Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

MASTEKTOMI

Disusun oleh :
Mela Try Rahayu
G4A018087

Pembimbing :
dr. Lopo Triyanto Sp.B (K) Onk

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO


FAKULTAS KEDOKTERAN
SMF ILMU BEDAH
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO

2020
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
MASTEKTOMI

Disusun oleh :
Mela Try Rahayu
G4A018087

Disusun untuk memenuhi syarat mengikuti kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu


Bedah RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Disetujui dan disahkan,


Pada tanggal Februari 2020

Pembimbing

dr. Lopo Triyanto Sp.B (K) Onk


I. PENDAHULUAN

Kanker payudara merupakan keganasan yang menyerang hampir sepertiga


dari seluruh keganasan yang dijumpai pada wanita. Ini menjadikan kanker
payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Menurut
WHO 2018 menunjukan kasus kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia
adalah kanker payudara, yakni 58.256 kasus atau 16,7% dari total 348.809 kasus
kanker. Kanker payudara memiliki angka mencapai 42,1 orang/100.000
penduduk, rata-rata mortalitas mencapai 17 orang/100.000 penduduk. Metastasis
atau penyebaran ke organ lain pada tubuh merupakan penyebab utama kematian.
Tatalaksana kanker payudara bertujuan untuk mencegah kekambuhan kanker baik
pada kelenjar payudara, aksila dan metastasis jauh. Untuk mencegah terjadinya
metastasis jauh dilakukan melalui usaha pemberian kemoterapi, terapi hormonal
ataupun terapi biologi yang lain. Sedangkan untuk mencegah terjadinya
kekambuhan lokal dan regional dapat dicapai melalui teknik pembedahan dan
radioterapi. Prosedur pembedahan pada kanker payudara dikerjakan baik untuk
diagnostik maupun untuk terapi yang dilakukan tergantung pada stadium. Pada
stadium dini maka pembedahan dapat dilakukan secara terbatas (dikenal dengan
BCT: breast conservating surgery) ataupun dengan teknik modifikasi radikal
mastektomi. Sedangkan pada stadium lanjut lokal teknik pembedahan dapat
berupa modifikasi radikal mastektomi sampai mastektomi radikal klasik. Dengan
perkembangan teknik pembedahan maka saat ini defek yang terjadi pada pasien
pasca operasi kanker payudara dapat dilakukan rekonstruksi baik dengan
transposisi lokal jaringan maupun melalui free flap. Pada kasus tertentu
pembedahan pada kanker payudara juga dilakukan pada stadium lanjut dengan
tujuan prosedur paliatif yang ditujukan baik untuk tumor primer maupun pada lesi
metastasis (Arif, 2015). Pada tinjauan pustaka ini, penulis hendak memaparkan
tipe tindakan pembedahan mastektomi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi
Payudara terdapat pada perempuan dan laki-laki yang merupakan
kelenjar aksesoris kulit yang berfungsi menghasilkan susu dan terletak pada
iga dua sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris
media (Snell, 2012). Batas Anatomi Payudara, yaitu:
Batas superior : Costae II atau kosta III (atau garis subclavicula)
Batas inferior : Costae VI atau VII (submammary fold line)
Medial : Garis parasternal
Lateral : Garis aksilaris anterior
Kelenjar ini dimiliki oleh perempuan dan laki-laki dan bentuknya sama
sebelum dewasa. Kelenjar payudara ini pada perempuan akan membesar dan
membentuk setengah lingkaran pada masa pubertas dan pada laki-laki tidak
terjadi pembesaran. Pembesaran kelenjar ini di bawah pengaruh hormon
ovarium dan merupakan akibat dari penimbunan lemak (Snell, 2012).

Gambar 2.1 Payudara Pada Wanita Dewasa (Snell, 2012)


