Anda di halaman 1dari 47

MAXILLOFACIAL TRAUMA

Preseptor: drg. Rulia, M.M


Kelompok 7 2022

12100122540 Utami Muliawati S


12100122565 Wafa Haifa Nur Maula
12100122586 Karina Pricilia D
12100122669 Revan Muhammad N
DEFINISI

• Craniomaxillofacial (CMF) trauma termasuk eksternal injury pada hard


and soft tissue dari regio kepala, wajah dan leher.
• Trauma tersebut dapat berupa abrasion, laceration, contusion, hematoma,
avulsion, burn, bone fractures
• Melibatkan situasi yang mengancam jiwa seperti brain injury, obstruksi
airway, syok
EPIDEMIOLOGI
• Trauma maksilofasial adalah salah satu kasus yang sering dilaporkan dalam keadaan darurat.
• Menurut estimasi Global Burden of Disease Study (2017), insidensi kasus tertinggi dilaporkan di Eropa
Tengah, Eropa Timur, dan Asia Tengah dengan insiden regional 254 kasus per 100.000 penduduk.
• Pada 2017, ada 7.538.663 kasus patah tulang wajah baru di seluruh dunia. Insiden global adalah 98 kasus
per 100.000 penduduk, yang tidak berubah secara signifikan dalam tiga sampai empat dekade terakhir.
Distribusi geografis prevalensi mirip dengan kejadian. Di sebagian besar wilayah, insiden meningkat dari
usia 5 sampai 20 tahun dan meningkat lagi setelah 70 tahun. Dalam sebagian besar studi epidemiologi,
laki-laki lebih mengalami injuri daripada perempuan.
SOFT TISSUE INJURIES
Definisi:
• Soft tissue injury pada struktur wajah umumnya terjadi pada kasus kecelakaan lalu lintas, dan mungkin
superfisial atau deep yang melibatkan struktur vital penting.
• Terkait dengan patah tulang wajah, cedera saraf, kelenjar ludah dan saluran serta pembuluh darahnya.
• Kekerasan dan kecelakaan kendaraan bermotor adalah penyebab utama cedera. Jaringan lunak termasuk
kulit, mukosa, otot, tendon, saraf dan ligamen.
• Kerusakan pada salah satu dari struktur ini dapat menyebabkan rasa sakit, bengkak, dan kurangnya
mobilitas di area tertentu.

Etiologi: Automobile trauma, altercation, penyerangan, gigitan binatang, gigitan manusia, luka bakar, luka
tembak, infeksi, kecelakaan olahraga
Closed wound:
(a) Contusion (memar): menunjukkan bahwa sejumlah
gangguan jaringan telah terjadi di dalam jaringan yang
mengakibatkan perdarahan subkutan atau submukosa tanpa
kerusakan pada permukaan jaringan lunak. Ini biasanya
disebabkan oleh benda tumpul tetapi juga sering ditemukan
bersamaan dengan cedera dentoalveolar atau fraktur tulang
wajah. Trauma pada jaringan yang lebih dalam terjadi akibat
efek gangguan dari tulang yang retak.
(b) Haematoma: kumpulan darah di luar pembuluh darah.
Penyebab paling umum dari hematoma adalah cedera atau
trauma pada pembuluh darah. Kerusakan pembuluh darah
yang minimal dapat mengganggu dinding pembuluh darah
dan dapat mengakibatkan hematoma.
Open Wound
Abrasion: luka yang disebabkan oleh gesekan antara benda
dan permukaan jaringan lunak. Luka ini biasanya superfisial
dan terkadang melibatkan jaringan yang lebih dalam.
Perdarahan biasanya kecil karena berasal dari kapiler.

Laceration: Robekan pada jaringan epitel dan subepitel. Jenis


cedera jaringan lunak yang paling umum dan sering
disebabkan oleh benda tajam seperti pisau. Jika bendanya
tidak tajam, laserasi yang tercipta akan bergerigi karena
jaringannya benar-benar robek oleh kekuatan pukulan.
Kedalaman laserasi bisa bervariasi; itu bisa dangkal atau
dalam dan melibatkan pembuluh darah, otot dan rongga serta
struktur anatomi penting lainnya.
Avulsi: hilangnya jaringan lunak, robekan jaringan atau
pemisahan atau hilangnya struktur tubuh.

Puncture wound (Luka tusuk): disebabkan oleh benda tajam


seperti pisau, paku dan pemecah es. Luka biasanya dalam
dan mungkin melibatkan struktur sekitarnya seperti rongga
mulut, hidung atau sinus maksilaris.

Amputasi: pengangkatan ekstremitas karena trauma,


prolonged constriction (penyempitan berkepanjangan),
penyakit medis atau cedera. dapat dilakukan sebagai tindakan
pencegahan.
Luka tembak/balistik: kerusakan besar pada jaringan lunak dan tulang dan dapat terdiri dari tiga jenis:
penetrasi, perforasi, dan avulsi. Luka yang disebabkan oleh partikel karbon menginvasi jauh di bawah
dermis yang menyebabkan luka bakar dan edema. Serpihan pakaian, kotoran, logam, dan benda lain
yang terbawa jauh ke dalam luka dapat menyebabkan infeksi.

Luka bakar: Disebabkan oleh kontak jaringan lunak wajah dengan api, uap, asam, alkali, listrik, sinar
matahari, lampu ultraviolet, dan gas iritan. Luka bakar dapat diklasifikasikan sebagai derajat pertama
yang menyebabkan eritema pada kulit, derajat kedua yang menghasilkan pembentukan vesikel dan
derajat ketiga yang menyebabkan kerusakan total pada dermis dan epidermis yang meluas ke dalam
atau di luar jaringan subkutan.
Gigitan hewan/gigitan manusia: Bisa berupa luka dangkal atau dalam dan
selalu terkontaminasi.

Crush Injury: Cedera akibat benda yang menyebabkan kompresi tubuh


dan umumnya terjadi saat terjadi bencana alam. Ini dapat terjadi pada
kecelakaan lalu lintas jalan, runtuhnya bangunan dan serangan teroris
juga. Ini adalah hasil dari tubuh yang dihancurkan oleh suatu benda.
DENTOALVEOLAR FRACTURES
Dentoalveolar Fractures sering terjadi pada pasien dengan fraktur maksilofasial.
Dentoalveolar Fractures adalah cedera yang berhubungan dengan gigi atau struktur
pendukung gigi (gingiva, ligamen periodontal (PDL), tulang alveolar).

Etiologi: Partisipasi dalam olahraga kontak, seperti hoki, sepak bola, sepak bola, bola
basket, tinju, dan gulat, dapat menjadi predisposisi trauma wajah. Pada pasien dewasa,
sebagian besar cedera dentoalveolar diakibatkan oleh kecelakaan mobil, jatuh dari
ketinggian dan penyerangan fisik.
Injuri pada dental hard tissues dan pulp:
1. Crown infraction: Incomplete fracture pada enamel tanpa hilangnya subtansi gigi.
2. Uncomplicated crown fracture: Fraktur yang melibatkan enamel dan dentin tetapi tidak
membuka pulpa.
3. Complicated crown fracture: Fraktur yang melibatkan enamel, dentin dan pulpa.
4. Uncomplicated crown root fracture: Fraktur yang melibatkan enamel, dentin dan sementum
tetapi bukan pulpa.
5. Complicated crown root fracture: Fraktur yang melibatkan enamel, dentin, dan sementum
serta mengekspos pulpa.
6. Root fracture: Fraktur yang melibatkan dentin, sementum dan pulpa.
Injuries to the periodontal tissues:
1. Concussion: Tidak ada pelonggaran atau perpindahan gigi yang abnormal, tetapi ada
peningkatan kelembutan pada perkusi.
2. Subluxation: Ditandai dengan melonggarnya gigi secara tidak normal tetapi tanpa
perpindahan apapun.
3. Intrusion: Gigi tergeser ke dalam tulang alveolar, dan jenis cedera ini disertai
dengan kominusi atau fraktur soket alveolar.
4. Extrusion: Pemindahan sebagian gigi keluar dari soketnya ke arah aksial.
5. Lateral luxation: Perpindahan gigi ke arah lateral dan bukan aksial.
6. Avulsion/exarticulation: Pemindahan lengkap gigi keluar dari soketnya.
Injuries of supporting alveolar bone
• Kominusi soket alveolar: ditemukan pada intrusi dan luksasi lateral.
• Fraktur dinding soket alveolar.
• Fraktur prosesus alveolar maksila atau mandibula, tanpa garis fraktur
harus melewati soket gigi.
• Fraktur maksila dan mandibula.
Ellis and Dewey Classification:
• Kelas 1: Fraktur enamel dengan keterlibatan sedikit atau tanpa dentin.
• Kelas 2: Fraktur enamel dan dentin, tetapi tidak mengenai pulpa.
• Kelas 3: Fraktur enamel dan dentin dengan keterlibatan pulpa.
• Kelas 4: Gigi nonvital dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.
• Kelas 5: Gigi tanggal akibat trauma.
• Kelas 6: Fraktur akar dengan atau tanpa hilangnya struktur mahkota.
• Kelas 7: Pergeseran gigi tanpa fraktur mahkota atau akar.
MANDIBULAR FRACTURES

Tanda dan Gejala


Mandibula adalah tulang wajah yang paling sering mengalami
• Bleeding,hematoma,andswelling—Tearing of the periosteum
cedera.
and muscles attached to the mandible can cause severe
bleeding, producing visible hemorrhage, sublingual
Di negara maju, kecelakaan kendaraan dan olah raga merupakan
hematoma (Coleman’s sign), swelling
penyebab utama fraktur mandibula, sedangkan di negara
• Intraoral examination may reveal displacement creating a
berkembang dan pedesaan, kekerasan interpersonal, luka
step deformity, open bite deformity, and malocclusion
tembak, dan jatuh merupakan faktor etiologi utama.
• krepitus TMJ

a
MANDIBULAR FRACTURES

Klasifikasi berdasarkan garis fraktur Klasifikasi berdasarkan keparahan


• Horizontal Favorable • Simple or closed—Fracture site not communicating
• Horizontal Unfavorable with the intraoral or extraoral environment
• vertically Favorable • Compound or open—site communicat- ing with the
• Vertically Unfavorable intraoral or extraoral environment
• Comminuted—Multiple fracture lines at a particular site

a
MANDIBULAR FRACTURES
MANDIBULAR FRACTURES
SYMPHYSIS, PARASYMPHYSIS AND BODY
FRACTURES

Mandibula terdiri dari berbagai regio seperti simfisis,


parasimfisis, korpus, ramus, sudut, kondilus dan prosesus
koronoideus. Simfisis adalah daerah penyatuan tulang dari dua
bagian mandibula selama tahun pertama kehidupan. Karena
adanya foramen mentale dan akar kaninus, regio parasimfisis
menjadi lemah dan lebih rentan terhadap fraktur
SYMPHYSIS, PARASYMPHYSIS AND BODY
FRACTURES

• Swelling
• Pain and tenderness
• Step deformity and mobility of the fractured bone
• Lacerations and haemorrhage
• Restricted mouth opening
• Sublingual haematoma (ecchymosis of thefloor of the mouth is a diagnostic sign of fracture—Coleman’s sign).
• Abnormal bite (malocclusion)
ANGLE & RAMUS FRACTURE

Mandibula Angle dianggap sebagai daerah tuas, titik dimana Tanda dan Gejala
mandibula body akan naik dan membentuk ramus. Ini adalah • extraoral findings:
salah satu lokasi fraktur rahang bawah yang paling sering, • Asymmetrical face
biasanya karena benturan samping. Sekitar 19-40% dari • Palpasi : tenderness
semua fraktur wajah adalah fraktur mandibula, dan 12-30% • Intraoral findings:
dari semua fraktur mandibula adalah fraktur sudut mandibula. • Diffuse oedema along with ecchymosis.
• Mucosal laceration.
• Bleeding in the posterior buccal and lingual vestibules.
• Biangular fractures present with swelling and trismus,
tenderness at the mandibular angle
• tooth fracture and mobility of the third molar
ANGLE & RAMUS FRACTURE

• 11,3% Ramus
• 16,2% Mandibular Angle

a
CONDYLAR FRACTURES

Tanda dan Gejala

• Ada rasa sakit, bengkak dan edema di daerah


Fraktur kondilus merupakan fraktur yang preauricular. Laserasi pada daerah dagu dan
mungkin hanya melibatkan kondilus atau dapat sudut dapat terjadi karena benturan trauma
berhubungan dengan fraktur lain pada regio yang disebabkan oleh cedera tumpul atau
mandibula dan fasial. tajam
• Mandibula terdorong ke belakang
• Krepitus
• Pergerakan mandibula yang terbatas karena
trismus

a
A

A
a

A
a
15. MIDFACE FRACTURE
• Menyebabkan gangguan fungsional dan fungsional yang signifikan
• Penyebab: Cedera kekuatan tinggi ke bagian tulang fasial
⚬ Kecelakaan lalu lintas (paling umum)
⚬ Kekerasan
⚬ Terjatuh
• Gejala
⚬ Maloklusi
⚬ Perubahan sensorik
⚬ Nyeri
⚬ Abnormal bite
15. TANDA MIDFACE FRACTURE

EXTRAORAL INTRAORAL
• (+) Laserasi, edema, ekimosis • (+) Laserasi & ekimosis
• (+) Asimetris pada midfasial • (+) Fraktur, luxation, avulsi gigi
• Jarak intercanthal abnormal • Perpindahan dan mobilitas alveolus
• Epiphora/rhinorrhea • Bukaan mulut terbatas
• Gangguan gerak extraocular • Oklusi parah & perubahan pergerakan
• Gangguan berjalan, deformitas, excursive
krepitus, tenderness
KLASIFIKASI MIDFACE
FRACTURE
Central Region
• Anterior & lateral nasal injury
TANPA OKLUSI • Fraktur nasoethmoid
• Dislokasi fronto-orbito-nasal
Lateral Region
• Fraktur melibatkan kompleks zygomatik

Dento-alveolar fractures
Subzygomatic
MELIBATKAN
• Le Fort I
OKLUSI • Le Fort II
Suprazygomatic (Le Fort III)
16. LE FORT FRACTURES

• Midfacial Fracture di 'line of weakness', dan setiap klasifikasi


melibatkan pterygoid plate
• Etiologi: Kecelakaan lalu lintas, kekerasan, jatuh
KLASIFIKASI LE FORT

LE FORT I LE FORT II

• Tenaga/gaya diarahkan ke arah • Tenaga/gaya diarahkan setinggi


atas dari gigi rahang atas nasal bone --> adanya mobilitas
(maxilla) --> Floating maxilla di midfacial skeleton
• Low-level fracture • Mid level fracture
KLASIFIKASI LE FORT

LE FORT III
• Tenaga/gaya diarahkan setinggi
orbital --> craniofacial
disjunction
• High level fracture
17. ZYGOMATICOMAXILLARY
COMPLEX FRACTURE

• Fraktur akibat pukulan langsung ke arahmalar eminence dan


menyebabkan 3 komponen fraktur yang mengganggu 'anchoring'
zygoma.
• Merupakan emergency
• Penyebab paling umum: kecelakaan lalu lintas, terjatuh, berkelahi,
kekerasan, sport injury, KDRT
MANIFESTASI KLINIS

