Anda di halaman 1dari 22

Referat Bedah Plastik

FRAKTUR MANDIBULA

Oleh:

Muhammad Yusuf Karim


G99152018

Pembimbing:
dr. Dewi Haryanti Kurniasih, Sp.BP-RE

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUDDR MOEWARDI
SURAKARTA
2017
PENDAHULUAN

Mandibula merupakan bagian tulang yang paling rentan mengalami fraktur


pada trauma facialis. Mandibula merupakan bagian dari tulang wajah yang sering
mengalami cedera karena posisinya yang menonjol sehingga rentan terhadap
benturan, walaupun daya tahan mandibula terhadap benturan lebih besar daripada
tulang-tulang wajah lainnya. Trauma yang terjadi pada mandibula sering
menimbulkan fraktur yang menganggu fungsi mengunyah.
Mandibula tersusun dari corpus dan ramus mandibulae. Dari keseluruhan
struktur mandibula, bagian yang terlemah adalah daerah sub kondilar, angulus
mandibula dan region mentalis. Fraktur subkondilar banyak dijumpai pada anak-anak
sedangkan fraktur angulus sering dijumpai pada remaja dan dewasa muda. Oleh
karena mandibula bagian tersering mengalami fraktur pada trauma dibagian wajah,
penting untuk mengetahui dengan tepat penanganan awal, tindakan perbaikan serta
mewaspadai komplikasi yang akan terjadi, dari teknik yang dipilih untuk kesembuhan
yang sempurna baik dari segi fungsi pengunyahan dan estetika wajah.
Penatalaksanaan fraktur mandibula menitikberatkan pada reduksi, reposisi,
fiksasi, kemudian imobilisasi dimana keseluruhan prinsip tersebut bertujuan
mempertahankan posisi mandibula yang baik agar fungsinya tetap terjaga.
Penatalaksanaan yang kurang baik atau gangguan yang terjadi selama proses
penyembuhan dapat mengakibatkan malunion atau delayed union. Gangguan dapat
berupa reduksi yang tidak baik, immobilisasi yang tidak baik, infeksi, gangguan
sistemik, pergerakan saat proses penyembuhan, pembentukan kalus yang tidak baik.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Mandibula

Mandibula merupakan struktur paling inferior pada pandangan anterior


cranium. Struktur ini terdiri dari corpus mandibulae di anterior dan ramus
mandibulae di bagian posterior. Corpus mandibulae dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu basis mandibulae pada bagian inferior dan pars alveolaris
mandibulae pada bagian superior. Pars alveolaris mandibulae berisi dentes dan
akan diresorpsi ketika dentes dicabut1.
Ramus mandibulae mempunyai bentuk segiempat, terdiri dari permukaan
medial dan lateral, processus condylaris dan processus coronoideus. Secara
umum, permukaan lateral ramus mandibulae halus, namun terdapat beberapa rigi
dengan arah oblique, dan merupakan tempat perlekatan m. Masseter1,2. Batas
posterior dan inferior ramus membentuk angulus mandibulae, sedangkan tepi
superiornya bertakik membentuk incisura mandibulae. Tepi anteriornya tajam dan
dibawah bersinambungan dengan linea obliqua pada corpus mandibulae1.
Processus coronoideus meluas ke superior dari pertemuan tepi anterior dan
superior ramus mandibulae. Struktur ini merupakan tempat perlekatan m.
Temporalis. Processus condylaris meluas ke superior dari tepi-tepi posterior dan
superior ramus. Struktur tersebut terdiri dari capitulum mandibulae dan collum
mandibulae1.
Dari aspek fungsinya, merupakan gabungan tulang berbentuk L bekerja
untuk mengunyah dengan dominasi (terkuat) m. temporalis yang berinsersi disisi
medial pada ujung prosesus koronoideus dan m. masseter yang berinsersi pada
sisi lateral angulus dan ramus mandibula. M. pterigodeus medial berinsersi pada
sisi medial bawah dari ramus dan angulus mandibula. M. masseter bersama m.

2
temporalis merupakan kekuatan untuk menggerakkan mandibula dalam proses
menutup mulut. M. pterigoideus lateral berinsersi pada bagian depan kapsul sendi
temporo-mandibular, diskus artikularis berperan untuk membuka mandibula.
Fungsi m. pterigoid sangat penting dalam proses penyembuhan pada fraktur
intrakapsuler2.
Mandibula mendapat nutrisi dari arteri alveolaris inferior yang merupakan
cabang pertama dari arteri maxillaris yangmasuk melalui foramen mandibula
bersama vena dan nervus alveolaris inferior berjalan dalam kanalis alveolaris.
Arteri alveolaris inferior memberi nutrisi ke gigi-gigi bawah serta gusi sekitarnya
kemudian di foramen mentalis keluar sebagai a. Mentalis. Sebelum keluar dari
foramen mentalis bercabang menuju incisivus dan berjalan sebelah anterior ke
depan didalam tulang. Arteri mentalisberanastomosis dengan arteri facialis, arteri
submentalis dan arteri labii inferior. Arteri submentalis dan arteri labii inferior
merupakan cabang dari arteri facialis. Arteri mentalis memberi nutrisi ke dagu.
Aliran darah balik dari mandibula melalui vena alveolaris inferior ke vena facialis
posterior. Daerah dagu mengalirkan darah ke vena submentalis, yang selanjutnya
mengalirkan darah ke vena facialis anterior. Vena facialis anterior dan vena
facialis posterior bergabung menjadi vena fascialis communis yang mengalirkan
darah ke vena jugularis interna1,2.

3
Gambar 1. Anatomi Mandibula

Gambar 2. Anatomi mandibula dari arah sagital

4
Gambar 3. Anatomi mandibula dari arah lateral

B. Biomekanik Mandibula
Mandibula memiliki mobilitas dan gaya yang sangat banyak, sehingga
dalam melakukan penanganan fraktur mandibular harus benar-benar diperhatikan
biomekanik yang terjadi. Gerakan mandibula dipengaruhi oleh empat pasang otot
yang disebutotot-otot pengunyah, yaitu otot masseter, temporalis, pterigoideus
lateralis dan medialis. Otot digastricus bukan termasuk ototpengunyah tetapi
mempunyai peranan yang penting dalam fungsi mandibula3.
Pada waktu membuka mulut, maka yang berkontraksi adalah m.
pterigoideus lateralis bagian inferior, disusul m. pterigoideus lateralis bagian
superior (yang berinsersi pada kapsul sendi) saat mulut membuka lebih lebar3.
Sedangkan otot yang berperan untuk menutup mulut adalah m. temporalis
dan masseter dan diperkuat lagi oleh m. pterigoideus medialis. Kekuatan dinamis
dari ototpengunyah orang dewasa pada gigi seri ± 40kg, geraham ±90kg, sedang
kekuatan menggigit daerah incisivus ±10kg, molar ±15 kg3.

C. Fraktur Mandibula
Fraktur didefinisikan sebagai deformitas linear atau terjadinya
diskontinuitas tulang yang disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur dapat terjadi akibat
trauma atau karena proses patologis. Fraktur akibat trauma dapat terjadi akibat

5
perkelahian, kecelakaan lalulintas, kecelakaan kerja, luka tembak, jatuh ataupun
trauma saat pencabutan gigi. Fraktur patologis dapat terjadi karena kekuatan
tulang berkurang akibat adanya kista, tumor jinak atau ganas rahang, osteogenesis
imperfecta, osteomyelitis, osteomalacia, atrofi tulang secara menyeluruh atau
osteoporosis nekrosis atau metabolic bone disease. Akibat adanya proses patologis
tersebut, fraktur dapat terjadi secara spontan seperti waktu bicara, makan atau
mengunyah.4,5,6

Mandibula merupakan tulang yang kuat, tetapi pada beberapa tempat


dijumpai adanya bagian yang lemah. Daerah korpus mandibula terutama terdiri
dari tulang kortikal yang padat dengan sedikit substansi spongiosa sebagai tempat
lewatnya pembuluh darah dan pembuluh limfe. Daerah yang tipis pada mandibula
adalah angulus dan sub condylus sehingga bagian ini termasuk bagian yang lemah
dari mandibula. Selain itu titik lemah juga didapatkan pada foramen mentale,
angulus mandibula tempat gigi molar III terutama yang erupsinya sedikit, kolum
kondilus mandibula terutama bila trauma dari depan langsung mengenai dagu
maka gayanya akan diteruskan kearah belakang.

Gambar 4. Insidensi fraktur mandibula berdasar anatomi

6
Garis fraktur pada mandibula biasa terjadi pada area lemah dari mandibula
tergantung mekanisme trauma yang terjadi. Garis fraktur subkondilar umumnya
dibawah leher prosesus kondiloideus akibat perkelahian dan berbentuk hampir
vertikal. Namun pada kecelakaan lalu lintas garis fraktur terjadi dekat dengan
kaput kondilus, garis fraktur yang terjadi berbentuk oblique. Pada regio angulus
garis fraktur umumnya dibawah atau dibelakang regio molar III kearah angulus
mandibula. Pada fraktur corpus mandibula garis fraktur tidak selalu paralel dengan
sumbu gigi, seringkali garis fraktur berbentuk oblique. Garis fraktur dimulai pada
regio alveolar kaninus dan insisivus berjalan oblique ke arah midline. Pada fraktur
mendibula, fragmen yang fraktur mengalami displaced akibat tarikan otot-otot
mastikasi, oleh karena itu maka reduksi dan fiksasi pada fraktur mendibula harus
menggunakan splinting untuk melawan tarikan dari otot-otot mastikasi. Beberapa
faktor yang mempengaruhi displacement fraktur mandibula antara lain; arah dan
kekuatan trauma, arah dan sudut garis fraktur, ada atau tidaknya gigi pada
fragmen, arah lepasnya otot dan luasnya kerusakan jaringan lunak.6

Pada daerah ramus mandibula jarang terjadi fraktur, karena daerah ini
terfiksasi oleh m masseter pada bagian lateral, dan medial oleh m pterigoideus
medialis. Demikian juga pada prosesus koronoideus yang terfiksasi oleh m
masseter.

D. Etiologi dan Patofisiologi


Benturan yang keras pada wajah dapat menimbulkan fraktur mandibula.
Toleransi mandibula terhadap benturan lebih tinggi daripada tulang-tulang wajah
yang lain. Fraktur mandibula lebih sering terjadi daripada fraktur tulang wajah
yang lain karena bentuk mandibula yang menonjol sehingga sensitif terhadap
benturan. Pada umumnya fraktur mandibula disebabkan oleh karena trauma
langsung.

7
Fraktur mandibula dapat disebabkan oleh trauma maupun proses patologik.
1. Fraktur traumatik disebabkan oleh :
a. Kecelakaan kendaraan bermotor (50.8%)
b. Terjatuh (22.3%)
c. Kekerasan atau perkelahian (18.8%)
d. Kecelakaan kerja (2.8%)
e. Kecelakaan berolahraga (3.7%)
f. Kecelakaan lainnya (1.6%)
2. Fraktur patologik
Fraktur patologik dapat disebabkan oleh kista, tumor tulang, osteogenesis
imperfekta, osteomieleitis, osteoporosis, atropi atau nekrosis tulang.
Patofisiologi fraktur pada mandibular seringkali disebabkan oleh adanya
trauma kepala yang disertai dengan luka serius sehingga menyebabkan kerusakan
pada os mandibula, maxilla, system pernafasan atas, system syaraf pusat,
pneumothorax,contusions pulmonary dan miocardytis traumatic. Trauma yang
terjadi termasuk didalamnya adalah tertabrak kendaraan bermotor, berkelahi anatar
hewan, luka tembak, terjatuh dariketinggian yang biasa terjadi pada kucing.
Fraktura symphisea mandibular dan fraktur palateseringkali terjadi pada kucing
yang terjatuh dari ketinggian atau biasa disebut “high-risesyndrome”. Sedangkan
kerusakan yang terjadi secara tidak langsung misalnya adanyapencabutan gigi
dengan disertai periododental atau disertai dengan gangguan metabolism yang
menyebabkan osteoporosis4.

E. Klasifikasi Fraktur Mandibula


1. Menurut Bentuk Fraktur
a. Fraktur komplit, garis fraktur membagi tulang menjadi dua fragmen atau
lebih. Garis fraktur bisa transversal, oblik atau spiral. Kelainan ini dapat

8
menggambarkan arah trauma dan menentukan fraktur stabil atau
unstabile.
b. Fraktur inkomplit, kedua fragmen fraktur terlihat saling impaksi atau
masih saling tertancap.
c. Fraktur komunitif, fraktur yang menimbulkan lebih dari dua fragmen.
d. Fraktur kompresi, fraktur ini umumnya terjadi di daerah tulang kanselus6.

2. Menurut Penyebab Terjadinya Fraktur


a. Fraktur traumatik
1) Trauma langsung (direk), trauma tersebut langsung mengenai anggota
tubuh penderita.
2) Trauma tidak langsung (indirek), terjadi seperti pada penderita yang
jatuh dengan tangan menumpu dan lengan atas-bawah lurus, berakibat
fraktur caput radii atau klavikula. Kombinasi pembengkokan dengan
kompresi dapat mengakibatkan fraktur butterfly, maupun kombinasi
gaya berputar, pembengkokan dan kompresi seperti fraktur oblik
dengan garis fraktur pendek.
b. Fraktur fatik atau stress
Trauma yang berulang dan kronis pada tulang yang mengakibatkan
tulang menjadi lemah. Contohnya pada fraktur fibula pada olahragawan.
c. Fraktur patologis
Pada tulang telah terjadi proses patologis yang mengakibatkan tulang
tersebut rapuh dan lemah. Biasanya fraktur terjadi spontan6.

3. Menurut lokasi anatomis mandibular


a. Alveolar : fraktur yang terjadi sebatas daerah dukungan gigi mandibula
tanpa mengganggu kontinuitas struktur tulang dibawahnya.

9
b. Symphysis : fraktur di daerah insisivus yang berjalan dari prosessus
alveolaris melewati border inferior mandibula dalam arah vertikal.
c. Parasimfisis : fraktur yang terjadi diantara foramen mentale dan aspek
distal insisivus lateral mandibula meluas dari prosessus alveolaris
melewati border inferior mandibula.
d. Body/Corpus : fraktur yang terjadi di daerah antara foramen mentale dan
bagian distal molar kedua mandibula meluas dari prosessus alveolaris
melewati border inferior mandibula.
e. Angulus/Angle : fraktur distal molar kedua mandibula meluas dari titik
mana saja kurva yang dibentuk oleh pertemuan body dan ramus didaerah
retromolar ke kurva yang dibentuk border inferior body mandibula dan
border posterior ramus mandibula.
f. Ramus : fraktur dimana garis fraktur meluas secara horizontal melalui
border anterior dan posterior ramus atau yang berjalan vertikal dari
sigmoid notch ke border inferior mandibula
g. Prosesus Condylaris : fraktur yang berjalan dari sigmoid notch ke border
posterior ramus mandibula sepanjang aspek superior ramus.
h. Prosesus Coronoideus6

10
Gambar 5. Fraktur menurut lokasi anatomis mandibula

4. Menurut ada tidaknya gigi pada fraktur mandibula


a. Fraktur kelas 1 : gigi terdapat di 2 sisi fraktur, penanganan pada fraktur
kelas 1 ini dapat melalui interdental wiring (memasang kawat pada gigi)
b.Fraktur kelas 2 : gigi hanya terdapat di salah satu fraktur
c. Fraktur kelas 3 : tidak terdapat gigi di kedua sisi fraktur, pada keadaan ini
dilakukn melalui open reduction, kemudian dipasangkan plate and screw,
atau bisa juga dengan cara intermaxillary fixation6.

5. Dengan melihat cara perawatan, maka pola fraktur mandibula dapat


digolongkan menjadi :
a. Fraktur unilateral
Fraktur ini biasanya hanya tunggal, tetapi kadang terjadi lebih dari satu
fraktur yang dapat dijumpai pada satu sisi mandibula dan bila hal ini
terjadi, sering didapatkan pemindahan fragmen secara nyata.
b. Fraktur bilateral
Fraktur bilateral sering terjadi dari suatu kombinasi antara kecelakaan
langsung dan tidak langsung. Fraktur ini umumnya akibat mekanisme

11
yang menyangkut angulus dan bagian leher kondilar yang berlawanan
atau daerah gigi kanius dan angulus yang berlawanan.
c. Fraktur Multipel
Gabungan yang sempurna dari kecelakaan langsungdan tidak langsung
dapat menimbulkan terjadinya fraktur multipel. Pada umumnya fraktur
ini terjadi karena trauma tepat mengenai titik tengah dagu yang
mengakibatkan fraktur pada simpisis dan kedua kondilus.
d. Fraktur Berkeping-keping (Comminuted)
Fraktur ini hampir selalu diakibatkan oleh kecelakaan langsung yang
cukup keras pada daerah fraktur, seperti pada kasus kecelakaan terkena
peluru saat perang. Dalam sehari-hari, fraktur ini sering terjadi pada
simfisis dan parasimfisis atau akibat kontraksi muskulus yang
berlebihan6.

F. Gejala Fraktur Mandibula


Gejala yang umum didapatkan adalah :
1. Nyeri terutama pada otot-otot pengunyah dan sekitar sendiri, nyeri ini dapat
menjalarkeseluruhan muka, leher dan bahu,
2. Nyeri pada waktu gerak,
3. Keterbatasan gerak TMJ (trismus),
4. Gangguan oklusi,
5. Lain-lain: nyeri kepala, pusing, nyeri telinga, gangguan pendengaran.6,8

Gejala yang timbul dapat berupa dislokasi, yaitu berupa perubahan posisi
rahang yang menyebabkan maloklusi atau tidak berkontaknya rahang bawah dan
rahang atas. Jika penderita mengalami pergerakan abnormal pada rahang dan rasa
yang sakit jika menggerakkan rahang8.

12
Pembangkakan pada posisi fraktur juga dapat menetukan lokasi fraktur
pada penderita. Krepitasi berupa suara pada saat pemeriksaan akibat pergeseran
dari ujung tulang yang fraktur bila rahang digerakkan, laserasi yang terjadi pada
daerah gusi, mukosa mulut dan daerah sekitar fraktur, discolorisasi perubahan
warna pada daerah fraktur akibat pembengkaan, terjadi pula gangguan fungsional
berupa penyempitan pembukaan mulut, hipersalifasi dan halitosis, akibat
berkurangnya pergerakan normal mandibula dapat terjadi stagnasi makanan dan
hilangnya efek self cleansing karena gangguan fungsi pengunyahan.6,7,8
Gangguan jalan nafas pada fraktur mandibula juga dapat terjadi akibat
kerusakan hebat pada mandibula menyebabkan perubahan posisi, trismus,
hematom, edema pada jaringan lunak.6,7

G. Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam melakukan anamnesis pada fraktur mandibular, perlu
ditanyakan riwayat trauma dari pasien. Posisi waktu kejadian merupakan
informasi yang penting sehingga dapat menggambarkan tipe fraktur yang
terjadi. Bila trauma ragu-ragu atau tidak ada maka kemungkian fraktur
patologis tetap perlu dipikirkan. Riwayat penderita harus dilengkapi apakah
ada trauma daerah lain (kepala, torak, abdomen, pelvis dll)8.
Pertanyaan-pertanyaan lain seperti keadaan kardiovaskuler maupun
sistem respirasi, apakah penderita merupakan penderita diabetes, atau
penderita dengan terapi steroid yang lama maupun meminum obat-obat lain,
alergi terhadap obat, makan atau minum terakhir dengan penggunaan obat-
obat anestesi, juga perlu ditanyakan pada penderita6,8.

2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : deformitas angulasi medial, lateral, posterior atau anterior,
rotasi, perpendekan atau perpanjangan, apakah ada bengkak atau

13
kebiruan, pada luka yang mengarah ke fraktur terbuka harus
diidentifikasi dan ditentukan menurut derajatnya menurut klasifikasi
Gustillo et al.

b. Palpasi : nyeri tekan pada daerah faktur, nyeri bila digerakkan.


Identifikasi adanya tidaknya krepitasi, biasanya penderita sangat nyeri
oleh sebab itu pemeriksaan ini harus gentle dan bila perlu dapat
ditiadakan.

c. Gerakan : gerakan luar biasa pada daerah fraktur. Gerakan sendi di


sekitarnya terbatas karena nyeri, akibatnya fungsi terganggu.

d. Pemeriksaan trauma di tempat lain seperti kepala, torak, abdomen,


traktus, urinarius dan pelvis.

e. Pemeriksaan komplikasi fraktur seperti neurovaskuler bagian distal


fraktur yang berupa: pulsus arteri, warna kulit, temperatur kulit,
pengembalian darah ke kapiler6,8.

Diagnosis fraktur mandibula dapat ditunjukkan dengan adanya rasa


sakit, pembengkaan, nyeri tekan, dan maloklusi. Patahnya gigi, adanya gap,
tidak ratanya gigi, tidak simetrisnya arcus dentalis, adanya laserasi intra oral,
gigi yang longgar dan krepitasi menunujukkan kemungkinan adanya fraktur
mandibula. Selain hal itu mungkin juga terjadi trismus (nyeri waktu rahang
digerakkan). Evaluasi radiografi pada mandibula mencakup foto polos, scan
dan pemeriksaan panoramiks. Tapi pemeriksaan yang baik, yang dapat
menunjukkan lokasi serta luas fraktur adalah dengan CT Scan5,6,8.

H. Pemeriksaan Penunjang

Dari gambaran radiologis adanya fraktur mandibula dapat dilihat sebagai berikut :

1. Tulang alveolar

14
 Gambaran garis radiolusen pada alveolus, uncorticated
 Garis fraktur kebanyakan horizontal
 Letak segmen gigi yang tidak pada tempatnya
 Ligamen periodontal yang melebar
 Bisa didapatkan gambaran fraktur akar gigi
2. Corpus mandibula
 Terlihat celah radiolusen bila arah sinar x-ray sejajar garis fraktur
 Gambaran tersebut diatas bisa kurang jelas bila garis x-ray tidak sejajar
garis fraktur
 Step defect
 Biasanya terdapat fraktur pada caput condylus lateral
3. Condylus mandibula
 Caput condylus biasanya ”shared off”
 Step defect
 Overlap dari garis trabecular, tampak berupa gambaran garis radiopaque
 Deviasi mandibula pada sisi yang fraktur

Penelitian radiologis yang paling informatif digunakan dalam


mendiagnosis fraktur mandibula adalah radiograf panoramik. Panoramik
menyediakan kemampuan untuk melihat seluruh mandibula dalam satu radiograf.
Panoramik membutuhkan pasien tegak, dan tidak memiliki kemampuan melihat
secara detail area TMJ, simfisis dan gigi / daerah proses alveolar.
Plain film, termasuk pandangan lateral-obliq, oklusal, posteroanterior, dan
periapikal, dapat membantu. Pandangan lateral-obliq membantu mendiagnosis
ramus, angel, fraktur pada corpus posterior. Bagian kondilus, bicuspid dan daerah
simfisis seringkali tidak jelas. Tampilan oklusal mandibula menunjukkan
perbedaan di posisi tengah dan lateral fraktur body. Tampilan Caldwell
posteroanterior menunjukkan setiap perpindahan medial ataulateral ramus, sudut,
tubuh, atau fraktur simfisis.

15
CT scan juga memungkinkan dokter untuk survei fraktur wajah daerah
lain, termasuk tulang frontal, kompleks naso-ethmoid-orbital, orbit, dan seluruh
sistem horizontal dan vertical yang menopang kraniofasial. CT scan juga ideal
untuk fraktur condylar, yang sulit untuk memvisualisasikan4,6.

I. Tata Laksana
Prinsip penanganan fraktur mandibula pada langkah awal bersifat kedaruratan
seperti jalan nafas (airway), pernafasan (breathing), sirkulasi darah termasuk
penanganan syok (circulaation), penanganan luka jaringan lunak dan imobilisasi
sementara serta evaluasi terhadap kemungkinan cedera otak. Tahap kedua adalah
penanganan fraktur secara definitif yaitu reduksi/reposisi fragmen fraktur (secara
tertutup (close reduction) dan secara terbuka (open reduction)), fiksasi fragmen
fraktur dan imobilisasi, sehingga fragmen tulang yang telah dikembalikan tidak
bergerak sampai fase penyambungan dan penyembuhan tulang selesai.

1. Terapi medis
Pasien dengan fraktur non-displaced atau minimal displace fraktur
condilar dapat diobati dengan analgesik, diet lunak, dan observas . Pasien
dengan fraktur coronoideus sebaiknya diperlakukan sama. Selain itu, pasien-
pasien ini mungkin memerlukan latihan mandibula untuk mencegah trismus.
Jika fraktur mandibula membatasi gerak, terapi medis merupakan
kontraindikasi.
Teknik dari reduksi secara tertutup dan fiksasi dari fraktur mandibula
memiliki berbagai variasi. Penempatan Ivy loop menggunakan kawat 24-
gauge antara 2 gigi yang stabil, dengan penggunaan kawat yang lebih kecil
untuk memberikan fiksasi maxillomandibular (MMF) antara loop Ivy, telah
berhasil. Arch bar dengan kabel 24 – dan 26-gauge yang fleksibel dan sering
digunakan. Pada edentulous mandibula, gigi palsu dapat ditranfer ke rahang

16
dengan kabel circummandibular. Gigi tiruan rahang atas dapat ditempelkan
ke langit-langit. (Setiap screw dari maxillofacial set dapat digunakan sebagai
lag screw.) Arch bar dapat ditempatkan dan intermaxillary fixation (IMF)
dapat tercapai. Gunning Splints juga telah digunakan pada kasus ini karena
memberikan fiksasi dan dapat diberikan asupan makanan. Pada kasus fraktur
kominitif, rekonstruksi mandibula mungkin diperlukan untuk
mengembalikan posisi anatomis dan fungsi.
Luka pada dentoalveolar harus dievaluasi dan diobati bersamaan
dengan pengobatan fraktur mandibula. Gigi di garis fraktur harus dievaluasi
dan jika perlu diektraksi. Penggunaan antibiotik preoperatif dan
postoperative dalam pengobatan fraktur mandibula dapat mengurangi resiko
infeksi.
Shetty dan Freymiller memberi rekomendasi berikut mengenai gigi di
garis fraktur mandibula, yaitu :
a. Gigi yang utuh dalam garis fraktur harus dibiarkan jika tidak menunjukkan
bukti melonggar atau terjadi proses inflamasi.
b.Gigi dengan akar retak harus dihilangkan.
c. Lakukan ekstraksi primer ketika ada kerusakan periodontal luas. 4,6

2. Terapi bedah
Gunakan cara paling sederhana yang paling mungkin untuk
mengurangi komplikasi dan menangani fraktur mandibula. Karena reduksi
secara terbuka (open reduction) meningkatkan resiko morbiditas, reduksi
secara tertutup digunakan pada kondisi kondisi sebagai berikut:
o Fraktur non displace
o Fraktur kommunitive yang sangat nyata
o Edentulous fraktur (menggunakan prostesis mandibula)
o Fraktur pada anak dalam masa pertumbuhan gigi

17
o Fraktur coronoid dan fraktur condilar

Indikasi untuk reduksi secara terbuka6:


o Displace yang tidak baik pada angle, body atau fraktur parasimfisis
o Fraktur multiple pada wajah
o Fraktur Condylar Bilateral
o Fraktur pada edentulous mandibula

Secara khusus penanganan fraktur mandibula dan tulang pada wajah


(maksilofasial) mulai diperkenalkan olah Hipocrates (460-375 SM) dengan
menggunakan panduan oklusi (hubungan yang ideal antara gigi bawah dan
gigi-gigi rahang atas), sebagai dasar pemikiran dan diagnosis fraktur
mandibula. Pada perkembangan selanjutnya oleh para klinisi menggunakan
oklusi sebagai konsep dasar penanganan fraktur mandibula dan tulang wajah
(maksilofasial) terutama dalam diagnostik dan penatalaksanaannya.4 Hal ini
diikuti dengan perkembangan teknik fiksasi mulai dari penggunaan pengikat
kepala (head bandages), pengikat rahang atas dan bawah dengan kawat
(intermaxilari fixation), serta fiksasi dan imobilisasi fragmen fraktur dengan
menggunakan plat tulang (plate and screw).4,6
Cara imobilisasi fraktur mandibula secara interdental :
a. Menggunakan kawat
Kawat dibuat seperti mata, kemudian mata tadi dipasang disekitar
dua buah gigi atau geraham dirahang atas ataupun bawah. Rahang bawah
yang patah difiksasi pada rahang atas melalui mata di kawat atas dan
bawah, Jika perlu ikatan kawat ini dipasang di berbagai tempat untuk
memperoleh fiksasi yang kuat.

18
b. Imobilisasi fraktur mandibula dengan batang lengkung karet
Menggunakan batang lengkung dan karet : batang lengkung
dipasang pada gigi maxilla dan juga pada semua gigi mandibula yang
patah. Mandibula ditambatkan seluruhnya pada maxilla dengan karet
pada kait di batang lengkungan atas dan bawah.

Prosedur penanganan fraktur mandibula :


a. Fraktur yang tidak ter-displace dapat ditangani dengan jalan reduksi
tertutup dan fiksasi intermaxilla. Namun pada prakteknya, reduksi
terbuka lebih disukai paada kebanyakan fraktur.
b. Fraktur dikembalikan ke posisi yang sebenarnya dengan jalan
reduksi tertutup dan arch bar dipasang ke mandibula dan maxilla.
c. Kawat dapat dipasang pada gigi di kedua sisi fraktur untuk
menyatukan fraktur
d. Fraktur yang hanya ditangani dengan jalan reduksi tertutup
dipertahankan selama 4-6 minggu dalam posisi fraktur intermaxilla.
e. Kepada pasien dapat tidak dilakukan fiksasi intermaxilla apabila
dilakukan reduksi terbuka, kemudian dipasangkan plat and screw6.

3. Tindak Lanjut Postoperasi


Berikan analgetik pada periode postoperasi. Serta berikan antibiotik
spectrum luas pada pasien fraktur terbuka dan re-evaluasi kebutuhan nutrisi.
pantau intermaxilla fixation (IMF) selama 4-6 minggu. Kencangkan kabel
setiap 2 minggu. Setelah wire di buka, evaluasi dengan foto panoramix untuk
memastikan fraktur telah union6.
J. Komplikasi
Ada beberapa faktor risiko yang secara spesifik berhubungan dengan
fraktur mandibula dan berpotensi untuk menimbulkan terjadinya malunion

19
ataupun non-union. Faktor risiko yang paling besar adalah infeksi, kemudian
aposisi yang kurang baik, kurangnya imobilisasi segmen fraktur, adanya benda
asing, tarikan otot yang tidak menguntungkan pada segmen fraktur. Malunion
yang berat pada mandibula akan mengakibatkan asimetri wajah dan dapat juga
disertai gangguan fungsi. Kelainan-kelainan ini dapat diperbaiki dengan
melakukan perencanaan osteotomi secara tepat untuk merekonstruksi bentuk
lengkung mandibular.2,3

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Drake R. L, Vogl A. W, Mitchell A. W. 2012. Gray dasar-dasar anatomi. Jakarta:


Elsevier.

2. Snell R. S. 2006. Anatomi Klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 6. Jakarta:


EGC.

3. Soepardi E A, Iskandar N. 2006. Buku ajar ilmu kesehatan Telinga Hidung


Tenggorokan Kepala Leher. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Indonesia.Bab VII, pp: 132-156

4. Sjamsuhidajat, Jong W D. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC.

5. Guyton AC dan Hall JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
EGC.

6. Bhagol A, Singh V, Singhal R. 2011. A Textbook of Advanced Oral and


Maxillofacial Surgery: Management of Mandibular Fractures. Orleans: Orleans
University. Pp:385-414

7. Mansjoer A, dkk. Eds.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Edisi III. Jakarta : Media


Aesculapius FKUI.

8. Sudjatmiko G. 2011. Petunjuk Praktis Ilmu Bedah Plastik Rekonstruksi. Jakarta:


Yayasan Khasanah Kebajikan.

21

Anda mungkin juga menyukai