S
DENGAN ORIF A.I. CLOSE FRAKTUR HUMERUS SINISTRA
DI INSTALASI KAMAR OPERASI (OK)
RS HERMINA SOLO
STUDI KASUS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk evaluasi diklat Bedah 3
Disusun Oleh :
WAHYU ANGGARA
NRP 202013122720
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas berkat
beserta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Saw beserta
Studi kasus ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
makalah ini Penulis tidak bekerja sendiri, kepada semua pihak yang telah
membantu baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Pada
kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
8. Istri, anak, orang tua serta mertua yang selalu memberikan dukungan serta
9. Bagi pasien dan suami pasien yang telah mendukung dan membantu dalam
kekurangan, baik dari segi isinya, struktur kalimat maupun cara penulisannya.
Untuk itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
Wahyu Anggara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecelakaan lalu lintas sering sekali terjadi di Indonesia. Statistik menunjukan
jumlah kecelakaan lalu lintas makin meningkat dari tahun ke tahun. Catatan dari
Kepolisian, jumlah kecelakaan lalu lintas di tahun 2012 dari Januari hingga Juli
mencapai angka 69.345 kecelakaan. Dari jumlah tersebut 31.185 orang meninggal
dunia. Catatan Kepolisian menunjukkan dari total kecelakaan yang ada, sebanyak
81% disebabkan faktor manusia. Faktor manusia itu diindikasikan lewat pelanggaran
atau tidak mematuhi peraturan lalu lintas, sisanya merupakan faktor teknis, alam dan
lain sebagainya. Korban tewas akibat kecelakaan lalu lintas di Provinsi Jawa Tengah
cukup memprihatinkan. Selama satu tahun terakhir tercatat 4000 jiwa melayang di
Fraktur atau patah tulang adalah masalah yang akhir-akhir ini sangat banyak
menyita perhatian masyarakat. Banyak terjadi kecelakaan lalu lintas dan kejadian
alam yang tidak terduga menyebabkan fraktur. Seringkali untuk penanganan fraktur
ini tidak tepat dikarenakan kurangnya informasi penanganan secara medis. Fraktur
lebih sering terjadi pada orang laki-laki daripada perempuan dengan umur di bawah
45 tahun dan sering berhubungan dengan olah raga, pekerjaan atau kecelakaan.
(Anonim, 2008). Fraktur humerus adalah salah satu jenis fraktur yang memerlukan
Di Rumah Sakit Hermina Solo selama kurun waktu 1 bulan terakhir terdapat
6 kasus fraktur, yang diantaranya 3 kasus close fraktur humerus, 1 kasus neglected
dislokasi digiti, 1 kasus close fraktur intracondilar phalanx digiti, 1 kasus close
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah
Keperawatan Pada Ny. S dengan close fraktur humerus sinistra di Kamar operasi
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur.
2. Tujuan Khusus :
a. Mampu melakukan pengkajian pasien dengan fraktur
b. Mampu menegakkan diagnosa pasien dengan fraktur
c. Mampu melakukan intervensi keperawatan pasien dengan fraktur.
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pasien dengan fraktur
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pasien dengan fraktur.
BAB II
KONSEP DASAR
A. MEDIS
1. Definisi
a. Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang (Doenges, 2002).
b. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya (Smeltzer, 2001).
c. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000).
2. Etiologi
Fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang berlebihan
pada tulang yang biasanya di akibatkan secara langsung dan tidak langsung
dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang di
sebabkan oleh kendaraan bermotor (Reeves, 2001). Menurut Oswari E, (1993)
adapun penyebab fraktur antara lain:
a. Trauma langsung: benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur pada
tempat tersebut
b. Trauma tidak langsung: dimana jarak antara titik tumpul benturan dengan
terjadinya fraktur berjauhan
c. Proses penyakit: kanker dan riketsia
d. Compresion : klien yang melompat dari tempat ketinggian dapat
mengakibatkan fraktur kompresi.
e. Muscle (otot): akibat injuri/sakit terjadi regangan otot yang kuat sehingga
dapat menyebabkan fraktur (misal: elektrik shock dan tetani)
6. Penatalaksanaan medis
a. Reduksi fraktur, berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi anatomis.
b. Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke
posisinya dengan manipulasi dan traksi manual.
c. Traksi digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi.
Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
d. Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi.
Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau
batangan logam yang dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen
tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.
e. Imobilisasi fraktur, mempertahankan reduksi sampai terjadi
penyembuhan. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus
diimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar
sampai trejadi penyatuan. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan,
gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan teknik gips atau fiksator eksterna.
Sedangkan fiksasi interna dapat digunakan implant logam yang dapat
berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.
f. Rehabilitasi, mempertahankan dan mengembalikan fungsi setelah
dilakukan reduksi dan imobilisasi.
B. Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu pendekatan yang sistematika untuk
mengumpulkan data atau informasidan menganalisanya sehingga dapat
diketahui kebutuhan pasien.
a. Identitas Pasien
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan suatu faktor yang penting bagi petugas kesehatan dalam
menegakkan diagnosis atau menentukan kebutuhan pasien.
Nyeri pada daerah Fraktur, Kondisi fisik yang lemah, tidak bisa
melakukan banyak aktivitas, mual, muntah, dan nafsu makan
menurun,(Brunner & suddarth, 2002)
c. Riwayat Penyakit dahulu
Ada tidaknya riwayat DM pada masa lalu yang akan mempengaruhi
proses perawatan post operasi, (Sjamsuhidayat & Wim Dejong, 1998)
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Fraktur bukan merupakan suatu penyakit keturunan akan tetapi adanya
riwayat keluarga dengan DM perlu di perhatikan karena dapat
mempengaruhi perawatan post operasi, (Sjamsuhidayat & Wim Dejong,
1998)
e. Riwayat Psikologis
Biasanya dapat timbul rasa takut dan cemas terhadap fraktur, selain itu
dapat juga terjadi ganggguan konsep diri body image, jika terjadi atropi
otot kulit pucat, kering dan besisik. Dampak psikologis ini dapat muncul
pada pasien yang masih dalam perawatan dirumah sakit. Hal ini dapat
terjadi karena adanya program immobilisasi serta proses penyembuhan
yang cukup lama, (Doenges, 2000)
f. Riwayat Sosial
Dampak sosial adalah adanya ketergantungan pada orang lain dan
sebaliknya pasien dapat juga menarik diri dari lingkungannya karena
merasa dirinya tidak berguna (terutama kalau ada program amputasi),
(Doenges, 2000)
g. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan setelah riwayat kesehatan
dikumpulkan, pemeriksaan fisik yang lengkap biasanya dimulai secara
berurutan dari kepala sampai kejari kaki.
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
h. Aktivitas / istirahat
Tanda : Keterbatasan/ kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
(mungkin segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi secara
skunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri)
i. Sirkulasi
Tanda :
- Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri,
- Anxietas
- Hipotensi
- Tachikardi (respon stres, hipovolemi)
- Penurunan/ tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera,
- Pengisian Kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena
- Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera
j. Neurosensori
Gejala : Hilang gerakan/ sensasi, spasme otot, Kebas/ kesemutan
(parastesis)
Tanda : Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi,
krepitasi, spasme otot, terlihat kelemahan/ hilang fungsi,
Agitasi
k. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (terlokalisasi pada
area jaringan, kerusakan tulang, dapat berkurang pada imobilisasi),
Spasme/ kram otot dapat terjadi setelah dilakukan imobilisasi
l. Keamanan
Tanda : Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan
warna Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara
bertahap/ hati-hati)
m. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Lingkungan cedera rencana pemulangan : panggul/ pelvis
6-7 hari, lain-lain 4 hari (bila perawatan dirumah sakit
memerlukan bantuan dengan transportasi
2) Diagnosa Keperawatan
Pre op:
a. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang; edema
dan cedera pada jaringan lunak, alat traksi/ mobilisasi
b. Cemas berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan
Intra op:
c. Cidera intra operatif berhubungan dengan kebutuhan posisi pembedahan
dan pemasangan elektromedik
Post op
d. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
3) Perencanaan
Pre operasi:
a. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang; edema
dan cedera pada jaringan lunak, alat traksi/ mobilisasi
1) Kaji karakteristik nyeri pasien
2) Anjurkan pasien relaksasi nafas dalam
3) Ciptakan lingkungan yang nyaman
4) Libatkan keluarga untuk mengalihkan nyeri pasien
5) Kolaborasi dengam dokter untuk pemberian terapi analgetik
Post operasi:
d. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
1) Kaji karakteristik nyeri pasien
2) Anjurkan pasien relaksasi nafas dalam
3) Ciptakan lingkungan yang nyaman
4) Libatkan keluarga untuk mengalihkan nyeri pasien
5) Kolaborasi dengam dokter untuk pemberian terapi analgetik
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
1) Kaji tingkat pengetahuan klien (lihat reaksi/ ekspresi wajah klien).
2) Dorong aktifitas sesuai toleransi dengan periode istirahat
3) Diskusikan dan ajarkan perawatan luka operasi,pertahanan alat
fiksasi
4) Libatkan keluarga saat mengajarkan cara perawatn luka
5) Jadwalkan control ke dokter sesuai intruksi
f. Resti infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan
1) Kaji tanda-tanda infeksi.
2) Lakukan perawatan luka sesuai advice dokter.
3) Berikan penkes tentang proses penyembuhan luka.
4) Libatkan keluarga untuk menjaga kebersihan area yang di operasi.
5) Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
BAB III
LAPORAN KASUS
FORMAT PENGKAJIAN KAMAR BEDAH
RUMAH SAKIT HERMINA SOLO
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. S
No. CM : T.09.24.79
Tgl lahir/ Umur : 42 tahun / 11-07-1977
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Suku/ bangsa : Indonesia
Alamat : Kedusan RT 15 Karangmalang Masaran Sragen
2. Identitas Orang Tua/ Penanggung Jawab
a. Nama : Tn. N
b. Umur : 38 thn
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : Swasta
f. Hubungan dengan pasien : Suami pasien
g. Alamat : Kedusan RT 15 Karangmalang Masaran
Sragen
A. PRE OPERASI
1. Keluhan utama/alasan masuk : Pasien mengatakan nyeri di bagian lengan
tangan kiri sehabis jatuh dari kamar mandi, nyeri bertambah jika digerakan.
Kemudian pasien periksa ke IGD RS Hermina solo dan dilaporkan ke dr.
SA,Sp.OT disarakan untuk operasi orif karena dari hasil pemeriksaan
radiologi tampak fraktur humerus sinistra.
2. Riwayat penyakit pasien : pasien mengatakan mengatakan mempunyai
riwayat hipertensi.
3. Riwayat operasi / anestesi : pasien mengatakan pernah operasi section caesaria
dengan anestesi spinal pada tahun 2003 dan 2005
4. Komplikasi operasi / anestesi yang lalu : pasien mengatakan tidak ada
komplikasi operasi dan anestesi yang lalu.
5. Riwayat alergi : pasien mengatakan tidak ada alergi obat dan makanan
6. Riwayat penyakit keluarga : pasien mangatakan ibunya mempunyai riwayat
hipertensi
7. Indikasi operasi : fraktur humerus sinistra
8. Jenis operasi : orif
9. Tanda-tanda vital : Suhu: 36,7°C Nadi : 90 x/mnt Respirasi :18 x/mnt TD :
150/90 mmHg BB : 63 kg, TB : 162 Cm , Golongan Darah : O Rhesus : (+)
/ positif
E. POST OPERASI
Pasien pindah ke RR jam 17.45 WIB. Keluhan pasien saat di RR, Pasien
mengatakan masih mengantuk, Pasien mengatakan pusing ketika membuka mata,
KU: Sedang, TD:130/80 mmhg, Nadi: 79x/menit, RR: 19x/menit, Suhu: 36°C,
suara nafas snoring, terpasang alat bantu nafas: OPA (Oropharingeal Airway),
SpO2: 99%, Pergerakan pasien tidak terarah, kesadaran apatis/sedatif. GCS: E:3,
V:4, M:5 =12. Pada pukul 20.00 sebelum pasien pindah ruang perawatan pasien
mengatakan nyeri di luka operasi, ekspresi wajah meringis. Pengkajian nyeri :
Paliatif : Nyeri jika digerakkan, Qualitatif : Nyeri seperti tertusuk-tusuk,
Regional : Nyeri di area yang di operasi, Scale : Skala nyeri 5. Time : Nyeri
berlangsung terus-menerus. Terdapat luka operasi pada lengan kiri +/- 10cm,
balutan luka operasi tampak kering, di sekitar luka tidak tampak kemerahan,
tidak tampak bengkak. Pasien pindah ke ruang perawatan jam 21.00 WIB.
keadaan umum pasien baik. TTV : suhu: 36,5˚C, nadi: 84x/menit teraba kuat dan
teratur, RR: 20x/menit, TD: 140/88mmHg, SpO2: 99%. Kesadaran
composmentis, GCS: E:4, V:5, M:6 =15, aldrette skor: 9.
PERIOPERATIF NURSING CARE PLAN
PRE OPERASI
PENGKAJIAN DIAGNOSA RENCANA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN TINDAKAN
Jam: 14.00 2. Cemas 1. Intervensi cemas
1. Pernafasan a. Lakukan interaksi Melakukan interaksi Ya
Alat bantu nafas: Tidak sosial/ berdoa sosial dan berdoa
Oksigen: Tidak b. Lakukan orientasi pra Melakukan orientasi Ya
RR: 20x/menit operasi dan prosedur pra operasi dan
SPO2: 100% c. Pasang monitor untuk prosedur
2. Darah: observasi TTV, Memasang monitor Ya
INTRA OPERASI
PENGKAJIAN DIAGNOSA RENCANA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN TINDAKAN
Jam masuk OK: 15.15 2. Resiko cidera 1. Siapkan ruang Mempersiapkan ruang Ya
Jam mulai anastesi: 15.30 operasi operasi
Jam selesai anastesi: 17.30 2. Jaga privasi pasien Menjaga privasi pasien Ya
Jam keluar OK: 17.45 3. Siapkan pasien di Mempersiapkan pasien Ya
1. Pernafasan meja operasi di meja operasi
Alat bantu nafas: LMA 4. Observasi tanda- Mengobservasi tanda- Ya
no.4 tanda vital pasien tanda vital pasien
RR: 16x/menit 5. Siapkan instrumen Mempersiapkan Ya
SPO2: 100% dan linen instrumen dan linen
2. Darah: 6. Berikan posisi Memberikan posisi
Capilary refill: <2 detik pasien sesuai jenis pasien sesuai jenis Ya
6 Resti infeksi Wahyu A infeksi tidak tidak ada Kaji tanda- Wahyu A
berhubungan 03/06/2020 tanda- 05/06/2020
terjadi tanda infeksi.
dengan insisi 20.10 tanda 19.00
pembedahan yang setelah Lakukan
infeksi
ditandai dengan
dilakukan tanda- perawatan
DS:-
DO: tindakan tanda luka sesuai
terdapat luka vital
keperawata advice
operasi di dalam
lengan tangan n selama batas dokter.
kiri pasien 2x24 jam. normal. Berikan
penkes
terdapat luka tentang
post operasi proses
+/- 10cm
penyembuha
n luka.
Libatkan
keluarga
untuk
menjaga
kebersihan
area yang di
operasi.
Kolaborasi
untuk
pemberian
antibiotik.
TGL/JAM TINDAKAN DAN EVALUASI NAMA & TTD
KEPERAWATAN PERAWAT
03/06/20 Mengkaji karakteristik nyeri pasien: Pasien Wahyu A
20.00 mengatakan nyeri luka operasi pada bagian
lengan kanan, skala nyeri 5, nyeri seperti ditusuk-
tusuk, nyeri terus menerus
A. Pengkajian
Setelah melakukan pembahasan pengkajian, pada teori dijelaskan ada nyeri
hebat yang diakibatkan fraktur. Sedangkan pada kasus, pasien mengatakan nyeri
masih bisa ditoleransi. Hal ini disebabkan pada saat pasien jatuh yang
mengakibatkan fraktur humerus, pasien langsung segera ke rumah sakit (RS) dan
langsung mendapat terapi analgetik dari dokter. Sedangkan pada pengkajian yang
dilakukan 3 jam setelah operasi pasien mengatakan nyeri lebih hebat daripada
sebelum operasi meskipun sudah mendapatkan obat pengurang nyeri di dalam
kamar operasi. Jadi pada kasus nyeri setelah operasi sesuai dengan teori.
B. Diagnosa keperawatan
Pada pembahasan diagnosa keperawatan didapatkan diagnosa keperawatan
sesuai kasus ada 6 diagnosa, sedangkan pada kasus teori ada 6 diagnosa. 2
diagnosa keperawatan tidak muncul karena data tidak mendukung pada kasus
yaitu nyeri pada waktu sebelum operasi dan kurang pengetahuan setelah operasi.
Dan muncul 2 diagnosa keperawatan yang tidak tercantum dalam teori yaitu resti
(resiko tinggi) jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek sekunder
anastesi. Pada kasus ini pasien mengatakan sudah mempunyai gambaran atau
pandangan tentang pemulihan setelah operasi, karena sebelumnya pasien sudah 2
kali melakukan operasi sectio caesaria. Sedangkan diagnosa keperawatan yang
muncul pada kasus dan tidak tercantum dalam teori yaitu Injuri berhubungan
dengan efek sekunder anastesi dan resti jalan nafas tidak efektif. Penulis
mengangkat diagnosa keperawatan ini karena ditemukan data yang dapat
mengangkat diagnosa Resiko tinggi injuri. Pada pasien setelah operasi orif fraktur
humerus bius yang digunakan yaitu dengan pembiusan umum yang
mengakibatkan pasien masih mengantuk, pergerakannya tidak terarah dan tidak
sesuai perintah, suara nafas paska operasi snoring
C. Perencanaan
Pada perncanaan antara perencanaan teori dan kasus tidak ada kesenjangan.
D. Implementasi
Pelaksanaan pada teori terdapat kesenjangan pada tahap kolaborasi.
Pada diagnosa cemas kolaborasi pemberian premedikasi sebelum tindakan operasi
tidak dilakukan karena ketika akan masuk kamar operasi pasien sudah tidak cemas.
Dalam diagnosa nyeri setelah tindakan, implementasi kolaborasi dengan dokter tidak
dilakukan karena dokter sudah memberikan terapi obat analgetik secara rutin.
E. Evaluasi
Semua masalah keperawatan di kamar operasi dapat teratasi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. (Smeltzer, 2001). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang,
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. (Mansjoer, 2000).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan, fraktur adalah patah
tulang yang diakibatkan tekanan atau benturan yang keras pada tulang. Fraktur
disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang
yang biasanya di akibatkan secara langsung dan tidak langsung dan sering
berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang di sebabkan oleh
kecelakaan kendaraan bermotor (Reeves, 2001).
Asuhan keperawatan dalam kasus ini terdapat kesenjangan pada hasil data
pengkajian, penegakan diagnose keperawatan, dan implementasi .
B. Saran
1. Penatalaksanaan tindakan keperawatan hendaknya dapat melanjutkan dan
mempertahankan tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
2. Pasien dan keluarga diharapkan dapat mendukung proses keperawatan dan
pengobatan pada pasien dalam mematuhi pengobatan.
3. Untuk perawat
a. Dapat melaksanakan asuhan keperawatan pasien post operasi orif
fraktur humerus, perawat harus lebih peduli dengan keluhan nyeri
pasien.
b. Disarankan untuk memberikan terapi analgetik sesuai waktu yang
telah dijadwalkan agar keluhan nyeri pasien dapat terkontrol.
4. Untuk keluarga / orang tua
5. Dukungan keluarga sangat bagus untuk meningkatkan kesehatan dan
memberikan motivasi pasien untuk mengalihkan nyeri pasien dan
membantu aktivitas pasien
6. Melanjutkan perawatan mandiri setelah pulang dari rumah sakit dengan
membantu aktivitas pasien di rumah
7. Informasikan kepada para calon peserta diklat agar mempersiap semua
perihal yang dibahas pada saat diklat
8. Untuk ujian post test diusahakan cukup satu kali
DAFTAR PUSTAKA
Korlantaspolri. (2012).
Mansjoer, Arif, et. al. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius.
Oswari, E,. (1993). Bedah dan Perawatannya. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner
& Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.