Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN BEDAH PADA NY.

S
DENGAN ORIF A.I. CLOSE FRAKTUR HUMERUS SINISTRA
DI INSTALASI KAMAR OPERASI (OK)
RS HERMINA SOLO

STUDI KASUS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk evaluasi diklat Bedah 3

Disusun Oleh :
WAHYU ANGGARA
NRP 202013122720

RUMAH SAKIT UMUM HERMINA SOLO


Jl. Kolonel Sutarto No.16 Jebres
Surakarta
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas berkat

dan rahmat-Nya Penulis diberikan kekuatan dan pikiran sehingga dapat

menyelesaikan makalah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN BEDAH

DENGAN ORIF A.I. CLOSE FRAKTUR HUMERUS SINISTRA DI

INSTALASI KAMAR OPERASI (OK) RS HERMINA SOLO. Shalawat

beserta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Saw beserta

keluarganya, sahabatnya, tabiin-tabiinnya, sampai kepada kita sebagai umatnya

sampai akhir zaman.

Studi kasus ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam

memenuhi penilaian diklat bedah 3 di RS Hermina Solo. Dalam pembuatan

makalah ini Penulis tidak bekerja sendiri, kepada semua pihak yang telah

membantu baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Pada

kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Direktur RS Hermina Arcamanik dr. Agus Setiana, MARS.

2. Komite Keperawatan Delvi Rosmayana, S.Kep.,Ns.

3. Manajer Keperawatan Surasni Amd.Kep.

4. Kepala Instalasi Kamar operasi dr. Lestari Dwi Arimbi

5. Kaper Instalasi Kamar Operasi Puji Hartati, AMK

6. Teman-teman perawat Instalasi Kamar Operasi (OK) RS Hermina Solo

yang sudah membantu penulis dalam pengambilan kasus.


7. Seluruh staf Rekam Medik RS Hermina Solo yang telah membantu

penulis dalam menyusun makalah ini;

8. Istri, anak, orang tua serta mertua yang selalu memberikan dukungan serta

doa selama penulis menyusun makalah ini;

9. Bagi pasien dan suami pasien yang telah mendukung dan membantu dalam

proses pengumpulan data.

Dalam pembuatan Studi Kasus ini, tidak menutup kemungkinan terdapat

kekurangan, baik dari segi isinya, struktur kalimat maupun cara penulisannya.

Untuk itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun untuk perbaikan kedepannya.

Semoga Allah SWT senantiasa menyertai kita, Amin.

Surakarta, 06 Juni 2020


Penulis,

Wahyu Anggara
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecelakaan lalu lintas sering sekali terjadi di Indonesia. Statistik menunjukan

jumlah kecelakaan lalu lintas makin meningkat dari tahun ke tahun. Catatan dari

Kepolisian, jumlah kecelakaan lalu lintas di tahun 2012 dari Januari hingga Juli

mencapai angka 69.345 kecelakaan. Dari jumlah tersebut 31.185 orang meninggal

dunia. Catatan Kepolisian menunjukkan dari total kecelakaan yang ada, sebanyak

81% disebabkan faktor manusia. Faktor manusia itu diindikasikan lewat pelanggaran

atau tidak mematuhi peraturan lalu lintas, sisanya merupakan faktor teknis, alam dan

lain sebagainya. Korban tewas akibat kecelakaan lalu lintas di Provinsi Jawa Tengah

cukup memprihatinkan. Selama satu tahun terakhir tercatat 4000 jiwa melayang di

jalan (Korlantaspolri, 2012).

Fraktur atau patah tulang adalah masalah yang akhir-akhir ini sangat banyak

menyita perhatian masyarakat. Banyak terjadi kecelakaan lalu lintas dan kejadian

alam yang tidak terduga menyebabkan fraktur. Seringkali untuk penanganan fraktur

ini tidak tepat dikarenakan kurangnya informasi penanganan secara medis. Fraktur

lebih sering terjadi pada orang laki-laki daripada perempuan dengan umur di bawah

45 tahun dan sering berhubungan dengan olah raga, pekerjaan atau kecelakaan.

Sedangkan pada usia prevalensi cenderung lebihbanyak terjadi pada wanita

berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon

(Anonim, 2008). Fraktur humerus adalah salah satu jenis fraktur yang memerlukan

penanganan segera, tanpa penanganan segera dapat terjadi komplikasi kelumpuhan


nervus radial, kerusakan nervus brachial, atau median ( Smeltzer & Bare, 2002).

Di Rumah Sakit Hermina Solo selama kurun waktu 1 bulan terakhir terdapat

6 kasus fraktur, yang diantaranya 3 kasus close fraktur humerus, 1 kasus neglected

dislokasi digiti, 1 kasus close fraktur intracondilar phalanx digiti, 1 kasus close

fraktur distal radius.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah

tentang penanganan kasus close fraktur humerus dengan judul “Asuhan

Keperawatan Pada Ny. S dengan close fraktur humerus sinistra di Kamar operasi

(OK) RS Hermina Solo”.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur.
2. Tujuan Khusus :
a. Mampu melakukan pengkajian pasien dengan fraktur
b. Mampu menegakkan diagnosa pasien dengan fraktur
c. Mampu melakukan intervensi keperawatan pasien dengan fraktur.
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pasien dengan fraktur
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pasien dengan fraktur.
BAB II
KONSEP DASAR

A. MEDIS
1. Definisi
a. Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang (Doenges, 2002).
b. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya (Smeltzer, 2001).
c. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000).

