Anda di halaman 1dari 19

Kanker Kulit Akibat Sinar Ultraviolet dan Penatalaksanaannya

Theo Nalmiades Ambra


Mahasiswa Kepanitraan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
theoambra@gmail.com

ABSTRAK

Kulit merupakan organ tubuh paling luar yang melindungi tubuh manusia dari lingkungan hidup sekitar. Kulit
tersusun dari jutaan sel. Seiring dengan perubahan pola hidup ke arah yang tidak sehat, semakin meningkatnya
radiasi sinar ultraviolet, akibatakibat dari toxin tertentu, dan juga faktor genetik, mengakibatkan sel-sel
penyusun kulit mengalami pertumbuhan yang tidak terkontrol dimana lazim disebut sebagai sel kanker. Kanker
kulit dapat diklasifikasikan dalam tiga tipe terbanyak yaitu Karsinoma Sel Basal, Karsinoma Sel Skuamosa, dan
Melanoma Maligna. Lebih dari 3,5 juta kasus kanker kulit ditemukan di Amerika Serikat dan menjadikan
kanker kulit sebagai jenis kanker terbanyak di negara tersebut. Diagnosis kanker kulit dapat ditegakkan dari
anamnesis, pemeriksaan klinis dengan melihat eufloresensi kulit, pemeriksaan penunjang seperti dermoskopi,
serta pemeriksaan histopatologi sebagai standar baku emas. Terapi pada kanker kulit terdiri dari terapi
pembedahan dan non pembedahan dengan prognosis disesuaikan dengan tipe kanker yang dialami.

Kata kunci : sel kanker kulit

ABSTRACT

Skin is an organ which protect the human body from the environment. It was build by milion cells. According to
the changes in human lifestyle which tends to unhealthy life, increasing ultraviolet radiation, toxins, and
genetics makes the cells who build the skin do the abnormal growth being cancer cells. Classification of skin
cancer is according the most common three types, they are Basal Cell Carcinoma, Squamous Cell Carcinoma,
and Malignant Melanoma. More than 3,5 milion skin cancer cases was happened in United States, which makes
it become the most common cancer type in that country. Skin cancer diagnosis is build from anamnesis, physic
examination about skin eufloressence, using dermoscopy, and histopatologic examination as the gold standar.
Therapy for skin cancer is classified to surgery and non surgery therapy and its prognostic is depend to the
types of the skin cancer itself. Keyword : skin cancer cells

Pendahuluan

Kulit merupakan organ tubuh paling luar yang melindungi tubuh manusia dari lingkungan
hidup sekitar.1 Seperti organ tubuh lain pada umumnya, kulit juga terdiri tersusun dari jutaan
sel. Normalnya, sel-sel di dalam tubuh akan membelah lebih cepat pada masa pertumbuhan,
sedangkan pada masa dewasa sel akan lebih banyak membelah untuk menggantikan sel-sel
yang mati atau untuk memperbaiki kerusakan jaringan. Sel kanker terjadi akibat kerusakan
dari DNA. Sel kanker akan terus tumbuh dan membelah menjadi sel yang abnormal dan juga
dapat meluas ke jaringan yang normal (metastasis).2 Kanker pada kulit merupakan tiga
serangkai keganasan pada umumnya yang sering ditemukan di Indonesia selain kanker
serviks dan kanker payudara, oleh karena itu pengetahuan yang lebih dalam mengenai

1
epidemiologi, etiologi, perkembangan penyakit, dan pengobatan diperlukan agar insiden yang
terjadi tidak semakin tinggi di kemudian hari.1

Kanker kulit

Kanker kulit adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh berubahnya sifat-sifat penyusun sel
kulit yang normal menjadi ganas, dimana sel-sel akan terus membelah menjadi bentuk yang
abnormal secara tidak terkontrol akibat kerusakan DNA.1,2,3 Bila dilihat dari segi
histopatologik memiliki struktur yang tidak teratur dengan diferensiasi sel dalam berbagai
tingkatan pada kromatin, nukleus, dan sitoplasma.1

Struktur Anatomi Kulit Secara Histopatologik Pembagian kulit secara garis besar tersusun
atas tiga lapisan utama yaitu (Gambar 1):

1. Lapisan epidermis atau kutikel.

2. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin).

3. Lapisan subkutis (hipodermis).1

Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan
adanya jarngan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak.1

1. Lapisan epidermis terdiri atas : stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum,
stratum spinosum, dan stratum basale.

2. Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada
epidermis.1 Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-elemen
selular dan folikel rambut.1 Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yakni : Pars
retikulare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh
darah.1 Pars retikulare yaitu bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan, bagian ini
terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastik, dan retikulin.

3. Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringa ikat longgar berisi selsel
lemak di dalamnya.1

Epidemiologi Kanker Kulit

Kanker kulit memiliki tiga tipe utama yaitu Karsinoma Sel basal, Karsinoma Sel Skuamosa
dan Melanoma Maligna. Karsinoma Sel Basal menempati urutan pertama, diikuti Karsinoma

2
Sel Skuamosa, dan Melanoma Maligna pada urutan ketiga. Walaupun jumlah insiden
Melanoma Maligna lebih kecil dibanding Karsinoma Sel Basal dan Karsinoma Sel
Skuamosa, angka kematian yang disebabkannya cenderung lebih besar yaitu menyebabkan
75% kematian akibat kanker kulit. Di Australia, yang merupakan salah satu negara dengan
insiden kanker kulit tertinggi di dunia, dilaporkan terjadi insiden kanker kulit empat kali lipat
lebih tinggi dibanding Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada. Melanoma merupakan jenis
kanker kulit dengan insiden tertinggi pada umur 15-44 tahun di Australia.3

Etiologi Kanker Kulit

Secara umum, kanker kulit memiliki banyak resiko yang potensial, antara lain : Terpapar oleh
radiasi sinar ultraviolet secara berlebihan (baik Ultraviolet A maupun Ultraviolet B). Luka
yang lama tidak sembuh (chronic non-healing wounds) , khususnya luka bakar,diantaranya
adalah Marjolin’s ulcer yang bisa berkembang menjadi Karsinoma Sel Skuamosa.
Predisposisi genetik termasuk. Tahi lalat berukuran lebih besar dari 20 mm beresiko tinggi
berekmbang menjadi kanker. Human papilloma virus (HPV) sering dihubungkan dengan
Karsinoma Sel Skuamosa pada genital, anus, mulut, faring, dan jari tangan. Toksin arsenik
merupakan salah satu resiko peningkatan insiden Karsinoma Sel Skuamosa. Kekurangan
beberapa vitamin dan mineral tertentu dan merokok.3

Klasifikasi Kanker Kulit

Kanker kulit dapat diklasifikasikan dalam tiga tipe terbanyak yaitu Karsinoma Sel Basal,
Karsinoma Sel Skuamosa, dan Melanoma Maligna.

1. Karsinoma Sel Basal (Basalioma) adalah tipe kanker kulit terbanyak, bersifat lokal invasif,
jarang bermetastasis namun tetap memiliki peluang untuk menjadi maligna karena dapat
merusak dan menghancurkan jaringan sekitar.3,4 Karsinoma Sel Basal muncul akibat radiasi
sinar ultraviolet, biasanya di bagian wajah. Karsinoma Sel Basal jarang menyebabkan
kematian serta mudah diterapi dengan pembedahan maupun radiasi.3

2. Karsinoma Sel Skuamosa adalah tipe kedua terbanyak setelah Karsinoma Sel Basal,
berasal dari sel skuamosa pada lapisan epidermis kulit. Karsinoma Sel Skuamosa
bermetastasis lebih sering dari Karsinoma Sel basal, namun angka metastasisnya tidak terlalu
tinggi kecuali pada telinga, bibir, dan pasien imunosupresi.3

3
3.Melanoma Maligna adalah tumor yang berasal dari melanosit, merupakan salah satu tumor
yang paling ganas pada tubuh dengan resiko metastasis yang tinggi. Melanoma Maligna
dapat dibagi menjadi empat yaitu : Superficial Spreading Melanoma (SSM), Nodular
Melanoma (NM), Lentigo Malignant Melanoma, dan Acral Lentiginous Melanoma (ALM). 3

Karsinoma Sel Basal (KSB)

Kanker kulit secara umum dibagi menjadi kanker kulit melanoma dan nonmelanoma. Yang
termasuk kanker kulit nonmelanoma adalah karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa.
Karsinoma Sel Basal (KSB) merupakan penyakit kanker kulit yang terbanyak dijumpai,
berkisar 75-80% dari jumlah pasien kanker nonmelanoma. Di Amerika Serikat, angka
kejadian KSB meningkat, dari 65% pada tahun 1980 menjadi 80% pada tahun 2010. KSB
adalah tumor ganas yang bersifat invasif secara lokal, agresif, dan destruktif. Etiopatogenesis
KSB adalah predisposisi genetik, lingkungan, dan paparan sinar matahari, khususnya
6
ultraviolet B (UVB) yang merangsang terjadinya mutasi suppressor genes. Berkaitan
dengan hal tersebut, malignansi ini biasanya timbul di daerah yang terpapar sinar matahari.
Biasanya, lesi KSB berupa lesi tunggal dan 80% kasus terdapat pada kepala dan leher.
Daerah yang perlu diwaspadai adalah kantus medialis dan lateralis, lipatan nasolabial, dan di
belakang telinga. Karsinoma sel basal merupakan keganasan kulit yang berasal dari sel
nonkeratinisasi lapisan basal epidermis. Karsinoma Sel Basal (KSB) disebut juga basalioma,
epitelioma sel basal, ulkus rodent, ulkus Jacob, atau tumor Komprecher.6

Epidemiologi Karsinoma Sel Basal

Menurut data Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia (1989), dari 1530
kasus kanker kulit, yang terbanyak adalah kasus KSB (39,93%). Di perkirakan setiap tahun
sebanyak 900.000 – 1 juta pasien didiagnosis menderita KSB di Amerika Serikat.
Perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 2,1:1. Laporan terakhir menunjukkan rasio
laki-laki banding perempuan menjadi 3:2. Kasus terbanyak di dunia adalah di Australia, yang
mencapai 2% populasi penduduknya. KSB sering terjadi pada lanjut usia, berkisar antara 50–
80 tahun, rata-rata terjadi pada usia 65 tahun. Pada beberapa penelitian epidemiologi, hanya
1-3% KSB yang diderita pada usia di bawah 35 tahun, terutama pada pasien dengan sindrom
nevoid KSB yang berpotensi menjadi KSB pada usia muda.6

4
Etiopatogenesis Karsinoma Sel Basal

Etiopatogenesis KSB berhubungan dengan faktor genetik, lingkungan, dan yang paling sering
dipicu oleh paparan sinar matahari, terutama sinar Ultraviolet B (UVB) yang bergelombang
290–320 nm. Faktor genetik yang berperan terdapat pada kromosom 1 dan satu varian dari
setiap kromosom 5, 7, 9, dan 12. Varian kromosom tersebut diketahui berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam proteksi terhadap paparan sinar matahari, yang mungkin
berhubungan dengan faktor risiko tambahan terhadap paparan sinar matahari yang bersifat
heterozigot. Kelainan genetik yang bersifat homozigot terutama berhubungan dengan
pengaturan sonic hedgehog pathway signaling, paling sering terjadi pada sindrom nevoid
KSB atau sindrom Gorlin. Hedgehog pathway (HP) aktif pada perkembangan fetus dan akan
berhenti bila jaringan sudah dewasa. Pada kasus-kasus karsinoma terjadi pengaktifan HP
kembali, dan hal ini juga terjadi pada kasus KSB. Faktor lingkungan yang diketahui dapat
memicu terjadinya KSB adalah hidrokarbon, arsenik, coal, tar, obat topikal methoxipsoralen,
dan sinar UV. Rangsangan onkogen, kondisi imunosupresif, luka kronis, dan trauma akut
juga terbukti sebagai faktor pencetus timbulnya tumor kulit, memicu pertumbuhan keratinosit
menjadi lesi seperti KSB. Efek radiasi sinar ultraviolet terhadap kulit dapat bersifat akut dan
kronik. Secara klinis, efek akut dari radiasi UV adalah sunburn infl ammation, eritema, nyeri,
panas, tanning sintesis melanin, imunosupresif lokal dan efek sistemik. Kerusakan DNA yang
terjadi akibat pembentukan photoproducts seperti cyclobutane pyrimidine dimmers,
diperbaiki dengan nucleotide excision repair (NER). Jika DNA repair gagal dan sel yang
bersangkutan tetap hidup, akan terjadi kerusakan DNA menetap, berarti telah terjadi mutasi
gen yang bersangkutan. Radiasi UV-B meningkatkan apoptosis keratinosit untuk membunuh
sel yang kerusakan DNA-nya gagal diperbaiki terutama pada daerah yang aktif mengalami
proliferasi pada lapisan basal epidermis, sehingga kejadian mutasi oleh radiasi UV-B tidaklah
mudah terjadi. Jika mutasi ini mengenai gen yang menyandi sintesis faktor pertumbuhan
(protoonkogen) atau yang menyandi sintesis faktor penghambat pertumbuhan (tumor
supressor gene), maka karsinogenesis sudah berlangsung. Sinar UV yang secara kronik
mengenai stem cell kulit menyebabkan photoaging, imunosupresi, dan fotokarsinogen.
Fotokarsinogen melibatkan pembentukan foto produk yang merusak DNA. Jika DNA repair
gagal, maka akan terjadi mutasi protoonkogen menjadi onkogen atau inaktivasi tumor
supressor gene. Akumulasi mutasi akibat fotokarsinogen termasuk genetic deletion
menyebabkan tidak aktifnya tumor supressor gene yang menyandi pembentukan protein

5
penghambat proliferasi sel. Akumulasi mutasi gen inilah yang berperan dalam memicu
terjadinya KSB.

Gambaran Klinis Karsinoma Sel Basal

Terdapat 5 subtipe KSB yaitu KSB nodular, superfi sial, morpheaform, KSB berpigmen, dan
fibroepitelioma Pinkus. Subtipe nodular (yang paling sering dijumpai) berupa papul atau
nodus translusen, telangiektasia, dan rolled border. Lesi besar disertai nekrosis bagian tengah
merupakan dasar terjadinya ulkus rodent. Subtipe superfi sial biasanya terdapat di badan,
berupa plak eritematosa dan tampak multisentris. Subtipe KSB berpigmen berupa papul
translusen, hiperpigmentasi, dan dapat mengalami erosi. Subtipe morpheaform tumbuh
agresif, berwarna putih atau kuning, berkilat menyerupai skar atau lesi morfea.
Fibroepitelioma Pinkus biasanya terdapat di punggung bawah berupa papul merah muda yang
sulit dibedakan dengan akrokordon atau skin tag.6

Lokasi anatomis lesi KSB yang paling sering adalah pada 1/3 tubuh bagian atas, di mana 75-
80% terjadi pada daerah wajah. Lesi wajah yang tersering adalah hidung, daerah nasal tip dan
alae. Sekitar 25% KSB berada di daerah badan, sisanya 5% berada di daerah penis, vulva,
dan perianal. KSB bersifat sangat dekstruktif, merusak jaringan kulit, tulang rawan bahkan
sampai tulang di sekitarnya dan dapat menimbulkan kecacatan. KSB jarang menimbulkan
metastasis (hanya 0,028-0,55%), kejadian metastasis yang pernah dilaporkan adalah KSB
bermetastasis ke kelenjar getah bening, paru-paru, dan tulang.

6
Gambaran Histopatologi Karsinoma Sel Basal

Secara histopatologis KSB dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: undiff erentiated BCC
(Basal Cell Carcinoma) dan diff erentiated BCC. Undiff erentiated BCC terdiri atas berbagai
variasi pertumbuhan, ada yang tumbuh indolen seperti superfi cial BCC, nodular BCC, dan
micronodular BCC, ada pula yang tumbuh agresif seperti infi ltrative BCC, metatypical BCC
(basosquamous carcinoma), morpheiform BCC (sclerosing BCC). Diff erentiated BCC
seperti keratotic BCC, infundibulocystic BCC, follicular BCC, pleomorphic BCC, BCC with
sweat duct diff erentiation, BCC with sebaceous diff erentiation, fi broepithelioma of Pinkus,
dan recurrent BCC. Gambaran histopatologis KSB dapat bervariasi tergantung tipenya.
Seperti pada KSB tipe superfisial, terdapat budding sel maligna dari basal epidermis yang
meluas ke dermis. Lapisan sel perifer menunjukkan palisading. Dapat terjadi atrofi epidermal
dan invasi dermis minimal. Dapat ditemukan infi ltrat radang kronis pada dermis bagian atas.

Diagnosis Karsinoma Sel Basal

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan


histopatologi dari salah satu lesi untuk menentukan subtipe KSB. Biasanya penderita KSB

7
datang dengan keluhan bercak hitam di wajah mudah berdarah dan tidak sembuh-sembuh,
atau berupa tahi lalat (andeng-andeng) yang bertambah besar dengan permukaan tidak rata,
dan biasanya terdapat riwayat trauma, serta dapat disertai dengan rasa gatal atau nyeri.
Basalioma harus dibedakan dengan melanoma nodular dengan penyebaran superfisial apabila
berpigmen dan dengan ulkus keras yang tidak nyeri seperti pada karsinoma sel skuamosa.
Idealnya dilakukan pemeriksaan histopatologi lesi. Pemeriksaan penunjang seperti CT scan
atau MRI diperlukan jika ada kecurigaan mengenai tulang atau jaringan lainnya.6

Karsinoma Sel Skuamosa Kulit


Karsinoma sel skuamosa kulit adalah suatu proliferasi ganas dari keratinosit epidermis yang
merupakan tipe sel epidermis yang paling banyak dan merupakan salah satu dari kanker kulit
yang sering dijumpai setelah basalioma. Faktor predisposisi karsinoma sel skuamosa kulit
antara lain radiasi sinar ultra violet, bahan karsinogen, arsenik dan lain – lain.7

Epidemiologi Karsinoma Sel Skuamosa


Di Amerika Serikat karsinoma sel skuamosa kulit merupakan tumor ganas kulit non
melanoma ke-2 terbanyak setelah karsinoma sel basal dan merupakan 20 % dari keganasan
kulit. Pada data American Cancer Society didapatkan perbandingan antara karsinoma sel
skuamosa kulit dengan karsinoma sel basal 1 : 3. Karsinoma sel skuamosa kulit lebih sering
dijumpai pada orang kulit putih daripada kulit berwarna dan lebih banyak dijumpai pada laki-
laki dibandingkan dengan wanita, terutama pada usia 40 – 50 tahun. Insiden karsinoma sel
skuamosa kulit meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Kekambuhan karsinoma sel
skuamosa kulit kulit masih tinggi yaitu 2 % dan 8,9 % paska eksisi luas dengan batas eksisi
pada jarak 2 cm dari tepi 10 tumor, paska radioterapi 7 % - 50 % dan 20 % paska kuretase
dan elektrodeseksi.7

Etiologi Karsinoma Sel Skuamosa


Seperti pada umumnya kanker yang lain, penyebab kanker kulit ini juga belum diketahui
secara pasti. Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan pertumbuhan karsinoma sel
skuamosa pada kulit, yaitu faktor paparan sinar matahari, arsen, hidrokarbon, suhu, radiasi
kronis, parut, dan virus.7

8
Gambaran Klinis Karsinoma Sel Skuamosa

Karsinoma sel skuamosa kulit pada umumnya sering terjadi pada usia 40 – 50 tahun dengan
lokasi yang tersering adalah pada daerah yang banyak terpapar sinar matahari seperti wajah,
telinga, bibir bawah, punggung, tangan dan tungkai bawah. Secara klinis ada 2 bentuk
karsinoma sel skuamosa kulit :
1. Karsinoma sel skuamosa kulit in situ
Terbatas pada epidermis dan terjadi pada berbagai lesi kulit yang telah ada
sebelumnya seperti solar keratosis, kronis radiasi keratosis, hidrokarbon keratosis,
arsenikal keratosis, kornu kutanea, penyakit Bowen dan eritroplasia Queyrat.
Karsinoma sel skuamosa kulit insitu ini dapat menetap di epidermis dalam jangka
waktu lama dan tak dapat diprediksi, dapat menembus lapisan basal sampai ke dermis
dan selanjutnya bermetastase melalui saluran getah bening regional.
2. Karsinoma sel skuamosa kulit invasif
Karsinoma sel skuamosa kulit invasif dapat berkembang dari karsinoma sel skuamosa
kulit insitu dan dapat juga dari kulit normal, walaupun jarang. Karsinoma sel
skuamosa kulit yang dini baik yang muncul pada karsinoma insitu, lesi pramaligna
atau kulit yang normal, biasanya adalah berupa nodul kecil dengan batas yang tidak
jelas, berwarna sama dengan warna kulit atau agak sedikit eritema. Permukaannya
mula - mula lembut kemudian berkembang menjadi verukosa atau papilamatosa.
Ulserasi biasanya timbul di dekat pusat dari tumor, dapat terjadi cepat atau lambat,
sering sebelum tumor berdiameter 1 – 2 cm. Permukaan tumor mungkin granular dan
mudah berdarah, sedangkan pinggir ulkus biasanya meninggi dan mengeras, dapat
dijumpai adanya krusta.7

Stadium Klinis Karsinoma Sel Skuamosa


Klasifikasi dari karsinoma sel skuamosa kulit mempergunakan sistem TNM dari UICC, yaitu:
T untuk besar tumor primer, dibagi atas :
Tx keadaan awal, tumor sulit dijumpai
Tis karsinoma insitu, sel-sel tumor belum menginfiltrasi lapisan papilaris dermis
T0 tumor primer tidak ditemukan
T1 diameter tumor terbesar < 2 cm, terletak superfisial atau di lapisan epidermis atau
tumbuh exofitik
T2 diameter tumor terbesar 2 – 5 cm atau sudah ada infiltrasi minimal ke dermis
9
T3 diameter tumor terbesar > 5 cm atau sudah ada infiltrasi ke dalam dermis
T4 tumor yang sudah mengenai unsur lain : fascia, otot, tulang rawan, tulang
Diameter dari tumor juga berpengaruh terhadap timbulnya metastase dan terjadinya
kekambuhan karena pada lesi yang luas umumnya gambaran differensiasinya moderat
dan buruk kemungkinannya terjadinya kekambuhan menjadi lebih besar.
N untuk limfonodi yang terkena dibagi atas :
Nx keadaan awal dari penyebaran ke limfonodi regional sulit diketahui
N0 tidak dijumpai kelenjar limfe regional yang membesar
N1 ada pembesaran kelenjar limfe regional
M untuk metastase jauh yang terjadi:
Mx keadaan awal untuk mengetahui metastase sulit
M0 tidak ada metastase jauh
M1 ada metastase jauh pada organ lain (paru, tulang, hepar, otak, pleura)

Metastase karsinoma sel skuamosa kulit yang sebelumnya normal yaitu 3 %, mukokutan
metastase 11 %, skar luka bakar atau adanya lesi sebelumnya metastase 10 – 30 %.
Sedangkan proses terjadinya metastase dari sakit selang 1 bulan 2,5 %, 6 bulan 40 %, 1 tahun
70 %. Stadium klinis berdasarkan TNM yaitu :

Stadium I = T1N0M0
Stadium II = T2 – T3 N0M0
Stadium III = T4N0M0 atau any TN1M0
Stadium IV = Any T Any N dan M1

Stadium klinis ini berpengaruh terhadap kekambuhan karsinoma sel skuamosa kulit karena
pada stadium yang lebih tinggi sudah terjadi metastase pada kelenjar limfe regional ataupun
T dari tumor yang lebih besar atau sudah infiltrasi lebih dalam. Pertumbuhan sel kanker juga
dikarenakan zeta chain TCR (T cell receptor) yang hilang. Makin banyak zeta chain yang
hilang maka makin agresif atau makin tinggi stadiumnya.7

Melanoma Maligna

Melanoma maligna (MM) merupakan keganasan kulit yang berasal dari sel-sel melanosit;
sel-sel tersebut masih mampu membentuk melanin, sehingga pada umumnya MM berwarna
10
coklat atau kehitaman. Beberapa melanoma yang sel-selnya tidak dapat membentuk melanin
lagi tampak berwarna merah muda, tan, atau bahkan putih. MM bisa ditemukan di bagian
mana saja di tubuh, paling sering di dada dan punggung pada pria, di tungkai bawah pada
wanita. Lokasi lain yang sering adalah di wajah dan leher. MM juga dapat ditemukan di mata,
mulut, daerah genital, dan daerah anus, walaupun jarang. Kulit lebih gelap menurunkan risiko
terkena MM; MM 20 kali lebih sering ditemukan pada kulit putih dibandingkan kulit gelap.
MM lebih jarang jika dibandingkan dengan karsinoma sel basal ataupun karsinoma sel
skuamosa, tetapi lebih berbahaya karena lebih sering menyebabkan kematian (sekitar 75%
dari semua kasus kanker kulit). Seperti halnya karsinoma sel basal dan karsinoma sel
skuamosa, hasil terapi MM paling baik bila masih di stadium awal. Risiko metastasis MM
lebih besar dibandingkan karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa. Risiko terkena
MM meningkat sesuai dengan pertambahan usia, pada pria biasanya ditemukan di atas 40
tahun, sedangkan pada wanita di bawah 40 tahun.8

Etiologi Dan Faktor Risiko Melanoma Maligna

Faktor risiko terpapar sinar matahari berlebihan dapat dihindari, sedangkan genetik, usia, atau
jenis kelamin merupakan faktor risiko yang tidak dapat dihindari. Beberapa faktor risiko yang
memudahkan seseorang terkena MM, di antaranya:

1) Pajanan sinar ultraviolet (UV), merupakan faktor risiko utama pada banyak kasus
MM. Sinar UV bisa berasal dari matahari atau tanning beds. Sinar matahari
merupakan sumber utama penghasil sinar UV, sehingga orang yang mendapatkan
banyak paparan sinar matahari mempunyai risiko lebih besar menderita kanker kulit.
2) Ada 3 jenis utama sinar UV, yaitu:
a) Sinar UVA: Sinar ini dapat merusak DNA (DeoxyriboNucleic Acid) sel kulit bila
terpapar terus-menerus dalam jangka lama dan berperan menimbulkan beberapa
jenis kanker kulit;
b) Sinar UVB: Sinar UVB dapat secara langsung merusak DNA sel kulit; sumber
utama sinar UVB adalah matahari yang menjadi penyebab terbanyak kanker kulit;
c) Sinar UVC: Sinar ini tidak dapat melewati atmosfer bumi, oleh karena itu tidak
terkandung dalam pancaran sinar matahari. Sinar ini normalnya tidak
menyebabkan kanker kulit.Melacynotic nevi ini sebenarnya bukan masalah, tetapi
jika jumlahnya banyak dan bentuknya irreguler atau ukurannya besar,
kemungkinan menjadi MM lebih besar.

11
3) Kulit putih, freckles, rambut berwarna kuning atau merah.
4) Riwayat keluarga menderita MM.
5) Pernah menderita MM sebelumnya.
6) Imunosupresi: Sistem imun dalam keadaan lemah atau sedang mendapat terapi obat
yang menekan sistem imun.
7) Jenis kelamin, sebelum usia 40 tahun MM banyak ditemukan pada wanita dan setelah
usia 40 tahun MM banyak ditemukan pada pria.
8) Genetik (mutasi gen CDKN2a). Sinar UV dapat merusak DNA sel-sel kulit, terkadang
merusak gen yang mengontrol pertumbuhan dan pembelahan sel, mengakibatkan
terbentuknya sel-sel ganas. Para peneliti menemukan bahwa DNA rusak pada gen–
gen penderita MM. Kerusakan DNA akibat sinar UV ini tidak diturunkan, namun
karena sinar matahari itu sendiri.8

Gejala Klinis Melanoma Maligna

Tahi lalat normal biasanya berwarna coklat atau hitam, bisa rata atau ada peninggian.
Bentuknya dapat bulat atau lonjong, berukuran biasanya kurang dari 6 mm. Tahi lalat dapat
muncul saat lahir atau dapat juga baru kelihatan saat anak-anak atau remaja. Tahi lalat yang
muncul tidak dari lahir sebaiknya diperiksa. Tahi lalat normal umumnya tidak berubah
ukurannya sejak awal, begitu juga bentuk dan warnanya. Tanda yang paling dapat dicurigai
sebagai MM adalah jika ditemukan lesi baru di kulit yang ukuran, bentuk, atau warnanya
berubah. Tanda penting lain adalah lesi tersebut tampak berbeda dibandingkan dengan lesi
kulit lain, disebut “The Ugly Duckling Sign”. Gejala dan tanda spesifik MM yang telah
dikenal luas, sebagai ABCDE dari MM:

1) A untuk asymmetry, yaitu bentuk tumor tidak simetris;


2) B untuk border irregularity, yaitu garis batas tidak teratur;
3) C untuk color variation, yaitu dari tidak berwarna sampai hitam pekat dalam satu lesi;
4) D untuk diameter, yaitu tumor biasanya berdiameter lebih dari 6 mm;
5) E untuk evolution, yaitu perubahan lesi yang dapat diperhatikan sendiri oleh
penderita atau keluarga.8

Beberapa tanda lain, seperti:

1) Luka tidak sembuh-sembuh;


2) Pigmen yang meluas dari batas lesi ke sekitar kulit,

12
3) Kemerahan atau pembengkakan di sekitar batas lesi,
4) Perubahan sensasi seperti gatal dan/ atau perih;
5) Perubahan permukaan tahi lalat seperti menjadi bersisik, berdarah, atau tampak
seperti sebuah benjolan.8

MM merupakan transformasi ganas melanosit; dikenal lima fase pertumbuhan dan perubahan
melanosit menjadi sel ganas berdasarkan klinis, histopatologi, imunopatologi, sitogenetiknya,
yaitu:

1) Benign melanocytic nevi;


2) Atypical nevi;
3) Primary malignant melanoma, radial growth phase (kelompok sel MM belum sampai
ke dermis);
4) Primary malignant melanoma, vertical growth phase (kelompok sel MM sudah
sampai di dermis);
5) Metastatic malignant melanoma.8

MM dapat diklasifi kasikan menjadi 4 subtipe, yaitu:

1) Superficial Spreading Melanoma (SSM) SSM merupakan subtipe MM yang paling


sering (70% kasus cutaneous melanoma maligna), terutama pada orang kulit putih.
Sering ditemukan pada usia 40 tahun, lebih sering pada wanita dengan predileksi di
tungkai bawah. Pada pria biasanya SSM ditemukan di daerah punggung atas. SSM
awalnya ditandai dengan perkembangan lambat radial growth phase sebelum
menginvasi dermis (vertical growth phase). Lesi SSM biasanya dimulai dari bentuk
papul dan selanjutnya bentuk nodus dan ulkus. Warna lesi SSM bervariasi tidak hanya
coklat dan hitam, tetapi juga merah muda, biru, dan abu-abu. Lesi SSM bersifat
asimetris dan batas tidak tegas. Pada umumnya SSM timbul pada kulit normal (de
novo) dan asimptomatik. (Gambar 1).

13
2) Nodular Melanoma (NM) NM merupakan jenis MM kedua terbanyak (15-30%) pada
orang kulit putih. Lesi ini lebih agresif dibanding SSM. Predileksi di punggung atas
untuk laki-laki, dan di tungkai bawah untuk wanita. Biasanya NM ditemukan pada
usia pertengahan. Lesi NM dapat berupa nodul, polipoid, atau pedunculated. Lesi
berwarna biru atau hitam, dapat merah muda atau kemerahan. Pertumbuhan NM
agresif mulai dalam beberapa minggu hingga bulan, dapat mengalami ulserasi dan
mudah berdarah hanya karena trauma ringan. Lesi awal biasanya asimetris, batas
tidak tegas dengan ukuran >6 mm.8 (Gambar 2).

3) Lentigo Maligna Melanoma (LMM) LMM merupakan subtipe MM yang jarang,


hanya sekitar 10-15% dari semua kasus MM. Ciri khas muncul pada daerah pajanan
kronis terhadap matahari terutama wajah, biasanya pada usia 70-80 tahun. LMM
selalu dimulai dari bentuk Lentigo Maligna in situ. Lentigo Maligna in situ adalah
tumor jinak intraepidermal yang pertumbuhannya lambat dalam 5-15 tahun, sebelum
berubah menjadi bentuk invasif, yaitu LMM. Lentigo Maligna in situ diawali dengan
makula pigmentasi yang meluas bertahap hingga diameternya mencapai beberapa
sentimeter, tepi tidak teratur, dan tidak mengalami indurasi. Hanya 3-5% Lentigo

14
Maligna in situ yang akan menjadi LMM. Makin besar ukuran lesi Lentigo Maligna in
situ, risiko menjadi LMM juga makin besar.

4) Acral Lentiginous Melanoma (ALM) ALM merupakan subtipe MM yang jarang


ditemukan pada orang kulit putih (sekitar 2-8%), sering ditemukan pada orang kulit
hitam (60-72%) dan orang Asia (29-46%). Predileksi usia >65 tahun, di mana lebih
sering pada laki-laki. ALM biasanya timbul di daerah tidak berambut, yaitu telapak
kaki, telapak tangan, dan daerah subungual. Karena perkembangan ALM lambat,
biasanya ditemukan jika sudah invasif. Awalnya ALM berupa lesi pigmentasi dengan
tepi tidak beraturan dan tidak tegas, kemudian akan mengalami vertical growth phase
yang ditandai dengan nodus yang berkembang menjadi ulkus (Gambar 4). Apabila
ALM terletak di matriks kuku, akan tampak garis pigmentasi memanjang pada kuku
dan pigmen dapat meluas di atas nail fold.8(Gambar 5)

Diagnosis Melanoma Maligna

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan histopatologi


(biopsi) kulit, dan radiologi. Dari anamnesis diperoleh informasi kapan lesi kulit tersebut

15
pertama kali muncul, perubahan ukuran atau bentuknya, gejala gatal, perih, berdarah dan
lainnya, paparan terhadap faktor risiko kanker kulit termasuk pajanan sinar matahari, riwayat
keluarga yang pernah menderita penyakit sama. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan bantuan
alat dermoskopi. Dengan dermoskopi dapat dinilai ukuran, warna, dan tekstur lesi. Tujuh
acuan diagnostik MM dibagi menjadi kriteria mayor dan kriteria minor.8

Kriteria mayor antara lain:

1) Perubahan ukuran lesi


2) Bentuk lesi tidak beraturan
3) Perubahan warna lesi.

Kriteria minor antara lain:

1) Lesi berdiameter >7 mm


2) Terdapat proses infl amasi
3) Berkrusta atau berdarah
4) Ada perubahan sensasi seperti gatal.

Jika salah satu kriteria mayor atau tiga kriteria minor terpenuhi, lesi tersebut mengarah ke
MM dan perlu segera ditindaklanjuti. Setelah pemeriksaan fisik lesi, dilanjutkan dengan
pemeriksaan pembesaran kelenjar getah bening di sekitar leher, ketiak, atau di sekitar lesi.
MM biasanya akan bermetastasis ke kelenjar getah bening terdekat. Langkah selanjutnya
adalah biopsi kulit. Biopsi eksisi penting untuk diagnosis yang akurat dan untuk menentukan
microstaging. Micro-staging didasarkan pada dua kriteria histologik, yaitu berdasarkan
kedalaman infiltrasi tumor di lapisan kulit (Clark) dan berdasarkan ketebalan tumor
(Breslow). Selain biopsi eksisi, ada biopsi insisi dan punch biopsy, biasanya untuk lesi besar,
lokasi lesi yang sulit atau inoperable. Pemeriksaan radiologi seperti foto toraks, CTscan,
MRI, dan sebagainya perlu dilakukan bila MM dicurigai sudah bermetastasis ke organ tubuh
lain.8

Terapi Kanker Kulit

Terapi pada kanker kulit terdiri dari terapi pembedahan dan non pembedahan. Terapi
pembedahan terdiri dari pembedahan dengan eksisi, pembedahan dengan menggunakan
teknik Mohs Micrographic Surgery (MMS), curretage and cautery, dan cryosurgery.4

16
a) Pembedahan dengan eksisi Pada teknik ini , tumor di eksisi beserta dengan jaringan normal
disekitarnya dengan batas yang telah ditentukan sebelumnya untuk memastikan seluruh sel
kanker sudah terbuang. 2,4

b) Pembedahan dengan teknik Mohs Micrographic Surgery (MMS) adalah sebuah teknik
pembedahan yang pertama kali dilakukan oleh Frederic Mohs di tahun 1940.4 Pada teknik ini,
tumor di eksisi beserta dengan jaringan normal disekitarnya dengan batas yang telah
ditentukan sebelumnya.2,4,9 Indikasi penggunaan teknik Mohs Micrographic Surgery (MMS)
antaralain: Lokasi tumor : terutama di bagian tengah wajah, sekitar mata, hidung,dan telinga.
Ukuran tumor : berapapun, tapi khususnya >2cm. Subtipe histologi : morfoik, infiltratif,
mikronodular, dan subtipe basoskuamosa. Definisi batas tumor yang kurang baik melalui
klinis. Lesi yang berulang (rekuren). Ada keterlibatan perivaskular dan perineural.4

c) Curretage and cautery Merupakan metode tradisional dalam terapi pembedahan kanker
kulit. Metode ini merupakan metode kedua terbanyak yang dilakukan setelah metode eksisi.
Curretage and cautery bila dilakukan untuk terapi pada lesi yang terdapat di wajah akan
mengakibatkan angka rekurensi yang tinggi, sehingga merupakan suatu kontraindikasi.4

d) Cryosurgery Cryosurgery menggunakan cairan nitrogen dalam temperatur-50 hingga -60 º


C untuk menghancurkan sel kanker. Teknik double freeze direkomendasikan untuk lesi yang
terdapat di wajah. Fractional cryosurgery direkomendasikan untuk lesi yang berukuran besar
dan lokasinya tersebar. Keberhasilan dari teknik ini tergantung dari seleksi jaringan dan
kemampuan operator.4

Adapun Terapi Non pebedahan yaitu :

a) Photodynamic therapy melibatkan penggunaan reaksi fotokimia dimediasi melalui


interaksi agen photosensitizing, cahaya, dan oksigen. Karena fotosensitizer diarahkan secara
langsung ditargetkan pada jaringan lesi, photodynamic therapy dapat meminimalkan
kerusakan pada struktur sehat berdekatan. Metode ini efektif untuk lesi pada wajah dan kulit
kepala yang bersifat primer dan superfisial.2,4,5

b) Radiasi menggunakan sinar x-ray dengan energi tinggi untuk membunuh sel kanker.
Dikatakan bahwa, radiasi bukanlah untuk menyembuhkan kanker, melainkan sebagai terapi
adjuvan setelah pembedahan untuk mencegah rekurensi dari sel kanker atau untuk mencegah
metastasis.2,4,5

17
c) Kemoterapi adalah metode dengan menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel kanker
khusus pada tipe Melanoma Maligna. Hal ini disebabkan karena sifat dari Melanoma Maligna
yang sering melakukan metastasis ke organ lain. Beberapa jenis obat kemoterapi yang
digunakan adalah Dacarbazine (DTIC), Cisplatin yang dikombinasikan dengan Vinblastine,
Temozolomide (Temodar), dan Paclitaxel.2

Komplikasi Kanker

Kulit Komplikasi yang terdapat terjadi antara lain : Selulitis adalah lesi kanker yang
terkontaminasi bakteri, tanda-tanda yang dapat dilihat pada kulit adalah tanda-tanda inflamasi
seperti rubor, kalor, dolor, dan functiolesa. Abses pada kulit. Penyebaran kanker ke organ lain
terutama pada jenis Melanoma Maligna yang merupakan tipe yang paling sering
bermetastasis ke organ lain dan dengan jarak yang jauh. Peningkatan resiko infeksi
diakibatkan oleh kurangnya higienitas saat perawatan lesi maupun saat proses pembedahan.
Terjadi efek samping akibat radioterapi seperti kulit terbakar, susah menelan, lemah,
kerontokan rambut, nyeri kepala, mual muntah, berat badan menurun, kemerahan pada kulit.
Terjadi efek samping akibat kemoterapi seperti anorexia, anemia aplastik, trombositopeni,
leukopeni, diare, rambut rontok, mual muntah, mulut kering, dan rasa lelah.2,4,5

Prognosis Kanker

Kulit Prognosis Kanker kulit disesuaikan dengan masing-masing tipenya. Pada Karsinoma
Sel Basal prognosisnya cukup baik bila deteksi dan pengobatannya dilakukan secara cepat
dan tepat. Pada Karsinoma Sel Skuamosa prognosisnya tergantung pada diagnosis dini, cara
pengobatan dan keterampilan dokter, serta prognosis yang paling buruk bila tumor ditemukan
diatas kulit normal (de novo), sedangkan tumor yang ditemukan pada kepala dan leher
prognosisnya lebih baik daripada di tempat lain. Demikian juga prognosis yang ditemukan di
ekstrimitas bawah lebih buruk daripada ekstrimitas atas. Pada Melanoma Maligna prognosis
penyakitnya adalah buruk. Yang mempengaruhinya adalah lokasi tumor primer, stadium,
organ yang telah terinfiltrasi (metastasis ke tulang dan hati lebih buruk daripada ke kelenjar
getah bening dan kulit), jenis kelamin (wanita lebih baik daripada laki-laki), melanogen di
urin (bila terdapat melanogen di urin prognosisnya lebaih buruk), dan kondisi hospes (jika
fisik lemah dan imun menurun prognosisnya lebih buruk).1

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Budimulja Unandar. Morfologi Dan Cara Membuat Diagnosis; Rata IGA. Tumor Kulit.
Dalam: Djuanda Adhi, Hamzah Mochtar, Aisah Siti, penyunting. Buku Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Edisi ke-IV.Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2005; h.35,229-238

2. Anonymous. Melanoma Skin Cancer. American Cancer Society 201;1-52

3. Buljan Marija, Bulana Vedrana, and Sandra Stanic. Variation in Clinical Presentation of
Basal Cell Carcinoma. University Department of Dermatology and Venereology Zagreb
Croatia, 2008, p 25-30.

4. NR Telfer and C.A. Mortont. Guidelines For The Management of Basall Cell Carcinoma.
British Journal Of Dermatology, 2008, p: 35-48.

5. College of American Pathologists. Skin Cancer. Squamous Cell Carcinoma. 2010;1-2

6. Tan Sukmawati Tansil, Raginata Gabriel. Diagnosis dan tatalaksana karsinoma sel basal.
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara.
Continuing Medical Education.Vol 42 no 12.2015.h 897-900.

7. Partogi Donna. Karsinoma Sel Skuamosa. Departemen IlmuKesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Sumatra Utara. USU e-Respiratory.2008.h 1-5.

8. Tan Sukmawati Tansil, Dewi Isabella P. Melanoma Maligna. Bagian Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara. CDK-23/Vol. 42 no 12.2015. h
908-911.

19

Anda mungkin juga menyukai