FRAKTUR MANDIBULA
Oleh:
Pembimbing:
dr. Dewi Haryanti Kurniasih, Sp.BP-RE
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Mandibula
2
temporalis merupakan kekuatan untuk menggerakkan mandibula dalam proses
menutup mulut. M. pterigoideus lateral berinsersi pada bagian depan kapsul sendi
temporo-mandibular, diskus artikularis berperan untuk membuka mandibula.
Fungsi m. pterigoid sangat penting dalam proses penyembuhan pada fraktur
intrakapsuler2.
Mandibula mendapat nutrisi dari arteri alveolaris inferior yang merupakan
cabang pertama dari arteri maxillaris yangmasuk melalui foramen mandibula
bersama vena dan nervus alveolaris inferior berjalan dalam kanalis alveolaris.
Arteri alveolaris inferior memberi nutrisi ke gigi-gigi bawah serta gusi sekitarnya
kemudian di foramen mentalis keluar sebagai a. Mentalis. Sebelum keluar dari
foramen mentalis bercabang menuju incisivus dan berjalan sebelah anterior ke
depan didalam tulang. Arteri mentalisberanastomosis dengan arteri facialis, arteri
submentalis dan arteri labii inferior. Arteri submentalis dan arteri labii inferior
merupakan cabang dari arteri facialis. Arteri mentalis memberi nutrisi ke dagu.
Aliran darah balik dari mandibula melalui vena alveolaris inferior ke vena facialis
posterior. Daerah dagu mengalirkan darah ke vena submentalis, yang selanjutnya
mengalirkan darah ke vena facialis anterior. Vena facialis anterior dan vena
facialis posterior bergabung menjadi vena fascialis communis yang mengalirkan
darah ke vena jugularis interna1,2.
3
Gambar 1. Anatomi Mandibula
4
Gambar 3. Anatomi mandibula dari arah lateral
B. Biomekanik Mandibula
Mandibula memiliki mobilitas dan gaya yang sangat banyak, sehingga
dalam melakukan penanganan fraktur mandibular harus benar-benar diperhatikan
biomekanik yang terjadi. Gerakan mandibula dipengaruhi oleh empat pasang otot
yang disebutotot-otot pengunyah, yaitu otot masseter, temporalis, pterigoideus
lateralis dan medialis. Otot digastricus bukan termasuk ototpengunyah tetapi
mempunyai peranan yang penting dalam fungsi mandibula3.
Pada waktu membuka mulut, maka yang berkontraksi adalah m.
pterigoideus lateralis bagian inferior, disusul m. pterigoideus lateralis bagian
superior (yang berinsersi pada kapsul sendi) saat mulut membuka lebih lebar3.
Sedangkan otot yang berperan untuk menutup mulut adalah m. temporalis
dan masseter dan diperkuat lagi oleh m. pterigoideus medialis. Kekuatan dinamis
dari ototpengunyah orang dewasa pada gigi seri ± 40kg, geraham ±90kg, sedang
kekuatan menggigit daerah incisivus ±10kg, molar ±15 kg3.
C. Fraktur Mandibula
Fraktur didefinisikan sebagai deformitas linear atau terjadinya
diskontinuitas tulang yang disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur dapat terjadi akibat
trauma atau karena proses patologis. Fraktur akibat trauma dapat terjadi akibat
5
perkelahian, kecelakaan lalulintas, kecelakaan kerja, luka tembak, jatuh ataupun
trauma saat pencabutan gigi. Fraktur patologis dapat terjadi karena kekuatan
tulang berkurang akibat adanya kista, tumor jinak atau ganas rahang, osteogenesis
imperfecta, osteomyelitis, osteomalacia, atrofi tulang secara menyeluruh atau
osteoporosis nekrosis atau metabolic bone disease. Akibat adanya proses patologis
tersebut, fraktur dapat terjadi secara spontan seperti waktu bicara, makan atau
mengunyah.4,5,6
6
Garis fraktur pada mandibula biasa terjadi pada area lemah dari mandibula
tergantung mekanisme trauma yang terjadi. Garis fraktur subkondilar umumnya
dibawah leher prosesus kondiloideus akibat perkelahian dan berbentuk hampir
vertikal. Namun pada kecelakaan lalu lintas garis fraktur terjadi dekat dengan
kaput kondilus, garis fraktur yang terjadi berbentuk oblique. Pada regio angulus
garis fraktur umumnya dibawah atau dibelakang regio molar III kearah angulus
mandibula. Pada fraktur corpus mandibula garis fraktur tidak selalu paralel dengan
sumbu gigi, seringkali garis fraktur berbentuk oblique. Garis fraktur dimulai pada
regio alveolar kaninus dan insisivus berjalan oblique ke arah midline. Pada fraktur
mendibula, fragmen yang fraktur mengalami displaced akibat tarikan otot-otot
mastikasi, oleh karena itu maka reduksi dan fiksasi pada fraktur mendibula harus
menggunakan splinting untuk melawan tarikan dari otot-otot mastikasi. Beberapa
faktor yang mempengaruhi displacement fraktur mandibula antara lain; arah dan
kekuatan trauma, arah dan sudut garis fraktur, ada atau tidaknya gigi pada
fragmen, arah lepasnya otot dan luasnya kerusakan jaringan lunak.6
Pada daerah ramus mandibula jarang terjadi fraktur, karena daerah ini
terfiksasi oleh m masseter pada bagian lateral, dan medial oleh m pterigoideus
medialis. Demikian juga pada prosesus koronoideus yang terfiksasi oleh m
masseter.
7
Fraktur mandibula dapat disebabkan oleh trauma maupun proses patologik.
1. Fraktur traumatik disebabkan oleh :
a. Kecelakaan kendaraan bermotor (50.8%)
b. Terjatuh (22.3%)
c. Kekerasan atau perkelahian (18.8%)
d. Kecelakaan kerja (2.8%)
e. Kecelakaan berolahraga (3.7%)
f. Kecelakaan lainnya (1.6%)
2. Fraktur patologik
Fraktur patologik dapat disebabkan oleh kista, tumor tulang, osteogenesis
imperfekta, osteomieleitis, osteoporosis, atropi atau nekrosis tulang.
Patofisiologi fraktur pada mandibular seringkali disebabkan oleh adanya
trauma kepala yang disertai dengan luka serius sehingga menyebabkan kerusakan
pada os mandibula, maxilla, system pernafasan atas, system syaraf pusat,
pneumothorax,contusions pulmonary dan miocardytis traumatic. Trauma yang
terjadi termasuk didalamnya adalah tertabrak kendaraan bermotor, berkelahi anatar
hewan, luka tembak, terjatuh dariketinggian yang biasa terjadi pada kucing.
Fraktura symphisea mandibular dan fraktur palateseringkali terjadi pada kucing
yang terjatuh dari ketinggian atau biasa disebut “high-risesyndrome”. Sedangkan
kerusakan yang terjadi secara tidak langsung misalnya adanyapencabutan gigi
dengan disertai periododental atau disertai dengan gangguan metabolism yang
menyebabkan osteoporosis4.
8
menggambarkan arah trauma dan menentukan fraktur stabil atau
unstabile.
b. Fraktur inkomplit, kedua fragmen fraktur terlihat saling impaksi atau
masih saling tertancap.
c. Fraktur komunitif, fraktur yang menimbulkan lebih dari dua fragmen.
d. Fraktur kompresi, fraktur ini umumnya terjadi di daerah tulang kanselus6.
9
b. Symphysis : fraktur di daerah insisivus yang berjalan dari prosessus
alveolaris melewati border inferior mandibula dalam arah vertikal.
c. Parasimfisis : fraktur yang terjadi diantara foramen mentale dan aspek
distal insisivus lateral mandibula meluas dari prosessus alveolaris
melewati border inferior mandibula.
d. Body/Corpus : fraktur yang terjadi di daerah antara foramen mentale dan
bagian distal molar kedua mandibula meluas dari prosessus alveolaris
melewati border inferior mandibula.
e. Angulus/Angle : fraktur distal molar kedua mandibula meluas dari titik
mana saja kurva yang dibentuk oleh pertemuan body dan ramus didaerah
retromolar ke kurva yang dibentuk border inferior body mandibula dan
border posterior ramus mandibula.
f. Ramus : fraktur dimana garis fraktur meluas secara horizontal melalui
border anterior dan posterior ramus atau yang berjalan vertikal dari
sigmoid notch ke border inferior mandibula
g. Prosesus Condylaris : fraktur yang berjalan dari sigmoid notch ke border
posterior ramus mandibula sepanjang aspek superior ramus.
h. Prosesus Coronoideus6
10
Gambar 5. Fraktur menurut lokasi anatomis mandibula
11
yang menyangkut angulus dan bagian leher kondilar yang berlawanan
atau daerah gigi kanius dan angulus yang berlawanan.
c. Fraktur Multipel
Gabungan yang sempurna dari kecelakaan langsungdan tidak langsung
dapat menimbulkan terjadinya fraktur multipel. Pada umumnya fraktur
ini terjadi karena trauma tepat mengenai titik tengah dagu yang
mengakibatkan fraktur pada simpisis dan kedua kondilus.
d. Fraktur Berkeping-keping (Comminuted)
Fraktur ini hampir selalu diakibatkan oleh kecelakaan langsung yang
cukup keras pada daerah fraktur, seperti pada kasus kecelakaan terkena
peluru saat perang. Dalam sehari-hari, fraktur ini sering terjadi pada
simfisis dan parasimfisis atau akibat kontraksi muskulus yang
berlebihan6.
Gejala yang timbul dapat berupa dislokasi, yaitu berupa perubahan posisi
rahang yang menyebabkan maloklusi atau tidak berkontaknya rahang bawah dan
rahang atas. Jika penderita mengalami pergerakan abnormal pada rahang dan rasa
yang sakit jika menggerakkan rahang8.
12
Pembangkakan pada posisi fraktur juga dapat menetukan lokasi fraktur
pada penderita. Krepitasi berupa suara pada saat pemeriksaan akibat pergeseran
dari ujung tulang yang fraktur bila rahang digerakkan, laserasi yang terjadi pada
daerah gusi, mukosa mulut dan daerah sekitar fraktur, discolorisasi perubahan
warna pada daerah fraktur akibat pembengkaan, terjadi pula gangguan fungsional
berupa penyempitan pembukaan mulut, hipersalifasi dan halitosis, akibat
berkurangnya pergerakan normal mandibula dapat terjadi stagnasi makanan dan
hilangnya efek self cleansing karena gangguan fungsi pengunyahan.6,7,8
Gangguan jalan nafas pada fraktur mandibula juga dapat terjadi akibat
kerusakan hebat pada mandibula menyebabkan perubahan posisi, trismus,
hematom, edema pada jaringan lunak.6,7
G. Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam melakukan anamnesis pada fraktur mandibular, perlu
ditanyakan riwayat trauma dari pasien. Posisi waktu kejadian merupakan
informasi yang penting sehingga dapat menggambarkan tipe fraktur yang
terjadi. Bila trauma ragu-ragu atau tidak ada maka kemungkian fraktur
patologis tetap perlu dipikirkan. Riwayat penderita harus dilengkapi apakah
ada trauma daerah lain (kepala, torak, abdomen, pelvis dll)8.
Pertanyaan-pertanyaan lain seperti keadaan kardiovaskuler maupun
sistem respirasi, apakah penderita merupakan penderita diabetes, atau
penderita dengan terapi steroid yang lama maupun meminum obat-obat lain,
alergi terhadap obat, makan atau minum terakhir dengan penggunaan obat-
obat anestesi, juga perlu ditanyakan pada penderita6,8.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : deformitas angulasi medial, lateral, posterior atau anterior,
rotasi, perpendekan atau perpanjangan, apakah ada bengkak atau
13
kebiruan, pada luka yang mengarah ke fraktur terbuka harus
diidentifikasi dan ditentukan menurut derajatnya menurut klasifikasi
Gustillo et al.
H. Pemeriksaan Penunjang
Dari gambaran radiologis adanya fraktur mandibula dapat dilihat sebagai berikut :
1. Tulang alveolar
14
Gambaran garis radiolusen pada alveolus, uncorticated
Garis fraktur kebanyakan horizontal
Letak segmen gigi yang tidak pada tempatnya
Ligamen periodontal yang melebar
Bisa didapatkan gambaran fraktur akar gigi
2. Corpus mandibula
Terlihat celah radiolusen bila arah sinar x-ray sejajar garis fraktur
Gambaran tersebut diatas bisa kurang jelas bila garis x-ray tidak sejajar
garis fraktur
Step defect
Biasanya terdapat fraktur pada caput condylus lateral
3. Condylus mandibula
Caput condylus biasanya ”shared off”
Step defect
Overlap dari garis trabecular, tampak berupa gambaran garis radiopaque
Deviasi mandibula pada sisi yang fraktur
15
CT scan juga memungkinkan dokter untuk survei fraktur wajah daerah
lain, termasuk tulang frontal, kompleks naso-ethmoid-orbital, orbit, dan seluruh
sistem horizontal dan vertical yang menopang kraniofasial. CT scan juga ideal
untuk fraktur condylar, yang sulit untuk memvisualisasikan4,6.
I. Tata Laksana
Prinsip penanganan fraktur mandibula pada langkah awal bersifat kedaruratan
seperti jalan nafas (airway), pernafasan (breathing), sirkulasi darah termasuk
penanganan syok (circulaation), penanganan luka jaringan lunak dan imobilisasi
sementara serta evaluasi terhadap kemungkinan cedera otak. Tahap kedua adalah
penanganan fraktur secara definitif yaitu reduksi/reposisi fragmen fraktur (secara
tertutup (close reduction) dan secara terbuka (open reduction)), fiksasi fragmen
fraktur dan imobilisasi, sehingga fragmen tulang yang telah dikembalikan tidak
bergerak sampai fase penyambungan dan penyembuhan tulang selesai.
1. Terapi medis
Pasien dengan fraktur non-displaced atau minimal displace fraktur
condilar dapat diobati dengan analgesik, diet lunak, dan observas . Pasien
dengan fraktur coronoideus sebaiknya diperlakukan sama. Selain itu, pasien-
pasien ini mungkin memerlukan latihan mandibula untuk mencegah trismus.
Jika fraktur mandibula membatasi gerak, terapi medis merupakan
kontraindikasi.
Teknik dari reduksi secara tertutup dan fiksasi dari fraktur mandibula
memiliki berbagai variasi. Penempatan Ivy loop menggunakan kawat 24-
gauge antara 2 gigi yang stabil, dengan penggunaan kawat yang lebih kecil
untuk memberikan fiksasi maxillomandibular (MMF) antara loop Ivy, telah
berhasil. Arch bar dengan kabel 24 – dan 26-gauge yang fleksibel dan sering
digunakan. Pada edentulous mandibula, gigi palsu dapat ditranfer ke rahang
16
dengan kabel circummandibular. Gigi tiruan rahang atas dapat ditempelkan
ke langit-langit. (Setiap screw dari maxillofacial set dapat digunakan sebagai
lag screw.) Arch bar dapat ditempatkan dan intermaxillary fixation (IMF)
dapat tercapai. Gunning Splints juga telah digunakan pada kasus ini karena
memberikan fiksasi dan dapat diberikan asupan makanan. Pada kasus fraktur
kominitif, rekonstruksi mandibula mungkin diperlukan untuk
mengembalikan posisi anatomis dan fungsi.
Luka pada dentoalveolar harus dievaluasi dan diobati bersamaan
dengan pengobatan fraktur mandibula. Gigi di garis fraktur harus dievaluasi
dan jika perlu diektraksi. Penggunaan antibiotik preoperatif dan
postoperative dalam pengobatan fraktur mandibula dapat mengurangi resiko
infeksi.
Shetty dan Freymiller memberi rekomendasi berikut mengenai gigi di
garis fraktur mandibula, yaitu :
a. Gigi yang utuh dalam garis fraktur harus dibiarkan jika tidak menunjukkan
bukti melonggar atau terjadi proses inflamasi.
b.Gigi dengan akar retak harus dihilangkan.
c. Lakukan ekstraksi primer ketika ada kerusakan periodontal luas. 4,6
2. Terapi bedah
Gunakan cara paling sederhana yang paling mungkin untuk
mengurangi komplikasi dan menangani fraktur mandibula. Karena reduksi
secara terbuka (open reduction) meningkatkan resiko morbiditas, reduksi
secara tertutup digunakan pada kondisi kondisi sebagai berikut:
o Fraktur non displace
o Fraktur kommunitive yang sangat nyata
o Edentulous fraktur (menggunakan prostesis mandibula)
o Fraktur pada anak dalam masa pertumbuhan gigi
17
o Fraktur coronoid dan fraktur condilar
18
b. Imobilisasi fraktur mandibula dengan batang lengkung karet
Menggunakan batang lengkung dan karet : batang lengkung
dipasang pada gigi maxilla dan juga pada semua gigi mandibula yang
patah. Mandibula ditambatkan seluruhnya pada maxilla dengan karet
pada kait di batang lengkungan atas dan bawah.
19
ataupun non-union. Faktor risiko yang paling besar adalah infeksi, kemudian
aposisi yang kurang baik, kurangnya imobilisasi segmen fraktur, adanya benda
asing, tarikan otot yang tidak menguntungkan pada segmen fraktur. Malunion
yang berat pada mandibula akan mengakibatkan asimetri wajah dan dapat juga
disertai gangguan fungsi. Kelainan-kelainan ini dapat diperbaiki dengan
melakukan perencanaan osteotomi secara tepat untuk merekonstruksi bentuk
lengkung mandibular.2,3
20
DAFTAR PUSTAKA
4. Sjamsuhidajat, Jong W D. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC.
5. Guyton AC dan Hall JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
EGC.
21