2. Etiologi
Fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang berlebihan
pada tulang yang biasanya di akibatkan secara langsung dan tidak langsung
dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang di
sebabkan oleh kendaraan bermotor (Reeves, 2001). Menurut Oswari E, (1993)
adapun penyebab fraktur antara lain:
a. Trauma langsung: benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur pada
tempat tersebut
b. Trauma tidak langsung: dimana jarak antara titik tumpul benturan dengan
terjadinya fraktur berjauhan
c. Proses penyakit: kanker dan riketsia
d. Compresion : klien yang melompat dari tempat ketinggian dapat
mengakibatkan fraktur kompresi.
e. Muscle (otot): akibat injuri/sakit terjadi regangan otot yang kuat sehingga
dapat menyebabkan fraktur (misal: elektrik shock dan tetani)

3. Tanda dan gejala / gejala klinis


a. Nyeri terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang
diimobilisasi, spasme otot akibat reflek involunter pada otot, trauma
langsung pada jaringan, peningkatan tekanan pada saraf sensori,
pergerakan pada daerah fraktur dan dapat diminimalkan dengan bidai
alamiah
b. Deformitas, akibat dari pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau
tungkai (perbedaan fungsi normal otot pada integritas tulang)
c. Pemendekan tulang yang terjadi karena kontraksi otot yang melekat diatas
dan dibawah tempat fraktur
d. Krepitus, bunyi derik tulang yang dapat diperiksa dengan tangan. Hal ini
terjadi karena gesekan antara fragmen satu dengan yang lain. Uji krepitus
ini dapat berdampak kurang baik, terjadinya kerusakan jaringan lunak
yang lebih berat
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit, terjadi akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur yang timbul beberapa jam
setelah kejadian.
f. Echimosis, ekstravasasi darah dalam jaringan subkutan (Brunner &
Suddarth, 2001)
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi/ luas fraktur dan trauma
b. Scan tulang, tomogram, scan CT/MRI : memperlihatkan fraktur, juga
untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
c. Arteriogram : dilakukan jika di curigai adanya kerusakan vaskuler
d. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi), atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
trauma multiple). SDP meningkat yang merupakan respon stres normal
setelah trauma
e. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
f. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi
darah, tranfusi multipel atau cedera hati
5. Patofisiologi

6. Penatalaksanaan medis
a. Reduksi fraktur, berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi anatomis.
b. Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke
posisinya dengan manipulasi dan traksi manual.
c. Traksi digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi.
Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
d. Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi.
Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau
batangan logam yang dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen
tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.
e. Imobilisasi fraktur, mempertahankan reduksi sampai terjadi
penyembuhan. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus
diimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar
sampai trejadi penyatuan. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan,
gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan teknik gips atau fiksator eksterna.
Sedangkan fiksasi interna dapat digunakan implant logam yang dapat
berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.
f. Rehabilitasi, mempertahankan dan mengembalikan fungsi setelah
dilakukan reduksi dan imobilisasi.

B. Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu pendekatan yang sistematika untuk
mengumpulkan data atau informasidan menganalisanya sehingga dapat
diketahui kebutuhan pasien.
a. Identitas Pasien
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan suatu faktor yang penting bagi petugas kesehatan dalam
menegakkan diagnosis atau menentukan kebutuhan pasien.
Nyeri pada daerah Fraktur, Kondisi fisik yang lemah, tidak bisa
melakukan banyak aktivitas, mual, muntah, dan nafsu makan
menurun,(Brunner & suddarth, 2002)
c. Riwayat Penyakit dahulu
Ada tidaknya riwayat DM pada masa lalu yang akan mempengaruhi
proses perawatan post operasi, (Sjamsuhidayat & Wim Dejong, 1998)
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Fraktur bukan merupakan suatu penyakit keturunan akan tetapi adanya
riwayat keluarga dengan DM perlu di perhatikan karena dapat
mempengaruhi perawatan post operasi, (Sjamsuhidayat & Wim Dejong,
1998)
e. Riwayat Psikologis
Biasanya dapat timbul rasa takut dan cemas terhadap fraktur, selain itu
dapat juga terjadi ganggguan konsep diri body image, jika terjadi atropi
otot kulit pucat, kering dan besisik. Dampak psikologis ini dapat muncul
pada pasien yang masih dalam perawatan dirumah sakit. Hal ini dapat
terjadi karena adanya program immobilisasi serta proses penyembuhan
yang cukup lama, (Doenges, 2000)
f. Riwayat Sosial
Dampak sosial adalah adanya ketergantungan pada orang lain dan
sebaliknya pasien dapat juga menarik diri dari lingkungannya karena
merasa dirinya tidak berguna (terutama kalau ada program amputasi),
(Doenges, 2000)
g. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan setelah riwayat kesehatan
dikumpulkan, pemeriksaan fisik yang lengkap biasanya dimulai secara
berurutan dari kepala sampai kejari kaki.
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
h. Aktivitas / istirahat
Tanda : Keterbatasan/ kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
(mungkin segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi secara
skunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri)
i. Sirkulasi
Tanda :
- Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri,
- Anxietas
- Hipotensi
- Tachikardi (respon stres, hipovolemi)
- Penurunan/ tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera,
- Pengisian Kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena
- Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera
j. Neurosensori
Gejala : Hilang gerakan/ sensasi, spasme otot, Kebas/ kesemutan
(parastesis)
Tanda : Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi,
krepitasi, spasme otot, terlihat kelemahan/ hilang fungsi,
Agitasi

k. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (terlokalisasi pada
area jaringan, kerusakan tulang, dapat berkurang pada imobilisasi),
Spasme/ kram otot dapat terjadi setelah dilakukan imobilisasi
l. Keamanan
Tanda : Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan
warna Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara
bertahap/ hati-hati)
m. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Lingkungan cedera rencana pemulangan : panggul/ pelvis
6-7 hari, lain-lain 4 hari (bila perawatan dirumah sakit
memerlukan bantuan dengan transportasi
2) Diagnosa Keperawatan
Pre op:
a. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang; edema
dan cedera pada jaringan lunak, alat traksi/ mobilisasi
b. Cemas berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan
Intra op:
c. Cidera intra operatif berhubungan dengan kebutuhan posisi pembedahan
dan pemasangan elektromedik
Post op
d. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

3) Perencanaan
Pre operasi:
a. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang; edema
dan cedera pada jaringan lunak, alat traksi/ mobilisasi
1) Kaji karakteristik nyeri pasien
2) Anjurkan pasien relaksasi nafas dalam
3) Ciptakan lingkungan yang nyaman
4) Libatkan keluarga untuk mengalihkan nyeri pasien
5) Kolaborasi dengam dokter untuk pemberian terapi analgetik

b. Cemas berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan


1) Lakukan interaksi sosial/ berdoa
2) Lakukan orientasi pra operasi dan prosedur
3) Pasang monitor untuk observasi TTV, saturasi oksigen, keadaan
umum pasien
4) Kolaborasi pemberian premedikasi
5) Observasi efek pemberian obat
Intra operasi:
c. Cidera intra operatif
1) Siapkan ruang operasi
2) Jaga privasi pasien
3) Siapkan pasien di meja operasi
4) Observasi tanda- tanda vital pasien
5) Siapkan instrumen dan linen
6) Berikan posisi pasien sesuai jenis operai
7) Persiapkan lokasi pembedahan
8) Pasang proplate pada bagian tubuh berlemak tebal
9) Melibatkan tim operasi untuk mengontrol peletakan alat
elektromedik

Post operasi:
d. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
1) Kaji karakteristik nyeri pasien
2) Anjurkan pasien relaksasi nafas dalam
3) Ciptakan lingkungan yang nyaman
4) Libatkan keluarga untuk mengalihkan nyeri pasien
5) Kolaborasi dengam dokter untuk pemberian terapi analgetik
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
1) Kaji tingkat pengetahuan klien (lihat reaksi/ ekspresi wajah klien).
2) Dorong aktifitas sesuai toleransi dengan periode istirahat
3) Diskusikan dan ajarkan perawatan luka operasi,pertahanan alat
fiksasi
4) Libatkan keluarga saat mengajarkan cara perawatn luka
5) Jadwalkan control ke dokter sesuai intruksi
f. Resti infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan
1) Kaji tanda-tanda infeksi.
2) Lakukan perawatan luka sesuai advice dokter.
3) Berikan penkes tentang proses penyembuhan luka.
4) Libatkan keluarga untuk menjaga kebersihan area yang di operasi.
5) Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
BAB III
LAPORAN KASUS
FORMAT PENGKAJIAN KAMAR BEDAH
RUMAH SAKIT HERMINA SOLO

1. Identitas Pasien
 Nama Pasien : Ny. S
 No. CM : T.09.24.79
 Tgl lahir/ Umur : 42 tahun / 11-07-1977
 Agama : Islam
 Pendidikan : SMA
 Suku/ bangsa : Indonesia
 Alamat : Kedusan RT 15 Karangmalang Masaran Sragen
2. Identitas Orang Tua/ Penanggung Jawab
a. Nama : Tn. N
b. Umur : 38 thn
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : Swasta
f. Hubungan dengan pasien : Suami pasien
g. Alamat : Kedusan RT 15 Karangmalang Masaran
Sragen

Tanggal Pengkajian : 03-06-2020


Diagnosa Medis : Close fraktur humerus sinistra
PENGKAJIAN PERIOPERATIF KAMAR BEDAH
Tanggal pengkajian : 03/06/2020
Diagnosa medis : fraktur humerus sinistra