Struktur-struktur Payudara, yaitu:
1) Papilla mammaria (terletak setinggi SIC 4, sekitar 4 cm dari garis tengah)
2) Areola mammaria
3) Sinus laciferus
4) Ductus lactiferous
5) Lobuli glandulae mammaria
Payudara merupakan kelenjar kulit khusus yang terdiri atas lemak,
kelenjar, dan jaringan ikat. Setiap payudara terdiri atas 15-30 unit dukto-
lobular fungsional yang tersusun radial di sekitar puting susu. Struktur pada
payudara terdapat lobus-lobus yang dipisahkan oleh septa jaringan ikat
(ligamentum suspensorium) yang berjalan dari fasia profunda menuju kulit di
atasnya. Duktus laktiferus keluar dari setiap lobus dan bersatu pada puting.
Terdapat pelebaran pada bagian terminal duktus laktiferus dan kemudian
terus ke puting susu di mana air susu dikeluarkan. Saluran utama tiap lobus
bermuara di papilla mammaria dan mempunyai ampulla yang melebar. Dasar
papilla mammaria dikelilingi oleh areola daerah gelap di sekitar puting susu
dan terdapat tonjolan-tonjolan kecil yang diakibatkan oleh kelenjar areola di
bawahnya (Faiz, 2008).
B. Fisiologi
Pada payudara terjadi perubahan yang dipengaruhi oleh hormon.
Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas,
masa fertilitas, sampai klimakterium, hingga menopause. Pada masa pubertas
pengaruh esterogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga
hormon hipofisis menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya asinus
(Sjamsuhidajat, 2010). Perubahan kedua terjadi sesuai dengan siklus haid.
Sekitar hari ke-8 haid, payudara membesar dan pada beberapa hari sebelum
haid selanjutnya terjadi pembesaran maksimal. Selama beberapa hari
menjelang haid, payudara menegang dan terasa nyeri. Perubahan terakhir
terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada masa kehamilan pembesaran
payudara terjadi karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus berproliferasi
dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior
memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus,
kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu yang dipicu oleh
oksitosin. Pada fase ketiga, yaitu pada pascamenopause terjadi involusi
kelenjar payudara di mana struktur kelenjar hilang diganti oleh lemak
(Sjamsuhidajat, 2010).
C. Vaskularisasi, Limfatik dan Inervasi
Suplai darah berasal dari arteri mammaria interna, yang merupakan
cabang A. subklavia. Pendarahan tambahan berasal dari A. aksilaris melalui
cabang A.torakalis lateralis, A.torako dorsalis, dan A. torako akromialis.
Aliran darah balik melalui vena mengikuti perjalanan arteri ke V. mamaria
interna dan cabang-cabang vena aksiliaris menuju V. kava superior.

a.thoraco-acromialis

a.Thoracalis lateralis a.Thoracalis medialis


(a. mamaria externa) (a. mamaria interna)
Vena mammae

Gambar 2.2 Vaskularisasi Mammae (Snell, 2012)

Penyaluran limfe dan mammae sangat penting peranannya dalam


metastase sel kanker.

a. Bagian terbesar disalurkan ke nodi lymphoidei axillares, terutama ke


kelompok pectoral, tetapi ada juga yang disalurkan ke kelompok apical,
subskapular, lateral, dan sentral.

Terdapat enam grup kelenjar getah bening axilla:

Gambar 2.3 Limfatik Mammae (Snell, 2012)


1. Kelenjar getah bening mammaria eksterna, terletak dibawah tepi
lateral m. pectorals mayor, sepanjang tepi medial aksila.
2. Kelenjar getah bening scapula, terletak sepanjang vasa
subskapularis dan thorakodorsalis, mulai dari percabangan v.
aksilaris menjadi v. subskapularis sampai ke tempat masuknya v.
thorako-dorsalis ke dalani m. latissimus dorsi.
3. Keleniar getah bening sentral (Central node), terletak dalam
jaringan lemak di pusat ketiak. Kelenjar getah bening ini relatif
mudah diraba dan merupakan kelenjar getah bening yang terbesar
dan terbanyak.
4. Kelenlar getah bening interpectoral (Rotter’s node), terletak
diantara m. pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami pektoralis
v. thorakoakromialis.
5. Kelenjar getah bening v. aksilaris, terletak sepanjang v. aksilaris
bagian lateral, mulai dari white tendon m. lattisimus dorsi sampai
ke medial dan percabangan v. aksilanis — v. thorako-akromalis.
6. Kelenjar getah bening subklavikula, mulai dari medial percabangan
v. aksilanis — v. thorako-akromialis sampai dimana v. aksilanis
menghilang dibawah tendon m. subklavius. Kelenjar ini
merupakan kelenjar axial yang tertinggi dan termedial letaknya.
Semua getah bening yang berasal dan kelenjar-kelenjar getah
bening aksila masuk ke dalam kelenjar ini.

b. Sisanya disalurkan ke nodi limphoidei infraclaviculares,


supraclaviculares, dan parasternales.

Cara lain untuk memudahkan kepentingan pemeriksaan patologi


anatomi adalah pembagian menjadi 3 Kelompok menurut Berg, yaitu:
Level I (lateral M. pektoralis minor), yaitu grup vena aksilaris (lateral),
grup mammaria eksterna dan grup scapular.
Level II (posterior M. pektoralis minor), yaitu grup sentral dan grup
interpectoralis.
Level III (medial M. pektoralis minor), yaitu subclavicularis
Gambar 2.4 Limfatik Mammae menurut Berg

Level III

level I

level II

Gambar 2.5 Limfatik axillaris

Persarafan kulit mammae diurus oleh cabang pleksus servikalis dan


nervus interkostalis. Jaringan kelenjar mammae sendiri dipersarafi oleh saraf
simpatik. Ada beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubung dengan
penyulit paralisis dan mati rasa pasca bedah, yakni nervus interkostobrakialis,
nervus kutaneus brakialis medialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila
dan bagian medial lengan atas. Pada diseksi aksila, saraf ini sukar
disingkirkan sehingga sering terjadi mati rasa pada daerah tersebut. 4 syaraf
nervus pektoralis yang menginervasi muskulus pektoralis mayor dan minor,
nervus torakodorsalis yang menginervasi muskulus latissimus dorsi, dan
nervus torakalis longus yang menginervasi muskulus serratus anterior sedapat
mungkin dipertahankan pada mastektomi dengan diseksi aksila.

Gambar 2.3 Inervasi Mammae (Snell, 2012)

D. Terapi Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi utama untuk pengobatan kanker
payudara stadium awal. Saat ini terapi pembedahan kanker payudara telah
mengalami kemajuan seiring dengan perkembangan pengetahuan perilaku
biologis (biologic behavior) kanker payudara. Pembedahan pada kanker
payudara bervariasi menurut luasnya jaringan yang diambil dengan tetap
berpatokan pada kaidah onkologi, yaitu eksisi luas dengan tepi dan dasar
sayatan bebas tumor (Purwanto, 2014). Dikenal berbagai macam terapi
pembedahan menurut lokasinya :
1. Terapi masalah lokal dan regional seperti mastektomi, breast
conserving surgery, diseksi aksila dan terapi terhadap rekurensi
lokal/ regional
2. Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormon seperti
oophorectomy
3. Terapi terhadap tumor metastasis, yang disebut metastasektomi
E. Mastektomi
Mastektomi adalah suatu tindakan pembedahan mengangkat
seluruh atau sebagian payudara, baik hanya pada satu sisi maupun pada
kedua sisi. Mastektomi umumnya dilakukan pada pasien-pasien dengan
kanker payudara, baik dengan tujuan terapi kuratif (mengangkat jaringan
tumor), diagnostik (insisi biopsi), maupun tujuan preventif (pengangkatan
payudara pada wanita dengan risiko tinggi terkena kanker payudara).
Penanganan kanker payudara bergantung pada beberapa faktor meliputi :
usia, kesehatan secara menyeluruh, status menopause, dimensi tumor,
tahapan tumor dan seberapa luas penyebarannya, stadium tumor dan
keganasannya, status reseptor hormon tumor, penyebaran tumor telah
mencapai kelenjar getah bening atau belum. Mastektomi atau tindakan
pembedahan adalah termasuk dalam terapi locoregional (Purwanto, 2014).
Tipe pembedahan mastektomi di antaranya adalah:
1. Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara
beserta kompleks putting-areolar, tanpa diseksi kelenjar getah
bening aksila. Indikasi: Tumor phyllodes besar, keganasan
payudara stadium lanut dengan tujuan paliatif, penyakit paget
tanpa massa tumor, DCIS (Purwanto, 2014).

Gambar 2.4 Mastektomi Simpel


2. Mastektomi Radikal Modifikasi
Mastektomi Radikal Modifikasi adalah tindakan
pengangkatan tumor payudara dan seluruh payudara termasuk
kompleks putting-areola, disertai diseksi kelenjar getah bening
aksilaris level I sampai II secara en bloc. Indikasi: kanker payudara
stadium I, II, IIIA dan IIIB. Bila diperlukan pada stadium IIIB,
dapat dilakukan setelah terapi neoadjuvan pengecilan tumor
(Purwanto, 2014).
Gambar 2.5 Mastektomi Radikal Modifikasi
3. Mastektomi Radikal Klasik
Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan
payudara, kompleks putting-areola, otot pektoralis mayor dan
minor, serta kelenjar getah ening aksilaris level I, II, III secara en
bloc. Indikasi: kanker payudara stadium IIIB yang masih operable,
tumor dengan infiltrasi ke muskulus pektoralis mayor (Purwanto,
2014).

