FRAKTUR MAXILA
Emboli
Perdarahan
Kerusakan Ketidakefektifan
Integritas Kulit Perfusi Jaringan
Kehilangan Volume Perifer
Cairan Resiko Infeksi
Resiko Syok
(Hipovolemik)
4. Klasifikasi Fraktur
a. Single Fracture
Fraktur dengan satu garis fraktur
b. Multiple Fracture
Terdapat dua atau lebih garis fraktur yang tidak berhubungan satu sama lain.
Unilateral = jika kedua garis fraktur terletak pada satu sisi
Bilateral = jika satu garis fraktur pada satu sisi dan garis fraktur lain pada sisi
lain
c. Communited Fracture
Tuang hancur atau remuk menjadi beberapa fragmen kecil 1 atau berkeping-keping,
misalnya symphis mandibularis dan di daerah anterior maxilla
d. Complicated Fracture
Terjadi suatu dislokasi/displacement dari tulang sehingga mengakibatkan kerusakan
tulang-tulang yang berdekatan, gigi dan jaringan lunak yang berdekatan
e. Complete Fracture
Tulang patah semua secara lengkap menjadi dua bagian atau lebih
f. Incomplete Fracture
Tulang tidak patah sama sekali, tetapi hanya retak juga penyatuan tulang tidak
terganggu. Dalam keadaan seperti ini, lakukan dengan bandage dan rahang
diistirahatkan 1-3 minggu
g. Depressed Fracture
Bagian tulang yang fraktur masuk ke dalam satu rongga. Sering pada fraktur maxilla
yaitu pada permukaan fasial dimana fraktur tulang terdorong masuk ke sinus
maxillaris
h. Impacted Fracture
Dimana fraktur yang satu didorong masuk kef ragmen tulang lain. Sering pada tulang
zygomaticus
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Rontgen : Menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
b. Scan tulang, tomogram, CT Scan/MRI : Memperlihatkan fraktur juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
c. Arteriogram : Dilakukan bila kerusakan vascular dicurigai
d. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple).
Peningkatan jumlah SDP adalah respons stress normal setelah trauma
e. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal
f. Profil koagulasi : Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse multiple
atau cedera hati
8. Penatalaksanaan Medik
a. Konservatif : Imobilisasi, mengistirahatkan daerah fraktur
b. Operatif : Dengan pemasangan Traksi, Pen, Plate, Screw, Wire
9. Komplikasi
Komplikasi terbagi dua pada saat kecelakaan atau luka dan setelah penatalaksanaan atau
operasi. Pada saat kecelakaan komplikasi yang terjadi syok dan tekanan pada saraf, ligament,
tendon, otot, pembuluh darah atau jaringan sekitarnya.
Komplikasi post operatif berhubungan dengan penatalaksanaan fraktur rahang termasuk
maloklusi, osteomyelitis, sequester tulang, penundaan union, non union, deformitas wajah,
fistula oronasal dan berbagai macam abnormalitas bentuk gigi.