A. PRE OPERASI
1. Keluhan utama/alasan masuk : Pasien mengatakan nyeri di bagian lengan
tangan kiri sehabis jatuh dari kamar mandi, nyeri bertambah jika digerakan.
Kemudian pasien periksa ke IGD RS Hermina solo dan dilaporkan ke dr.
SA,Sp.OT disarakan untuk operasi orif karena dari hasil pemeriksaan
radiologi tampak fraktur humerus sinistra.
2. Riwayat penyakit pasien : pasien mengatakan mengatakan mempunyai
riwayat hipertensi.
3. Riwayat operasi / anestesi : pasien mengatakan pernah operasi section caesaria
dengan anestesi spinal pada tahun 2003 dan 2005
4. Komplikasi operasi / anestesi yang lalu : pasien mengatakan tidak ada
komplikasi operasi dan anestesi yang lalu.
5. Riwayat alergi : pasien mengatakan tidak ada alergi obat dan makanan
6. Riwayat penyakit keluarga : pasien mangatakan ibunya mempunyai riwayat
hipertensi
7. Indikasi operasi : fraktur humerus sinistra
8. Jenis operasi : orif
9. Tanda-tanda vital : Suhu: 36,7°C Nadi : 90 x/mnt Respirasi :18 x/mnt TD :
150/90 mmHg BB : 63 kg, TB : 162 Cm , Golongan Darah : O Rhesus : (+)
/ positif

B. RIWAYAT PSIKOSOSIAL/ SPIRITUAL


1. Status emosional : pasien tampak bingung dan bertanya- tanya tentang proses
operasi.
2. Data kecemasan pasien terhadap kondisi pasien :
3. Tingkat kecemasan : pasien merasa cemas dengan kondisinya.
Skala cemas : 2 = tingkat perhatian tinggi.
4. Tingkat pengetahuan : pasien bertanya tentang kondisinya.
5. Pengetahuan tentang penyakit : pasien kurang mengerti tentang penyakit yang
diderita, pengobatan dan perawatannya.
6. Data nyeri menurut VAS (Visual Analog Scale)
Pengkajian nyeri :
Paliatif : Nyeri tangan kiri jika tersentuh atau digerakkan.
Qualitatif : Nyeri seperti tertusuk-tusuk.
Regional : Nyeri di bagian lengan tangan kiri.
Scale : Skala nyeri 2
Time : Nyeri berlangsung kadang- kadang.

C. PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)


1. Keadaan umum : lemah
2. Kesadaran : composmentis, GCS: E:4, V:5, M:6 =15
3. Kepala : Bentuk mesochepal, simetris, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
kepala.
4. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, reflek menelan ada.
5. Muka : Simetris, ekspresi wajah menahan nyeri, tidak ada lesi.
6. Mata : Pupil ishokor, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis.
7. Telinga : Bersih, tidak ada lesi dan serumen.
8. Hidung : Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung.
9. Mulut dan Faring : Tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada stomatitis, mukosa
mulut lembab.
10. Sistem Integumen : Suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, oedema,
nyeri tekan, akral hangat.
11. Thoraks
Inspeksi : Bentuk dada simetris.
Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, traktil fremitus teraba sama.
Perkusi : Sonor.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing maupun ronchi.
12. Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak.
Palpasi : Nadi meningkat, irama reguler.
Auskultasi : Terdengar bunyi jantung S1: lup dan S2 : dup.
13. Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar, simetris.
Auskultasi : Peristaltik usus 20 kali/menit.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Suara thympani.
14. Inguinal-Genetalia-Anus : Tidak ada hemoroid, tidak ada kesulitan BAB.
15. Extremitas : terdapat fraktur humerus sinistra, ada nyeri, ada oedema, ada
deformitas, dan ada krepitasi.
HASIL DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologi tanggal : 02/06/2020
Diketahui fraktur os humerus 1/3 distal
2. Pemeriksaan laboratorium pre op tanggal : 02/06/2020
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hematologi
Hemoglobin 13,10g/dl 11.7 – 15.5 g/dl
Hematokrit 38% 35 – 47 %
Lekosit 18.200/mm3 4.500 – 13.000/mm3
Trombosit 439.000/mm3 150.000 – 400.000/mm3
Hemostasis
Masa perdarahan 2 menit 1-3 menit
Masa pembekuan 4 menit 1-6 menit
APTT 28.9 detik 25.9 – 39.5 detik
Kimia klinik
GDs 150 mg/dl 70 – 199 mg/dl
Serologi
Anti HIV Rapid NON REAKTIF NON REAKTIF
Hepatitis
HbsAg Rapid NON REAKTIF NON REAKTIF

3. Terapi tanggal 02/12/2013


- Infus ringer lactat 20 tpm
- 1 jam pre op Inj. Cefazoline 2 gr (iv)
- Inj. Ketorolac 30 mg extra (iv)
D. INTRA OPERASI
Anestesi dimulai jam 15.30 WIB, pembedahan dimulai jam 15.45 WIB sampai
pukul 17.30 WIB. Posisi operasi miring kanan, Jenis anestesi umum/general
anestesi, Airway terpasang LMA no. 4, TTV : suhu: 36,1˚C, nadi: 78x/menit
teraba kuat dan teratur, RR: 16x/menit, TD: 132/71 mmHg, SpO2: 99%.
Menggunakan alat elektromedik cauter, lokasi pemasangan patient plate dibawah
betis kaki kanan pasien dan pada intra operasi menggunakan bor tulang. Integritas
kulit sebelum pemasangan patient plate utuh. Cairan masuk : infuse kristaloid:
1000 cc, koloid: 0 cc, transfuse: 0 cc. Total cairan masuk: 1000 cc. Urine : 0 cc,
perdarahan: 200cc, total cairan keluar: 200cc. Balance cairan: (+)800 cc.

E. POST OPERASI
Pasien pindah ke RR jam 17.45 WIB. Keluhan pasien saat di RR, Pasien
mengatakan masih mengantuk, Pasien mengatakan pusing ketika membuka mata,
KU: Sedang, TD:130/80 mmhg, Nadi: 79x/menit, RR: 19x/menit, Suhu: 36°C,
suara nafas snoring, terpasang alat bantu nafas: OPA (Oropharingeal Airway),
SpO2: 99%, Pergerakan pasien tidak terarah, kesadaran apatis/sedatif. GCS: E:3,
V:4, M:5 =12. Pada pukul 20.00 sebelum pasien pindah ruang perawatan pasien
mengatakan nyeri di luka operasi, ekspresi wajah meringis. Pengkajian nyeri :
Paliatif : Nyeri jika digerakkan, Qualitatif : Nyeri seperti tertusuk-tusuk,
Regional : Nyeri di area yang di operasi, Scale : Skala nyeri 5. Time : Nyeri
berlangsung terus-menerus. Terdapat luka operasi pada lengan kiri +/- 10cm,
balutan luka operasi tampak kering, di sekitar luka tidak tampak kemerahan,
tidak tampak bengkak. Pasien pindah ke ruang perawatan jam 21.00 WIB.
keadaan umum pasien baik. TTV : suhu: 36,5˚C, nadi: 84x/menit teraba kuat dan
teratur, RR: 20x/menit, TD: 140/88mmHg, SpO2: 99%. Kesadaran
composmentis, GCS: E:4, V:5, M:6 =15, aldrette skor: 9.
PERIOPERATIF NURSING CARE PLAN
PRE OPERASI
PENGKAJIAN DIAGNOSA RENCANA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN TINDAKAN
Jam: 14.00 2. Cemas 1. Intervensi cemas
1. Pernafasan a. Lakukan interaksi  Melakukan interaksi  Ya
Alat bantu nafas: Tidak sosial/ berdoa sosial dan berdoa
Oksigen: Tidak b. Lakukan orientasi pra  Melakukan orientasi  Ya
RR: 20x/menit operasi dan prosedur pra operasi dan
SPO2: 100% c. Pasang monitor untuk prosedur
2. Darah: observasi TTV,  Memasang monitor  Ya

Capilary refill: <2 detik saturasi oksigen, untuk observasi TTV,


Akral kulit: hangat keadaan umum pasien saturasi oksigen,
Perdarahan: tidak d. Kolaborasi pemberian keadaan umum pasien
3. TD: 150/90 mmhg, premedikasi
N:90x/menit, sh: 36,1°C, e. Observasi efek
GDS: 150mg/dl, pemberian obat
Leukosit: 18.200/mm3
4. Otak/ syaraf pusat
Kesadaran:
Composmentis
GCS: E4 M6 V5
5. Skala nyeri: 2
Ekspresi wajah: tegang
6. Kandung Kemih: tidak
terpasang kateter
7. Pencernaan
BB:63kg, TB: 162cm
Puasa: sejak pukul
07.00 WIB
8. Ekstremitas
Patah tulang: fraktur
humerus sinistra

INTRA OPERASI
PENGKAJIAN DIAGNOSA RENCANA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN TINDAKAN
Jam masuk OK: 15.15 2. Resiko cidera 1. Siapkan ruang  Mempersiapkan ruang  Ya
Jam mulai anastesi: 15.30 operasi operasi
Jam selesai anastesi: 17.30 2. Jaga privasi pasien  Menjaga privasi pasien  Ya
Jam keluar OK: 17.45 3. Siapkan pasien di  Mempersiapkan pasien  Ya
1. Pernafasan meja operasi di meja operasi
Alat bantu nafas: LMA 4. Observasi tanda-  Mengobservasi tanda-  Ya
no.4 tanda vital pasien tanda vital pasien
RR: 16x/menit 5. Siapkan instrumen  Mempersiapkan  Ya
SPO2: 100% dan linen instrumen dan linen
2. Darah: 6. Berikan posisi  Memberikan posisi
Capilary refill: <2 detik pasien sesuai jenis pasien sesuai jenis  Ya