Gambar 2.6 Mastektomi Radikal


4. Mastektomi Subkutan (Nipple-Sparing Mastectomy)
Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan
payudara beserta tumor, nipple dan kulit dipertahankan,
kemungkinan sel kanker tertinggal (Purwanto, 2014).
5. Mastektomi Parsial atau Segmental
Mastektomi parsial merupakan breast-conserving therapy-
terapi penyelamatan payudara yang akan mengangkat bagian
payudara dimana tumor bersarang. Prosedur ini biasanya akan
diikuti dengan terapi radiasi untuk mematikan sel kanker pada
jaringan payudara yang tersisa. Sinar X berkekuatan penuh akan
ditembakkan pada beberapa bagian jaringan payudara. Radiasi
akan membunuh kanker dan mencegahnya menyebar ke bagian
tubuh yang lain (Purwanto, 2014).

Gambar 2.7 Mastektomi Parsial

F. Teknik Operasi Mastektomi


Secara singkat tekhnik operasi dari mastektomi radikal modifikasi
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Penderita dalam general anaesthesia, lengan ipsilateral dengan yang
dioperasi diposisikan abduksi 900, pundak ipsilateral dengan yang
dioperasi diganjal bantal tipis.
2. Desinfeksi lapangan operasi, bagian atas sampai dengan pertengahan
leher, bagian bawah sampai dengan umbilikus, bagian medial sampai
pertengahan mammma kontralateral, bagian lateral sampai dengan
tepi lateral skapula. Lengan atas didesinfeksi melingkar sampai
dengan siku kemudian dibungkus dengan doek steril dilanjutkan
dengan mempersempit lapangan operasi dengan doek steril
3. Bila didapatkan ulkus pada tumor payudara, maka ulkus harus ditutup
dengan kasa steril tebal ( buick gaas) dan dijahit melingkar.
4.    Dilakukan insisi (macam –macam insisi adalah Halsted, Orr, Stewart,
insisi S) dimana garis insisi paling tidak berjarak 2 cm dari tepi tumor,
kemudian dibuat flap.

Gambar 2.8 Insisi a. Halsted, b. Orr, c. Stewart, d. insisi S


5.    Flap atas sampai dibawah klavikula, flap medial sampai parasternal
ipsilateral, flap bawah sampai inframammary fold, flap lateral sampai
tepi anterior m. Latissimus dorsi dan mengidentifikasi vasa dan. N.
Thoracalis dorsalis
6.    Mastektomi dimulai dari bagian medial menuju lateral sambil
merawat perdarahan, terutama cabang pembuluh darah interkostal di
daerah parasternal. Pada saat sampai pada tepi lateral m.pektoralis
mayor dengan bantuan haak jaringan maamma dilepaskan dari m.
Pektoralis minor dan serratus anterior (mastektomi simpel). Pada
mastektomi radikal otot pektoralis sudah mulai
7.    Diseksi aksila dimulai dengan mencari adanya pembesaran KGB
aksila Level I (lateral m. pektoralis minor), Level II (di belakang m.
Pektoralis minor) dan level III ( medial m. pektoralis minor). Diseksi
jangan lebih tinggi pada daerah vasa aksilaris, karena dapat
mengakibatkan edema lengan. Vena-vena yang menuju ke jaringan
mamma diligasi. Selanjutnya mengidentifikasi vasa dan n. Thoracalis
longus, dan thoracalis dorsalis, interkostobrachialis. KGB internerural
selanjutnya didiseksi dan akhirnya jaringan mamma dan KGB aksila
terlepas sebagai satu kesatuan (en bloc)
8.    Lapangan operasi dicuci dengan larutan sublimat dan Nacl 0,9%.
9.    Semua alat-alat yang dipakai saat operasi diganti dengan set baru,
begitu juga dengan handschoen operator, asisten dan instrumen serta
doek sterilnya.
10. Evaluasi ulang sumber perdarahan
11. Dipasang 2 buah drain, drain yang besar ( redon no. 14) diletakkan
dibawah vasa aksilaris, sedang drain yang lebih kecil ( no.12)
diarahkan ke medial.
12. Luka operasi ditutup lapais demi lapis
G. Perawatan Pasca Bedah
Adapun perawatan pasca bedah mastektomi, yaitu:
1) Jahitan pada kulit dilepas sekitar minggu ke 2-3
2) Drain diangkat jika produksi masing-asing drain < 10 cc/hari
3) Mobilisasi lengan sedini mungkin
 Hari 1-2 mobilisasi aktif – duduk, latihan sendi siku, pergelangan
tangan dan jari tangan sisi daerah yang dioperasi (latihan
isometrik).
 Hari ke 3 dan selanjutnya bertahap latihan sendi bahu.
 Hari ke 6 diharapkan penderita dapat mengerakkan tangan sisi
operasi hinga mencapai telinga sisi yang sehat.
4) Bila tidak ada tanda-tanda komplikasi pasca operasi dan bila
diperlukan kemoterapi dapat dimulai 2 minggu pasca operasi
H. Tujuan Pembedahan Mastektomi
Berdasarkan tujuan terapi pembedahan, mastektomi dibedakan
menjadi dua macam yaitu tujuan kuratif dan tujuan paliatif:
1. Prinsip terapi bedah kuratif adalah pengangkatan seluruh sel kanker
tanpa meninggalkan sel kanker secara mikroskopik. Terapi bedah
kuratif ini dilakukan pada kanker payudara stadium dini (stadium 0, I
dan II).
2. Terapi bedah palliatif adalah untuk mengangat kanker payudara secara
makroskopik dan masih meninggalkan sel kanker secara mikroskopik.
Pengobatan bedah palliatif ini pada umumnya dilakukan untuk
mengurangi keluhan-keluhan penderita seperti perdarahan, patah
tulang dan pengobatan ulkus, dilakukan pada kanker payudara stadium
lanjut, yaitu stadium III dan IV.
I. Indikasi Mastektomi
Indikasi operasi mastektomi Menurut Engram (2009) indikasi
operasi mastektomi dilakukan pada kanker payudara stadium 0 (insitu), I,
II, keganasan jaringan lunak pada payudara, dan tumor jinak payudara
yang mengenai seluruh jaringan payudara (misal: phyllodes tumor).
J. Kontra Indikasi Mastektomi
Kontra Indikasi operasi mastektomi adalah tumor melekat dinding
dada, edema lengan, nodul satelit yang luas, dan mastitis inflamatoar
(Engram, 2009).
K. Komplikasi Mastektomi
Komplikasi operasi mastektomi dibedakan menjadi fase dini dan
fase lambat. Fase dini meliputi pendarahan, lesi n. thoracalis longus
menyebabkan kelumpuhan otot seratus anterior (wing scapula), dan lesi n.
thoracalis dorsalis menyebabkan kelumpuhan otot lattisimus dorsi. Lesi n.
interkostobrakhialis menyebabkan rasa hipestesi pada sisi medial lengan
atas. Fase lambat meliputi infeksi, nekrosis flap, seroma, edema lengan,
dan kekakuan sendi (Engram, 2009).
III. KESIMPULAN

1. Kanker payudara merupakan keganasan yang menyerang hampir sepertiga


dari seluruh keganasan yang dijumpai pada wanita sebagai kanker yang
paling banyak ditemui pada wanita.
2. Mencegah terjadinya metastasis jauh dilakukan melalui usaha pemberian
kemoterapi, terapi hormonal ataupun pembedahan.
3. Salah satu pembedahannya yaitu mastektomi, tujuan mastektomi sebagai
terapi bedah kuratif maupun palliative.
4. Tipe pembedahan mastektomi yaitu mastektomi simpel, Mastektomi
Radikal Modifikasi, Mastektomi Radikal klasik, mastektomi subkutan,
mastektomi parsial atau segmental.
5. Perawatan pasca bedah mastektomi perlu diperhatikan jika ada komplikasi
fase dini maupun fase lambat.
DAFTAR PUSTAKA

Kwon DS, Kelly CM, CHING CD. Invasive Breast Cancer. In. Feig BW, Ching
CD. The MD Anderson Surgical Surgical Oncology Handbook. 5th
edition. Philadelphia. Lippincott Wiliam and Wilkins; 2012.P.43- 59.

Arif, W. 2015. Pembedahan Pada Tumor Payudara. Journal Kedokteran Andalas.


Vol. 38(1): 54-62.

Snell, R. S. 2012. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Dialih bahasakan oleh


Sugarto L. Jakarta: EGC.

Faiz, O., Moffat, D. 2008. At a Glance Anatomi. Jakarta: Erlangga.

Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta : EGC

Purwanto, H. 2014. Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara. Jakarta: Peraboi

Engram, B. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai