Anda di halaman 1dari 5

Fraktur Le Fort

a. Definisi fraktur Le fort

Fraktur Le Fort (LeFort Fractures) merupakan tipe fraktur tulang-tulang wajah yang klasik

terjadi pada trauma-trauma di wajah. Fraktur Le Fort diambil dari nama seorang ahli bedah

Perancis Ren Le Fort (1869-1951) yang mendeskripsikannya pertama kali di awal abad 20.

Braun Stein melaporkan di USA kasus trauma kepala dan wajah terjadi kira-kira 72, 1 %.

Trauma wajah meliputi : trauma pada soft tissue, organ organ khusus dan tulang tulang. Hal

ini merupakan suatu kegawat daruratan yang memerlukan tindakan emergency karena dapat

menyebabkan sumbatan jalan nafas, cedera otak berat, dan mungkin fraktur vertebra cervikalis.

Tujuan awal terapi adalah membebaskan jalan nafas.

Pada Fraktur Le Fort dua dan tiga terjadi pergerakan tulang bagian wajah ke bawah, bagian

kranium bagian depan membentuk bidang miring sehingga menyebabkan perdarahan atau

memperpanjang wajah, mendorong molar atas ke bagian bawah, mendorong molar palatum mole

ke arah lidah hal ini menyebabkan obstruksi.

Fraktur pada sepertiga tengah wajah pasien mempunyai gambaran yang tidak

menguntungkan karena dapat menyebabkan:

1. Sering terjadi fraktur multipel berbentuk fragmen 50 atau lebih.


2. Cedera pada saraf cranial yaitu pada: saraf gigi infraorbital dan superior.
3. Ethmoid, mungkin terjadi fraktur atau duramater robek yang menyebabkan

rhinorrhea
4. Orbita, mungkin terjadi fraktur orbital blow out syndrome
5. Sirkulasi pada mata terganggu sehingga menyebabkan opthalmic canal

syndrome.
6. Sinus maksilaris mungkin penuh dengan darah.
7. Duktus nasolakrimalis mungkin cedera
Gambar 1. Fraktur LeFort

b. KLASIFIKASI

Fraktur Le Fort dibagi atas 3, yaitu :

- Le Fort I

Pada fraktur lefort tipe satu alveolus, bagian yg menahan gigi pada rahang atas

terputus, dan mungkin jatuh ke dalam gigi bawah. Ketidaksetabilan terjadi jika dilakukan

pemeriksaan fisik pada hidung dan gigi incisivus. Garis Fraktur berjalan dari sepanjang

maksila bagian bawah sampai dengan bawah rongga hidung. Disebut juga dengan fraktur

guerin. Kerusakan yang mungkin :

a. Prosesus arteroralis

b. Bagian dari sinus maksilaris

c. Palatum durum

d. Bagian bawah lamina pterigoid


Gambar 2. Le fort 1

Le Fort II

Pada tipe dua terdapat ketidakstabilan setinggi os. Nasal. Garis fraktur melalui

tulang hidung dan diteruskan ke tulang lakrimalis, dasar orbita, pinggir infraorbita dan

menyeberang ke bagian atas dari sinus maksilaris juga kea rah lamina pterogoid sampai

ke fossa pterigo palatine. Disebut juga fraktur pyramid. Fraktur ini dapat merusak

system lakrimalis, karena sangat mudah digerakkan maka disebut juga fraktur ini sebagai

floating maxilla (maksila yang melayang)


Gambar 3 dan 4. Le Fort 2

Le Fort III

Pada tipe tiga, fraktur dengan disfungsi kraniofacial komplit. Tipe fraktur ini

mungkin kombinasi dan dapat terjadi pada satu sisi atau dua sisi. Garis Fraktur melalui

sutura nasofrontal diteruskan sepanjang ethmoid junction melalui fissure orbitalis

superior melintang kea rah dinding lateral ke orbita, sutura zigomatikum frontal dan

sutura temporo-zigomatikum. Disebut juga sebaga cranio-facial disjunction.

Merupakan fraktur yang memisahkan secara lengkap sutura tulang dan tulang cranial.

Komplikasi yang mungkin terjadi pada fraktur ini adalah keluarnya cairan otak melalui

atap ethmoid dan lamina cribiformis.

Anda mungkin juga menyukai