Anda di halaman 1dari 38

SEMINAR PROPOSAL

H U B U N G A N P E N YA K I T K O M O R B I D
PA D A PA S I E N F R A K T U R T U L A N G
PA N J A N G L A N S I A T E R H A D A P L A M A
R AWA T I N A P P A S C A B E D A H D I R S U D
A B D U L WA H A B S J A H R A N I E S A M A R I N D A

YOHANES ABELIO DIRGUSMA DALUNG (1710015071 )

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS


MULAWARMAN
BAB 1

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

01 Fraktur merupakan kondisi dimana terjadinya kerusakan kontinuitas jaringan

. normal tulang. Jika terjadi fraktur maka kemungkinan besar jaringan lunak
dan vaskularisasi pada daerah sekitar fraktur akan mengalami kerusakan.
(Black & Hawks, 2014)

02 Insiden fraktur ekstremitas bawah memiliki prevalensi yang tinggi pada


kecelakaan yaitu sekitar 40%. pada tahun 2018 tercatat 5,5% kasus patah

.
tulang di Indonesia. Sedangkan di Kalimantan Timur tercatat terdapat 3,50 %
kasus.
(RISKESDAS,2018)
01.
Jumlah pasien yang mengalami fraktur di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda sebanyak 657 orang dari 32.004 pasien atau sekitar 2,05% pada tahun
2016.
.

02
(Krisdiyana, 2019)

Data RISKESDAS merekam rentan usia kelompok yang mengamali cidera patah
tulang paling banyak terdapat pada usia 65 tahun keatas dengan angka sebesar

.23,8%
(RISKESDAS, 2018)
01.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemulihan kasus patah tulang antara lain
jenis, umur dan lokasi fraktur, kemudian banyaknya pecahan fraktur yang
mengalami perubahan. posisi, kondisi vaskulariasi pada tempat yang mengalami
fraktur dan ada atau tidaknya penyakit komorbid

02(Solomon et al, 2014)

Secara teori, fraktur pada pasien lansia memiliki penyembuhan yang lebih panjang
akibat adanya penyakit bawaan. Hipertensi dan diabetes dapat menyebabkan

.menurunnya densitas mineral tulang sehingga memiliki waktu pemulihan yang


lebih panjang.

(Kepel, 2019)
Diabetes mellitus merupakan syndrome metabolik yang meningkatkan

01.
kemungkinan terjadinya fraktur, mengitervensi pembentukan tulang dan
penyembuhan fraktur, diabetes tipe 1 (DM1) dan diabetes tipe 2 (DM2)
.
keduanya memliki kemampuan untuk meningkat resiko terjadinya fraktur dan
memiliki kemampuan lain untuk mempengaruhi tulang.

02(Hongli Jiao,E. Xiao, 2019)


Fraktur tibial plateu adalah fraktur yang paling sering dialami oleh pasien lansia.
Evaluasi awal dalam penanganan kasus seperti ini adalah penilaian jaringan lunak

.sekitar dan ligamen sekitarnya penangan pada kasus seperti ini kadang akan
dipersulit jika pasien lansia memiliki penyakit komorbid

(Rozell et al., 2016)


Dikatakan bahwa usia memiliki hubungan yang signifikan terhadap lama rawat

01.
inap, semakin tua pasien yang mengalami fraktur akan mengalami lama rawat
inap yang lebih lama.
.

02(Delubis, 2013)
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rozi (2021) menyatakan bahwa usia
tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap lama rawat inap pada pasien

.fraktur
Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti


menetapkan rumusan masalah penelitian sebagai
berikut:

Apakah ada hubungan penyakit komorbid pada


fraktur tulang panjang lansia terhadap lama
rawat inap RSUD Abdul Wahab Sjharanie
Samarinda?
Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan penyakit komorbid


terhadap lama rawat inap pada pasien fraktur
lansia di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda
Manfaat Penelitian

• Bagi peneliti : Mendapatkan manfaat dari penelitian


yang dilakukan dan mengamalkan ilmu yang
telah ditimba selama menjalani masa studi di Program
Studi Kedokteran Universitas Mulawarman

• Bagi institusi akademik : Menjadi sumber literasi tambahan,baik


sebagai bahan acuan penelitian
selanjutnya maupun sebagai sumber bacaan di bidang
orthopedic khususnya untuk topik fraktur
ekstrimitas pada geriatri
BAB II

TINJAUAN
P U S TA K A
Struktur
tulang

(Setiawati, 2018)
Etio dan
Patofisiolgi
Proses terjadinya patah tulang melalui 2 mekanisme yaitu melalui trauma
langsung dan trauma tidak langsung. Kebanyakan terjadi patah tulang akibat
kegagalan tulang dalam mengkompensasi tekanan membengkok, memutar, dan
tertarik.
(Noor,2016)
Manifestasi
Klinis &
Diagnosis
• Pasien tidak dapat menggerakan bagian yang mengalami trauma
• Nyeri
• Luka dan memar
• Deformitas dapat menguatkan gambaran bahwa pasien mengalami fraktur

(Solomon et al,2018)

Anamnesis: Pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan


penunjang laboratorium

• Nyeri • • Kadar alkalin


Pemeriksaan look,feel, move
• Mekanisme • fosfat
X-Ray
terjadinya • Kalsium & fosfor
trauma • Enzim otot
(Noor,2016) (Solomon et al,2018) (Noor,2016)
talaksana
• Initial assessment
• Pengelolaan fraktur sesuai prinsip 4R:
- Rekognisi
- Reduksi (Noor, 2016)
- Retensi
- Rehabilitiasi

• Non operatif: Gips (plaster), traksi


• Operatif : ORIF, OREF (Solomon et al,2018)
Komplikasi
fraktur
Menurut Noor (2016) ada komplikasi awal yang dapat terjadi
pada kasus pasien fraktur;
• Syok
• Kerusakan arteri
• Sindrom kompartemen
• Infeksi
• Avaskular nekrosis
• Sindrom emboli lemak
Sedangkan menurut (Solomon et al,2018) terdapat komplikasi lama
berupa ;
• Delayed union
• Mal-union
• Non-union
Proses
penyembuhan
fraktur
Pada kasus fraktur dapat melalui 2 macam mekanisme
penyembuhan:
• Primary Healing
• Secondary Healing : -Haematoma Formation,
-Inflammation
-Soft callus formation
-Hard callus formation
(Solomon et al,2018)
- Remodelling
Fraktur pada
Lansia
Pasien geriatri terus meningkat seiring dengan peningkatan lansia di dunia, Pasien
geriatri memiliki berbagai macam komplikasi, salah satunya pada bidang ortopedi
adalah fraktur femur proksimal. Fraktur femur merupakan komplikasi yang
mampu memperburuk kualitas hidup lansia. Hal tersebut berhubungan dengan
kecacatan serta komplikasi yang diakibatkan oleh fraktur femur

(Sulistyaningsih & Aryana, 2016)


Fraktur dengan
Penyakit
Komorbid

(Wei et al., 2019)


Fraktur dengan
Hipertensi
• Hipertensi merupakan penyakit kronis yang berkembang seiring dengan
terjadinya pertambahan usia sama halnya dengan osteoporosis. Berbagai
macam bentuk kelainan metabolisme kalsium terjadi akibat adanya
hipertensi tersebut, seperti turunnya densitas tulang, dan faktor penentu
terjadinya fraktur
(Pérez-Castrillón et al., 2005)

• Hipertensi berperan secara langsung dalam proses penurunan densitas


mineral pada tulang, dalam hal ini keadaan hipertensi mempengaruhi
keadaan pasokan darah pada tulang. Pada pasien yang mengalami hipertensi
yang meminum obat hipertensi juga memiliki efek pada tulang

(Kepel & Lengkong, 2020)


Fraktur dengan
Diabetes Melitus
• diabetes mempengaruhi kemungkinan terjadinya kejadian fraktur serta mempengaruhi
keadaan penyembuhan tulang dan angiogenesis, secara tidak langsung diabetes
menurunkan angiogenesis dan VEGFA (Vascular Endothelial Growth Factor-A)

(Lim et al., 2017)

• Secara substansi diabetes mempengaruhi metabolisme dan penyembuhan jaringan


lunak, meningkatkan resiko terjadi komplikasi dalam proses penyembuhan patah
tulang. Diabetes secara signifikan meningkatkan terjadi nya kasus mal-union, non-
union, dan terjadi infeksi dalam proses perawatan pasien berbagai kasus patah tulang
bagian ekstrimitaS bawah

(Gortler et al., 2018)


faktor faktor yang
mempengaruhi Lama Rawat
Inap Pasien Fraktur Lansia
• terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi lama rawat inap pasien. Yang pertama
merupakan faktor usia, jenis kelamin, lokasi fraktur, klasifikasi fraktur serta penyakit
komorbid yang terdapat pada pasien tersebut

(Nadhifah, 2019)

• terdapat hubungan antara penyakit penyerta dengan lama rawat inap pasca bedah. Pada
pasien yang terdiagnosis penyakit penyerta, pasien tersebut akan memiliki resiko lebih
tinggi untuk menjalani masa rawat inap yang lebih panjang dibandingan dengan pasien
yang tidak terdiagnosis memiliki penyakit penyerta

(Rahmayati et al., 2017)


KERANGKA TEORI
BAB III

KERANGKA
KONSEP
KERANGKA KONSEP
Hipotesa Penelitian
• (H0) Tidak terdapat hubungan penyakit komorbid diabetes mellitus pada pasien fraktur
lansia terhadap lama rawat inap pasca bedah di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
• (H1) Terdapat hubungan penyakit komorbid diabetes mellitus pada pasien fraktur lansia
terhadap lama rawat inap pasca bedah di RSUD Abdul Wahab Sjahranie.

• (H0) Tidak terdapat hubungan penyakit komorbid Hipertensi pada pasien fraktur lansia
terhadap lama rawat inap pasca bedah di RSUD Abdul Wahab Sjahranie.
• (H1) Terdapat hubungan penyakit komorbid hipertensi pada pasien fraktur lansia terhadap
lama rawat inap pasca bedah di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
BAB IV

METODOLOGI
PENELITIAN
DESAIN PENELITIAN
● DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah analitik


observasional dengan bentuk Cross sectional. Jenis penelitian yang
dilakukan ini dengan mencari hubungan antara faktor resiko (variabel
bebas) dengan efek (variabel terikat) dengan pengambilan data dalam
kurun waktu tertentu (Sastroasmoro, 2011)

● Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2021, Penelitian ini


di lakukan di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Populasi dan Sampel

● POPULASI

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien fraktur tulang


panjang lansia yang menjalani proses rawat inap pasca bedah di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

● SAMPEL

seluruh pasien fraktur tulang panjang lansia yang tercatat pada


rekam medis memiliki penyakit hipertensi maupun diabetes mellitus serta
pernah menjalani proses rawat inap pasca bedah di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda dalam kurun waktu Januari 2019 - Desember 2020
Cara pengambilan
sampel

● TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

Sampel penelitian ini diambil secara purposive sampling dengan


sampel penelitian seluruh pasien lansia yang mengalami fraktur tulang
panjang di RSUD Abdul Wahab Sjahranie yang menjalani rawat inap
pasca bedah yang memenuhi kriteria oleh peneliti.
PENENTUAN BESAR
SAMPEL

● Besar sampel minimum penelitian ini menggunakan rumus


estimasi proporsi
KRITERIA EKSLUSI
-Pasien yang memiliki penyakit komorbidselain hipertensi dan
diabetes
-Pasien dengan rekam medis tidak lengkap
-Pasien dengan fraktur patologis

SUMBER DATA

data sekunder yang diambil dari ruang rekam


medik RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda
IDENTIFIKASI VARIABEL

Variabel bebas: penyakit komorbid


Variabel terikat: lama rawat inap pasca
bedah
Pengolahan data : Penyajian data:

Seluruh data yang didapatkan dari rekam Seluruh data yang disajikan akan disajikan
mediskemudian akan diolah menggunakan secara benar adanya dan jelas dalam bentuk
program computer Microsoft Word, dan SPSS tabel yang telah diolah dan penjelasan pada
Statistic25. table yang telah dilampirkan..

Analisa Data

-Analisa Bivariat : Tabel dan Narasi


-Analisa Univariat:Chi-Square
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai