Anda di halaman 1dari 37

FRAKTUR MAKSILA & MANDIBULA

REGINA SARA TANATI


0090840085
FRAKTUR : TERPUTUSNYA
KEUTUHAN TULANG,
UMUMNYA KARENA
TRAUMA.

DEFINISI
Etiologi

Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal :


a. Trauma : fraktur akibat benturan dengan benda keras dan
tumpul (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau
penganiayaan/pemukulan dengan benda keras).
b. Tekanan : pada atlet, penari atau calon tentara yang berjalan
berbaris-baris dalam jarak jauh
c. Patologik : kelemahan atau kerusakan komponen tulang yang
cukup luas akibat penyakit. (tumor dan kista rhg yg besar,
osteomyelitis,osteoporosis,osteonecrosis,dll.)
Mekanisme Fraktur
PREVALENSI

Penyebab Persentase (%)


Kecelakaan lalu 40 45
DEWASA : lintas
Penganiayaan / 10 15
berkelahi
Olah raga 5 10
Jatuh 5
Lain-lain 5 10
Klasifikasi Fraktur

Berdasarkan luas dan garis fraktur :


1. Fraktur komplit :
patah tulang yang luas sehingga terbagi menjadi
2 bagian, garis patah menyeberang dari sisi yg
satu ke sisi yg lain

2. Fraktur inkomplit :
garis patah tidak menyeberang (masih ada
korteks yang utuh)
Klasifikasi Fraktur

Berdasarkan hubungan dengan dunia luar :


1. Fraktur tertutup : tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang
tidak menonjol melalui kulit

2. Fraktur terbuka : fraktur yang merusak jaringan kulit. Karena adanya


hubungan dengan dunia luar, maka fraktur ini potensial terjadi infeksi.
Fraktur ini dibagi menjadi 3 grade :
a. Grade I : robekan kulit dg kerusakan kulit otot
b. Grade II : spt grade I dg memar kulit dan otot
c. Grade III : luka sebesar 6-8 cm dg kerusakan pembuluh darah,
syaraf, otot dan kulit.
Klalsifikasi Fraktur

Berdasarkan garis patah tulang Berdasarkan kedudukan fragmen :


: 1. Tdk ada dislokasi
1. Green stick : fraktur pada
2. adanya dislokasi, dibedakan
sebelah sisi dari tulang, sering
terjadi pada anak-anak dengan menjadi :
tulang lembek. a. dislokasi at axim : membentuk
2. Transverse : patah melintang
sudut
b. dislokasi at lotus : fragmen tulang
3. Longitudinal : patah memanjang
menjauh
4. Oblique : patah miring
c. dislokasi at longitudinal : berjauhan
5. Spiral : patah melingkar. memanjang
d. dislokasi at lotuscum
controltinicum : fragmen tulang
berjauhan.
FRAKTUR MAKSILA

Klasifikasi oleh Rene LeFort


- LeFort I : transverse fracture
memisahkan
alveolus maksila
dari upper midface

- LeFort II: pyramidal fracture (basis


cranii,)

- LeFort III: Craniofacial dysjunction


Le Fort I :
rahang atas seakan-akan
mengambang (floating jaw).
Fraktur palatum di daerah garis
median.
ekimosis sepanjang garis median
tersebut.
jarang mengalami displacement.
Terjadi maloklusi yaitu gigitan
terbuka anterior, gigitan terbuka
gigi-gigi posterior unilateral /
bilateral.
Le Fort II :
Pembengkakan wajah bagian
tengah (termasuk hidung, bibir
atas dan mata).
Kadang-kadang disertai warna
merah kebiruan dari sklera mata
dan conjunctiva.
Perdarahan hidung
Bila cribriform plate patah, maka
cairan cerebrospinal akan keluar
lewat hidung. Hal ini dapat
menimbulkan meningitis.
CSF & DARAH
CSF dan darah yang
keluar dari hidung,
akibat dari fraktur
cribriform plate. Cara
membedakannya
dengan menggunakan
kain, tetesan cairan
dari hidung diteteskan
pada kertas filter. Maka
akan terlihat perbedaan
rembesan darah & CSF.
(darah molekulnya lebih
besar).
Le Fort III :
Fraktur pada fosa cranial bagian
tengah, ditandai dengan perdarahan
pada telinga
Fraktur pada cribriform plate, ditandai
keluarnya cairan cerebrospinal lewat
hidung, dapat mengakibatkan
meningitis.
Fraktur tulang tengkorak
Mata terbuka lebar dan terfiksir baik
salah satu maupun keduanya.
Blow-out frackture
Klinis pada blow-out frackture :
Hematom monokel
Diplopia
Hemomaksila
Parestesi pipi karena cedera N.Infraorbital
Parestesi di dahi karena cedera N. Supraorbital
Mata terbuka lebar dan terfiksir baik. (cedera pada N. rectus superior)
FRAKTUR MAKSILA

Tanda dan gejala :


