1. Vulnus apertum simpisis: Luka atau fraktur pada simfisis mandibula dengan
tepi tidak beraturan.
2. Allo anamnesa: anamnesa atau keterangan yg didapat oleh orang lain.
3. GCS E4V4M5: penilaian yg dilakukan untuk menilai kesadaran orang lain.
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MASALAH
1. Apa diagnosa dari scenario? fraktur mandibula
2. Penanganan pertama apa yg dilakukan ?
Primary Survey:- air way: memeriksa ada tidaknya benda asing yg menghalangi jalan napas
- breathing: memerhatikan proses respirasi
- circulation: adanya perdarahan atau tidak
- diability: ukuran dan retraksi pupil
- exposure: pemeriksaan kembali bagian tubuh yang terluka
Secondary airway: anamnesa, pemeiksaan fisik, pemeriksaan penunjang
3. Apa hubungan nilai GCS pada pasien dgn dengan penanganan pertama pada pasien? Untuk
menentukan klasifikasi cidera pasien. Apbila cidera nya parah, makan penanganannya juga akan lebih
kompleks. GCS, menilai keparahan cidera pasien. GCS sesuai scenario termasuk sedang (13), jadi
penanganannya disesuaikan dengan klasifikasi cideranya.
4. Dampak yang terjadi jika tidak ditangani? Disebutkan bahwa fraktur apabila tidak ditangani akan
membuat banyak komplikasi pada pasien seperti sulit berbicara maupun mengunyah.
5. Pemeriksaan penunjang pada kasus di skenario? Pemeriksaan penunjang
pemeriksaan radiografi.
6. Apa penanganan lanjutan pada skenario? Kontrol rasa sakit dengan analgesik yang
cukup kuat seperti pentazosin, Kontrol infeksi dengan antibiotik, Stabilisasi sementara
dengan perban barel, Diet dan menjaga ohis, Instruksi pergerakan rahang perlahan
Follow up.
7. Bagaimana prognosis pada kasus dalam skenario? Tergantung kepararahan fraktur
dan ada atau tidaknya komplikasi pasca fraktur seperti malunion dan nonunion, serta tata
laksana dari tim medis terhadap pasien dengan korban fraktur. Jika penanganan cepat,
maka prognosisnya akan lebih baik dan sebaliknya Usia yang lebih muda prognosisnya
lebih bagus dibandingkan usia lanjut.
8. Apa komplikasi dari skenario? Apabila tidak ditangani rasa nyeri terjadi, estetik jelek,
infeksi. Apabila sudah ditangani terdapat gangguan penyembuhan malunion dan union,
merupakan keterlambatan penyembuhan.
TOPIC TREE
Fraktur
Mandibula
Tingkat
Kesadaran
SASARAN BELAJAR
1. Definisi fraktur mandibula
2. Klasifikasi fraktur mandibula
3. Etiologi fraktur mandibula
4. Epidemiologi fraktur mandibula
5. Pemeriksaan fraktur mandibula
6. Pemeriksaan Tingkat kesadaran fraktur mandibula
7. Penanganan fraktur mandibula
8. Komplikasi fraktur mandibula
9. Prognosis fraktur mandibula
DEFINISI FRAKTUR MANDIBULA
◦ Fraktur mandibula merupakan suatu kondisi terputusnya
kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan pada mandibula yang
disebabkan oleh ruda paksa, dapat berupa trauma langsung dan
trauma tidak langsung.
◦ Garis fraktur pada mandibula biasa terjadi pada area lemah dari
mandibula tergantung mekanisme trauma yang terjadi.
◦ Pada fraktur mandibula, fragmen yang fraktur mengalami displaced
akibat dari tarikan otot-otot mastikasi.
Mesuri, 2014
KLASIFIKASI FRAKTUR MANDIBULA
◦ Fraktur mandibula dapat diklasifikasikan secara letak anatomis yang menunjukkan
regio-regio pada mandibula yaitu:
Wijaya, 2013
Cascarini, 2020
Perawatan pada simfisis mandibula:
a. Reduksi/Reposisi:
b. Fiksasi
c. Immobilisasi
Pasca Pembedahan:
a. Radiografi pasca pembedahan
b. Instruksi kepada pasien tentang kebersihan mulut dan obat kumur antibakteri
c. Diet lunak selama 6 minggu
d. Menjelaskan kemungkinan pembengkakan dan trismus pasca bedah
Cascarini, 2020
Komplikasi Fraktur Mandibula
1. Delayed Union
◦ Proses penyatuan tulang yang terlambat
2. Non union
◦ Fraktur tulang yang gagal menyatu.
3. Malunion
◦ Keadaan tulang patah yang mengalami penyatuan dengan fragmen fraktur
namun berada dalam posisi tidak benar.
Adjie, 2017
Prognosis Fraktur Mandibula
◦ GCS berentang dari 3 - 15.
◦ Skor rendah berindikasikan prognosis yang buruk.
◦ Prognosis fraktur mandibula baik bila penatalaksanaan dilakukan sesuai
prosedur dari tahap reduksi, fiksasi, immobilisasi maupun rehabilitasi.
◦ Jika tidak dilakukan sesuai prosedur maka prognosis menjadi buruk karena
akan memperburuk keadaan.
Lee, 2020
DAFTAR PUSTAKA
◦ Adjie RKF. 2017. Clinical Application of Bone Morphogenetic Protein on Fracture Healing Process. Journal Orthopaedi and Traumatology Surabaya; 6 (02):2.
◦ Bhagol A, Singh V, Kumar I, Verma A. 2013. Prospective Evaluation of a New Classification System for the Management of Mandibular Subcondylar Fractures. J Oral
Maxillofac Surg. ; 68(6).
◦ Cascarini et al. 2020. Buku Saku Bedah Mulut dan Maksilofasial. EGC.
◦ Hakim AHA, Adhani R, Sukmana BI.2016. Deskripsi Fraktur Mandibula pada Pasien Rumah Sakit Umum Daera Ulin Banjarmasin Periode Juli 2013 - Juli 2014.
DENTINO Jurnal Kedokteran Gigi; 1 (2) : 191-196.
◦ Joachim M., et al. 2019. Trigeminal Neuropathy After Mandibular Fractures: Epidemiology and Neurophysiologic Diagnosis. J Craniofac Surg.; 30(4)
◦ Johnson JT, Rosen CA. Mandibular Fracture in Bailey′s Head and Neck Surgery.Fifth Edition. Baltimore: S4Charlisle Publishing Service; 2014. P.1229-1241.
◦ Joshi, U.M., Ramdurg, S., Saikar, S. et al. 2018. Brain Injuries and Facial Fractures: A Prospective Study of Incidence of Head Injury Associated with Maxillofacial
Trauma. J. Maxillofac. Oral Surg. ;17: 531–537.
◦ Lumbantobing VBM, Anna A. 2015. Pengaruh Stimulasi Sensori Terhadap Nilai Glaslow Coma Scale Pada Pasien Cedera Kepala Di Ruang Neurosurgical Critical Care
Unit Rsup Dr. Hasan Sadikin Bandung. Jurnal Ilmu Keperawatan; 3(2).
◦ Marantson N. 2019. Penggunaan Arch Bar pada Fraktur Dentoalveolar. Majalah Biomorfologi; 49(1): 19-24.
◦ Mesuri R, Huriani E. 2014. Hubungan Mekanisme Koping dengan Tingkat Stres Pada Pasien Fraktur. Ners Jurnal Keperawatan; 10(1): 66-74, 66.
◦ Putri RAD, Pamungkas KA, Mursali LB. 2015. Angka Kejadian Fraktur Mandibula Berdasarkan Lokasi Anatomis Di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Periode
Januari 2011 – Desember 2013. JOM FK ; 1(2): 1-14.
◦ Reksodiputro MH, Aldino N. 2017. Penatalaksanaan Fraktur Simfisis Mandibula dengan Dua Perpendicular Mini-Plates. ORLI; 47(2): 186-188.
◦ Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.