Anda di halaman 1dari 40

REFERAT

SKRINING DAN DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA

DISUSUN OLEH:

MEIDIANA RISTY PRATAMA G 99172113


RIDHA HAYU ARSANINGTYAS G 99172140
BAGAS MUHAMMAD G 99182004
WILLIAM GANI G 991902058

PEMBIMBING :
dr. HENKY AGUNG NUGROHO, M.Si.Med., Sp.B(K)Onk.

KEPANITERAAN KLINIK/ PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU BEDAH ONKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI SURAKARTA
2019

0
HALAMAN PENGESAHAN

Referensi artikel ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik


Ilmu Bedah Onkologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Referensi artikel dengan judul:

SKRINING DAN DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA

Hari, tanggal : Rabu, 29 Mei 2019

Oleh:

Meidiana Risty Pratama G 99172113


Ridha Hayu Arsaningtyas G 99172140
Bagas Muhammad G 99182004
William Gani G 991902058

Mengetahui dan menyetujui,


Pembimbing Referensi Artikel

dr. Henky Agung Nugroho, M.Si.Med., Sp.B(K)Onk.


NIP. 19750508 201412 1 001

1
BAB I
PENDAHULUAN

Carsinoma mammae atau kanker payudara merupakan salah satu


tumor ganas paling sering ditemukan pada wanita. Kebanyakan ditemukan
pada usia setengah baya dan lansia. Ca mammae adalah karsinoma yang
berasal dari epitel duktus atau labulus payudara, merupakan masalah global
dan isue kesehatan internasional yang penting. Kanker payudara adalah
keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan
penunjang payudara yang ditandai dengan adanya benjolan di payudara, dan
pada stadium lanjut terasa sakit. Meskipun ilmu pengetahuan semakin
canggih akan tetapi hingga saat ini belum diketahui secara pasti faktor
penyebab utama penyakit tumor/kanker payudara, diperkirakan
multifaktorial.

Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di


seluruh dunia. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency for
Research on Cancer (IARC) diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat
14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker di
seluruh dunia. Penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya
antara lain disebabkan oleh kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker
payudara. Di Indonesia, kanker payudara menempati urutan ke dua setelah
kanker leher rahim. (Globocan/IARC, 2012) (Depkes, 2015).

Kanker payudara merupakan kanker terbanyak pada penduduk


perempuan di Indonesia, diikuti oleh kanker kolorektal, kanker serviks dan
kanker paru. Presentase kasus baru dan presentase kematian akibat kanker
payudara masing-masing sebanyak 43.3% dan 12.9%. Sedangkan pada
penduduk laki-laki, kanker paru merupakan penyakit kanker dengan presentase
kasus baru dan presentase terbanyak di Indonesia, yaitu masing-masing
sebanyak 34.2% dan 30.0% (Depkes, 2015). Menurut data WHO pada tahun
2012 dikatakan bahwa hampir 1,7 juta kasus kanker payudara terdeteksi di

2
dunia sebanyak 12% dengan kasus baru dan 25% pada semua kasus kanker
pada wanita. Kanker payudara merupakan kanker yang sangat dipengaruhi oleh
hormon pada wanita (WHO, 2012).

Berdasarkan data diketahui bahwa presentase kematian yang


diakibatkan oleh kanker payudara lebih rendah dibanding dengan presentase
kasus baru, sehingga jika dapat dideteksi dan ditangani sejak dini maka
kemungkinan untuk sembuh lebih tinggi. Gejala permulaan kanker payudara
sering tidak disadari atau dirasakan dengan jelas oleh penderita sehingga
banyak penderita yang berobat dalam keadaan lanjut. Hal inilah yang
menyebabkan tingginya angka kematian kanker tersebut. Tjindarbumi (2000)
mengatakan, bila penyakit kanker payudara ditemukan dalam stadium dini,
angka harapan hidupnya (life expectancy) tinggi, berkisar antara 85 s.d. 95%.
Namun, dikatakannya pula bahwa 70-90% penderita datang ke rumah sakit
setelah penyakit parah, yaitu setelah masuk dalam stadium lanjut.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Payudara wanita dewasa berlokasi dalam fascia superficial dari
dinding depan dada. Dasar dari payudara terbentang dari iga kedua di sebelah
atas sampai iga keenam atau ketujuh di sebelah bawah, dan dari sternum
batas medialnya sampai ke garis midaksilrasis sebagai batas lateralnya.
Duapertiga dasar tersebut terletak di depan M.pectoralis major dan sebagian
M.serratus anterior. Sebagian kecil terletak di atas M.obliquus externus (De
jong W dan Sjamsuhidajat R, 2005).
Pada 95% wanita terdapat perpanjangan dari kuadran lateral atas
sampai ke aksila. Ekor ini (tail of Spence) dari jaringan mammae memasuki
suatu hiatus (dari Langer) dalam fascia sebelah dalam dari dinding medial
aksilaI. Hanya ini jaringan mammae yang ditemukan secara normal di bawah
fascia sebelah dalam (De jong W dan Sjamsuhidajat R, 2005).

Gambar 1. Potongan sagital mammae dan dinding dada sebelah depan (De jong W
dan Sjamsuhidajat R, 2005)

4
Gambar 2. Topografi aksila (Anterior view) (De jong W dan Sjamsuhidajat R, 2005)

Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus, beberapa lebih besar


daripada yang lainnya, berada dalam fascia superficial, dimana dihubungkan
secara bebas dengan fascia sebelah dalam. Lobus-lobus ini beserta duktusnya
adalah kesatuan dalam anatomi, bukan kesatuan dalam bedah. Suatu biopsy
payudara bukan suatu lobektomi, dimana pada prosedur semacam itu,
sebagian dari 1 atau lebih lobus diangkat. Antara fascia superficial dan yang
sebelah dalam terdapat ruang retromammary (submammary) yang mana kaya
akan limfatik (De jong W dan Sjamsuhidajat R, 2005).
Lobus-lobus parenkim beserta duktusnya tersusun secara radial
berkenaan dengan posisi dari papilla mammae, sehingga duktus berjalan
sentral menuju papilla seperti jari-jari roda berakhir secara terpisah di puncak
dari papilla. Segmen dari duktus dalam papilla merupakan bagian duktus
yang tersempit. Oleh karena itu, sekresi atau pergantian sel-sel cenderung
untuk terkumpul dalam bagian duktus yang berada dalam papilla,
mengakibatkan ekspansi yang jelas dari duktus dimana ketika berdilatasi
akibat isinya dinamakan lactiferous sinuse. Pada area bebas lemak di bawah
areola, bagian yang dilatasi dari duktus laktiferus (lactiferous sinuses)
merupakan satu-satunya tempat untuk menyimpan susu. Intraductal
papillomas sering terjadi di sini (De jong W dan Sjamsuhidajat R, 2005).
Ligamentum suspensori Cooper membentuk jalinan yang kuat, pita
jaringan ikat berbentuk ireguler menghubungkan dermis dengan lapisan
dalam dari fascia superfisial, melewati lobus-lobus parenkim dan menempel
ke elemen parenkim dan duktus. Kadang-kadang, fascia superfisial terfiksasi
ke kulit, sehingga tidak mungkin dilakukan total mastectomy subkutan yang

5
ideal. Dengan adanya invasi keganasan, sebagian dari ligamentum Cooper
akan mengalami kontraksi, menghasilkan retraksi dan fiksasi atau lesung dari
kulit yang khas. Ini berbeda dengan penampilan kulit yang kasar dan ireguler
yang disebut peau d'orange, dimana pada peau d'orange perlekatan
subdermal dari folikel-folikel rambut dan kulit yang bengkak menghasilkan
gambaran cekungan dari kulit (De jong W dan Sjamsuhidajat R, 2005).

Gambar 3. Dumpling of the breast, akibat dari terlibatnya ligamentum Cooper pada
penyakit yang invasive. Dapat diperjelas dengan penekanan oleh tangan pemeriksa
(De jong W dan Sjamsuhidajat R, 2005).

Suplai darah
Mammae diperdarahi dari 2 sumber, yaitu A. thoracica interna, cabang
dari A. axillaries, dan A. intercostal.

6
Gambar 4. A. Pada 18% individu, payudara diperdarahi oleh arteri internal thoracic,
axillary, dan intercostals. B. Pada 30%, kontribusi dari A.aksilaris tidak berarti. C. Pada
50%, A.intercostal hanya sedikit kontribusinya (De jong W dan Sjamsuhidajat R, 2005)

Vena aksilaris, vena thoracica interna, dan vena intercostals 3-5


mengalirkan darah dari kelenjar mamma. Vena-vena ini mengikuti arterinya.
Vena aksilaris terbentuk dari gabungan vena brachialis dan vena basilica,
terletak di medial atau superficial terhadaop arteri aksilaris, menerima juga 1
atau 2 cabang pectoral dari mammae. Setelah vena ini melewati tepi lateral
dari iga pertama, vena ini menjadi vena subclavia. Di belakang, vena
intercostalis berhubungan dengan sistem vena vertebra dimana masuk vena
azygos, hemiazygos, dan accessory hemiazygos, kemudian mengalirkan ke
dalam vena cava superior. Ke depan, berhubungan dengan brachiocephalica
(De jong W dan Sjamsuhidajat R, 2005).
Melaui jalur kedua jalur pertama, metastasis kanker payudara
mencapai paru-paru. Melalui jalurketiga, metastasis dapat ke tulang dan
system saraf pusat (De jong W dan Sjamsuhidajat R, 2005).

Aliran limfatik
Kelenjar getah bening dari regio mammae terdapat dalam kelompok
inkonstan yang bervariasi. Seringnya pembagian menurut Haagensen.

7
Gambar 5. Kelenjar getah
bening aksila dan payudara
menurut klasifikasi dari
Haagensen (kiri). Aliran limfatik
mammae (kanan) (De jong W dan
Sjamsuhidajat R, 2005).

Klasifikasi utama Haagensen adalah


axillary dan internal thoracic (mammary).
1. Drainase Aksilaris (35.3 nodes)
Group 1. External mammary nodes (1.7 nodes), juga dikenal sebagai
anterior pectoral nodes. Ini terletak sepanjang batas lateral dari M. pectoralis
minor, di bawah M. pectoralis major, sepanjang sisi medial dari aksila
mengikuti aliran lateral thoracic artery pada dinding dada, mulai dari iga 2-
6. Di bawah areola terdapat perluasan jaringan pembuluh-pembuluh limfatik,
dinamakan subareolar plexus of Sappey.

8
Gambar 6. Aliran limfatik mammae. Aliran limfe langsung dari kulit ditunjukkan
oleh tanda panah pada mammae kanan dan sisi medial mammae kiri. 1. Areolar
plexus of vessels, draining areola, nipple and some parenchyma. 2. Anterior
pectoral nodes. 3. Central axillary nodes. 4. Interpectoral nodes (a path which can
bypass central axillary nodes). 5. Apical, infraclavicular nodes. 6. Retrosternal
nodes (De jong W dan Sjamsuhidajat R, 2005).

Group 2. Scapular nodes (5.8 nodes). Terletak di atas pembuluh-


pembuluh darah subsakapular. Limfatik dari KGB ini salng berhubungan
dengan pembuluh limfe intercistal.
Group 3. Central nodes (12.1 nodes). Merupakan kelompok kelenjar
getah bening yang terbesar; merupakan KGB yang paling mudah dipalpasi di
aksila karena ukurannya yang besar. Ketika KGB ini membesar, dapat
menekan intercostobrachial nerve, cabang kutaneus lateral dari second atau
third thoracic nerve, dapat timbul nyeri.
Group 4. Interpectoral nodes (Rotter's nodes) (1.4 nodes). Terletak
antara otot pektoralis mayor dan minor, sering terdapat tunggal. Merupakan
kelompok KGB terkecil dari KGB aksila dan tidak dapat ditemukan
walaupun M. pectoralis major diangkat.
Group 5. Axillary vein nodes (10.7 nodes). Merupakan kelompok KGB
terbesar kedua di aksila. Terletak di permukaan ventral dan kaudal dari
bagian lateral vena aksilaris.
Group 6. Subclavicular nodes (3.5 nodes). Terletak pada permukaan
ventral dan kaudal dari bagian medial vena aksilaris. These lie on the caudal
and ventral surfaces of the medial part of the axillary vein.

2. Drainase Internal Thoracic (Mammary) (8.5 Nodes)

9
Pembuluh-pembuluh limfatik timbul dari tepi medial mammae pada
fascia pectoralis. KGB ini juga menerima trunkus limfatikus dari kulit
mammae kontralateral, hati, diafragma, rectus sheath, bagian atas rectus
abdominis. KGB sekitar 4-5 setiap sisinya, kecil, dan biasanya dalam lemak
dan jaringan ikat dari ruang interkosta. Saluran ini bermuara ke ductus
thoracicus atau ductus limfatikus dextra. Rute ke vena aksilaris lebih pendek
daripada rute aksila (De jong W dan Sjamsuhidajat R, 2005).
Dalam staging, bila ditemukan metastasis ke KGB supraclavicular,
cervical, atau contralateral internal mammary dianggap telah mengadakan
metastasis jauh (M1). Yang termasuk KGB regional :
a. KGB aksila (ipsilateral) : interpectoral (Rotter's) nodes dan KGB
sepanjang vena aksilaris dan bagian-bagiannya yang dapat dibagi ke dalam
beberapa tingkat :
 Level I (low axilla): KGB lateral dari tepi lateral M pectoralis minor
 Level II (midaxilla): KGB antara tepi medial dan lateral M pectoralis
minor dan KGB interpectoral (Rotter's)
 Level III (apical axillary): KGB medial dari tepi medial M pectoralis
minor termasuk subclavicular, infraclavicular, or apical
 Catatan : KGB intramammary disandikan sebagai KGB aksila.

Gambar 7. Kelompok kelenjar getah bening aksila. Level I meliputi beberapa


kelenjar getah bening yang terletak lateral dari M. Pectoralis minor, Level II meliputi

10
beberapa kelenjar getah bening yang terletak di bawah M. Pectoralis minor, Level III
meliputi beberapa kelenjar getah bening yang terletak medial dari M. Pectoralis
minor (De jong W dan Sjamsuhidajat R, 2005).

b. Internal mammary (ipsilateral): KGB di ruang intercosta sepanjang tepi


sternum dalam fascia endothoracica.

Persarafan
Mammae dipersarafi oleh nervus intercosta 2-6, dengan cabang-
cabangnya melewati permukaan kelenjar. 2 cabang mammae dari nervus
kutaneus lateral keempat juga mempersarafi papilla mammae.

Gambar 8. Saraf-saraf perifer penting yang ditemukan selama mastectomy (De jong
W dan Sjamsuhidajat R, 2005).

FISIOLOGI

11
Secara fisiologi, unit fungsional terkecil jaringan payudara adalah asinus.
Sel epitel asinus memproduksi air susu dengan komposisi dari unsur protein
yang disekresi apparatus golgi bersama faktor imun IgA dan IgG, unsur lipid
dalam bentuk droplet yang diliputi sitoplasma sel. Dalam perkembangannya,
kelenjar payudara dipengaruhi oleh hormon dari berbagai kelenjar endokrin
seperti hipofisis anterior, adrenal, dan ovarium. Kelenjar hipofisis anterior
memiliki pengaruh terhadap hormonal siklik follicle stimulating hormone
(FSH) dan luteinizing hormone (LH). Sedangkan ovarium menghasilkan
estrogen dan progesteron yang merupakan hormon siklus haid. Pengaruh
hormon siklus haid yang paling sering menimbulkan dampak yang nyata
adalah payudara terasa tegang, membesar atau kadang disertai rasa nyeri.

Sedangkan pada masa pramenopause dan perimenopause sistem


keseimbangan hormonal siklus haid terganggu sehingga beresiko terhadap
perkembangan dan involusi siklik fisiologis, seperti jaringan parenkim atrofi
diganti jaringan stroma payudara, dapat timbul fenomena kista kecil dalam
susunan lobular atau cystic change yang merupakan proses aging (Soetrisno,
2010; Sabiston, 2011).

B. DEFINISI
Kanker payudara terjadi jika terjadi proliferasi dari sel-sel pada
mammae melebihi dari batas seharusnya dan tidak bisa terkontrol. Sel-sel ini
akan membentuk tumor yang hanya bisa dilihat melelui rontgen foto atau
teraba sebagai benjolan. Tumor yang dikatakan ganas (malignant) adalah
setiap tumor yang mampu meluas menginvasi jaringan disekitarnya dan
meluas (metastasis) ke berbagai organ lain di dalam tubuh (ACS, 2010).
Munculnya Kanker payudara dapat dimulai dari beberapa bagian pada
mammae. Kejadian kanker payudara paling banyak dimulai dari bagian
ductal yang biasa disebut sebagai ca ductal. Sebagian kanker payudara
dimulai dari bagian kelenjar yang memproduksi ASI dan biasa disebut

12
dengan ca lobular. Selain itu ada beberapa tipe yang jarang ditemukan yaitu
limfoma dan sarkoma (ACS, 2010).

C. ETIOLOGI (FAKTOR RISIKO)


Etiologi pasti dari kanker payudara masih belum jelas. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan faktor risiko tertentu lebih
sering untuk berkembang menjadi kanker payudara dibandingkan yang tidak
memiliki beberapa faktor risiko tersebut (Brunicardi FC, 2015). Beberapa
faktor risiko tersebut :
1. Umur :
Kemungkinan untuk menjadi kanker payudara semakin meningkat
seiring bertambahnya umur seorang wanita. Angka kejadian kanker
payudara rata-rata pada wanita usia 45 tahun ke atas. Kanker jarang timbul
sebelum menopause. Kanker dapat didiagnosis pada wanita premenopause
atau sebelum usia 35 tahun, tetapi kankernya cenderung lebih agresif,
derajat tumor yang lebih tinggi, dan stadiumnya lebih lanjut, sehingga
survival rates-nya lebih rendah.
2. Riwayat kanker payudara :
Wanita dengan riwayat pernah mempunyai kanker pada satu payudara
mempunyai risiko untuk berkembang menjadi kanker pada payudara yang
lainnya.
3. Riwayat Keluarga :
Risiko untuk menjadi kanker lebih tinggi pada wanita yang ibunya atau
saudara perempuan kandungnya memiliki kanker payudara. Risiko lebih
tinggi jika anggota keluarganya menderita kanker payudara sebelum usia
40 tahun. Risiko juga meningkat bila terdapat kerabat/saudara (baik dari
keluarga ayah atau ibu) yang menderita kanker payudara.
4. Perubahan payudara tertentu :
Beberapa wanita mempunyai sel-sel dari jaringan payudaranya yang
terlihat abnormal pada pemeriksaan mikroskopik. Risiko kanker akan

13
meningkat bila memiliki tipe-tipe sel abnormal tertentu, seperti atypical
hyperplasia dan lobular carcinoma in situ [LCIS].
5. Perubahan Genetik :
Beberapa perubahan gen-gen tertentu akan meningkatkan risiko
terjadinya kanker payudara, antara lain BRCA1, BRCA2, dan beberapa gen
lainnya. BRCA1 and BRCA2 termasuk tumor supresor gen. Secara umum,
gen BRCA-1 beruhubungan dengan invasive ductal carcinoma, poorly
differentiated, dan tidak mempunyai reseptor hormon. Sedangkan BRCA-2
berhubungan dengan invasive ductal carcinoma yang lebih well
differentiated dan mengekspresikan reseptor hormon. Wanita yang
memiliki gen BRCA1 dan BRCA2 akan mempunyai risiko kanker
payudara 40-85%. Wanita dengan gen BRCA1 yang abnormal cenderung
untuk berkembang menjadi kanker payudara pada usia yang lebih dini.
6. Riwayat reproduksi dan menstruasi :
Meningkatnya paparan estrogen berhubungan dengan peningkatan
risiko untuk berkembangnya kanker payudara, sedangkan berkurangnya
paparan justru memberikan efek protektif. Beberapa faktor yang
meningkatkan jumlah siklus menstruasi seperti menarche dini (sebelum
usia 12 tahun), nuliparitas, dan menopause yang terlambat (di atas 55
tahun) berhubungan juga dengan peningkatan risiko kanker. Diferensiasi
akhir dari epitel payudara yang terjadi pada akhir kehamilan akan memberi
efek protektif, sehingga semakin tua umur seorang wanita melahirkan anak
pertamanya, risiko kanker meningkat. Wanita yang mendapatkan
menopausal hormone therapy memakai estrogen, atau mengkonsumsi
estrogen ditambah progestin setelah menopause juga meningkatkan risiko
kanker.
7. Ras :
Kanker payudara lebih sering terdiagnosis pada wanita kulit putih,
dibandingkan wanita Latin Amerika, Asia, or Afrika. Insidensi lebih tinggi
pada wanita yang tinggal di daerah industrialisasi.
8. Wanita yang mendapat terapi radiasi pada daerah dada :

14
Wanita yang mendapat terapi radiasi di daerah dada (termasuk
payudara) sebelum usia 30 tahun, risiko untuk berkembangnya kanker
payudara akan meningkat di kemudian hari.
9. Kepadatan jaringan payudara :
Jaringan payudara dapat padat ataupun berlemak. Wanita yang
pemeriksaan mammogramnya menunjukkan jaringan payudara yang lebih
padat, risiko untuk menjadi kanker payudaranya meningkat.
10. Overweight atau Obese setelah menopause :
Kemungkinan untuk mendapatkan kanker payudara setelah menopause
meningkat pada wanita yang overweight atau obese, karena sumber
estrogen utama pada wanita postmenopause berasal dari konversi
androstenedione menjadi estrone yang berasal dari jaringan lemak, dengan
kata lain obesitas berhubungan dengan peningkatan paparan estrogen
jangka panjang.
11. Kurangnya aktivitas fisik :
Wanita yang aktivitas fisik sepanjang hidupnya kurang, risiko untuk
menjadi kanker payudara meningkat. Dengan aktivitas fisik akan
membantu mengurangi peningkatan berat badan dan obesitas.
12. Diet :
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang sering minum
alkohol mempunyai risiko kanker payudara yang lebih besar. Karena
alkohol akan meningkatkan kadar estriol serum. Sering mengkonsumsi
banyak makan berlemak dalam jangka panjang akan meningkatkan kadar
estrogen serum, sehingga akan meningkatkan risiko kanker.

D. KLASIFIKASI
a) Non invasive carcinoma
1) Ductal carcinoma in situ
Ductal carcinoma in situ, juga disebut intraductal cancer,
merujuk pada sel kanker yang telah terbentuk dalam saluran dan
belum menyebar. Saluran menjadi tersumbat dan membesar seiring
bertambahnya sel kanker di dalamnya. Kalsium cenderung

15
terkumpul dalam saluran yang tersumbat dan terlihat dalam
mamografi sebagai kalsifikasi terkluster atau tak beraturan
(clustered or irregular calcifications) atau disebut kalsifikasi mikro
(microcalcifications) pada hasil mammogram seorang wanita tanpa
gejala kanker. DCIS dapat menyebabkan keluarnya cairan puting
atau munculnya massa yang secara jelas terlihat atau dirasakan,
dan terlihat pada mammografi.
DCIS muncul dengan dua tipe sel yang berbeda, di mana
salah satu sel cenderung lebih invasif dari tipe satunya. Tipe
pertama, dengan perkembangan lebih lambat, terlihat lebih kecil
dibandingkan sel normal. Sel ini disebut solid, papillary atau
cribiform. Tipe kedua, disebut comedeonecrosis, sering bersifat
progresif di awal perkembangannya, terlihat sebagai sel yang lebih
besar dengan bentuk tak beraturan.

A B

16
Gambar 9. Ductal Carcinoma in situ (A) dan Sel-sel kanker menyebar
keluar dari ductus, menginvasi jaringan sekitar dalam mammae (B)

2) Lobular carcinoma in situ


Meskipun sebenarnya ini bukan kanker, tetapi LCIS kadang
digolongkan sebagai tipe kanker payudara non-invasif. Bermula
dari kelenjar yang memproduksi air susu, tetapi tidak berkembang
melewati dinding lobulus. Mengacu pada National Cancer
Institute, Amerika Serikat, seorang wanita dengan LCIS memiliki
peluang 25% munculnya kanker invasive (lobular atau lebih umum
sebagai infiltrating ductal carcinoma) sepanjang hidupnya.

Gambar 10. Lobular carcinoma in situ

b) Invasive carcinoma
1) Paget’s disease dari papilla mammae
Paget’s disease dari papilla mammae seringnya muncul
sebagai erupsi eksim kronik dari papilla mammae, dapat berupa
lesi bertangkai, ulserasi, atau halus. Paget's disease biasanya
berhubungan dengan DCIS (Ductal Carcinoma in situ) yang luas
dan mungkin berhubungan dengan kanker invasif. Biopsi papilla
mammae akan menunjukkan suatu populasi sel yang identik
(gambaran atau perubahan pagetoid). Patognomonis dari kanker ini
adalah terdapatnya sel besar pucat dan bervakuola (Paget's cells)

17
dalam deretan epitel. Terapi pembedahan untuk Paget's disease
meliputi lumpectomy, mastectomy, atau modified radical
mastectomy, tergantung penyebaran tumor dan adanya kanker
invasif.
2) Invasive ductal carcinoma
o Adenocarcinoma with productive fibrosis (scirrhous, simplex,
NST) (80%)
Batasnya kurang tegas dan pada potongan meilntang,
tampak permukaannya membentuk konfigurasi bintang di
bagian tengah dengan garis berwarna putih kapur atau kuning
menyebar ke sekeliling jaringan payudara. Sel-sel kanker
sering berkumpul dalam kelompok kecil, dengan gambaran
histologi yang bervariasi.
o Medullary carcinoma (4%)
Merupakan kanker payudara herediter yang berhubungan
dengan BRCA-1. Peningkatan ukuran yang cepat dapat terjadi
sekunder terhadap nekrosis dan perdarahan. 20% kasus
ditemukan bilateral.
o Mucinous (colloid) carcinoma (2%)
Mucinous carcinoma (colloid carcinoma), merupakan tipe
khusus lain dari kanker payudara, sekitar 2% dari semua kanker
payudara yang invasif, biasanya muncul sebagai massa tumor
yang besar dan ditemukan pada wanita yang lebih tua. Karena
komponen musinnya, sel-sel kanker ini dapat tidak terlihat
pada pemeriksaan mikroskopik.
o Papillary carcinoma (2%)
Papillary carcinoma biasanya ditemukan pada wanita
dekade ketujuh dan sering menyerang wanita non kulit putih.
Ukurannya kecil dan jarang mencapai diameter 3 cm.
o Tubular carcinoma (2%)
Tubular carcinoma biasanya ditemukan pada wanita
perimenopause dan pada periode awal menopause. Long-term
survival mendekati 100%.
o Invasive lobular carcinoma (10%)

18
Gambaran histopatologi meliputi sel-sel kecil dengan inti
yang bulat, nucleoli tidak jelas, dan sedikit sitoplasma.
Pewarnaan khusus dapat mengkonfirmasi adanya musin dalam
sitoplasma, yang dapat menggantikan inti (signet-ring cell
carcinoma). Seringnya multifokal, multisentrik, dan bilateral.
Karena pertumbuhannya yang tersembunyi sehingga sulit untuk
dideteksi.

E. STAGING (Brunicardi FC, 2015)

Tabel 1.3. TNM Staging System untuk Breast Cancer

Tumor Primer (T)


TX Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ada bukti terdapat tumor primer
Tis Carcinoma in situ
Tis(DCIS) Ductal carcinoma in situ
Tis(LCIS) Lobular carcinoma in situ
Tis(Paget's) Paget's disease dari papilla mammae tanpa tumor (Catatan : Paget's
disease yang berhubungan dengan tumor diklasifikasikan menurut ukuran
tumor)
T1 Tumor ≤ 2 cm
T1mic Microinvasion ≤ 0.1
T1a Tumor > 0.1 cm
T1btetapi Tumor > 0.5 cm
tidak lebih
dari 0.5 cm

T1ctetapi Tumor > 1 tetapi tidak lebih dari 2 cm


tidak lebih
dari 1 cm

19
T2 Tumor > 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm
T3 Tumor > 5 cm
T4 Tumor ukuran berapapun dengan perluasan langsung ke dinding dada atau
kulit, seperti yang diuraikan dibawah ini :
T4a Perluasan ke dinding dada, tidak melibatkan otot pectoralis
T4b Edema (termasuk peau d'orange), atau ulserasi kulit [ayudara, atau ada
nodul satelit terbatas di kulit payudara yang sama
T4c Kriteria T4a dan T4b
T4d Inflammatory carcinoma
Kelenjar Getah Bening—Klinis (N)
NX KGB regional tidak dapat dinilai (misalnya sebelumnya telah diangkat)
N0 Tidak ada metastasis ke KGB regional
N1 Metastasis ke KGB aksilla ipsilateral tetapi dapat digerakkan
N2 Metastasis KGB aksilla ipsilateral tetapi tidak dapat digerakkan atau
terfiksasi, atau tampak secara klinis ke KGB internal mammary ipsilateral
tetapi secara klinis tidak terbukti terdapat metastasis ke KGB aksilla
ipsilateral
N2a Metastasis ke KGB aksilla ipsilateral dengan KGB saling melekat atau
melekat ke struktur lain sekitarnya.
N2b Metastasis hanya tampak secara klinis ke KGB internal mammary
ipsilateral dan tidak terbukti secara klinis terdapat metastasis ke KGB
aksilla ipsilateral
N3 Metastasis ke KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa
keterlibatan KGB aksilla, atau secara klinis ke KGB internal mammary
ipsilateral tetapi secara klinis terbukti terdapat metastasis ke KGB aksilla
ipsilateral; atau metastasis ke KGB supraklavikula ipsilateral dengan atau
tanpa keterlibatan KGB infraklavikula atau aksilla ipsilateral
N3a Metastasis ke KGB infraklavikula ipsilateral
N3b Metastasis ke KGB internal mammary dan aksilla
N3c Metastasis ke KGB supraklavikula ipsilateral
Kelenjar Getah Bening Regional—Patologia anatomi (pN)
pNX KGB regional tidak dapat dinilai (sebelumnya telah diangkat atau tidak
dilakukan pemeriksaan patologi)

20
pN0b Secara histologis tidak terdapat metastasis ke KGB, tidak ada
pemeriksaan tambahan untuk isolated tumor cells (Catatan : Isolated
tumor cells (ITC) diartikan sebagai sekelompok tumor kecil yang tidak
lebih dari 0.2 mm, biasanya dideteksi hanya dengan
immunohistochemical (IHC) atau metode molekuler
pN0(i–) Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, IHC (-)
pN0(i+) Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, IHC (+), IHC
cluster tidak lebih dari 0.2 mm
pN0(mol–) Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, pemeriksaan
molekuler (-) (RT-PCR)
pN0(mol+) Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, pemeriksaan
molekuler (+) (RT-PCR)
pN1 Metastasis ke 1-3 KGB aksila, dan atau KGB internal mammary
terdeteksi secara mikroskopis melalui diseksi sentinel KGB, secara klinis
tidak tampak
pN1mi Micrometastasis (> 0.2 mm, < 2.0 mm)
pN1a Metastasis ke 1-3 KGB aksila
pN1b Metastasis ke KGB internal mammary terdeteksi secara mikroskopis
melalui diseksi sentinel KGB, secara klinis tidak tampak
pN1c Metastasis ke 1-3 KGB aksila dan ke KGB internal mammary terdeteksi
secara mikroskopis melalui diseksi sentinel KGB, secara klinis tidak
tampak (jika berhubungan dengan >3 (+) KGB aksila, KGB internal
mammary diklasifikasikan sebagai pN3b)
pN2 Metastasis ke 4-9 KGB aksila, atau tampak secara klinis ke KGB internal
mammary tetapi secara klinis tidak terbukti terdapat metastasis ke KGB
aksilla
pN2a Metastasis ke 4-9 KGB aksila (sedikitnya 1 tumor > 2 mm)
pN2b tampak secara klinis ke KGB internal mammary tetapi secara klinis tidak
terbukti terdapat metastasis ke KGB aksilla
pN3 Metastasis ke 10 KGB aksila, atau KGB infraklavikula, atau secara klinis
ke KGB internal mammary ipsilateral dan terdapat 1 atau lebih metastasis
ke KGB aksilla atau > 3 metastasis ke KGB aksilla tetapi secara klinis
microscopic metastasis (-) ke KGB internal mammary; atau ke KGB
supraklavikular ipsilateral

21
pN3a Metastasis ke ≥10 KGB aksila (minimal 1 tumor > 2 mm), atau metastasis
ke KGB infraklavikula
pN3b Secara klinis metastasis ke KGB internal mammary ipsilateral dan
terdapat 1 atau lebih metastasis ke KGB aksilla atau > 3 metastasis ke
KGB aksilla dan dalam KGB internal mammary dengan kelainan
mikroskopis yang terdeteksi melalui diseksi KGB sentinel, tidak tampak
secara klinis
pN3c Metastasis ke KGB supraklavikular ipsilateral
Metastasis Jauh (M)
MX Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 Tidak terdapat metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh

Tampak secara klinis didefinisikan bahwa dapat dideteksi melalui alat pencitraan atau
dengan pemeriksaan klinis atau kelainan patologis terlihat jelas.
Tidak tampak secara klinis berarti tidak terlihat melalui alat pencitraan (kecuali dengan
lymphoscintigraphy) atau dengan pemeriksaan klinis.
Klasifikasi berdasarkan diseksi KGB aksila dengan atau tanpa diseksi sentinel dari KGB.
Klasifikasi semata-mata berdasarkan diseksi sentinel KGB tanpa diseksi KGB aksila yang
selanjutnya direncanakan untuk "sentinel node", seperti pN-(l+) (sn).
RT-PCR = reverse transcriptase polymerase chain reaction.
SOURCE: Modified with permission from American Joint Committee on Cancer: AJCC
Cancer Staging Manual, 6th ed. New York: Springer, 2002, pp 227–228.

Tabel 1.4. TNM Stage Groupings

Stage 0 Tis N0 M0
a
Stage I T1 N0 M0
Stage IIA T0 N1 M0
a
T1 N1 M0
T2 N0 M0

22
Stage IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stage IIIA T0 N2 M0
a
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stage IIIB T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stage IIIC Any T N3 M0
Stage IV Any T Any N M1

a
T1 termasuk T1 mic.
SOURCE: Modified with permission from American Joint Committee on Cancer: AJCC Cancer
Staging Manual, 6th ed. New York: Springer, 2002, p 228.

F. TANDA DAN GEJALA


Pada awalnya, kanker payudara mungkin tidak menimbulkan
gejala apapun. Benjolan mungkin terlalu kecil bagi anda untuk sadar atau
menyebabkan perubahan apapun yang tidak biasa anda lihat
sendiri.Seringkali daerah abnormal tersebut ditemukan pada screening
mammogram (x-ray/foto rontgen pada payudara), yang mengarah ke
pemeriksaan lebih lanjut.
Benjolan di payudara biasanya mendorong penderita untuk ke
dokter. Pada umumnya keluhan waktu datang : tumor mamae tidak nyeri
(66%), tumor mamae nyeri (11%), perdarahan/ cairan dari puting susu
(9%), edema lokal (4%), retraksi puting susu (3%). Konsistensi kelainan
ganas biasanya keras. Pengeluaran cairan dari puting biasanya mengarah
ke papiloma atau karsinoma intraduktal, sedangkan nyeri lebih mengarah
ke kelainan fibriokistik (Machsoos, 206).
Menurut American Cancer Society, perubahan di luar biasanya
pada payudara bisa menjadi gejala dari kanker payudara:
 Bengkak semua atau sebagian dari payudara,
 Iritasi kulit atau dimpling,

23
 Payudara sakit,
 Puting susu sakit atau masuk kedalam,
 Kemerahan atau penebalan puting susu atau kulit payudara,
 Nipple discharge atau cairan puting selain air susu,
 Benjolan di daerah ketiak.
Sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan di saat pengaruh hormonal
seminimal mungkin (setelah 1 minggu dari hari terakhir menstruasi). Untuk
inspeksi, pasien dapat diminta duduk tegak atau berbaring, atau kedua-duanya.
Kemudian perhatikan bentuk kedua payudara, warna kulit, tonjolan, lekukan,
retraksi, adanya kulit berbintik seperti kulit jeruk, ulkus dan benjolan. Dengan
lengan terangkat lurus ke atas, kelaianan terlihat lebih jelas (Machsoos, 206).
Palpasi lebih baik dilakukan pada pasien yang berbaring dengan bantal
tipis di punggung, sehingga payudara terbentang rata. Palpasi dilakukan dengan
telapak jari tangan yang digerakkan perlahan tanpa tekanan pada setiap kuadran
payudara. Yang diperhatikan pada dasarnya sama dengan penilaian tumor di
tempat lain (Machsoos, 206).
Pada sikap duduk, benjolan yang tidak teraba ketika penderita berbaring,
kadang lebih mudah ditemukan. Perubahan aksila pun lebih mudah pada posisi
duduk.Pemeriksaan kelenjar getah bening regional dilakukan dengan palpasi
kelompok kelenjar getah bening sekitar payudara (Machsoos, 206).

Gejala yang Dirasakan Penyebab yang Mungkin


Nyeri: Nyeri lebih khas pada infeksi daripada tumor
Berubah sesuai siklus Penyebab fisiologis, seperti pada tegangan
menstruasi pramenstruasi atau penyakit fibrokistik
Bisa disebabkan oleh infeksi, kadang tumor jinak,
- Rasa nyeri menetap, tidak atau tumor ganas
tergantung siklus menstruasi
Benjolan di Payudara
- Keras Permukaan licin pada fibroadenoma atau kista
Permukaan kasar, berbenjol, atau melekat pada
kanker atau inflamasi non-infektif

24
- Kenyal Kelainan Fibrokistik
- Lunak Lipoma
Perubahan Kulit Penarikan kulit/dinding dada lebih khas pada tumor
daripada penyakit jinak
Bercawak Sangat mencurigakan karsinoma
Benjolan kelihatan Kista, karsinoma, fibroadenoma membesar
Kulit jeruk Di atas benjolan: kanker (tanda khas)
Kemerahan Infeksi (jika ada tanda panas)
Tukak Kanker lama (biasa pada usia lanjut)
Kelainan Puting/Areola
Retraksi Fibrosis karena kanker
Inversi Baru Retraksi fibrosis karena kanker (kadang fibrosis
karena pelebaran duktus)
Eksema Unilateral: penyakit Paget (tanda khas kanker)
Keluarnya Cairan
Seperti susu Kehamilan atau laktasi
Jernih Normal
Hijau (Peri) menapouse
Pelebaran duktus
Kelainan fibrokistik
Hemoragik Karsinoma
Papiloma intraduktus3

G. SKRINING
Rekomendasi untuk deteksi kanker payudara dini menurut American
Cancer Society :
 Wanita berumur ≥ 40 tahun harus melakukan screening mammogram
secara terus-menerus selama mereka dalam keadaan sehat, dianjurkan
setiap tahun.
 Wanita berumur 20-30 tahun harus melakukan pemeriksaan klinis
payudara (termasuk mammogram) sebagai bagian dari pemeriksaan
kesehatan yang periodik oleh dokter, dianjurakan setiap 3 tahun.

25
 Setiap wanita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri
mulai umur 20 tahun. untuk kemudian melakukan konsultasi ke dokter
bila menemukan kelainan.
 Wanita yang berisiko tinggi (>20%) harus melakukan pemeriksaan MRI
dan mammogram setiap tahun.
 Wanita yang risiko sedang (15-20%) harus melakukan mammogram
setiap tahun, dan konsultasi ke dokter apakah perlu disertai pemeriksaan
MRI atau tidak.
 Wanita yang risiko rendah (<15%) tidak perlu pemeriksaan MRI
periodik tiap tahun.
 Wanita termasuk risiko tinggi bila :
- mempunyai gen mutasi dari BRCA1 atau BRCA2
- mempunyai kerabat dekat tingkat pertama (orang tua, kakak-adik)
yang memiliki gen mutasi dari BRCA1 atau BRCA2 tetapi belum
pernah melakukan pemeriksaan genetik
- mempunyai risiko kanker ≥ 20-25% menurut penilaian faktor risiko
terutama berdasarkan riwayat keluarga
- pernah mendapat radioterapi pada dinding dada saat umur 10-30
tahun
- mempunyai Li-Fraumeni syndrome, Cowden syndrome, atau
Bannayan-Riley-Ruvalcaba syndrome, atau ada kerabat dekat
tingkat pertama memiliki salah satu sindrom-sindrom ini.
 Wanita dengan risiko sedang bila :
- mempunyai risiko kanker 15-20% menurut penilaian faktor risiko
terutama berdasarkan riwayat keluarga
- mempunyai riwayat kanker pada satu payudara, ductal carcinoma
in situ (DCIS), lobular carcinoma in situ (LCIS), atypical ductal
hyperplasia (ADH), atau atypical lobular hyperplasia (ALH)
- mempunyai kepadatan yang tidak merata atau berlebihan terlihat
pada pemeriksaan mammogram
-

26
H. DETEKSI DINI
Deteksi dini merupakan upaya pencegahan sekunder. Ada dua
komponen deteksi dini yaitu penapisan (screening) dan edukasi tentang
penemuan dini (early diagnosis). Penapisan adalah upaya pemeriksaan
atau tes yang sederhana dan mudah yang dilaksanakan pada populasi
masyarakat sehat, yang bertujuan untuk. Pencegahan primer membedakan
masyarakat yang sakit atau berisiko terkena penyakit di antara masyarakat
yang sehat. Penemuan dini adalah adalah upaya pemeriksaan pada
masyarakat yang telah merasakan adanya gejala. Oleh karena itu edukasi
untuk meningkatkan kesadaran tentang tanda-tanda awal kemungkinan
kanker di antara petugas kesehatan, kader masyarakat, maupun masyarakat
secara umum merupakan kunci utama. (Tjindarbumi, 2002)
Upaya deteksi dini kanker payudara adalah upaya untuk
mendeteksi dan mengidentifikasi secara dini adanya kanker payudara,
sehingga diharapkan dapat diterapi dengan teknik yang dampak fisiknya
kecil dan punya peluang lebih besar untuk sembuh. Upaya ini sangat
penting, sebab apabila kanker payudara dapat dideteksi pada stadium dini
dan diterapi secara tepat maka tingkat kesembuhan yang cukup tinggi (80-
90%).
Penapisan pada negara maju seperti Amerika, Inggris, dan Belanda
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan ultrasonografi dan
mamografi, karena sumber daya di negaranagara itu cukup memadai untuk
melakukan program tersebut, sedangkan di negara berkembang seperti
Indonesia, penapisan secara massal dengan USG dan mamografi belum
memungkinkan untuk dilakukan. Oleh karena itu pemeriksaan klinis
payudara oleh tenaga kesehatan terlatih yang dikuti dengan promosi dan
edukasi tentang pengobatan yang baik kepada masyarakat (bahwa kanker
payudara bila ditemukan pada stadium awal dan dilakukan operasi akan
meningkatkan kemungkinan untuk sembuh dan waktu untuk bertahan
hidup lebih lama) sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pencapaian
tujuan dari penapisan yaitu menurunkan angka kematian dan

27
meningkatkan kualitas hidup penderita kanker payudara. Selain penapisan,
penemuan dini merupakan strategi lain kemungkinan keganasan. untuk
down staging. Penemuan dini dimulai dengan peningkatan kesadaran
masyarakat tentang perubahan bentuk atau adanya kelainan di payudara
mereka sendiri, dengan cara memasyarakatkan program SADARI bagi
semua perempuan dimulai sejak usia subur, sebab 85% kelainan di
payudara justru pertama kali dikenali oleh penderita bila tidak dilakukan
penapisan massal. SADARI sebaiknya dilakukan setiap kali selesai
menstruasi (hari ke-10, terhitung mulai hari-pertama haid). Pemeriksaan
dilakukan setiap bulan sejak umur 20 tahun (American Cancer Society,
2009).
1. SADARI
SADARI adalah suatu teknik pemeriksaan dimana seorang wanita
memeriksa payudaranya sendiri dengan melihat dan merasakan
dengan jari untuk mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada
payudaranya (Singh dkk., 1999).
SADARI dianjurkan dilakukan secara intensif pada wanita mulai usia
remaja, segera ketika mulai pertumbuhan payudara sebagai gejala
pubertas. Pada wanita muda, agak sedikit sulit karena payudara
mereka masih berserabut (fibrous), sehingga dianjurkan sebaiknya
mulai melakukan SADARI pada usia remaja karena pada umumnya
pada usia tersebut jaringan payudara sudah terbentuk sempurna.
Pemeriksaan ini tidak hanya dilakukan oleh wanita yang berisiko
tinggi, tetapi sebaiknya dilakukan oleh seluruh wanita karena sekitar
75% kasus kanker payudara ditemukan pada wanita yang tidak
dianggap berisiko tinggi.
Pemeriksaan SADARI dilakukan secara rutin setelah haid, sekitar 1
minggu dari hari pertama haid terakhir. Karena pada saat itu payudara
akan terasa lebih lunak dan longgar sehingga memudahkan perabaan.
SADARI dilakukan 3 hari setelah menstruasi atau 7-10 hari dari
menstruasi karena pada saat itu pengaruh hormon ovarium sudah

28
hilang sehingga konsistensi payudara tidak lagi keras seperti
menjelang menstruasi (Swart et al., 2010).
Ada 3 langkah tata laksana yang sederhana dalam melakukan
SADARI, yaitu (Indonesian Breast Selft Examination, 2003):
a. Pemeriksaan di Kamar Mandi
Memeriksa kedua payudara sambil berdiri ketika mandi.Menaruh
satu tangan di belakang kepala, sementara tangan yang satu
melakukan gerak pijatan memutar searah jarum jam di daerah
jaringan payudara, putting, dan jaringan di bawah ketiak.
Kemudian mengulangi cara ini pada payudara yang sebelah lagi.
Gunakan tangan kanan untuk memeriksa payudara sebelah kiri
dan tangan kiri untuk payudara sebelah kanan.Bagi kebanyakan
wanita, paling mudah untuk merasakan payudaranya adalah
ketika payudaranya sedang basah dan licin, sehingga paling cocok
adalah ketika sedang mandi.

Gambar 11. Pijatlah Payudara Saat Mandi


b. Pemeriksaan di Depan Cermin
Berdiri di depan cermin sambil kedua kedua tangan diletakkan di
sisi tubuh, angkat kedua lengan dan amati dengan saksama kulit
di payudara apakah ada kerutan, lekukan, perubahan ukuran atau
bentuk. Melihat apakah ada perubahan bentuk simetri pada kedua
payudara. Kemudian mengamati juga apakah puting susu masuk
ke dalam atau ada cairan aneh yang keluar dari puting (baik itu
cairan bening, seperti susu, berwarna kuning, atau bercampur
darah). Kemudian ulangi pengamatan dengan kedua tangan di
pinggang dada dibusungkan dan kedua siku ditarik kebelakang

29
Setelah itu meletakkan kedua tangan di belakang kepala dan
melakukan hal serupa .Seluruh pengamatan ini bertujuan
mengetahui adanya benjolan yang terletak dengan dengan kulit.
Selanjutnya meletakkan kedua tangan di samping pinggul lalu
amati payudara.

Gambar 12. Bercermin dengan Kedua Tangan di Pinggang

Gambar 13. Angkat Kedua Tangan Cermati Setiap Perubahan pada


Payudara

c. Pemeriksaan dalam Posisi Baring


Untuk memeriksa payudara anda sebelah kanan, letakkan bantal
atau handuk yang dilipat dibawah bahu kanan anda. Tempatkan
tangan kanan dibelakang kepala. Posisi ini membuat penyebaran
jaringan payudara merata diatas dada. Gunakan 3 jari tengah dari
tangan kiri dan susun jari-jari tersebut dalam keadaan rata. Tekan
secara mantap dengan gerakan lingkaran kecil. Geserkan jari-jari
tersebut dari satu posisi ke posisi selanjutnya. Jangan angkat jari-
jari lepas dari payudara sebelum keseluruhan jaringan payudara

30
telah diperiksa.Dalam pemeriksaan tersebut temukan tanda-tanda
seperti benjolan, penebalan atau keadaan yang tidak normal bagi
anda.Pemeriksaan keseluruhan payudara meliputi tulang
selangka, tulang dada dan daerah dibawah lengan. Pada akhir
pemeriksaan, pijat puting susu dari masing-masing payudara
secara lembut diantara ibu jari dan jari telunjuk. Bila ditemukan
adanya pelepasan cairan jernih atau darah, sebaiknya laporkan
pada dokter anda secepat mungkin. Setelah selesai melakukan
pemeriksaan lengkap pada buah dada sebelah kanan, lakukan juga
pemeriksaan pada buah dada sebelah kiri dengan cara yang sama.
Bandingkan apa yang ditemukan pada kedua buah dada.

Gambar 14. Pijatlah Payudara Sambil Berbaring

2. SARANIS (Pemeriksaan Payudara Secara Klinis)


Pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter spesialis, dokter umum ataupun
paramedis yang terampil. Bagi wanita berusia 20-40 tahun sebaiknya
dilakukan pemeriksaan ini setiap 3 tahun, sedangkan bagi wanita
berusia lebih 40 tahun sebaiknya dilakukan setiap 1 tahun.
Kesempatan menemukan tumor payudara lebih awal dengan cara ini
dapat terwujud apabila dilakukan pemeriksaan terhadap wanita
terutama yang berusia diatas 40 tahun atau yang termasuk golongan
beresiko tinggi kanker payudara yang datang walaupun dengan
keluhan selain payudara dengan penjelasan terlebih dahulu.Saranis
sebaiknya dilakukan secara sistematisdan berurutan sebagai berikut.

31
 Pasien duduk di tempat periksa. Baju dibuka setinggi pusat, tangan
santai. Diamati kesimetrisan dan perubahan bentuk payudara atau
puting.
 Keduan tangan diangkat ke kepala. Diamati kesimetrisan dan
perubahan bentuk payudara atau puting.
 Palpasi kelenjar getah bening aksila dengan lengan pasien
diletakan santai di tangan pemeriksa.
 Palpasi leher terutama supraclavikula dengan leher pasien dalam
keadaan fleksi.
 Pasien posisi supine ( baring ), dipalpasi mulai pinggir sampai
puting searah jarum jam dengan teliti, talapak jari dirapatkan,
puting ditekan apakah ada keluar cairan atau tidak.

Gambar 15. Pemeriksaan fisik pasien posisi duduk

Gambar 16. Pemeriksaan fisik posisi supine


3. Mammografi
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan
payudara yang dikompresi. Mamogram adalah gambar hasil
mamografi. Untuk memperoleh interpretasi hasil pencitraan yang
baik, dibutuhkan dua posisi mamogram dengan proyeksi berbeda 45
derajat (kraniokaudal dan mediolateralobligue).Mamografi dapat
bertujuan sebagai penapisan utama kanker payudara, diagnosis kanker
payudara, dan follow up / kontrol dalam pengobatan.Tekniknya
sederhana, tidak sakit dan tidak memerlukan kontras. Mamografi

32
dapat mendeteksi kanker payudara yang ukuran kecil ( lebih kecil dari
0,5 cm ) bahkan tumor yang tidak teraba (unpalpable tumor).
Mammografi dikerjakan pada wanita usia diatas 35 tahun, namun
karena payudara orang Indonesia lebih padat maka hasil terbaik
mamografi sebaiknya dikerjakan pada usia >40 tahun. Pemeriksaan
Mamografi sebaiknya dikerjakan pada hari ke 7-10 dihitung dari hari
pertama masa menstruasi; pada masa ini akan mengurangi rasa tidak
nyaman pada wanita pada waktu di kompresi dan akan memberi hasil
yang optimal.
Indikasi mammografi adalah
 Adanya benjolan pada payudara.
 Adanya rasa tidak enak pada payudara.
 Pada penderita dengan riwayat risiko tinggi
 Pembesaran kelenjar aksiler yang meragukan.
 Penyakit Paget pada putting susu.
 Adanya penyebab metastatis tanpa diketahui asal tumor
primer.
Untuk standarisasi penilaian dan pelaporan hasil mamografi
digunakan BIRADS yang dikembangkan oleh American College of
Radiology. Posisi utama yang digunakan adalah kraniokaudal dan
mediolateral dengan posisi dan kompresi yang benar serta baik untuk
mendapatkan hasil yang optimal, dimana penderita berdiri atau duduk
didepan pesawat mammografi, dengan meja yang dapat digerakkkan,
lalu penderita meletakkan payudaranya di atas meja tersebut.
Pemotretan dengan arah sinar vertical untuk posisi kraniokaudal dan
arah sinar horizontal untuk posisi mediolateral.

Gambar 17. Mammografi

33
Rekomendasi ACS (American Cancer Society)

o Screening mammography pertama pada umur 40-44


o Mammography setiap setahun antara umur 45 dan 54
o Mammography 2 tahun sekali antara umur 55-74
o Pada usia lebih dari 75 tahun mammography dilakukan apabila
dalam kondisi kesehatan yang baik dan diharapkan hidup untuk 10
tahun kedepan
Tanda primer berupa:
 Densitas yang meninggi pada tumor
 Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi
ke jaringan sekitarnya atau batas yang tidak jelas (komet sign).
 Gambaran translusen disekitar tumor
 Gambaran stelata.
 Adanya mikrokalsifikasi sesuai kriteria Egan
 Ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis.
Tanda sekunder:
 Retraksi kulit atau penebalan kuli
 Bertambahnya vaskularisasi
 Perubahan posisi putting
 Kelenjar getah bening aksila (+)
 Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur
 Kepadatan jaringan sub areolar yang berbentuk utas.

4. USG
Suatu pemeriksaan ultrasound yang menggunakan gelombang bunyi
dengan frekuensi tinggi untuk mendapatkan gambaran jaringan pada
payudara. Gelombang bunyi yang tinggi ini bisa membedakan suatu
masa yang padat, yang kemungkinan kanker, dan kista yang berisi
cairan, yang kemungkinannya bukan kanker. USG dilakukan terutama
untuk membuktikan adanya massa kistik dan solid/padat yang
mengarah pada keganasan, dan pada perempuan dibawah usia 40
tahun.USG payudara juga merupakan cara radiologi yang cukup
efektif untuk deteksi dini kanker payudara, terutama dilakukan pada
pasien yang usianya relatif muda dan masih dalam masa reproduksi

34
sebab payudaranya msih keras dan akan lebih sulit untuk dilakukan
mamografi.
Posisi penderita terlentang dengan lengan diangkat keatas dan
diletakkan dibawah kepala.Kemudian dilakukan pemeriksaan secara
sistematik sesuai dengan arah jarum jam, sampai mencakup daerah
aksila dan dilakukan tindakan kompressi dan non kompressi apabila
dijumpai adanya lesi.
Indikasi USG Payudara
 Payudara yang padat pada mammografi
 Pada payudara wanita hamil, menyusui dan remaja
 Evaluasi lesi berbatas tegas pada temuan mammografi dan penyakit
fibrokistik
 Penuntun biopsy atau aspirasi

I. PROGNOSIS
Survival rates untuk wanita yang didiagnosis karsinoma mammae
antara tahun 1983-1987 telah dikalkulasi berdasarkan pengamatan,
epidemiologi dan hasil akhir program data, didapatkan bahwa angka 5-year
survival untuk stadium I adalah 94%, stadium IIa 85%, IIb 70%, dimana pada
stadium IIIa sekitar 52%, IIIb 48% dan untuk stasium IV adalah 18%
(Brunicardi FC, 2015).

J. DIFERENSIAL DIAGNOSIS
Berikut adalah beberapa penyakit tumor pada payudara yang bukan
merupakan pertumbuhan abnormal (bukan neoplasma):
1. Peradangan. Biasanya menimbulkan nyeri spontan dan nyeri tekan di
bagian yang terkena. Contoh peradangan payudara adalah Mastitis dan
nekrosis lemak traumatik. Peradangan tersebut dapat terjadi akibat proses
infeksi maupun bukan infeksi (Kumar et al, 2007; Price dan Wilson, 2006).
2. Galactocele. Adalah dilatasi kistik suatu duktus yang tersumbat yang
terbentuk selama masa laktasi. Selain menyebabkan “benjolan” yang nyeri,
kista mungkin pecah sehingga memicu reaksi peradangan lokal (Kumar et
al, 2007).

35
3. Perubahan Fibrokistik (Mammary dysplasia). Adalah kelainan akibat dari
peningkatan dan distorsi perubahan siklik payudara yang terjadi secara
normal selama daur haid. Perubahan fibrokistik dibagi menjadi perubahan
nonproliferatif dan perubahan proliferatif (Kumar et al, 2007).
Berikut adalah tumor payudara yang disebabkan pertumbuhan jaringan
abnormal (neoplasma):
1. Fibroadenoma mammae (FAM). Adalah tumor jinak tersering pada
payudara dan umumnya menyerang para remaja dan wanita dengan usia
<30 tahun. Berbatas tegas, konsistensi padat kenyal, muncul sebagai nodus
diskret, biasanya tunggal, mudah digerakkan, dan diameter 1-10 cm
(Kumar et al, 2007; Price dan Wilson, 2006).
2. Tumor Filoides. Diperkirakan berasal dari stroma intralobulus, jarang dari
fibroadenoma yang sudah ada. Tumor ini mungkin kecil (diameter 3
hingga 4 cm), tetapi sebagian besar tumbuh hingga berukuran besar/masif
sehingga payudara membesar. Sebagian besar tumor ini tetap lokalisata
dan disembuhkan dengan eksisi (Kumar et al, 2007).
3. Papiloma Intraduktus. Adalah pertumbuhan tumor neoplastik di dalam
suatu duktus. Gejala klinis berupa: (1) keluarnya discharge serosa atau
berdarah dari puting payudara; (2) adanya tumor subareola kecil, atau (3)
retraksi puting payudara (jarang terjadi) (Kumar et al, 2007).

36
BAB III
SIMPULAN

1. Kanker payudara menduduki peringkat dua kanker terbanyak yang terjadi


pada perempuan. Pencegahannya dapat dilakukan dengan pemeriksaan
rutin payudara.
2. Faktor risiko kanker payudara antara lain jenis kelamin wanita, usia > 50
tahun, riwayat keluarga dan genetik, riwayat penyakit payudara
sebelumnya, riwayat menstruasi dini (< 12 tahun) atau menarche lambat
(>55 tahun), riwayat reproduksi (tidak memiliki anak dan tidak menyusui),
hormonal, obesitas, konsumsi alkohol, riwayat radiasi dinding dada, faktor
lingkungan.
3. Penegakan diagnosis kanker payudara dapat dilakukan melalui prosedur
pemeriksaan klinis dan beberapa pemeriksaan penunjang, dengan Gold
standard diagnostik menggunakan pemeriksaan histopatologik
4. Skrining dan deteksi dini kanker payudara adalah pemeriksaan atau usaha
untuk menemukan abnormalitas yang mengarah pada kanker payudara
pada seseorang atau kelompok orang yang tidak mempunyai keluhan.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. American Cancer Society. Breast cancer. Dapat diakses di


http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003090-
pdf.pdf
2. Bickley LS. 2009. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan.
Jakarta: ECG
3. Bruicardi FC. 2015. Schwartz’s: Principles of surgery tenth edition.
Chicago: McGraw-Hill
4. Colditz GA, Bohlke K, Berkey CS. 2014. Breast cancer risk accumulation
starts early – prevention must also. Breast Cancer Res Treat, 145(3): 567-
579.
5. De jong W dan Sjamsuhidajat R. 2005. Ilmu Bedah. Jakarta: ECG
6. Depkes. 2015. Infodatin: Stop kanker. Jakarta: Kementerian kesehatan
Indonesia
7. Desen W (2011). Karsinoma Mamae. Dalam: Buku Ajar Onkologi Klinis.
Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
8. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku ajar patologi. 7 nd ed, Vol. 1.
Jakarta: Penerbit. Buku Kedokteran EGC, 2007.
9. Leksana, Mirzanie H. 2005. Chirurgica. Solo. Tosca Enterprise. Halaman
VIII.12-VIII.21
10. Machsoos, B. D. 2006. “Pendekatan Diagnostik Tumor Padat”. Buku Ajar
Penyakit Dalam, Edisi 4, Jilid 2. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Halaman 819-901.
11. Rumah Sakit Dokter Soetomo Surabaya. 2008. Pedoman Diagnosis dan
Terapi SMF Ilmu Bedah.Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. Halaman:108-114.
12. Tjindarbumi, 2000. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penaggulangannya,
Dalam: Deteksi Dini Kanker. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta.

38
13. WHO. 2017. Cancer. Dapat diakses di http://www.who.int/mediacentre/fa
ctsheets/fs297/en/
14. WHO. 2012. Breast cancer statistics. Dapat diakses di
http://www.wcrf.org/int/cancer-facts-figures/data-specific-cancers/breast-
cancer-statistics -- Breast cancer statistics.

39

Anda mungkin juga menyukai