Anda di halaman 1dari 7

DEFINISI FRAKTUR MANDIBULA

Fraktur didefinisikan sebagai deformitas linier atau terjadinya diskontinuitas tulang yang
disebabkan oleh ruda paksa. Fraktur dapat terjadi akibat trauma atau karena proses patologis.
Fraktur mandibula adalah putusnya kontinuitas tulang mandibula

Jonas T. Johnson, Clark A. Rosen. Mandibular Fracture in Bailey′s Head and Neck
Surgery.Fifth Edition. 2014. P.1229-1241.

Fraktur mandibula merupakan kondisi diskontinuitas tulang mandibula yang diakibatkan oleh
trauma wajah ataupun keadaan patologis. Fraktur mandibula dapat ditunjukkan dengan
adanya rasa sakit, pembengkakan, nyeri tekan, maloklusi, patahnya gigi, adanya gap, tidak
ratanya gigi, tidak simetrisnya arkus dentalis, adanya laserasi intra oral, gigi yang longgar dan
krepitasi. 

Reksodiputro MH, Aldino N. 2017. Penatalaksanaan fraktur simfisis mandibula dengan dua
perpendicular mini-plate. ORLI. 47(2): 185-92.

Johnson JT, Rosen CA. Mandibular Fracture in Bailey′s Head and Neck Surgery.Fifth
Edition. Baltimore: S4Charlisle Publishing Service; 2014. P.1229-1241

Fraktur didefinisikan sebagai patah atau pecahnya kontinuitas struktur anatomi normal tulang
karena adanya kekuatan atau beban berlebihan yang menghasilkan 2 atau lebih fragmen
tulang yang terlibat (Passi D, 2017).

Passi D, et al. Newer Proposed Classification of Mandibular Fractures A Critical Review


with Recent Updates. Annals of Medical and Health Sciences Research. 2017: 7(5); 314-316.

ANATOMI MANDIBULA

ETIOLOGI FRAKTUR MANDIBULA

Benturan yang keras pada wajah dapat menimbulkan fraktur mandibula. Toleransi mandibula
terhadap benturan lebih tinggi daripada tulang-tulang wajah yang lain. Fraktur mandibula
lebih sering terjadi daripada fraktur tulang wajah yang lain karena bentuk mandibula yang
menonjol sehingga sensitif terhadap benturan. Pada umumnya fraktur mandibula disebabkan
oleh karena trauma langsung. Fraktur mandibula dapat disebabkan oleh trauma maupun
proses patologik. Menurut Kruger, 69% dari fraktur mandibula disebabkan oleh kekerasan
fisik, 27% kecelakaan, 2% karena olahraga dan 4% faktor patologik, sedangkan fraktur
patologis dapat disebabkan oleh kista, tumor tulang, osteogenesis imperfekta, osteomielitis,
osteoporosis, atropi atau nekrosis tulang.

Rahul Gupta, Suhanya Suryanarayan. Traumatic Mandibular Fracture: Pendulum Swinging


Toward Closed Reduction. Accesed 6 Agustus 2014.

KLASIFIKASI FRAKTUR MANDIBULA

PEMERIKSAAN FRAKTUR MANDIBULA

PENANGANGAN FRAKTUR MANDIBULA

KOMPLIKASI DARI FRAKTUR MANDIBULA

Menurut Helmi (2014), Secara umum komplikasi fraktur terdiri atas komplikasi awal dan
komplikasi lama yaitu, sebagai berikut:

2.5.1 Komplikasi awal

1. Syok Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler
yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Hal 8 ini biasanya terjadi pada fraktur. Pada
beberapa kondisi tertentu, syok neurogenik sering terjadi pada fraktur femur karena sakit
yang hebat pada pasien.

2. Kerusakan arteri Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai oleh: tidak adanya nadi, CRT
(Cappillary Refill Time) menurun, sianosis bagian distal, hematoma yang lebar serta dingin
pada ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi pembidaian, perubahan posisi
pada orang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.

3. Sindrom kompartemen Sindrom kompartemen adalah suatu kondisi dimana tejadi


terjebaknyaotot, tulang, syaraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut akibat suatu
pembengkakan dari edema atau perdarahan yang menekan otot, syaraf, dan pembuluh darah.
Kondisi sindrom kompartemen akibat komplikasi fraktur hanya terjadi pada fraktur yang
dekat dengan persendian dan jarang terjadi pada bagian tengah tulang. Tanda khas untuk
sindrom kompartemen adalah 5P, yaitu: pain (nyeri lokal), paralysis (kelumpuhan tungkai),
pallor (pucat bagian distal), parestesia (tidak ada sensasi) dan pulsesessness (tidak ada denyut
nadi, perubahan nadi, perfusi yang tidak baik, dan CRT > 3 detik (pada bagian distal kaki).
4. Infeksi Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
ortopedik infeksi dimulai pada kulit (superfisial) danmasuk kedalam. Hal ini biasanya terjadi
pada kasus fraktur tebuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan
seperti pin (ORIF dan OREF) atau plat.

5. Avaskular nekrosis Avaskular nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak
atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya
Volkman’s Ischemia.

6. Sindrom emboli lemak Sindrom emboli lemak FES (fist embolism syndrom) adalah
komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena
sel-sel lemak yang dihasilkan sumsum tulang kuning masuk ke aliran darah dan
menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan
pernafasan, takikardi, hipertensi, takipnea, dan demam

2.5.2 Komplikasi Lama Menurut Helmi (2014), Secara umum komplikasi fraktur terdiri atas
komplikasi awal dan komplikasi lama yaitu, sebagai berikut:

1. Delayed Union. Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan
waktu yang dibutuhkan tulang untuk sembuh atau tersambung dengan baik. Ini disebabkan
karena penurunan suplai darah ke tualang. Delayed Union adalah fraktur yang tidak sembuh
setelah selang waktu 3-5 ulan (tiga bulan untuk anggota gerak atas dan lima bulan untuk
anggota gerak bawah).

2. Non-union. Disebut non-union apabila fraktur tidak sembuh dalam waktu antar 6-8 bulan
dan tidak terjadi konsolidasi sehingga terdapat konsolidasi sehingga terdapat pseudoartrosis
(sendi palsu). Pseudoartrosis dapat terjadi tanpa infeksi tetapi dapat juga terjadi bersama
infeksi yang disebut sebagai infected pseudoarthrosis.

3. Mal-union. Mal-union adalah keadaan di mana fraktur sembuh pada saatnya, tetapi
terdapat deformitas yang berbentuk angulasi, varus/valgus, pemendekan, atau menyilang,
misalnya pada fraktur radius-ulna.

Helmi, Z. (2014). Buku Ajar Gangguan Muskulokeletal. Jakarta: Salemba Medika


PROGNOSIS DARI FRAKTUR MANDIBULA

 Proses penyembuhan fraktur tergantung dari umur penderita, lokasi tulang yang
luka, faktor lokal dan sistemik

 Penatalaksanaan fraktur yang tertunda akan menyebabkan gangguan


penyembuhan tulang antara lain:

1. Delayed union 🡪 Keadaan penyembuhan dan penyambungan tulang


yang tertunda

2. Malunion 🡪Keadaan tulang fraktur yang sembuh dalam posisi yang


tidak memuaskan dan menyebabkan kelainan bentuk

3. Nonunion 🡪 Kegagalan tulang yang fraktur untuk menyambung setelah


periode yang dibutuhkan untuk sembuh normal. Ada 2 jenis nonunion,
yaitu:

 Fibrous nonunion : fraktur sembuh dengan adanya jaringan fibrous

 Pseudoarthrosis : gerakan yang terjadi terus menerus pada sisi fraktur


menstimulasi terjadinya false joint

Birnbaum, warren. 2016. Oral Diagnosis The Clinician’s Guide. Jakarta: EGC

MENJELASKAN GCS

PENANGANAN AWAL KEGAWATDARURATAN

Penatalaksanaan kegawatdaruratan bedah mulut dan maksilofasial pada pasien ini meliputi
perawatan terhadap komplikasi, pemeriksaan klinis yang teliti, interpretasi foto rontgen yang
tepat, menentukan tipe dan macam fraktur. Tindakan minimal intervensi yang segera dan
cepat pada rahang atas untuk mencegah kebocoran cairan serebro spinal persisten dan
mencegah terjadinya infeksi lain.10 Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam
melakukan tindakan dalam penanganan trauma dentoalveolar diantaranya: (1) Umur dan
tingkat kooperatif pasien; (2) Durasi antara trauma dan perawatan yang dilakukan; (3) Lokasi
dan perluasan; (4) Trauma pada gigi permanen; (5) Ada tidaknya fraktur pada pendukung
tulang; (6) Kesehatan jaringan periodontal dan gigi yang tersisa.
Karyono AS, Priyanto W, Yuza AT, Fathurachman. Penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan
fraktur dentoalveolar pada pasien usia lanjut dengan penyakit sistemik. J Ked Gi Unpad.
Desember 2018; 30(3): 162-167.

Menurut Borley (2007), penatalaksanaan kedaruratan pada fraktur mandibula antara lain:

1. Penatalaksanaan Kedaruratan

a. Cari tanda-tanda syok/perdarahan dan periksa ABC

1) Jalan Napas Untuk mengatasi keadaan ini, penderita di miringkan sampai tengkurap.
Mandibula dan lidah ditarik ke depan dan dibersihkan faringdengan jari-jari.

2) Perdarahan pada lukaCara paling efektif dan aman adalah dengan meletakkan kain yang
bersih (kalau bisa steril) yang cukup tebal dan dilakukan penekanan dengan tangan atau
dibalut dengan verban yang cukup menekan.

3) Syok Syok bisa terjadi apabila orang kehilangan darahnya kurang lebih 30% dari volume
darahnya.Untuk mengatasi syok karena pendaharan diberikan darah (tranfusi darah).

4) Cari trauma pada tempat lain yang beresiko (kepala dan tulang belakang, iga dan
pneumotoraks dan trauma pelvis).

Menurut Mediarti (2015), penatalaksanaan pada fraktur adalah sebagai berikut:

Penatalaksaan pada klien dengan fraktur adalah sebagai berikut :

1. Terapi non farmakologi, terdiri dari :

a. Proteksi, untuk fraktur dengan kedudukan baik. Mobilisasi saja tanpa reposisi, misalnya
pemasangan gips pada fraktur inkomplit dan fraktur tanpa kedudukan baik

b. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips. Reposisi dapat dalam anestesi umum dan lokal.

c. Traksi, untuk reposisi secara berlebihan.

2. Terapi farmakologi, terdiri dari :

a. Reposisi terbuka, fiksasi eksternal

b. Reposisi tertutup kontrol radiologi diikuti internal. Terapi ini dengan reposisi anatomi
diikuti dengan fiksasi internal. Tindakan pada fraktur terbuka harus dilakukan secepat
mungkin, penundaan waktu dapat mengakibatkan komplikasi. Waktu yang optimal untuk
bertindak sebelum 6-7 jam berikan toksoid, anti tetanus serum (ATS) / tetanus hama globidin.
Berikan antibiotik untuk kuman gram positif dan negatif dengan dosis tinggi. Lakukan
pemeriksaan kultur dan resistensi kuman dari dasar luka fraktur terbuka.

Mediarti. (2015). Penatalaksanaan Pada Pasien Fraktur Mandibula di IGD RSMH Palembang
Tahun 2012. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Volume 2, No. 3, Oktober 2015-253-260.

Borley. (2017) Penatalaksanaan Kedaruratan Pada Fraktur Mandibula. JKSP - Volume 1


Nomor 2, 12 November 2017, 53.

MEKANISME INJURY DIRECT DAN INDIRECT

Otot yang terpengaruh dalam fraktur simfisis dan parasimfisis adalah milohyoid dan
geniohyoid. Kedua otot tersebut akan menstabilkan tekanan yang disebabkan oleh fraktur
Fraktur mandibula dipengaruhi oleh beberapa gerakan yaitu vertikal oleh otot masseter,
temporalis, dan pterygoid medialis, kemudiain gerakan horizontal oleh otot lateral pterygoid
dan medial pterygoid, serta gerakan torsi oleh otot mylohyoid, digastrica, dan geniohyoid.
Otot-otot selain melakukan ketiga gerakan tersebut juga dapat menarik mandibula ke arah
kontraksi dari masing-masing otot. Adapun gerakan menarik mandibula ke atas yaitu 
masseter, temporalis, dan pterygoid medialis. Kemudian, otot yang menarik ke bawah yaitu
otot suprahyoid serta otot yang menarik kondilus mandibula ke depan meniscus yaitu otot
lateral pterygoid.

 Moore U J. Principle of oral and maxillofacial surgery. Ed 6. UK. Blackwell : 2011

MENJELASKAN TERJADINYA FRAKTUR PADA SKENARIO

Anda mungkin juga menyukai