Akral kulit: hangat operai operai


Perdarahan: tidak 7. Persiapkan lokasi  Mempersiapkan lokasi  Ya

3. TD: 132/71 mmhg, pembedahan pembedahan


N:78x/menit, sh: 36,1°C, 8. Pasang proplate pada  Memasang proplate
 Ya
GDS: 150mg/dl, bagian tubuh pada betis kanan
Leukosit: 18.200/mm3 berlemak tebal  Melibatkan tim operasi
4. Otak/ syaraf pusat 9. Melibatkan tim untuk mengontrol  Ya
Kesadaran: sedatif operasi untuk
GCS: E1 M1 V1 mengontrol peletakan bor dan
(keadaan pasien peletakan alat handsuit cauter
tersedasi) elektromedik
5. Skala nyeri: 0
6. Kandung Kemih: tidak
terpasang kateter
7. Pencernaan
BB:63kg, TB: 162cm
Puasa: ya, mual: tidak ada
8. Ekstremitas
Patah tulang: fraktur
humerus sinistra
9. Penggunaan alat
elektromedik:
Terpasang proplate pada
betis kanan dan intra
operasi menggunakan
bor tulang
POST OPERASI
PENGKAJIAN DIAGNOSA RENCANA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN TINDAKAN
Jam masuk RR: 17.45 3. Resti injuri/ jatuh 1. Pasang penghalang 1. Memasang penghalang  Ya
1. Pernafasan 4. Resti jalan nafas tempat tidur tempat tidur
Alat bantu nafas: OPA tidak efektif 2. Observasi Tanda- 2. Mengobservasi Tanda-
 Ya
(Oropharingeal Airway) Tanda Vital pasien Tanda Vital pasien
RR: 19x/menit 3. Beri edukasi 3. Memberi edukasi tentang
SPO2: 99% tentang efek efek sekunder anastesi  Ya
Oksigen: 3liter per menit sekunder anastesi 4. Melibatkan Keluarga
2. Darah: 4. Libatkan Keluarga untuk mengawasi  Ya
Capilary refill: <2 detik untuk mengawasi pergerakan dan aktivitas
Akral kulit: hangat pergerakan dan pasien
Perdarahan: tidak aktivitas pasien 5. Melakukan kolaborasi
 Ya
3. TD: 130/80 mmhg, 5. Kolaborasi dengan dengan dokter anastesi
N:79x/menit, sh: 36,1°C, dokter anastesi apabila efek anastesi
4. Otak/ syaraf pusat apabila efek tidak hilang dalam 1x3
Kesadaran: sedatif anastesi tidak
GCS: E3 M4 V5
5. Skala nyeri: 0 hilang dalam 1x3 6. Mempertahankan jalan
6. Kandung Kemih: tidak jam nafas dengan posisi
terpasang kateter 6. Pertahankan jalan kepala ekstensi
7. Pencernaan nafas dengan 7. Memasang OPA
BB:63kg, TB: 162cm dengan posisi
Puasa: ya, mual: tidak ada kepala ekstensi
8. Ekstremitas atau miring salah
Kulit: utuh, terdapat satu sisi
balutan luka pada lengan 7. Pasang opa
kiri +/- 10cm 8. Lakukan suction
9. Perencanaan selanjutnya: pada jalan nafas
Pengelolaan nyeri 9. Beri penkes
tentang efek
anestesi
TGL PERENCANAAN
TGL
DITEGAK
TERATASI
NO KAN dan
DIAGNOSA KRITERI RENCANA dan
DX NAMA TUJUAN
A HASIL TINDAKAN NAMA
PERAWA
PERAWAT
T
5  Nyeri Wahyu A Setelah  Pasien  Kaji Wahyu A
berhubungan 03/06/2020 dilakukan menyatak karakteristik 05/06/2020
dengan 20.00 tindakaan an nyeri nyeri pasien 19.00
terputusnya keperawatan hilang/  Anjurkan
kontinuitas selama berkurang pasien
jaringan 2x24jam . relaksasi
Ditandai dengan : diharapkan  Ekspre nafas dalam
DS : nyeri dapat si wajah  Ciptakan
 Pasien teratasi tampak lingkungan
mengatakan nyeri rileks yang
daerah fraktur  Pasien nyaman
DO : tidak  Libatkan
 Expresi wajah tampak keluarga
tampak tegang kesakitan untuk
 Tampak klien  Skala mengalihka
kesakitan nyeri :1-2 n nyeri
 Skala nyeri :5 pasien
 Nyeri seperti  Kolaborasi
ditusuk- tusuk dengam
dokter untuk
pemberian
terapi
analgetik

6 Resti infeksi Wahyu A infeksi tidak  tidak ada  Kaji tanda- Wahyu A
berhubungan 03/06/2020 tanda- 05/06/2020
terjadi tanda infeksi.
dengan insisi 20.10 tanda 19.00
pembedahan yang setelah  Lakukan
infeksi
ditandai dengan
dilakukan  tanda- perawatan
DS:-
DO: tindakan tanda luka sesuai
 terdapat luka vital
keperawata advice
operasi di dalam
lengan tangan n selama batas dokter.
kiri pasien 2x24 jam. normal.  Berikan
penkes
 terdapat luka tentang
post operasi proses
+/- 10cm
penyembuha
n luka.
 Libatkan
keluarga
untuk
menjaga
kebersihan
area yang di
operasi.
 Kolaborasi
untuk
pemberian
antibiotik.
TGL/JAM TINDAKAN DAN EVALUASI NAMA & TTD
KEPERAWATAN PERAWAT
03/06/20 Mengkaji karakteristik nyeri pasien: Pasien Wahyu A
20.00 mengatakan nyeri luka operasi pada bagian
lengan kanan, skala nyeri 5, nyeri seperti ditusuk-
tusuk, nyeri terus menerus

20. 10 Menganjurkan pasien relaksasi nafas dalam: Wahyu A


pasien kooperatif

20.15 Mengkaji tanda- tanda infeksi: tidak terdapat Wahyu A


tanda- tanda operasi

Menciptakan lingkungan dan posisi tubuh yang


20.25 nyaman: pasien tampak istirahat nyaman dengan Wahyu A
posisi terlentang

20.30 Melibatkan keluarga untuk mengalihkan nyeri


pasien: Suami pasien terlibat dalam pengalihan Wahyu A
nyeri pasien

20.35 Melibatkan keluarga untuk menjaga kebersihan Wahyu A


area operasi

21.10 Melakukan pengkajian ulang: pasien mengatakan Wahyu A


masih nyeri pada luka operasi, wajah tampak
rileks, skala nyeri 4, nyeri hilang timbul, TD:
130/80mmhg, N: 91x/menit, RR: 20x/menit,
Suhu: 36,6°C, intervensi diagnosa nyeri
dilanjutkan
TGL/JAM TINDAKAN DAN EVALUASI NAMA & TTD
KEPERAWATAN PERAWAT
04/06/20 Melakukan pengkajian lanjutn nyeri pada pasien: Wahyu A
15.00 Pasien mengatakan luka operasi masih nyeri,
skala nyeri 4, nyeri seperti ditusuk- tusuk, nyeri
hilang timbul

15.30 Menciptakan lingkungan dan posisi tubuh yang Wahyu A


nyaman: pasien tampak istirahat nyaman dengan
posisi terlentang

17.00 Mengkaji tanda- tanda infeksi: balutan luka Wahyu A


operasi kering, sekitar luka operasi tidak
kemerahan, tidak ada bengkak

18.00 Menganjurkan pasien relaksasi nafas dalam:


pasien kooperatif Wahyu A

Melakukan pengkajian ulang: pasien mengatakan


20.25 masih nyeri pada luka operasi, wajah tampak
rileks, skala nyeri 3, balutan luka operasi kering, Wahyu A
tidak ada bengkak, nyeri hilang timbul, intervensi
diagnosa nyeri dilanjutkan

05/06/2020 Melakukan pengkajian lanjutn nyeri pada pasien: Wahyu A


13.00 Pasien mengatakan nyeri luka operasi berkurang,
skala nyeri 2, nyeri hilang timbul

14.00 Mengkaji tanda- tanda infeksi: balutan luka Wahyu A


operasi kering, sekitar luka operasi tidak
kemerahan, tidak ada bengkak

15.00 Melibatkan keluarga untuk mengalihkan nyeri Wahyu A


pasien: Suami pasien terlibat dalam pengalihan
nyeri pasien

17.30 Menganjurkan pasien relaksasi nafas dalam Wahyu A


apabila nyeri muncul: pasien kooperatif
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
Tgl Profesi HASIL ASESMEN-IAR INSTRUKSI REVIEW
& Pemberi PENATALAKSANAAN PPA &
Jam Asuhan PASIEN TERMASUK VERIFIK
PASCA BEDAH ASI
DPJP
03/06 Perawat Evaluasi pasien: P: Intervensi
/2020 S: Pasien mengatakan masih diagnosa nyeri
21.15 nyeri pada luka operasi dan resiko
O: wajah tampak rileks, skala infeksi
nyeri 4, nyeri hilang timbul, dilanjutkan
TD: 130/80mmhg, N:
91x/menit, RR: 20x/menit,
Suhu: 36,6°C, balutan luka
operasi kering, sekitar luka
operasi tidak kemerahan, tidak
ada bengkak Wahyu A
A: Nyeri belum teratasi
Resiko Infeksi tidak terjadi

04/06 Perawat Evaluasi pasien: P: Intervensi


/2020 S: Pasien mengatakan nyeri diagnosa
21.00 pada luka operasi berkurang nyeri dan
O: wajah tampak rileks, skala resiko infeksi
nyeri 3, nyeri hilang timbul, dilanjutkan
TD: 130/75mmhg, N:
91x/menit, RR: 19x/menit,
Suhu: 36,4°C, balutan luka
operasi kering, sekitar luka
operasi tidak kemerahan, tidak Wahyu A
ada bengkak

A: Nyeri belum teratasi


Resiko Infeksi tidak terjadi

05/06 Perawat Evaluasi pasien: P: Intervensi


/2020 S: Pasien mengatakan nyeri diagnosa nyeri
19.00 pada luka operasi berkurang dan resiko infeksi
O: wajah tampak rileks, skala dihentikan
nyeri 2, nyeri sudah jarang
timbul, TD: 126/74mmhg, N:
78x/menit, RR: 19x/menit,
Suhu: 36,4°C, balutan luka
operasi kering, sekitar luka
operasi tidak kemerahan, tidak Wahyu A
ada bengkak
A: Nyeri Teratasi
Resiko infeksi tidak terjadi
BUKTI PEMBERIAN KOMUNIKASI INFORMASI EDUKASI (KIE)

TGL/ INFORMASI/ METODE PEMBE PENERIMA EVALUASI/


JAM EDUKASI RI KIE KIE VERIFIKASI
YANG NAMA NAMA
DIBERIKAN
03/06 Menjelaskan Ceramah Wahyu Tn. N Sudah
/2020 kepada keluarga A (suami Mengerti
17.55 tentang efek pasien)
- skunder anastesi
18.00
03/06 Menjelaskan Ceramah Wahyu Ny. S Sudah
/2020 tentang prosedur A (pasien) Mengerti
13.45 operasi dan posisi
- pembedahan:
13.55 miring kanan

05/06 Perawatan luka Ceramah Wahyu Tn. N Sudah


/2020 pada saat A (Suami Mengerti
16.30 dirumah, selalu pasien)
- menjaga
16.40 kebersihan area
luka operasi
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Setelah melakukan pembahasan pengkajian, pada teori dijelaskan ada nyeri
hebat yang diakibatkan fraktur. Sedangkan pada kasus, pasien mengatakan nyeri
masih bisa ditoleransi. Hal ini disebabkan pada saat pasien jatuh yang
mengakibatkan fraktur humerus, pasien langsung segera ke rumah sakit (RS) dan
langsung mendapat terapi analgetik dari dokter. Sedangkan pada pengkajian yang
dilakukan 3 jam setelah operasi pasien mengatakan nyeri lebih hebat daripada
sebelum operasi meskipun sudah mendapatkan obat pengurang nyeri di dalam
kamar operasi. Jadi pada kasus nyeri setelah operasi sesuai dengan teori.

B. Diagnosa keperawatan
Pada pembahasan diagnosa keperawatan didapatkan diagnosa keperawatan
sesuai kasus ada 6 diagnosa, sedangkan pada kasus teori ada 6 diagnosa. 2
diagnosa keperawatan tidak muncul karena data tidak mendukung pada kasus
yaitu nyeri pada waktu sebelum operasi dan kurang pengetahuan setelah operasi.
Dan muncul 2 diagnosa keperawatan yang tidak tercantum dalam teori yaitu resti
(resiko tinggi) jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek sekunder
anastesi. Pada kasus ini pasien mengatakan sudah mempunyai gambaran atau
pandangan tentang pemulihan setelah operasi, karena sebelumnya pasien sudah 2
kali melakukan operasi sectio caesaria. Sedangkan diagnosa keperawatan yang
muncul pada kasus dan tidak tercantum dalam teori yaitu Injuri berhubungan
dengan efek sekunder anastesi dan resti jalan nafas tidak efektif. Penulis
mengangkat diagnosa keperawatan ini karena ditemukan data yang dapat
mengangkat diagnosa Resiko tinggi injuri. Pada pasien setelah operasi orif fraktur
humerus bius yang digunakan yaitu dengan pembiusan umum yang
mengakibatkan pasien masih mengantuk, pergerakannya tidak terarah dan tidak
sesuai perintah, suara nafas paska operasi snoring
C. Perencanaan
Pada perncanaan antara perencanaan teori dan kasus tidak ada kesenjangan.

D. Implementasi
Pelaksanaan pada teori terdapat kesenjangan pada tahap kolaborasi.
Pada diagnosa cemas kolaborasi pemberian premedikasi sebelum tindakan operasi
tidak dilakukan karena ketika akan masuk kamar operasi pasien sudah tidak cemas.
Dalam diagnosa nyeri setelah tindakan, implementasi kolaborasi dengan dokter tidak
dilakukan karena dokter sudah memberikan terapi obat analgetik secara rutin.
E. Evaluasi
Semua masalah keperawatan di kamar operasi dapat teratasi
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. (Smeltzer, 2001). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang,
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. (Mansjoer, 2000).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan, fraktur adalah patah
tulang yang diakibatkan tekanan atau benturan yang keras pada tulang. Fraktur
disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang
yang biasanya di akibatkan secara langsung dan tidak langsung dan sering
berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang di sebabkan oleh
kecelakaan kendaraan bermotor (Reeves, 2001).
Asuhan keperawatan dalam kasus ini terdapat kesenjangan pada hasil data
pengkajian, penegakan diagnose keperawatan, dan implementasi .

B. Saran
1. Penatalaksanaan tindakan keperawatan hendaknya dapat melanjutkan dan
mempertahankan tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
2. Pasien dan keluarga diharapkan dapat mendukung proses keperawatan dan
pengobatan pada pasien dalam mematuhi pengobatan.
3. Untuk perawat
a. Dapat melaksanakan asuhan keperawatan pasien post operasi orif
fraktur humerus, perawat harus lebih peduli dengan keluhan nyeri
pasien.
b. Disarankan untuk memberikan terapi analgetik sesuai waktu yang
telah dijadwalkan agar keluhan nyeri pasien dapat terkontrol.
4. Untuk keluarga / orang tua
5. Dukungan keluarga sangat bagus untuk meningkatkan kesehatan dan
memberikan motivasi pasien untuk mengalihkan nyeri pasien dan
membantu aktivitas pasien
6. Melanjutkan perawatan mandiri setelah pulang dari rumah sakit dengan
membantu aktivitas pasien di rumah
7. Informasikan kepada para calon peserta diklat agar mempersiap semua
perihal yang dibahas pada saat diklat
8. Untuk ujian post test diusahakan cukup satu kali
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, EM. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Korlantaspolri. (2012).

Mansjoer, Arif, et. al. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius.

Oswari, E,. (1993). Bedah dan Perawatannya. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Rasjad, Chairuddin. (2003). Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makasar : Lintang


Imumpasue.

Reeves, Charlene J,. (2001). Keperawatan Medikal Bedah (Penerjemah Joko


Setyono). Jakarta : Penerbit Salemba Medica.

Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner
& Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai