekerjaan.
c. Pekerjaan : Orang yang paling beresiko adalah orang yang berkulit cerah,
berambut merah yang nenek moyangnya berdarah celtic atau orang dengan
warna kulit merah muda atau cerah di samping orang yang sudah lama
terkena sinar matahari tanpa terjadi perubahan warana kulit menjadi coklat
kekuningan. Populasi lain yang beresiko adalah para pekerja di luar rumah
(seperti petani, pelaut dan pelayan) orang - orang yang terpajan sinar
matahari untuk suatu periode waktu, Para pekerja yang mengalami kontak
dengan zat-zat tertentu (senyawa arsen, netra, batu bara, terserta, aspal dan
parafin) juga termasuk dalam kelompok yang beresiko.
2. Keluhan Utama.
Sesuai tanda dan gejala dan disertai nyeri.
3. Riwayat penyakit saat ini.
Adanya benjolan pada lokasi kanker (leher, wajah dan exstremitas) perubahan
tahi lalatyang semakin meluas dan koreng yang tak sembuh- sembuh.
4. Riwayat penyakit dahulu.
Orang yang menderita sikatriks akibat luka bakar yang berat dapat mengalami
kanker kulit setelah 20 hingga 40 tahun kemudian.Ulkus yang lama pada
ekstrenitas bahwa juga dapat menjadi lokasi asal kanker kulit.
5. Riwayat penyakit keluarga.
Ada tidaknya dari pihak keluarga yang mengalami hal yang sama pada pasien.
B. Pemeriksaan fisik.
1. Tanda- tanda vital.
Tekanan darah, nadi, respirasi cenderung mengalami penurunan karena proses
metastasis kanker yang mempegaruhi system tubuh dan pada suhu mengalami
peningkatan karna sebagai tanda inflamasi.
2. Pemeriksaan persistem (B1- B6)
a. B1 (pernapasan)
Kanker kulit pada stadium awal tidak mempegaruhi system pernapasan,
namun pada stadium 3 atau sudah metastasis di paru- paru makan
pernapasan akan mengalami gangguan yang di tandai dengan sesak.
b. B2 ( cardiovaskuler)
Ada beberapa gangguan diantaranya ketika kanker bermetatasis melalui
pembuluh darah makan system kerja jantung akan terganggu.
c. B3 ( persarapan)
Pusing, nyeri, atau derajat nyeri bervariasi mis : ketidak nyamanan ringan
sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit).
d. B4 (perkemihan)
Perubahan pada pola defekasi, mis : Perubahan eliminasi urinarius, nyeri /
rasa terbakar pada saat berkemih, hematuri, sering berkemih.
e. B5 (pencernaan)
Tergantung pada proses metastasis kanker. Biasanya ditemukan perdarahan
pada feses.
f. B6 (muskulosletal)
Biasanya ditemukan pada kulit bagian ekstremitas, sehingga rasa nyeri di
ekstremitas ditemukan.
3. Pemeriksaan integument (pemeriksaan tambahan)
Pada integument pemeriksaan didapat sesuai tanda gejala kanker kulit yang
telah disebutkan.
C. Diangnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan kompresi/ destruksi jaringan saraf, obstruksi
jaringan saraf atau inflamasi serta efek samping berbagai agen terapi
saraf.Ancietas b.d prognosis penyakit
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik, konsekuensi, kemoterapi, radiasi, pembedahan, distress
emosional, keletihan , atau control nyeri buruk.
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan status hipermetabolik,
kerusakan masukan cairan, kehilangan cairan berlebihan (luka, selang
indwelling).
4. Resiko terjadi kerusakan intregitas kulit atau jaringan berhubungan dengan
efek radiasi, kemoterapi, perubahan imunologis, perubahan status nutrisi atau
anemia.
Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan
No Diagnosa keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil (NOC) Intervensi (NIC)
1 N y e r i a k u t b e r h u b u n g a n d e Setelah
n g a n d k o m ilakukan
pt r e s i /k indakan
s 3 j eperawatan
1400. Manajemen Nyeri
elama x24 am,
destruksi jaringan saraf, oklien
b s akan
t r u: k s i jaringan Aktivitas Keperawatan:
s a r a f a t a u i n f l a m a s i a. s 2102.
e r tTingkat
a e Nyeri
f e k halaman
s a m577
p i n g 1. O b s e r v a s i
b e r b a g a i a g e n t e r b.
a p1605.
i Kontrol
s a r Nyeri
a f halaman
. A n 247
c i e t a s b . d ketidaknyamanan.
prognosis penyakit c. 2109. Tingkat Ketidaknyamanan halaman 576 2. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
d. 2 1 0 1 . N y e r i : E f e k y a n g M e n g g ahnagl agm
u a n3 2 1 , termasuk l k okasi, d arakterisitik,
f ur
yang dibuktikan dengan indicator sebagai berikut: (5 = kualitas dan faktor presipitasi.
tidak ada) 3. A j a r k a n t e k n i k n o n f a r m a
Kriteria Hasil: r e l a k s a s i n a p a s d a l a m , d
a. M a m p u m e n g e n a l i n y e r i ( s k a l a , i n t e n s i t a s , hangat.
frekuensi,
dan tanda nyeri) 4. B e r i k a n i n f o r m a s i m e n g e n
b. Mampu m engontrol
n ( p nyeri m tahu enyebabnyeri, berapa yeri,
penyebab ampu
lama nyeri dirasakan.
m e n g g u n a k a n t 2210.
e Pemberian
k n i k
Analgesik n o n f a r m
mengurangi nyeri, mencari bantuan) Aktivitas Keperawatan:
c. M e l a p o r k a n b a h w1. aCek kebenaran
n y e pengobatan
r i bmeliputi
e r obat,
k udosis,
r a n g
menggunakan manajemen nyeri. dan frekuensi obat analgesic yg diresepkan.
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang 2. Cek adanya riwayat alergi obat
3. Pilih analgesic atau kombinasi analgesic yan
sesuai ketika lebih dari satu diberikan.
4. P i l i h r u t e p e m b e r i a n a n a l
Intramuskular atau per Oral.
2 N u t r i s i k u r a n g NOC
d :a r i k e b u t u h a n t u NIC
b :u h
berhubungan dengan s t a t u s a. h Nutritional
i p e r m eStatus
t a b :ofood
l i kand
, Fluid Intake Nutrition Management
k o n s e k u b. eNutritional
n Status
s : nutrient
i Intake
, k e a.m Kaji adanya
o alergi
t makanan
e r a p i ,
p e m b e d a h a n , d i s t r e s s e m o s i o n a lc., kWeight
e l e t i control
han , b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
atau control nyeri buruk. Kriteria Hasil : j uml ah ka l ori dan nut ri s i yang di
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan pasien
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
d. Tidak ada tanda tanda malnutrisi dan vitamin C
e. M e n u n j u k k a n p e n i n g k a t a n f u n g s i , p e e.
n g eBerikan
c a p a nsubstansi
d a r i gula
menelan f. Y a k i n k a n d i e t y a n g d i m a k a n m e
f. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti tinggi serat untuk mencegah konstipasi
g. B e r i k a n m a k a n a n y a n g t e r
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
h. A j a r k a n p a s i e n b a g a i m a n a m e m b u a t c
makanan harian.
Nutrition Monitorin
a. BB pasien dalam batas normal
b. Monitor adanya penurunan berat badan
c. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
d. Monitor interaksi anak atau orangtua selam
makan
e. Monitor lingkungan selama makan
f. J a d w a l k a n p e dn agno bt ai nt ad na k a n t i d a k
selama jam makan
g. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
kadar Ht
h. Monitor makanan kesukaan
i. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
j. Monit or pucat , kemerahan, dan ke
jaringan konjungtiva
k. Monitor kalori dan intake nuntrisi
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12. Jakarta : EGC