• Epistaxis
• Periorbital ecchymosis dan edema
• Diplopia
• Flattening malar prominence
• Enophthalmos
• Flattening arkus zygomatikus
• Paresthesia
• Krepitasi
• Displacement of palpebral fissure
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI
18. NASO-ORBITO-ETHMOIDAL COMPLEX
FRACTURE

• Fraktur sepertiga atas wajah melibatkan regio frontal, orbital dan maso-
ethmoidal.
KLASIFIKASI

TIPE 1
• Tanpa/dengan perpindahan
posisi bagian sentral utuh
dengan ligamen medial canthal
yang melekat
KLASIFIKASI

TIPE II
• Perpindahan posisi segmen
sentral yang sudah menjadi
fragmen, masih melekat dengan
medial canthus.
19. ORBITAL FRACTURES

• Orbit adalah struktur piramid dengan apeks


mengarah ke posterior dan basis terletak di
anterior dengan volume intraboni orbital 35
ml.
• Fraktur yang melibatkan orbit dapat
memengaruhi orbit internal, kerangka orbit
eksternal, atau keduanya.
CLASSIFICATION OF ORBITAL
FRACTURES
• Single wall fracture: Fraktur terisolasi dari atap orbita atau dasar orbita (fraktur
ledakan) atau fraktur dinding medial terisolasi (fraktur naso-ethmoid).
• Two wall fracture: Le Fort II fractures, Fractures of the zygomatic bone, Naso-
ethmoid fractures.
• Three wall fracture: Le Fort III fractures, Three-wall comminuted fractures, Four-
wall fractures or comminuted fractures, Fractures affecting the whole orbital
conus.
ORBITAL FRACTURES
20. FRONTAL SINUS WALL
FRACTURES
• Sinus frontal adalah satu set dua rongga piramidal berisi udara
dari tulang frontal.
• Dasar sinus frontal terdiri dari tulang berselaput dan
merupakan batas sinus yang paling tipis, membentuk atap
orbita.
• Anterior sinus frontal berada di dalam kulit serta jaringan
subkutan alis.
• Posterior sinus frontal hadir berdekatan dengan dura lobus
frontal yang memisahkan sinus dan fossa kranial anterior.
EPIDEMIOLOGY OF FRONTAL SINUS
WALL FRACTURES

• The incidence of frontal sinus wall fractures is approximately 5–15% of all


maxillofacial fracture
• Road traffic accidents (52%) are among the most common cause followed by
physical assault (26%) and industrial accidents (14%).
• It is commonly seen in adult males between 20 and 30 years of age.
CLINICAL PRESENTATION OF
FRONTAL SINUS WALL FRACTURES

• Frequent frontal headache.


• Physical findings may include paraesthesia especially numbness in suprabrow
region, epistaxis, forehead abrasions, diplopia, eye-lid ecchymosis, lacerations
and subconjunctival haematoma.
21. PANFACIAL TRAUMA

• Fraktur kraniofasial panfasial didefinisikan sebagai fraktur yang terjadi


secara bersamaan di regio cranio-orbital (sepertiga atas), orbito-
zygomaticomaxillary (sepertiga tengah) dan mandibula (sepertiga bawah)
dari unit kraniofasial.
• Etiology of panfacial trauma:
1. High-velocity motor vehicle accidents
2. Assault
3. Sports-related injuries
4. Industrial accidents
5. Gunshot wounds
CLINICAL FEATURES PANFACIAL
TRAUMA
• Frontal bone: Supraorbital comminution and
flattening of the frontal region. CSF may leak or
may not be present.
• Nasal-orbital-ethmoid: There will be
comminution
• Zygomatic arch: Arch will be laterally
displaced/bowing
• Maxilla/mandible: There will be malocclusion,
especially anterior open bite.
COMPLICATION OF
MAXILLOFACIAL TRAUMA
THANK YOU
Kelompok 7 2022

Anda mungkin juga menyukai