FRAKTUR MANDIBULA
Oleh:
Hesthi Krisnawati
G99162068
Pembimbing:
dr. Dewi Haryanti Kurniasih, Sp.BP
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Mandibula
2
mandibula bertemu dengan ramus masing masing sisi pada angulus mandibulae.
Pada permukaan luar digaris tengah corpus mandibulae terdapat sebuah rigi yang
menunjukkan garis fusi dari kedua belahan selama perkembangan, yaitu simfisis
mandibulae. Foramen mental dapat dilihat di bawah gigi premolar kedua. Dari
lubang ini keluar a., v., n. alveolaris inferior1.
Mandibula mendapat nutrisi dari arteri alveolaris inferior yang merupakan
cabang pertama dari arteri maxillaris yang masuk melalui foramen mandibula
bersama vena dan nervus alveolaris inferior berjalan dalam kanalis alveolaris.
Arteri alveolaris inferior memberi nutrisi ke gigi-gigi bawah serta gusi sekitarnya
kemudian di foramen mentalis keluar sebagai a. Mentalis. Sebelum keluar dari
foramen mentalis bercabang menuju incisivus dan berjalan sebelah anterior ke
depan didalam tulang. Arteri mentalis beranastomosis dengan arteri facialis, arteri
submentalis dan arteri labii inferior. Arteri submentalis dan arteri labii inferior
merupakan cabang dari arteri facialis. Arteri mentalis memberi nutrisi ke dagu.
Aliran darah balik dari mandibula melalui vena alveolaris inferior ke vena facialis
posterior. Daerah dagu mengalirkan darah ke vena submentalis, yang selanjutnya
mengalirkan darah ke vena facialis anterior. Vena facialis anterior dan vena facialis
posterior bergabung menjadi vena fascialis communis yang mengalirkan darah ke
vena jugularis interna1,2.
3
Gambar 1. Anatomi Mandibula
B. Biomekanik Mandibula
Mandibula memiliki mobilitas dan gaya yang sangat banyak, sehingga
dalam melakukan penanganan fraktur mandibular harus benar-benar diperhatikan
biomekanik yang terjadi. Gerakan mandibula dipengaruhi oleh empat pasang otot
yang disebut otot-otot pengunyah, yaitu otot masseter, temporalis, pterigoideus
lateralis dan medialis. Otot digastricus bukan termasuk otot pengunyah tetapi
mempunyai peranan yang penting dalam fungsi mandibula3.
Pada waktu membuka mulut, maka yang berkontraksi adalah m.
pterigoideus lateralis bagian inferior, disusul m. pterigoideus lateralis bagian
superior (yang berinsersi pada kapsul sendi) saat mulut membuka lebih lebar3.
Sedangkan otot yang berperan untuk menutup mulut adalah m. temporalis
dan masseter dan diperkuat lagi oleh m. pterigoideus medialis. Kekuatan dinamis
4
dari otot pengunyah orang dewasa pada gigi seri ± 40kg, geraham ±90kg, sedang
kekuatan menggigit daerah incisivus ±10kg, molar ±15 kg3.
C. Fraktur Mandibula
Fraktur adalah diskontinuitas dari jaringan tulang yang biasanya disebabkan
oleh adanya kecelakaan yang timbul secara langsung. Fraktur mandibula adalah
putusnya kontinuitas tulang mandibula. Hilangnya kontinuitas pada rahang bawah
(mandibula), yang diakibatkan trauma oleh wajah ataupun keadaan patologis, dapat
berakibat fatal bila tidak ditangani dengan benar4.
Fraktur akibat trauma dapat terjadi akibat perkelahian, kecelakaan lalu
lintas, kecelakaan kerja, luka tembak, jatuh ataupun trauma saat pencabutan gigi.
Fraktur patologis dapat terjadi karena kekuatan tulang berkurang akibat adanya
kista, tumor jinak atau ganas rahang, osteogenesis imperfecta, osteomyelitis,
osteomalacia, atrofi tulang secara menyeluruh atau osteoporosis nekrosis atau
metabolic bone disease4.
D. Etiologi
Fraktur mandibula dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas, kecelakaan
industri atau kecelakaan kerja, kecelakaan rumah tangga, mabuk dan perkelahian
atau kekerasan fisik. Menurut survey di District of Columbia Hospital, dari 540
kasus fraktur, 69% kasus terjadi akibat kekerasan fisik (perkelahian), 27% akibat
kecelakaan lalu-lintas, 12% akibat kecelakaan kerja, 2% akibat kecelakaan saat
olahraga dan 4% karena sebab patologi5.
Patofisiologi fraktur pada mandibular seringkali disebabkan oleh adanya
trauma kepala yang disertai dengan luka serius sehingga menyebabkan kerusakan
pada os mandibula, maxilla, system pernafasan atas, system syaraf pusat,
pneumothorax, contusions pulmonary dan miocardytis traumatic. Trauma yang
terjadi termasuk didalamnya adalah tertabrak kendaraan bermotor, berkelahi anatar
5
hewan, luka tembak, terjatuh dari ketinggian yang biasa terjadi pada kucing.
Fraktura symphisea mandibular dan fraktur palate seringkali terjadi pada kucing
yang terjatuh dari ketinggian atau biasa disebut “high-rise syndrome”. Sedangkan
kerusakan yang terjadi secara tidak langsung misalnya adanya pencabutan gigi
dengan disertai periododental atau disertai dengan gangguan metabolism yang
menyebabkan osteoporosis4.
6
b. Fraktur fatik atau stress
Trauma yang berulang dan kronis pada tulang yang mengakibatkan tulang
menjadi lemah. Contohnya pada fraktur fibula pada olahragawan.
c. Fraktur patologis
Pada tulang telah terjadi proses patologis yang mengakibatkan tulang
tersebut rapuh dan lemah. Biasanya fraktur terjadi spontan6.
7
Gambar 2. Fraktur menurut lokasi anatomis mandibula
8
b. Fraktur bilateral
Fraktur bilateral sering terjadi dari suatu kombinasi antara kecelakaan
langsung dan tidak langsung. Fraktur ini umumnya akibat mekanisme yang
menyangkut angulus dan bagian leher kondilar yang berlawanan atau
daerah gigi kanius dan angulus yang berlawanan.
c. Fraktur Multipel
Gabungan yang sempurna dari kecelakaan langsungdan tidak langsung
dapat menimbulkan terjadinya fraktur multipel. Pada umumnya fraktur ini
terjadi karena trauma tepat mengenai titik tengah dagu yang
mengakibatkan fraktur pada simpisis dan kedua kondilus.
d. Fraktur Berkeping-keping (Comminuted)
Fraktur ini hampir selalu diakibatkan oleh kecelakaan langsung yang
cukup keras pada daerah fraktur, seperti pada kasus kecelakaan terkena
peluru saat perang. Dalam sehari-hari, fraktur ini sering terjadi pada
simfisis dan parasimfisis atau akibat kontraksi muskulus yang berlebihan6.
Gejala yang timbul dapat berupa dislokasi, yaitu berupa perubahan posisi
rahang yang menyebabkan maloklusi atau tidak berkontaknya rahang bawah dan
9
rahang atas. Jika penderita mengalami pergerakan abnormal pada rahang dan rasa
yang sakit jika menggerakkan rahang7.
Pembangkakan pada posisi fraktur juga dapat menetukan lokasi fraktur
pada penderita.
Krepitasi berupa suara pada saat pemeriksaan akibat pergeseran dari ujung
tulang yang fraktur bila rahang digerakkan, laserasi yang terjadi pada daerah gusi,
mukosa mulut dan daerah sekitar fraktur, discolorisasi perubahan warna pada
daerah fraktur akibat pembengkaan, terjadi pula gangguan fungsional berupa
penyempitan pembukaan mulut, hipersalifasi dan halitosis, akibat berkurangnya
pergerakan normal mandibula dapat terjadi stagnasi makanan dan hilangnya efek
self cleansing karena gangguan fungsi pengunyahan7.