Hematoma periorbital,
perdarahan naso faring,
Nyeri
maloklusi,
facial elongation
retrusion
Kadang-kadang rhinorrhea dan
pneumocephalus pada LeFort II dan III,
Pemeriksaan bimanual: mobilitas arkus dental
maksila (tergantung LeFort)
FRAKTUR MANDIBULA

Lebih sering terjadi karena :

posisi paling menonjol ke depan


pergerakan aktif
pipih dan bentuk U atau tapal
kuda
merupakan tempat melekat otot-
otot kunyah
FRAKTUR MANDIBULA

Fraktur Dentoalveolar : Fraktur pada body :


Memar dan laserasi pada bibir Bengkak
Deformitas Nyeri
Diskontinuitas tulang Lunak
Fraktur pada gigi Deformitas
Laserasi gusi Parestesis bibir
Perdarahan

Fraktur pada Symphisis :


Fraktur pada Ramus :
Lunak Bengkak
Perdarahan sublingual Nyeri
Cedera jaringan dagu & bibir bawah Ekimosis
Kehilangan kontrol pada lidah Trismus
Fraktur Coronoid :
Fraktur pada Angulus :

Hematoma
Bengkak
Nyeri pada pergerakan tulang
Merusak oklusi gigi
Penonjolan tulang
Parestesi bibir bawah
Hematoma

Fraktur Parasympheseal :

Lunak
Nyeri
Hematoma sublingual
kehilangan kontrol pada lidah
Cedera jaringan pada dagu dan bibir bawah
Fraktur Condylar :

Unilateral Bilateral
Bengkak pada TMJ (Temporo Mandibula Junction)

Perdarahan pada telinga


Sama seperti unilateral

Battle sign

Lock mandibula
Buka mulut (terbatas)
Rongga pada region condylar setelah edema berkurang.

Parestesi bibir bawah (jarang)


Membatasi gerakan
Nyeri pada gerak terbatas

mandibula
Fraktur Mandibula

(+) maloklusi gigi


Pemeriksaan Penunjang

- PLAIN FOTO :
AP / LAT POSITION.
WATERS POSITION.
CALDWELL VIEW.
PANORAMIC VIEW.
SUBMENTO VERTICAL VIEW.
OBLIQUE VIEW.

- CT SCANING.
AXIAL TOMOGRAPHY.
THREE DIMENTIONAL (3 D) IMAGING.

- MRI.
Postero-anterior Caldwell posisition
posisition
Waters posisition Panoramic view
PROTOCOL

Manajemen jaringan lunak :


Harus segera dilakukan penanganan operatif
Penanganan dalam waktu 12 - 24 jam (perdarahan kepala dan leher).

Manajemen pada fraktur :


Pada fraktur terbuka harus segera ditangani
Pada fraktur tertutup dapat dilakukan sebelum jangka waktu 2 minggu.
(tulang melakukan remodelling pada saat terjadinya fraktur dengan
membentuk kalus )
PRINSIP PENANGANAN
Menejemen jalan napas
Struktur anatomi
manajemen luka
Manajemen Cedera Fasial Akut

prioritas :
A : Airway, B : Breathing, C : Circulation..

PERHATIAN KHUSUS :
Obstruksi disebabkan oleh :
Midfacial collaps,
Tongue retention
Perdarahan Maxillofacial atau Oronasal
Cedera kepala.
cedera cervikal

TEMPORARY IMMOBILISATION.
AIRWAYS MANAGEMENT

Bersihkan Jalan Nafas :


Singkirkan bekuan darah dan Corpus alienum.
Kontrol kedudukan Lidah.
Perhatikan Posisi Kepala.

KRIKOTIROIDEKTOMI
Kecuali bila ada fracture / masa yg mengganggu jalan nafas
maka sebaiknya dgn tracheostomi.
BLEEDING

- PRESSURE.
- TAMPOON.
- LIGATION (to
the bleeding point)

TAMPOON HIDUNG
TEMPORER
IMMOBILISATION
FIXATION
FIXATOR :
Steel wire (interdental, intermaxillary, interfragmental,
suspension wiring).
Bone plate and Screws (miniplate, microplate).
Reconstruction plate, Dynamic Compression plate.
Biodegradable plate.
External Fixator.

PRINSIP FIKSASI:
3-Dimensional Stabilization.
melindungi dinding vertikal & horisontal
FIXATION
BONE PLATE DYNAMIC COMPRESSION PLATE

INTERDENTAL WIRING
INTEROSSEOUS WIRING
Lama
penggunaan
fiksasi
Fiksasi digunakan
selama > 2 minggu
sampai posisi
anatomis kembali &
tidak ada malunion.
(diketahui dengan
melakukan
palspasi).
Pemeriksaan
radiologi :
Panoramic
Terapi medikamentosa

Perawatan pasca bedah yang dilakukan adalah :


Terapi antibiotik I.V. : clyndamicin & penicilin
asupan makanan : diet cair
Prognosis

Fraktur maksila dan mandibula merupakan salah satu akibat dari trauma
maksilofasial. Penanganan fraktur dengan teknik fiksasi sejak awal
dengan baik, setelah terjadinya trauma mengurangi resiko terjadinya
deformitas tulang wajah.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai