Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN OSTEOARTHRITIS

OLEH :

PUTU ADHELINA ISWARA DEVI


219012779

PROGRAM STUDI NERS (PROFESI)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2022
A. Konsep Dasar Osteoarthritis
1. Pengertian Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah penyakit sendi yang terjadi pada cartilago
(tulang rawan) yang ditandai dengan timbulnya nyeri saat terjadi penekanan
sendi yang terkena. Kelainan pada kartilago akan berakibat tulang
bergesekan satu sama lain, sehingga timbul gejala kekakuan, nyeri
pembatasan gerak pada sendi. (Helmi, 2016).
2. Etiologi
Berbagai faktor dapat menjadi penyebab terjadinya osteoarthritis.
Faktor- faktor resiko tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor-faktor
resiko mekanik yang meliputi usia, jenis kelamin, genetik sedangkan
faktor-faktor resiko biomekanik meliputi cidera, trauma dan pekerjaan. Usia
merupakan faktor yang besar untuk terjadinya osteoarthritis. Insidensi
osteoarthritis meningkat pada usia 40 tahun untuk perempuan dan usia 50
tahun pada laki-laki. (Helmi, 2016)
3. Klasifikasi Osteoarthritis
Pembagian osteoarthritis berdasarkan etiologinya dibagi menjadi 2
diantaranya osteoarthritis primer dan osteoarthritis sekunder. Osteoarthritis
primer merupakan osteoarthritis ideopatik atau osteoarthritis yang belum
diketahui penyebabnya dan tidak ada hubungannya dengan penyakit
sistemik maupun proses perubahan lokal sendi. Sedangkan osteoarthritis
sekunder penyebabnya yaitu pasca trauma, genetic, mal posisi, pasca
operasi, metabolic, gangguan endokrin, ostonekrosis aseptik. (Wilke, WS,
2010).
4. Patofisiologi Osteoarthritis
Perkembangan perjalanan penyakit osteoarthritis dibagi menjadi 4
mekanisme yaitu sebagai berikut : (Helmi, 2016)
1) Peningkatan Matrix Metalloproteases (MMP)
Collagenase, sebuah enzim MMP bertanggung jawab atas degradasi
proteoglikan. Begitu juga stromelysin bertanggung jawab atas proteoglikan.
Sebuah enzim yang disebut Agrecanase juga bertanggung jawab atas
degradasi proteoglikan. Kondisi ini menyebabkan penipisan kartilago.
2) Inflamasi Membran Sinovial
Sintesis mediator-mediator seperti interlukin-1 beta (IL-1) dan TNF-
alfa (Tumor Necrosis Factor) pada membran sinovial menyebabkan
degradasi tulang rawan. Pada fase ini terjadi fibrasi dan erosi dari
permukaan kartilago desertai dengan adanya pelepasan proteoglikan dan
fragmen kolagen ke dalam cairan sinovial.
3) Stimulasi Produksi Nixtric Oxide
Produksi mikrofag synovial seperti interlukin-1 beta (IL-1) dan TNF-
alfa (Tumor Necrosis Factor) dan metalloproteases menjadi meningkat.
Kondisi ini secara langsung memberikan dekstruksi pada kartilago. Molekul-
molekul pro-infalamsi juga ikut terlibat seperti Nixtric Oxide. Kondisi ini
memberikan manefestasi perubahan bentuk sendi dan memberikan dampak
terhadap pertumbuhan tulang akibat stabilitas sendi. Perubahan bentuk sendi
dan stress infalamsi ini memberikan pengaruh pada permukaan articular
menjadi gangguan yang progresif.
4) Fase nyeri
Pada fase ini terjadi proses peningkatan aktivitas fibriogenik dan
penurunan aktivitas fibrinoiliyik. Proses ini menyebabkan penumpukan
trombus dan komplek lipid pada pembuluh darah subkondral seingga
menyebabkan terjadinya iskemik dan nekrosis jaringan. Hal ini
mengakibatkan lepasnya mediator kimia seperti prostaglandin dan
interlukin yang dapat menghantarkan rasa nyeri.
5. Manifestasi Klinis
Penyakit Osteoarthritis mempunyai gejala-gejala yang menulitkan
penderitanya. Gejala-gejala tersebut diantaranya nyeri sendi, kekakuan,
pembengkakan. Nyeri yang dialami diperberat dengan aktivitas atau
menahan berat tubuh dan berkurang dengan istirahat. Kekakuan terjadi
ketika di pagi hari atau setelah bangun tidur dan mereda kurang dari 30
menit. Pembengkakan disebebabkan karena synovitis dengan efusi.
Gangguan fungsi disebabkan karena nyeri yang terjadi dan kerusakan
struktur sendi. (Smetlzer, SC., O’Conell & Bare, 2003)
6. Penatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan utama dari pengobatan pada pasien osteoarthritis adalah untuk
mengurangi gejala nyeri maupun peradangan, mencegah terjadinya kontraktur
dan memperbaiki deformitas pada sendi. Penatalaksanaan utama yang perlu
dilakukan adalah dengan memberikan edukasi mengenai penyakitnya secara
lengkap, selanjutnya adalah istirahat yang adekuat, pemberian gizi seimbang
dan memberikan terapi farmakologis untuk mengurangi nyeri yaitu dengan
pemberian obat analgesik.
Pemberian Pendidikan kesehatan merupakan penatalaksanaan utama
yang dilakukan bagi pasien maupun keluarga. Pendidikan kesehatan yang
harus dijelaskan secara terperinci diantaranya mengenai pengertian,
patofisiologi, prognosis, serta sumber bantuan untuk mengatasi keluhan dari
osteoarthritis. Di samping itu istirahat yang adekuat juga merupakan
komponen penting dari penatalaksanaan osteoarthritis. Untuk mengurangi
nyeri maka perlu diberikan obat-obatan yang dapat mengurangi nyeri dan
meredakan peradanagan seperti obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID).
(Ningsih, N., 2013)
Selain itu Teknik non farmakologis dengan pemberian ekstrak jahe
juga dapat mengurangi nyeri pada osteoarthritis. Jahe memiliki sifat pedas,
panas dan aromatic dari oleoresin seperti zingaron, gingerol dan shogaol.
Teknik komplementer dengan pemberian boreh jahe juga mampu mengurangi
nyeri yang diderita penderita osteoarthritis. Jahe memiliki sifat pedas, pahit
dan aromatic dari oleoresin seperti zingaron, gingerol dan shogaol. Gingerol
dan shogaol memiliki berat molekul yang menunjukan potensi yang baik
untuk penetrasi kulit. Boreh jahe yang dibalurkan pada sendi yang nyeri akan
mengakibatkan stratum korneum pada kulit menjadi lebih permeabel,
sehingga mampu meningkatkan pembukaan ruang intraseluler dan tejadinya
ekspansi. Permeabilitas yang terjadi mengakibatkan gingerol dan shogaol
melewati kulit, masuk ke sirkulasi sistemik dan memberikan efek terapi anti-
inflamasi.(Ningsih, N., 2013)
a. Derajat OA
1. Kellgren- Lawrence
Tingkat keparahan OA dinilai berdasarkan skala penilaian Kellgren-
Lawrence (K-L system).K-L system merupakan alat penilaian yang
digunakan untuk menilai tingkat keparahan Osteoarthritis lutut pada foto
polos X-Ray. Berdasarkan skala penilaian Kellgren-Lawrence, Osteoarthritis
dibagi menjadi lima tahap :

Gambar 1: Gambar Radiologis Grade Osteoartritis berdasarkan grade


Kellgren-Lawrence
a) Grade 0
Pada tahap ini sendi masih dikategorikan 'normal'.Sendi tidak menunjukkan
tanda- tanda OA, dan fungsi sendi masih normal, tanpa gangguan maupun
nyeri.
b) Grade 1
Merupakan tahap awal OA.Pada tahap 1 ini mulai terjadi pembentukan
osteophyte (pertumbuhan tulang yang terjadi pada sendi, disebut juga
dengan 'spurs').
c) Grade 2
Tahap ini disebut sebagai tahap ringan dari OA.Pada tahap ini terjadi
penyempitan ruang sendi yang sedang.Terbentuk subkondral sklerosis yang
moderate.
d) Grade 3
Pada tahap ini >50% terjadi penyempitan sendi, kondilus femoralis bulat,
subkondral sklerosis yang luas, pembentukan osteophyte yang luas (Joern et
al., 2010).
e) Grade 4
Pada tahap ini, derajat OA termasuk dalam kategori berat. Pasien yang
mengalami OA pada derajat 4 ini akan merasakan nyeri dan
ketidaknyamanan saat berjalan (Emrani et al., 2007). Pada tahap ini terjadi
kerusakan sendi, hilangnya ruang sendi, terdapat kista subkondral pada
bagian atas tibia dan di kondilus femoralis (Joern, et al., 2010).
2. WOMAC (Western Ontario and McMaster Universities Osteoarthritis
Index)
Selain menggunakan gambaran Radiologi, tingkat keparahan OA
dapat dinilai menggunakan instrumen lain seperti Visual Analog Scale
(VAS), Lequesne’s algofunctional index, Knee Osteoarthritis Outcome
Score (KOOS), dan WOMAC (Maya, 2014). Walaupun jarang digunakan
pada praktik sehari- hari di klinik, instrument/ index WOMAC memiliki
nilai yang cukup valid untuk menilai derajat keparahan OA (Joern,et al.,
2010). Validitas WOMAC berkisar antara 0,78 – 0,94 , sedangkan
reliabilitasnya antara 0,80 – 0,98 untuk OA lutut. Instrumen ini memiliki
tiga subskala yaitu nyeri, kekakuan, dan keterbatasan fungsi fisik.
Pada subskala nyeri terdapat lima pertanyaan mengenai intensitas
nyeri yang dirasakan pada sendi- sendi pada saat berjalan, naik tangga,
istirahat, dan pada malam hari. Sedangkan subskala kekakuan terdiri dari
dua pertanyaan mengenai intensitas kekakuan sendi yang dirasakan pada
pagi dan sore/malam hari.Dalam subskala keterbatasan fungsi fisik terdapat
17 pertanyaan. Subskala ini menilai disabilitas penderita OA lutut yang
terjadi saat naik-turun tangga, berdiri dari duduk, berdiri, membungkuk ke
lantai, berjalan di permukaan datar, masuk/keluar dari mobil, berbelanja,
memakai dan melepas kaos kaki, berbaring dan bangun dari tempat tidur,
mandi, duduk, ke toilet, serta pada saat melakukan pekerjaan rumah tangga
baik ringan maupun berat (Yanuarti, 2014).
Dalam kuesioner tersebut, jawaban dari masing- masing pertanyaan
diberi skor 0 sampai 4. Selanjutnya skor dari 24 pertanyaan dijumlah, dibagi
96 dan dikalikan 100% untuk mengetahui skor totalnya. Semakin besar skor
menunjukkan semakin berat nyeri dan disabilitas pasien OA lutut tersebut,
dan sebaliknya (Yanuarti,2014).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Sumber data pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan osteoartritis meliputi:
1) Riwayat keperawatan.
Dalam pengkajian riwayat keperawatan, perawat perlu mengidentifikasi adanya :
a. Rasa nyeri/sakit tulang punggung (bagian bawah), leher dan pinggang
b. Berat badan menurun
c. Biasanya di atas 45 tahun
d. Jenis kelamin sering pada wanita
e. Pola latihan dan aktivitas
f. Keadaan nutrisi (mis, kurang vitamin D dan C, serta kalsium)
g. Merokok, mengonsumsi alkohol dan kafein
h. Adanya penyakit endokrin: diabetes mellitus, hipertiroid, hiperparatiroid,
Sindrom Cushing, akromegali, Hipogonadisme.
2) Pemeriksaan fisik :
a. Lakukan penekanan pada tulang punggung terdapat nyeri tekan atau nyeri
pergerakan
b. Periksa mobilitas pasien
c. Amati posisi pasien yang nampak membungkuk
3) Riwayat Psikososial.
Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasanya sering timbul kecemasan, takut
melakukan aktivitas, dan perubahan konsep diri. Perawat perlu mengkaji masalah-
masalah psikologis yang timbul akibat proses ketuaan dan efek penyakit yang
menyertainya.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu proses penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis prioritas yang diambil
adalah nyeri kronis. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
1) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi.
2) Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis.
3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
4) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
3. Intervensi Keperawatan\
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
2 (D.0054) Gangguan Setelah dilakukan intervensi Dukungan Mobilisasi Untuk mengetahui nyeri atau
Mobilitas Fisik keperawatan selama …x… maka 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan yang dirasakan oleh
Mobilitas Fisik Meningkat, keluhan fisik lainnya pasien, mempermudah latihan
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi toleransi fisik fisik, agar tidak terjadi
1. Pergerakkan ekstremitas melakukan pergerakan kesalahan dalam komunikasi
meningkat (5) 3. Memonitor frekuensi jantung dan dan prosedur, serta agar
2. Kekuatan otot meningkat tekanan darah sebelum memulai mempermudh perawatan.
(5) mobilisasi
3. Rentang gerak (ROM) 4. Memonitor kondisi umum se;ama
meningkat (5) mobilisasi
4. Nyeri menurun (5) 5. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi
5. Kecemasan menurun (5) dengan alat bantu (mis. Pagar
6. Kaku sendi menurun (5) tempat tidur)
7. Gerakan tidak 6. Memfasilitasi melakukan
terkoordinasi menurun pergerakan , jika perlu
(5) 7. Libatkan keluarga untuk
8. Gerakan terbatas membantu pasien dalam
menurun (5) meningkatkan pergerakan.
9. Kelemahan fisik 8. Menjelaskan tujuan dan prosedur
menurun (5) mobilisasi.
9. Menganjurkan melakukan
mobilisasi dini.
10. Menganjarkan mobilisasi
sederhana yang harus dilakukan
( mis. Duduk di tempat tidur,
duduk di sisi tempat tidur, pindah
dari tempat tidur, tidur miring
kanan/kiri)
Dukungan Ambulasi
1. Identifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya
2. Identifikasi toleransi fisik
melakukan ambulasi
3. Monitor frekuensi jantung dan
tekanan darah sebelum
memulai ambulasi
4. Monitor kondisi umum
sealama melakukan ambulasi
5. Fasilitasi aktivitas ambulasi
dengan alat bantu (mis.
Tongkat, kruk)
6. Fasilitasi melakukan mobilisasi
fisik, jika perlu
7. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
8. Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
9. Anjurkan melakukan ambulasi
dini
10. Ajarkan ambulasi sedehrana
yang harus dilakukan

D.0078 Nyeri kronis Setelah dilakukan perawatan Manajemen Nyeri Untuk mengetahui nyeri atau
3x24 jam diharapkan nyeri Observasi keluhan yang dirasakan oleh
berkurang. Tingkat Nyeri 1. Identifiksi lokasi, karakteristik, pasien, mempermudah latihan
- Kemampuan menuntaskan durasi, frekuensi, kualitas,
fisik, agar tidak terjadi
aktivitas meningkat. intensitas nyeri.
- Keluhan nyeri menurun. 2. Identifiksi skala nyeri. kesalahan dalam komunikasi
- Ekspresi meringis atau 3. Identifikasi respon nyeri non dan prosedur, serta agar
grimace berubah menjadi verbal. mempermudh perawatan.
tidak grimace. 4. Identifiksi yang memperberat
- Skala nyeri menurun dari 5 dan memperingan nyeri.
menjadi 3. 5. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri.
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis
unrtuk mengurangi ras nyeri
(mis.TENS, hipnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterpi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres,
hangat/dingin, terapi bermain.
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri (mis. Suhu
ruangan,pencahyaa n,
kebisingan).
3. Fasilitasi istirahat dan tidur.
4. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri.
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri.
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat.
5. Anjurkan teknik nonfamakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
D.0111 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan perawatan Edukasi Kesehatan Untuk meningkatkan
3x24 jam diharapkan Observasi pengetahuan pasien mengenai
penegtahuan meningkat. 1. Identifikasi kesiapan dan keluhan yang dirasakan serta
Tingkat Pengetahuan kemampuan menerima agar mempermudh perawatan.
- Perilaku yang diajarkan informasi.
sudah sesuai anjuran. 2. Identifikasi faktor- faktor
- Kemampuan menjelaskan
pengetahuan tentang yang dapat meningkatkan
Osteoarthritis meningkat. dan menurunkan motivasi
- Perilaku sudah sesuai perilaku hidup bersih dan
dengan pengetahuan yang sehat.
telah diajarkan. Terapeutik
1. Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan.
2. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan.
3. Berikan kesempatan untuk
bertanya.
Edukasi
1. Jelaskan faktor resiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan.
2. Ajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat.
3. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat.
3 D.0080 Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas Untuk mengurasi tingkat
keperawatan selama …x… jam, Observasi kecemasan yang dirasakan
diharapkan rasa cemas yang 1. Monitor tanda – tanda ansietas pasien pasca melakan
dirasakan pasien berkurang. (verbal dan nonverbal) tindakan perawatan.
Dengan kriteria hasil : Terapeutik
Tingkat Ansietas 1. Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan
1. Pasien tidak mengalami
2. Pahami situasi yang membuat
gelisah dan tegang
ansietas
berlebih
3. Gunakan pendekatan yang tenang
2. Pasien memiliki
dan meyakinkan
dukungan sosial yang
4. Motivasi mengidentifikasi situasi
memadai
yang memicu kecemasan
3. Frekuensi nadi (60-
Edukasi
100x/menit)
1. Anjurkan keluarga untuk
4. Pernafasan (12-20x/menit)
tetap bersama pasien, jika
5. Perilaku tegang dan
perlu
gelisah menurun
2. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat
melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan sebelumnya.
Berdasarkan terminologi SIKI, implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan yang merupakan tindakan khusus yang digunakan
untuk melaksanakan intervensi (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan berdasarkan adalah fase kelima dan terakhir
dalam suatu proses keperawatan. Proses evaluasi dalam asuhan keperawatan
didokumentasikan dalam SOAP (subjektif, objektif, assesment, planing
(Achjar, 2010) Evaluasi keperawatan terhadap pasien dengan masalah nyeri
dilakukan dengan menilai kemampuan pasien dalam merespon rangsangan
nyeri diantaranya (S.Andarmoyo, 2013) :
a. Pasien melaporkan adanya penurunan rasa nyeri
b. Meningkatkan kemampuan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki
pasien
c. Mampu melakukan teknik penanganan nyeri non farmakologis
d. Mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi nyeri
DAFTAR PUSTAKA

Hertman. Heather ( 2009 – 2011 ), Diagnosa Keperawatan dan Klasifikasi (


NANDA ). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
Kurnia, Syamsudin, 2009. “Osteoarthritis Diagnosis, Penananganan dan
Perawatan di Rumah”. Yogyakarta : Fitramaya.
Moeleak, A. Faried ( 1990 ) Menuju Indonesia Sehat 2010, Depkes RI :
Jakarta Suprajitno ( 2004 ). Asuhan Keperawatan Keluarga, EGC : Jakarta
Tim Pokja SDKI.2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2018.Standar Luaran Keperawatan
Indonesia.Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2019.Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia.Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Willkison. M, Judith ( 2002 ), Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Edisi 7. Jakarta
Watson Roger ( 2002 ), Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat. Edisi 10, Jakarta ;
EGC
Yatim, Faisal. 2006. “Penyakit Tulang dan Persendian”. Jakarta: Pustaka Populer
Obor.
Pathway Osteoarthritis
Usia, jenis kelamin, genetik, suku bangsa, kegemukan, cedera sendi, pekerjaan dan
olahraga, kelainan pertumbuhan, kepadatan tulang

Kerusakan fokal tulang rawan, pembentukan tulang


baru pada sendi yang progesif

Integritas matrik, perubahan komponen sendi,


kolagen,proteoglikan kartilago

Osteoarthritis

Tulang rawan
Membrane synovial Kerusakan tulang rawan

Iregularitas dan Penebalan pada Kontraktur kapsul,


pelunakan pada synovial berupa kista instabilitas sendi
tulang rawan dan
sendi
Deformitas sendi
Pembengkakan sendi

Pergeseran sendi / Perubahan bentuk tubuh


adanya cairan Fibrosis kapsul, osteosit, pada tulang dan sendi
yang viskosa iregularitas permukaan
sendi
Perubahan status
Kekakuan pada sendi
kesehatan
besar atau pada jari Nyeri Akut/Kronis
tangan

Ansietas Kurangnya
Gangguan Mobilitas
informasi
Fisik
kesehatan

Defisit
pengetahuan

Gambar 2.9 Pathway Osteoarthritis


Sumber : WOC OA (Dyasmita, 2016)

Anda mungkin juga menyukai