Gangguan jalan nafas pada fraktur mandibula juga dapat terjadi akibat
kerusakan hebat pada mandibula menyebabkan perubahan posisi, trismus,
hematom, edema pada jaringan lunak7.
G. Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam melakukan anamnesis pada fraktur mandibular, perlu ditanyakan
riwayat trauma dari pasien. Posisi waktu kejadian merupakan informasi yang
penting sehingga dapat menggambarkan tipe fraktur yang terjadi. Bila trauma
ragu-ragu atau tidak ada maka kemungkian fraktur patologis tetap perlu
dipikirkan. Riwayat penderita harus dilengkapi apakah ada trauma daerah lain
(kepala, torak, abdomen, pelvis dll)9.
Pertanyaan-pertanyaan lain seperti keadaan kardiovaskuler maupun
sistem respirasi, apakah penderita merupakan penderita diabetes, atau penderita
dengan terapi steroid yang lama maupun meminum obat-obat lain, alergi
terhadap obat, makan atau minum terakhir dengan penggunaan obat-obat
anestesi, juga perlu ditanyakan pada penderita9.
10
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : deformitas angulasi medial, lateral, posterior atau anterior,
rotasi, perpendekan atau perpanjangan, apakah ada bengkak atau kebiruan,
pada luka yang mengarah ke fraktur terbuka harus diidentifikasi dan
ditentukan menurut derajatnya menurut klasifikasi Gustillo et al.
b. Palpasi : nyeri tekan pada daerah faktur, nyeri bila digerakkan. Identifikasi
adanya tidaknya krepitasi, biasanya penderita sangat nyeri oleh sebab itu
pemeriksaan ini harus gentle dan bila perlu dapat ditiadakan.
H. Pemeriksaan Penunjang
Dari gambaran radiologis adanya fraktur mandibula dapat dilihat sebagai berikut :
11
1. Tulang alveolar
Gambaran garis radiolusen pada alveolus, uncorticated
Garis fraktur kebanyakan horizontal
Letak segmen gigi yang tidak pada tempatnya
Ligamen periodontal yang melebar
Bisa didapatkan gambaran fraktur akar gigi
2. Corpus mandibula
Terlihat celah radiolusen bila arah sinar x-ray sejajar garis fraktur
Gambaran tersebut diatas bisa kurang jelas bila garis x-ray tidak sejajar
garis fraktur
Step defect
Biasanya terdapat fraktur pada caput condylus lateral
3. Condylus mandibula
Caput condylus biasanya ”shared off”
Step defect
Overlap dari garis trabecular, tampak berupa gambaran garis radiopaque
Deviasi mandibula pada sisi yang fraktur
12
perbedaan di posisi tengah dan lateral fraktur body. Tampilan Caldwell
posteroanterior menunjukkan setiap perpindahan medial ataulateral ramus, sudut,
tubuh, atau fraktur simfisis.
CT scan juga memungkinkan dokter untuk survei fraktur wajah daerah lain,
termasuk tulang frontal, kompleks naso-ethmoid-orbital, orbit, dan seluruh sistem
horizontal dan vertical yang menopang kraniofasial. CT scan juga ideal untuk
fraktur condylar, yang sulit untuk memvisualisasikan5.
I. Tata Laksana
Prinsip penanganan fraktur mandibula pada langkah awal bersifat kedaruratan
seperti jalan nafas (airway), pernafasan (breathing), sirkulasi darah termasuk
penanganan syok (circulaation), penanganan luka jaringan lunak dan imobilisasi
sementara serta evaluasi terhadap kemungkinan cedera otak. Tahap kedua adalah
penanganan fraktur secara definitif yaitu reduksi/reposisi fragmen fraktur (secara
tertutup (close reduction) dan secara terbuka (open reduction)), fiksasi fragmen
fraktur dan imobilisasi, sehingga fragmen tulang yang telah dikembalikan tidak
bergerak sampai fase penyambungan dan penyembuhan tulang selesai.
1. Terapi medis
Pasien dengan fraktur non-displaced atau minimal displace fraktur
condilar dapat diobati dengan analgesik, diet lunak, dan observas . Pasien
dengan fraktur coronoideus sebaiknya diperlakukan sama. Selain itu, pasien-
pasien ini mungkin memerlukan latihan mandibula untuk mencegah trismus.
Jika fraktur mandibula membatasi gerak, terapi medis merupakan
kontraindikasi.
Teknik dari reduksi secara tertutup dan fiksasi dari fraktur mandibula
memiliki berbagai variasi. Penempatan Ivy loop menggunakan kawat 24-
gauge antara 2 gigi yang stabil, dengan penggunaan kawat yang lebih kecil
13
untuk memberikan fiksasi maxillomandibular (MMF) antara loop Ivy, telah
berhasil. Arch bar dengan kabel 24 – dan 26-gauge yang fleksibel dan sering
digunakan. Pada edentulous mandibula, gigi palsu dapat ditranfer ke rahang
dengan kabel circummandibular. Gigi tiruan rahang atas dapat ditempelkan ke
langit-langit. (Setiap screw dari maxillofacial set dapat digunakan sebagai lag
screw.) Arch bar dapat ditempatkan dan intermaxillary fixation (IMF) dapat
tercapai. Gunning Splints juga telah digunakan pada kasus ini karena
memberikan fiksasi dan dapat diberikan asupan makanan. Pada kasus fraktur
kominitif, rekonstruksi mandibula mungkin diperlukan untuk mengembalikan
posisi anatomis dan fungsi.
Luka pada dentoalveolar harus dievaluasi dan diobati bersamaan
dengan pengobatan fraktur mandibula. Gigi di garis fraktur harus dievaluasi
dan jika perlu diektraksi. Penggunaan antibiotik preoperatif dan postoperative
dalam pengobatan fraktur mandibula dapat mengurangi resiko infeksi.
Shetty dan Freymiller memberi rekomendasi berikut mengenai gigi di
garis fraktur mandibula, yaitu :
a. Gigi yang utuh dalam garis fraktur harus dibiarkan jika tidak menunjukkan
bukti melonggar atau terjadi proses inflamasi.
b.Gigi dengan akar retak harus dihilangkan.
c. Lakukan ekstraksi primer ketika ada kerusakan periodontal luas6.
2. Terapi bedah
Gunakan cara paling sederhana yang paling mungkin untuk mengurangi
komplikasi dan menangani fraktur mandibula. Karena reduksi secara terbuka
(open reduction) meningkatkan resiko morbiditas, reduksi secara tertutup
digunakan pada kondisi kondisi sebagai berikut :
o Fraktur non displace
o Fraktur kommunitive yang sangat nyata
14
o Edentulous fraktur (menggunakan prostesis mandibula)
o Fraktur pada anak dalam masa pertumbuhan gigi
o Fraktur coronoid dan fraktur condilar
15
b. Imobilisasi fraktur mandibula dengan batang lengkung karet
16
J. Komplikasi
Ada beberapa faktor risiko yang secara spesifik berhubungan dengan
fraktur mandibula dan berpotensi untuk menimbulkan terjadinya malunion ataupun
non-union. Faktor risiko yang paling besar adalah infeksi, kemudian aposisi yang
kurang baik, kurangnya imobilisasi segmen fraktur, adanya benda asing, tarikan
otot yang tidak menguntungkan pada segmen fraktur. Malunion yang berat pada
mandibula akan mengakibatkan asimetri wajah dan dapat juga disertai gangguan
fungsi. Kelainan-kelainan ini dapat diperbaiki dengan melakukan perencanaan
osteotomi secara tepat untuk merekonstruksi bentuk lengkung mandibular1.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams G. L, Boies L. R, Higler P. A. 1997. Boies Buku Ajar penyakit THT. Edisi
6. Jakarta: EGC.
4. Sjamsuhidajat, Jong W D. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC.
5. Guyton AC dan Hall JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
EGC.
7. Mansjoer A, dkk. Eds. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta : Media
Aesculapius FK UI.
8. Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC.
9. Snell RS. 1998. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC.
10. Sudjatmiko G. 2011. Petunjuk Praktis Ilmu Bedah Plastik Rekonstruksi. Jakarta:
Yayasan Khasanah Kebajikan.
18