• Maksila (2)
1. Klasifikasi Fraktur • Tulang palatum (2)
Berdasarkan pada jenis dari injury dan arah serta tekanan dari trauma, • Tulang zigomatik dan prosesus temporalnya (2)
fraktur mandibula biasanya terjadi pada beberapa lokasi. • Prosesus zigomatik tulang temporal (2)
Klasifikasi fraktur mandibula berdasarkan lokasi : • Tulang hidung (2)
• condylar, • Tulang lakrimal (2)
• ramus, • Tulang etmoid dan attached conchae unpaired
• angle, • Conchae inferior (2)
• body, • Pterygoid plate spenoid (2)
• simfisis, • Vomer
• alveolar • Fraktur Dentoalveolar → Fraktur iatrogenik tuberositas maksila dan
• jarang terjadi pada prosesus koronid lantai antrum maksila yang terjadi selama ekstrasi molar ketiga dan
Klasifikasi fraktur mandibula berdasarkan luasnya cedera di area injury : kedua rahang atas.
- greenstick, fraktur yang melibatkan incomplete frakur dan tulang • Fraktur Kompleks Zigomatik → Karena sifat tulang zygoma dan
fleksible. Umumnya menunjukkan mobilitas minimal ketika dipalpasi tulang-tulang tipis yang mengelilinginya, fraktur pada zygoma
dan frakturnya incomplete. umumnya disertai dengan fraktur pada bagian frontal, maksila, dan
- Simple, complete transection dari tulang dengan minimat tulang temporal. Oleh karena itu disebutlah sebagai fraktur kompleks
fragmentasi pada daerah fraktur zygomatic dan dibedakan dari fraktur zygomatic arch.
- Comminuted, fraktur terjadi pada beberapa segments, mis: luka • Fraktur Nasal
tembak, benda tembus dan cedera berdampak tinggi lainnya pada • Fraktur nasal merupakan patah tulang ketiga yang paling sering
rahang sering mengakibatkan patah tulang terjadi pada tubuh. Masalah fungsional jangka panjang dan
- Compound, menyembabkan komunikasi antara margin tulang yang masalah estetik dapat timbul jika injury tidak ditangani dengan
patah dengan lingkungan eksternal. Pada fraktur maksilofasial, baik.
komunikasi dengan lingkungan eksternal (oral) akan mengakibatkan • Pola dari fraktur nasal bervariasi tergantung dari arah mana gaya
robekan mukosa, perforasi melalui sulkus gingival dan ligament diberikan. Gaya yang diberikan dari arah frontal dapat
periodontal, komunikasi dengan sinus linings, dan laserasi pada kulit menyebabkan tulang nasal dan septum menjadi rata (26.48 A-
diatasnya. B), gaya lateral dapat menyebabkan penurunan tulang ipsilateral
Klasifikasi ini menggambarkan kondisi fragmen tulang di lokasi fraktur dan nasal, sedangkan gaya dari arah bawah dapat menyebabkan
kemungkinan komunikasi dengan lingkungan eksternal fraktur septum (26.49 A-B).
Fraktur pada mandibula juga dapat favorable atau unfavorable bergantung
pada angulasi fraktur dan teknanan dari muscle pull proksimal dan distal
ke fraktur. Pada fraktur favorable, garis fraktur dan muscle pull mencegah
perpindahan dari fraktur. Pada fraktur unfavorable, muscle pull
menyebabkan perpindahan dari segment fraktur.
Klasifikasi fraktur wajah (Midfasial) :
• Fraktur Le Fort I → Memisahkan maksila dari lempeng pterigoid dan
struktur nasal dan zygomatik
• Fraktur Le Fort II → Memisahkan rahang atas dan kompleks hidung
yang melekat dari struktur orbital dan zygomatik
• Fraktur Le Fort III → Memisahkan kompleks NOE, zygoma, dan rahang
atas dari dasar kranial, yang menghasilkan pemisahan kraniofasial
• Fraktur Kompleks Zygomaticomaxillary
• Fraktur Lengkung Zygomatik,
• Fraktur Kompleks Naso-Orbital-Ethmoid
• Fraktur Naso-Orbital-Ethmoid
• Regio naso-orbital-ethmoidal terletak di sentral wajah bagian
sepertiga tengah. Dasar klasifikasi pola fraktur tipe injury ini
adalah status dari segmen sentral tulang yang dihasilkan oleh
fraktur NOE.
• Klasifikasi :
• Tipe I : pada kejadian yang paling simpel, fraktur NOE
terisolasi dan hanya melibatkan bagian orbital rim medial
yang mengandung medial canthal tendon (MCT). Pola tipe I
menghasilkan fragmen tunggal sentral. Frakturnya bisa
Klasifikasi 1/3 Tengah Wajah bilateral, complete, atau displaced.
• Fraktur pada 1/3 tengah wajah lebih jarang ditemukan dibanding • Tipe II : fraktur ini complete dan dapat unilateral atau
fraktur pada mandibular. 1/3 tengah wajah sendiri didefinisikan bilateral. Bisa bersegmen tunggal atau comminuted
sebagai area yang dibatasi secara : eksternal dari medial canthal tendon, sehingga MCTnya
superior oleh garis yang ditarik melintasi tengkorak dari sutura tetap kontinu dengan segmen tulang fraktur yang cukup
zygomaticofrontal, melewati sutura frontonasal dan frontomaxillary besar, yang dapat digunakan pada bedah reduksi.
ke sisi lain sutura zygomaticofrontal; inferior oleh bidang oklusal gigi • Tipe III : comminuted pada fragmen sentral menyebabkan
atas atau jika pasien edentulous, oleh alveolar ridge rahang atas fraktur berekstensi ke bawah canthal insertion. Canthus
posterior oleh sphenoethmoidal junction, tetapi termasuk margin berdempetan dengan fragmen tulang yang terlalu kecil
bebas dari lamina pterygoid dari tulang spenoid inferior. untuk direkonstruksi.
• Inferior alveolar-mental nerve
2. Cedera Saraf Akibat Trauma Kepala • Penyebab:
Klasifikasi • fraktur mandibular (badan mandibular) dan angulus
1. Neurapraxia mandibular
Cedera saraf perifer yang paling ringan. Neupraxia adalah kontusi saraf • prosedur bedah preprostetik termasuk penempatan
yang mana kontinuitas selubung epineural dan akson masih terjaga implant
keutuhannya. Proses penyembuhan secara spontan dapat berlangsung • bedah sagittal split osteotomy
dalam beberapa hari atau minggu. Penyebab: • reseksi mandibular untuk oral neoplasma
• Trauma benda tumpul atau traction (stretching) pada saraf • Ekstraksi untuk impaksi M3
• Peradangan di sekitar saraf • Injeksi lokal anestesi
• Lokal ischemia • Lingual nerve
2. Axonotmesis • Penyebab: Terjadi saat dilakukannya bedah untuk
Terjadi diskontinuitas akson, kecuali selubung epineural. Karena selubung menghilangkan oral malignansi atau impaksi M3
epineural masih terjaga, regenerasi akson dapat (tapi tidak selalu) terjadi Nerve Repair
dengan resolusi berupa disfungsi saraf dalam 2 sampai 6 bulan. Penyebab: Ketika terjadi kekurangan regenerasi saraf sensorik karena terbentuknya
• Trauma benda tumpul yang parah neuroma, microneurosurgery (bedah saraf minor).
• Cedera saraf (Nerve crushing) • Untuk Inferior alveolar N. akses harus harus dibuka melalui osteotomy.
• Traction nerve Pendekatan ini tidak menimbulkan tekanan bagi saraf (decompression)
3. Neurotmesis dan mudah dilakukan inspeksi untuk neuroma yang kemungkinan
Tipe yang paling parah dari cedera saraf, yaitu melibatkan hilangnya membutuhkan reseksi. Jika neuroma telah teridentifikasi, bedah saraf
kontinuitas saraf Secara keseluruhan. Prognosis kesembuhan saraf setelah minor akan dilakukan.
mengalami neurotmesis adalah buruk (poor), kecuali bila ujung saraf yang • Ujung saraf kemudian dapat disutur. Jika repair tidak memungkinkan
tanpa tegangan, maka nerve graft (autogenous atau allogeneic)
cedera dalam kondisi yang utuh. Penyebab:
kemungkinan diperlukan pada gap antara ujung saraf.
• Fraktur dengan margin yang tidak teratur
• Pada beberapa kasus untuk pasien dysesthesia, pengobatan sistemik (γ-
• Cedera saat berkelahi (pisau atau peluru) aminobutyric acidagonists) juga kemungkinan diperlukan untuk
• Transection iatrogenic mengontrol gejala neuropathic yang tidak nyaman.
Klasifikasi lainnya
Sunderland Grading (I sampai V), Medical research counter scale. 3. Pemeriksaan Pasien dengan Fraktur Wajah
Referensi : Hupp 2019 pg. 519-543
Nerve Healing 1. Evaluasi Pasien
• Degenerasi a. Immediate assessment
• Segmental demyelination → selubung myelin rusak, namun akson • Yang paling pertama dilakukan adalah memastikan stabilitas status
tetap utuh dan kemungkinan berdampak pada sel schwann, partial kardiopulmonary pasien dengan mengecek airway dan vital signs
demyelinasi menyebabkan kecepatan konduksi dan transmisi impuls (denyut nadi dan tekanan darah)
saraf melambat. Gejala: paresthesia, dysesthesia, hyperesthesia, dan
hypoesthesia. Terjadi setelah neupraxia.
• Wallerian degeneration → Akson dan myelin pada bagian distal nerve
trunk (letak terjauh dari SSP) mengalami disintegrasi secara
keseluruhan. Proksimal akson (akson terdekat dengan SSP) dari lokasi
cedera juga mengalami disintegrasi. Biasanya berdampak pada badan
sel, tapi secara umum berdampak pada beberapa nodus ranvier.
Wallerian degeneration menghentikan seluruh konduksi impuls dari
distal ke proksimal axonal stump (potongan akson). Tipe degenerative
ini mengikuti nerve transection dan prose destruksi lainnya yang
memengaruhi saraf perifer dan mengalami regenerasi spontan
• Regeneration
• Dapat terjadi sesegera mungkin setelah terjadinya cedera saraf.
• Proximal nerve stump akan mengirimkan serat-serat baru (berupa o Severe mandible fractures, terutama bilateral atau comminuted
axonal sprout atau growth cone) yang akan menumbuhkan sisa sel dapat mengakibatkan posterior displacement of mandible dan
lidah, yang mengakibatkan obstruksi pernapasan atas
schwann (Scwann cell tube). Laju pertumbuhan mencapai 1 – 1,5
o pada kasus diatas dapat dilakukan reposisi, grasping,
mm/hari dan berlanjut hingga lokasi terinnervasi atau regenerasi
penempatan nasopharyngeal atau oropharyngeal airway,
saraf diblok dengan serat jaringan penghubung dan jaringan saraf intubasi
(fibroma) atau tulang. Selama regenerasi, selubung myelin yang baru o alat protesa, gigi avulsi, tulang avulsi, dan debris lainnya harus
akan terbentuk dan diameter akson akan bertambah. Pasien akan dihilangkan untuk melancarkan airway
mengalami perubahan sensasi pada daerah yang teranastesi yang o saliva dan darah harus di suction dari faring untuk menghindari
berupa paresthesia atau dysesthesia. aspirasi dan laryngospasm
• Jika kontinuitas dari sel schwann terganggu, serat jaringan • Memeriksa bleeding dan melakukan pressure dressings, packing, dan
penghubung akan mengisi ruang yang kosong. Ketika growth cone clamping
(axonal sprout) mencapai jaringan penghubung yang menghalagi • Mengecek status neurologic pasien
(terjadinya obstruksi pada kontinuitas sel schwann), axonal sprout • Mengevaluasi tulang servikal pasien, leher harus tetap terimobilisasi
dapat melewati obstruksi tersebut atau membentuk massa serabut sampai benar-benar dinyatakan tidak ada cedera leher. Palpasi leher dan
saraf tidak tertatur yang merupakan neuroma traumatis yang radiografis tulang servikal dapat dilakukan untuk pemeriksaan dengan
menyebabkan nyeri (trigger point). segera
b. History and Physical Examination
• Dua cabang dari cedera saraf trigeminal yang mana secara klinis
terjadi perubahan sensasi yang signifikan.
• Mendapatkan riwayat komplit kecelakaan dari pasien sendiri atau dari o Mobilitas gigi dari area fraktur
sasksi dan keluarga (jika pasien tidak sadar)
o Bagaimana kecelakaan terjadi?
o Kapan kecelakaan terjadi?
o Apa spesifik dari cedera tersebut, termasuk jenis objek yang
berkontak, darimana arah kontaknya, dan pertimbangan logistik
serupa?
o Apakah terjadi kehilangan kesadaran?
o Gejala apa saja yang dialami pasien, misalnya sakit, altered
sensation, visual changes, dan maloklusi?
• Complete review of systems → informasi alergi, medikasi, imunisasi
tetanus, kondisi medis, dan prior surgeries
• Evaluasi fisik yang berhubungan dengan fungsi cardiopulmonary dan
• Evaluasi midface :
neurologic (dada, abdomen, pelvis) → berhubungan dengan integrase
o Pemeriksaan mobilitas maksila dengan cara menmpatkan
trauma team yang terdiri dari surgeons, cardiothoracic surgery specialist,
tekanan pada dahi pasien dengan satu tangan dan
vascular surgery, orthopedic surgery, neurosurgery, anesthesiology,
menggenggam maksila dengan tangan lainnya
oral-maxillofacial surgeons, urologists, otolaryngologists,
o Palpasi upper facial dan midfacial regions untuk mengecek
ophthalmologists, plastic surgeons.
adanya step deformities pada forehead, orbital rim, atau nasal
dan area zygoma
30°Occipitomental (30°OM)
• Proyeksi ini menunjukkan kranium seperti 0°OM → dapat melihat
displacement
• INDIKASI :
• Mendeteksi fraktur Le Fort kelas I,II dan III
• Fraktur prosesus koronoideus
• Proyeksi 0°OM dan 30°OM dibutuhkan secara bersamaan untuk
mendiagnosis fraktur pada fasial → memiliki 2 sudut pandang yang
berbeda
Periapikal
5. Tatalaksana Fraktur Wajah Merupakan fase setelah reduksi/reposisi. Ketika fragmen-fragmen telah kembali ke
Maxilla dan mandibulla fracture posisi anatomis normal, maka perlu dilakukan fiksasi untuk menghindari
• Membuat oklusi kembali pada pasien dengan maxillomandibular terjadinya perpindahan.
fixation (MMF) dan intermaxillary fixation (IMF) Fiksasi indirect (closed)
• Perawatan hanya dengan IMF disebut dengan closed reduction Dilakukan dengan mengontrol tulang melalui gigi tiruan. Fiksasi dilakukan
karena tidak melibatkan pembukaan, pemaparan, dan manipulasi menggunakan arch bars dan intermaxillary ligation atau Gunning splint pada
dari area yang fracture pasien. Metodenya ada 2, yaitu intraoral dan ekstraoral
• Pada kasus fraktur pasien dengan edentulous, gigi tiruan dapat Intermaxillary Fixation (IMF)
dikawatkan ke mandibulla dengan circummandibullar wiring dan gigi Merupakan teknik imobilisasi rahang dengan cara wiring pada posisi tertutup
tiruan maxilla dapat disambungkan dengan kawat atau bone screw (closed). Dapat dilakukan dengan wire, arch bar, atau splint.
untuk menjaga gigi tiruan tetap tersambung Dental Wiring
• Splinting dapat digunakan pada pasien anak-anak karena anak-anak Direct interdental wiring
yang masih memiliki gigi susu dan permanen susah untuk Tindakan pertama yang dapat dilakukan untuk imobilisasi sementara.
menggunakan archbar karena gigi bercampur dan belum tumbuh Keuntungan : sederhana dan cepat
sepenuhnya Kerugian : kawat cenderung mudah patah dan apabila patah maka seluruh kawat perlu
• Setelah teknik close reduction dilakukan, perlu ditentukan apakah dibongkar untuk penggantian
akan dilakukan open reduction (membuka dan mengurangi daerah Langkah :
fraktur dengan surgical incision) 1) Siapkan kawat stainless steel berdiameter 0,35 mm dengan panjang 15
• Ketika tulang terlihat sudah healing, maka IMF sudah cukup dilakukan cm
selama kurang lebih 6 minggu 2) Bagian tengah kawat dilingkarkan di sekeliling gigi dibawah titik kontak
• Ketika tulang masih terlihat fraktur maka peru dilakukan open 3) Kedua ujung kawat yang bebas dipilin secara bersamaan sehingga membentuk
reduction uliran dengan panjang 7,5-10 cm. Lakukan hal yang sama pada gigi
Open reduction : antagonisnya
• Dalam melakukan open reduction, direct surgical access diperlukan 4) Pilin kedua uliran pada masing-masing rahang
sampai ke daerah fraktur 5) Potong ujung kawat yang telah dipilin lalu bengkokkan menjauhi jaringan
• Dapat dilakukan secara intra oral dan ekstra oral lunak untuk menghindari trauma. Bisa juga ditutup menggunakan wax
• Umumnya, symphisis dan anterior mandibulla dapat dicapai dengan atauguttapercha
intra oral incision
• Sedangkan posterior angle atau ramus dan condyle lebih dapat
dicapai dengan ekstra oral incision
Midface fracture
• Pada fraktur zygoma, isolated zygoma arch fracture, dan Nasoorbital-
ethmoid fracture, perawatan bertujuan untuk mengembalikan
ocular, nasal, fungsi mastikasi, dan estetik secara normal
• Biasanya dilakukan open reduction Dental eyelet wiring (Ivy Loop)
• Pada midfacial fracture yang mengenai mandibulla dan maxilla, 1) Siapkan kawat stainless steel berdiameter 0,35 mm dengan panjang 3
penting untuk mengembalikan oklusi dengan meletakkan maxilla agar meter
dapat beroklusi dengan mandibulla 2) Potong kawat tersebut menjadi beberapa bagian, masing-masing
• Dapat menggunakan teknik suspension wiring atau bony plates 15cm
3) Buat eyelet dengan membentuk loop berdiameter 2-3 mm pada bagian
6. Teknik Tatalaksana Fraktur sesuai Prinsip Reposisi, Fiksasi, Imobilisasi tengah kawat, kemudian pilin kawat sepanjang 2 – 3 cm
A. Reposisi/Reduksi 4) Selipkan eyelet ke dalam ruang interdental
Merupakan prosedur bedah untuk mengembalikan fraktur/dislokasi ke posisi 5) Lingkarkan ujung kawat di bagian palatal/lingual pada kedua gigi
yang tepat tetangganya. Satu ujung kawat melingkari servikal palatal/lingual gigi
Kata ‘reduksi’ bukan berarti mengurangi, tetapi diambil dari kata ‘re’ (kembali ke tetangga di bagian mesial, dan satunya lagi melingkati servikal
normal) dan ‘ducere’ (membawa). Sehingga reduksi berarti “membawa kembali palatal/lingual gigi tetangga di bagian distal sehingga membentuk huruf
ke normal”. ‘W’
Terdapat 2 teknik: closed reduction dan open reduction 6) Ujung kawat di bagian distal dimasukkan kedalam lubang eyelet dan
dipilin dengan ujung kawat mesial menggunakan needle holder
7) Ujung pilinan diarahkan ke bagian anterior atau kearah mesial sehingga
tidak melukai jaringan lunak
8) Lakukan tahapan yang sama di gigi-gigi lainn ya hingga terdapat
setidaknya 5 eyelet pada masing-masing rahang
9) Ambil kawat baru kemudian masukkan kawat ke dalam eyelet rahang
atas dan rahang bawah, kemudian pilin kedua ujung kawat menggunakan
needle holder
10) Pengencangan kawat harus dimulai dari molar di satu regio, kemudian
baru regio lainnya secara bergantian. Jika pengencangan dilakukan hanya
pada satu sisi atau pada sisi anterior terlebih dahulu, maka dapat
mengakibatkan crossbite
B. Fiksasi
Continuous/Multiple Loop Wiring/Stout Wiring Piriform aperture → kawat dikaitkan pada piriform aperture (struktur tulang di
Merupakan teknik wiring yang melibatkan seluruh gigi pada RA dan RB menggunakan dasar hidung)
tenaga tarik (traction)
Risdon’s wiring
ARCH BAR
Terdapat 2 tipe sediaan arch bar, yaitu prefabricated dan yang custom-made untuk
setiap pasien. Bentuk yang paling umum digunakan adalah Erich’s arch bar yang
merupakan prefabricated arch bar dengan hooks yang terbuat dari stainless steel
berbentuk pipih pada sisi luar
Merupakan metode fiksasi tertutup yang menggunakan alat berupa pin eksternal dan
acrylic bar.
Indikasi :
• Severe comminuted fracture pada mandibula, dimanabila dilakukan fiksasi
internal dapat mengganggu suplai darah ke fragmen tulang.
• Infected fracture, karena pada fiksasi tipe ini tidak diperlukan kawat atau plates
yang ditanam di sekitar area yang infeksi.
Teknik : dua pin dipasang pada tiap sisi yang fraktur untuk mencegah rotasi dari
segmen fraktur.Akrilik berfungsi untuk stabilisasi pin.
SUSPENSION WIRES
Suspension wires merupakan teknik fiksasi menggunakan wire yang
menyambungkan fragmen yang fraktur dengan area tulang wajah yang lebih
stabil dan tidak fraktur.
Suspension wires dilakukan apabila area yang fraktur masih tidak stabil setelah
dilakukan fiksasi intermaksila (IMF).
Teknik :
Frontal →kawat dikaitkan pada tulang frontal
Lateral → kawat dikaitkan pada prossesus zigomatik dari tulang frontal (di 1/3
lateral alis, tepatnya di atas sutura frontozygomatik)
Circumzygomatic → kawat dikaitkan pada zygomatic arch dekat tuang temporal
Infraorbital → kawat dikaitkan pada tulang infraorbita
Tatalaksana Fraktur Mandibula
• Aspek paling penting pertama dari surgical correction adalah o Perpindahan segmen tulang yang berkelanjutan atau
mengurangi fraktur dengan benar atau menempatkan segmen fraktur yang tidak menguntungkan, seperti pada fraktur
individu dari fraktur ke hubungan yang benar satu dengan yang sudut → tarikan otot masseter dan otot pterigoid medial
lainnya dapat menyebabkan gangguan pada segmen proksimal
• Dalam pengurangan fraktur pada tulang yang ada giginya, yang paling mandibula
penting adalah menempatkan gigi ke hubungan oklusal preinjury agar • Pada banyak kasus, pasien memilih open reduction dan internal
fungsi oklusal pasca operasi yang baik fixation yang memungkinkan kembali lebih awal ke fungsi yang lebih
• Membangun hubungan oklusal yaitu dengan menghubungkan gigi normal tanpa MMF
bersama disebut maxillomandibular fixation (MMF) atau • Pada beberapa kasus, tidak perlu mendapat anatomis ideal di area
intermaxillary fixation fraktur. Ini terutama pada fraktur kondilar.
• Perawatan fraktur yang hanya menggunakan MMF disebut closed • Pada fraktur kondilar, min-mod displacement segmen kondilar
reduction karena tidak melibatkan pembukaan langsung, paparan, umumnya menghasilkan fungsi dan oklusi pasca operasi yang
dan manipulasi area fraktur memadai (tetapi hanya jika hubungan oklusal yang tepat didirikan
• Ada beberapa teknik MMF selama periode penyembuhan situs fraktur). Dalam kasus ini, MMF
o Menggunakan prefabricated arch bar yang digunakan untuk maksimum 2-3 minggu pada orang dewasa dan 10-
mengadaptasikan kawat gigi atau acid etch bond di tiap 14 hari pada anak-anak, diikuti dengan periode rehabilitasi fungsional
lengkung; maksila arch bar dikawat dengan mandibula arch yang agresif. MMF yang lebih lama → ankilosis tulang atau fibrosis
bar, menempatkan gigi sesuai hubungan yang tepat dan pembukaan mulut terbatas yang parah. Dalam kasus
o Tradisional Erich-type arch bar atau bone anchored arch perpindahan anatomi yang signifikan dari segmen condylar, hasil
bars (ex Stryker Hybrid MMF) pengobatan dapat ditingkatkan dengan reduksi terbuka dan fiksasi
o Ivy loops atau continuous loop wring kaku.
(fig 25-18) • Ketika melakukan open reduction → akses bedah langsung ke area
• Ketika fraktur tidak dirawat selama beberapa hari, mungkin sulit fraktur dengan beberapa pendekatan (intraoral dan ekstraoral),
untuk menempatkan segmen fraktur ke posisi yang tepat dan ke MMF tergantung area fraktur
yang memadai o Simfisis dan area mandibula anterior → intraoral incision
• Traksi elastis yang berat dapat digunakan untuk menarik segmen
tulang ke posisi yang tepat secara bertahap selama beberapa jam
atau beberapa hari (Gbr. 25.19)
10. Komplikasi yang Dapat Terjadi dalam Penyembuhan Fraktur Wajah dan
Infeksi dalam Penatalaksanaan
Sumber : Balaji. Textbook of Oral and Maxillofacial SUrgery
1) Delayed Union
- Kondisi perawatan reduksi dan immobilisasi kurang adekuat yang
menyebabkan proses penyembuhan tulang berlangsung lebih lama
- Terjadi pada 3% fraktur
- Faktor pendukung:
◼ Faktor local: infeksi 5) Ankylosis
◼ Faktor sistemik: malnutrisi dan osteoporosis - Komplikasi yang jarang terjadi pada fraktur mandibula
- Perawatan: perbaikan reduksi dan imobilisasi - Sering terjadi pada anak dan pada kasus yang melibatkan fraktur
intracapsular diikuti dengan perawatan imobilisasi mandibula
- Efek sekunder dari perdarahan intra articular → fibrosis abnormal →
ankylosis
- Dapat menyebebkan gangguan pertumbuhan pada anak
6) Nerve Injury
- Paling sering terjadi pada N. alveolaris inferior dan cabangnya
- Ciri: kebas atau perubahan sensorik lain pada bibir bawah dan dagu
- Dapat terjadi kerusakan pada margin cabang mandibula n. fasialis,
namun jarang terjadi
- Penyebab: trauma pada regio kondil, ramus, angulus manbibula dan
adanya laserasi
- Dapat sembuh dengan sendirinya
2) Nonunion 7) Fraktur plate
- Segmen fraktur tidak membentuk kontak antar tulang, namun tetap - Penyebab: metallic fatigue → terjadi saat plate menahan beban
disambung oleh callus fibrosa akibat kekurangan bony healing antara mekanis berlebihan dalam waktu yang lama atau kurang struktur
segmen tulang setelah 9 bulan. tulang dibawahnya
- Penyebab: perawatan reduksi dan imobilisasi kurang adekuat, infeksi - Contoh: reconstruction plate dengan bone defect
pada daerah fraktur, kurang vaskularisasi dan faktor sistemik
- Penurunan suplai darah dapat menghambat proses healing biasanya
diakibatkan pengurangan berlebihan pada periosteum khususnya pada
kasus fraktur comminuted dan edentulous