Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR

Suhaimi Lakamadi, S.Kep


NS0619134

CI INSTITUSI

(Ns Maryam Jamaluddin S,Kep.M.Kes.M.Kep)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
Suhaimi Lakamadi, S.KeP
NS0619134
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR

1. KONSEP DASAR MEDIS


A. Definisi/ pengertian
Fraktur atau patah tulang merupakan suatu kondisi terputusnya kontinuitas
tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa dan juga
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik yang ditentukan jenis dan luasnya
trauma.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umunya
disebabkan oleh rudapaksa atau tekanan eksternal yang datang lebih besar dari
yang dapat diserap oleh tulang.(Dosen Keperawatan Medikal-Bedah, 2016).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya (Burner & suddart, 2013).
Jadi dapat disimpulan, fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang
disebabkan trauma langsung ataupun tidak langsung.

B. Etiologi
Menurut Helmi (2012), hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur
adalah:
1. Fraktur traumatik, disebabkan karena adanya trauma ringan atau berat
yang mengenai tulang baik secara langsung maupun tidak.
2. Fraktur stres, disebabkan karena tulang sering mengalami penekanan.
Fraktur patologis, disebabkan kondisi sebelumnya, seperti kondisi
patologis penyakit yang akan menimbulkan fraktur.
C. Patofisiologi
Fraktur adalah gangguan pada tulang yang disebabkan oleh trauma,
stress, gangguan fisik, gangguan metabolik, dan proses patologis. Kerusakan
pembuluh darah pada fraktur mengakibatkan perdarahan sehingga volume
darah menurun dan terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma yang

Suhaimi Lakamadi, S.KeP


NS0619134
terjadi mengeksudasi plasma dan berpoleferasi menjadi edema lokal
sehingga terjadi penumpukan di dalam tubuh.
Fraktur terbuka atau tertutup mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri.Setelah terjadi fraktur,
periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, sumsum, dan
jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.Perdarahan terjadi karena
kerusakan tersebut dan terbentuk hematoma di rongga medula
tulang.Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang
patah.Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respons
inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit,
dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian ini merupakan dasar dari proses
penyembuhan tulang nantinya (Yasmara Deni, 2016).
D. Manifestasi Klinis
Menurut yasmara, Deni (2016)
1. Deformitas, yaitu fragmen tulang berpindah dari tempatnya
2. Bengkak, yaitu edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravasasi
darah terjadi dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
3. Ekimosis
4. Spasme otot, yaitu spasme involunter dekat fraktur
5. Nyeri tekan
6. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi akibat kerusakan
saraf/perdarahan)
7. Pergerakan abnormal
8. Hilangnya darah
9. Krepitas

Suhaimi Lakamadi, S.KeP


NS0619134
E. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan menurut Muttaqin (2008)
1. Penatalaksanaan Konservatif
a) Proteksi adalah proteksi fraktur trauma untuk mencegah trauma lebih
lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau
tongkat pada anggota gerak bawah.
b) Imobilisasi dengan bidai eksterna. Imobilisasi pada fraktur dengan bidai
eksterna hanya memberikan imobilisasi. Biasanya menggunakan gips atau
macam-macam bidai dari plastik atau metal.
c) Reduksi tertutup dengan menggunakan manipulasi dan imobilisasi
eksterna dengan menggunakan gips. Reduksi tertutup yang di artikan
manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum dan lokal.
d) Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan kounter traksi.
e) Tindakan ini mempunyai tujuan utama, yaitu beberapa reduksi yang
bertahap dan imobilisasi.
1. Penatalaksanaan pembedahan atau operasi
Penatalaksanaan ini sangatlah penting diketahui oleh perawat, jika ada
keputusan klien di indikasikan untuk menjalani pembedahan, perawat mulai
berperan dalam asuhan keperawatan tersebut.
a) Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal perkuatan atau K-Wire
b) Reduksi terbuka dan fiksasi internal atau fiksasi ekternal tulang yaitu:
1) Open reduction internal fixation (ORIF) atau reduksi terbuka dengan
melakukan pembedahan untuk memasukan paku, scrup atau pen ke
dalam tempat fraktur untuk mengfiksasi bagian tulang pada fraktur
secara bersamaan. Fiksasi internal sering digunakan untuk merawat
fraktur pada tulang pinggul yang sering terjadi pada orang tua.
2) Open Reduction Terbuka dengan fiksasi eksternal (OREF). Tindakan
ini merupakan pilihan bagi sebagian besar fraktur. Fiksasi eksternal
dapat menggunakan konselosascrew atau dengan metilmetaklirat
(akrilik gigi) atau fiksasi eksterna dengan jenis-jenis lain sepperti gips.

Suhaimi Lakamadi, S.KeP


NS0619134
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari fraktur antara lain (Dosen Keperawatan
Medikal-bedah, 2016):
1. Komplikasi awal
a) Kerusakan arteri: pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan
tidak adanya nadi, CRT (capillary refill time) menurun, sianosis pada
bagian distal, hematoma melebar, dan dingin pada ekstremitas yang
disebabkan oleh tindakan darurat splinting, perubahan posisi pada
yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b) Sindrom kompartemen: sindrom kompartemen merupakan komplikasi
yang serius terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf dan pembuluh
darah dalam jaringan parut. Hal ini disebabkan oleh edema atau
perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah atau karena
tekanan dari luar seperti gips dan pembebanan yang terlalu kuat.
c) Fat embolism syndrome: fat embolism syndrom adalah komplikasi
serius yang terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi
karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke
aliran darah dan menyebabkan kadar oksigen dalam darah menjadi
rendah. Hal tersebut ditandai dengan gangguan pernafasan, takikardia,
hipertensi, takipnea dan demam.
d) Infeksi: infeksi terjadi karena sistem pertahanan tubuh yang rusak
akibat trauma jaringan. Pada trauma otthopedic infeksi dimulai pada
kulit (superfisial) dan masuk ke dalam. Hal ini biasanya terjadi pada
kasus fraktur terbuka, tetapi dapat juga terjadi karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan seperti ORIF dan OREF serta plat.
e) Syok: shock terjadi karena kehilangan banyak darah atau meningkatnya
permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan oksigenasis menurun.
f) Nekrosis avaskular: nekrosis avaskuler terjadi karena aliran darah ke
tulang rusak atau terganggu sehingga menyebabkan nekrosis tulang.
Biasanya diawali dengan adanya iskemia.

Suhaimi Lakamadi, S.KeP


NS0619134
2. Komplikasi dalam waktu lama
a) Delayeg union (kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan
waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung).
b) Nuunion (kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan).
c) Malunion (penyembuhan tulang yang ditandai peningkatan kekuatan
dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion diperbaiki dengan
pembedahan dan reimobilisasi yang baik.

Suhaimi Lakamadi, S.KeP


NS0619134
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Di dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan sistem atau metode
proses keperawatan yang di dalam pelaksanaannya dibagi menjadi lima tahap,
yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
(Rosyidi, 2013).
1. Identitas
Pada identitas kebanyakan seseorang yang mengalami fraktur terjadi
pada laki-laki pada umur di bawah 45 tahun yang sering berhubungan dengan
olah raga, pekerjaan keras, atau luka yang disebabkan oleh kendaraan
bermotor  (Lukman & Ningsih, 2013)
2. Status Kesehatan Saat Ini
a) Keluhan utama
Pada umumnya keluhan kasus Fraktur Femur adalah nyeri, nyeri
dirasakan lebih hebat dan berlangsung lebih lama.
b) Riwayat penyakit sekarang : PQRST
3. Riwayat Kesehatan Terdahulu
a) Riwayat penyakit sebelumnya
Perlu diketahui pada riwayat penyakit sebelumnya, pasien pernah
mengalami osteoporosis, hipertensi, mengonsumsi kortikosteroid. Perlu
pula diketahui riwayat cedera atau fraktur sebelumnya, riwayat
osteoporosis, serta penyakit lain (Noor, 2016)
b) Riwayat penyakit keluarga
Pada riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan
penyakit tulang salah satu faktor predisposisi terjadi fraktur, misalnya
karena diabetes mellitus, osteoporosis, dan kanker tulang yang cenderung
diturunkan secara genetik (Asikin,M dkk, 2013)
c) Riwayat alergi
Mengetahui ada atau tidaknya alergi terhadap obat-obatan, jika
setelah dilakukan skin test terdapat kemerahan berarti posisf mempunyai

Suhaimi Lakamadi, S.KeP


NS0619134
riwayat alergi terhadap obat-obatan, dan akan berdampak pada tindakan
perawatan selanjutnya (Muttaqin & Sari, 2013).
d) Riwayat lingkungan
Fraktur terjadi pada semua usia tetapi cenderung terjadi pada laki-
laki yang sering berhubungan denggan olahraga, pekerjaan yang berat
seperti pekera proyek, dan kecelakaan lalu lintas (Lukman & Ningsih,
2013).
A. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Saat pasien sadar dari anastesi umum, rasa nyeri menjadi sangat
terasa.Nyeri mulai terasa sebelum kesadaran pasien kembali penuh.Nyeri akut
akibat insisi menyebabkan pasien gelisan dan menyebabkan tanda-tanda vital
berubah.Apabila pasien merasa nyeri, mereka sulit melakukan bentuk efektif
nafas dalam.Klien yang mendapat anastesi regional dan likal biasanya tidak
mengalami nyeri karena area insisi masih berada di bawah pengaruh anastesi
(Muttaqin & Sari, 2013).
2) Pemeriksaan body sistem
a. Kepala: kaji bentuk kepala, adanya benjolan, adanya lesi
b. Mata:kaji adanya ikterik, anemis, bentuk pupil, besar pupil, respon pupil
terhadap cahaya
c. Hidung: kaji adanya perdarahan, luka, polip.
d. Mulut: kaji adanya luka, mukosa mulut, keutuhan dan keadaan gigi
e. Leher: kaji adanya benjolan, pembesaran kelenjar tyroid
f. Dada:
1. Paru-paru
Inspeksi: kaji pengembangan dada, adanya jejas
Palpasi: kaji adanya benjolan, kaji adanya nyeri tekan
Auskultasi: kaji bunyi pernapasan
Perkusi: kaji bunyi paru-paru
2. Jantung

Suhaimi Lakamadi, S.KeP


NS0619134
Inspeksi: kaji iktus kordistampak atau tidak
Palpasi: iktus kordis tampak atau tidak
Auskultasi: bunyi jantung
Perkusi: kaji konfigurasi jantung
g. Abdomen
Inspeksi: kaji bentuk abdomen, adanya luka
Auskultasi: kaji bising usus
Palpasi: kaji adanya benjolan, nyeri tekan
Perkusi: kaji bunyi abdomen
h. Ekstermitas: kaji adanya oedeme, kapiler refill, sianosis, akral dingin
i. Lokasi fraktur: kaji adanya perdarahan, nyeri, deformitas, krepitasi, luka.
B. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang fraktur femur menurut (Lukman & Ningsih, 2013)
antara lain :
1. Pemeriksaan rontgen: Mengetahui dan menentukan lokasi dan luasnya fraktur
atau trauma, dan jenis fraktur.
2. Scan tulang: Memperlihatkan tingkat keparahan fraktur, juga dapat untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram: Untuk memastikan ada atau tidaknya kerusakan vaskuler pada
bagian fraktur.
4. Hitung darah lengkap: Hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada
pendarahan, meningkatkan lekosit sebagai respon terhadap peradangan.
5. Kreatinin: Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
6. Profil koagulasi: Mengtahui perubahan terjadinya kehilangan darah, tranfusi
atau cedera hati.
7. Penatalaksanaan
8. Reduksi

Suhaimi Lakamadi, S.KeP


NS0619134
Penyimpangan KDM
Trauma Trauma Tidak
langsung langsung Kondisi Patologis

.
Fraktur

Diskontuinitas Tulang Pergeseran Fragmen


Nyeri Akut
Tulang

Perubahan Kerusakan
Kerusakan Fragmen
Jaringan Sekitar Integritas Jaringan,
Tulang
Resiko Infeksi

Pergeseran Fragmen Tek. Sumsum Tulang


Spasme Otot
Tulang Lebih Besar Dari
Kapiler
Deformitas Peningkatan Tekanan
Kapiler Melepaskan
Ketokelamin
G3 Fungsi Extermitas
Pelepasan Histamin
Metabolisme Asam
Hambatan Mobilitas Lemak
Fisik
Protein Plasma
Hilang
Bergabung Dengan
Putus Vena/Arteri
Trombosit
Edema
Perdarahan
Emboli

Kehilangan Volume Penekanan


Cairan Pembuluh Darah
Menyumbat
Ketidakefektivan Pembuluh Darah
Resiko Syok perpusiJaringan
(Hipovolemik) Perifer

Suhaimi Lakamadi, S.KeP


NS0619134
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen injury fisik, spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema
cidera jaringan lunak, pemasangan traksi
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d penurunan suplai darah
kejaringan
3. Kerusakan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat,
sekrup)
4. Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neumuskular, nyeri, terapi,
restriktif (imobilisasi)
5. Resiko infeksi b/d trauma, imunitas tubuh primer menurun, prosedur invasive
(pemasangan traksi)
6. Resiko syok (hipovolemik) b/d kehilangan volume darah akibat trauma
(fraktur)

D. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen injury fisik, spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema
cidera jaringan lunak, pemasangan traksi.
NOC:
Pain level
Pain control
Comfort level
Kriteria Hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
c. Mampu mengenali nyeri
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC :
1) Lakukan pengkajian nyeri
Rasional : untuk mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan klien

Suhaimi Lakamadi, S.KeP


NS0619134
2) Ajarkan tehnik relaksasi
Rasional : membantu dalam mengurangi nyeri yang dirasakan
3) Anjurkan untuk banyak beristirahat
Rasional : menurunkan stimulasi yang berlebihan yang dapat mengurangi
rasa nyeri
4) Kolaborasi pemberian analgesik
Rasional : Mengurangi dan menghilngkan nyeri
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d penurunan suplai darah
kejaringan.
Noc:
Circulation status
Tissue Perfusion: cerebral
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan:
a. Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
b. Tidak ada ortostatik hipertensi
c. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari
15 mmHg)
Nic :
1) Monitor TTV
Rasional : Membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya
2) Kaji nyeri dada dan palpitasi
Rasional : Menunjukan iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardi
3) Kolaborasi: pantau hasil laboratorium, Hb, berikan transfusi PRC
Rasional :mengidentifikasi kebutuhan pengobatan
3. Kerusakan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat,
sekrup)
Noc :
Tissue integrity : Skin and mucous
Wound healing : primary and secondary intention

Suhaimi Lakamadi, S.KeP


NS0619134
Kriteria Hasil :
a. Perfusi jaringan normal
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi
c. Ketebalan dan tekstur jaringan normal
d. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya cidera berulang
e. Menunjukan terjadinya proses penyembuhan luka
Nic :
1) Monitor kulit akan adanya kemerahan
Rasional : untuk mengetahui keadaan luka dan tindakan selanjutnya
2) Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
Rasional : Membantu mencegah terjadinya infeksi
3) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
Rasional : membantu mengurangi terjadi gesekan pada luka
4) Lakukan Pergantian verban
Rasional : Membantu menyembuhkan luka
4. Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neumuskular, nyeri, terapi,
restriktif (imobilisasi).
Noc:
Joint movement : Active
Mobility Level
Self care: ADLs
Transfer performance
Kriteria Hasil:
a. Klien meningkat dalam aktivitas fisik
b. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
c. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah
d. Memperagakan penggunaan alat
e. Bantu untuk mobilisasi (walker)

Suhaimi Lakamadi, S.KeP


NS0619134
Nic :
1) Berikan/bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak pasif dan
aktif
Rasional : dapat meningkatkan kemampuan pasien untuk melakukan
rentang gerak aktif dan pasif
2) Berikan perawatan kulit dengan baik, masase titik yang tertekan setelah
rehap perubahan posisi, periksa keadaan kulit dibawah brace dengan
periode waktu tertentu
Rasional : untuk menghindari adanya tekanan pada area penonjolan tulang
3) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai program dan efektivitasnya
Rasional :penggunanaan analgetik yang berlebihan dapat menutupi gejala,
dan ini dapat menyulitkan defisi neurologis lebih lanjut.
4) Kolaborasi dengan ahli fisoterapi untuk latihan fisik klien
Rasional : menurunkan resiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi
darah yang jelek pada daerah yang tertekan
5. Resiko infeksi b/d trauma, imunitas tubuh primer menurun, prosedur invasive
(pemasangan traksi)
Noc:
Immune Status
Knowledge : infection control
Risk contol
Kriteria Hasil :
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaannya.
c. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
d. Jumlah leukosit dalam batas normal
e. Menunjukkan perilaku hidup sehat
Nic:
1) Kaji kondisi luka

Suhaimi Lakamadi, S.KeP


NS0619134
Rasional : mengetahui seberapa besar kondisi luka terjadi
2) Kaji tanda-tanda infeksi
Rasional : tanda-tanda infeksi tidak terjadi
3) Kolaborasi dalam pemberian analgetik
Rasional : mencegah infeksi dan penyebaran kejaringan sekitar
6. Resiko syok (hipovolemik) b/d kehilangan volume darah akibat trauma
(fraktur)
Noc :
Syok prevention
Syok management
Kriteria Hasil :
a. Nadi dalam batas yang diharapkan
b. Irama jantung dalam batas yang diharapkan
c. Frekuensi napas dalam batas yang diharapkan
d. Irama pernapasan dalam batas yang diharapkan
e. Natrium serum dbn
f. Kalium serum dbn
g. Klorida serum dbn
h. Kalsium serum dbn
i. Magnesium serum dbn
j. PH darah serum dbn
Nic:
1) Monitor keadaan umum pasien
Rasional :untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat
terjadi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok/syok
2) Observasi TTV
Rasional: perawat perlu terus mengobservasi vital sign untuk memastikan
tidak terjadinya presyok/syok
3) Jelaskan pada keluarga dan pasien tanda perdarahan, dan segera laporkan
jika terjadi perdarahan

Suhaimi Lakamadi, S.KeP


NS0619134
Rasional : dengan melibatkan pasien dan keluarga maka tanda perdarahan
dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera
diberikan
4) Kolaborasi pemberian cairan intravena
Rasional : cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan
tubuh secara hebat (Kusuma, 2015)

Suhaimi Lakamadi, S.KeP


NS0619134
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, (2013).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume
2.Jakarta EGC

Kusuma, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


dan NANDA NIC NOK jilid 3. Yogyakarta: Media Action.

Noor Helmi, Zairin, (2012), Buku Ajar Gangguan Muskulokeletal: Jilid 1. Jakarta.
Salemba Medika.

Rosyidi, K. (2013). Muskulokeleta.Jakarta. Trans Info Media

Yasmara Deni, dkk. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah.Jakarta.


EGC

Suhaimi Lakamadi, S.KeP


NS0619134

Anda mungkin juga menyukai